• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang telah dikemukakan maka peneliti memberi beberapa saran. Saran-saran yang dikemukakan oleh peneliti diharapkan dapat berguna bagi pengembangan kelanjutan studi ilmiah dan berguna bagi pihak Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Medan.

1. Saran Praktis

Budaya organisasi memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku sumber daya manusia yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas dan efektivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang, serta hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa budaya organisasi mempengaruhi terbentuknya organizational citizenship behavior pada pegawai. Berdasarkan data yang telah diperoleh bahwa budaya organisasi telah terinternalisasi secara kuat oleh para pegawai di BBPOM Medan oleh sebab itu para pegawai memiliki tingkat organizational citizenship behavior yang tinggi.

Untuk mempertahankan kondisi tersebut maka ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Organizational citizenship behavior pegawai yang berada pada kategori

tinggi hendaklah dipertahankan dengan cara terus memperkuat budaya organisasi. Budaya organisasi dapat lebih diperkuat antara lain dengan melakukan sosialisasi terhadap nilai-nilai budaya organisasi secara optimal dan berkelanjutan sehingga budaya organisasi menjadi milik semua anggota yang ada di organisasi tersebut serta diharapkan pimpinan selalu memberikan dorongan kepada para pegawai untuk mengimplementasikan budaya organisasi dalam setiap kesempatan.

b. Budaya organisasi yang berada pada kategori tinggi mengindikasikan bahwa budaya organisasi telah terinternalisasi secara kuat oleh para pegawai. Kondisi ini harus terus dipertahankan terutama pada aspek tujuan, keunggulan, integritas, dan konsensus dimana merupakan beberapa aspek yang paling dominan dalam mempengaruhi organizational citizenship behavior.

2. Saran Metodologis

a. Bagi penelitian yang mempunyai jumlah populasi yang sedikit sebaiknya menggunakan studi populasi karena populasi mudah dijangkau, sehingga hasil penelitian akan menjadi lebih baik.

b. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai budaya organisasi dan memiliki populasi yang besar sebaiknya mengambil data uji coba dan

data penelitian di organisasi yang sama agar pemahaman pegawai mengenai budaya organisasinya sama. Apabila dilakukan di organisasi yang berbeda maka budaya organisasinya pasti berbeda juga sehingga pemahaman pegawai mengenai budaya organisasi pada data uji coba dan data penelitian akan berbeda. Namun ketika peneliti memiliki populasi yang kecil sebaiknya menggunakan try out terpakai.

c. Sumbangan efektif budaya organisasi terhadap organizational citizenship

behavior hanya sebesar 13,7 %, masih ada 86,3 % lagi yang dapat

dijelaskan oleh variabel-variabel lain. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai organizational citizenship behavior

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, S.A., Ahmadi, F., dan Homauni, G. (2011). Survey Relationship Between OCB and Organizational Culture in General Inspection Organization in Iran. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research

in Business, Vol. 3, No.1.

Azwar, Saifuddin. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Azwar, Saifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi, Edisi 2. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Field, Andy. (2009). Discovering Statistics Using SPSS, 3th Ed. London: SAGE Publications Ltd.

Fournier, W.H. (2008). Communication Satisfaction, Interactional Justice, and

Organizational Citizenship Behaviors: Staff Perceptions in a

University Environment. [On-line]

http://etd.ohiolink.edu/view.cgi?acc_num=ohiou1208979954. Diakses pada tanggal: 5 Oktober 2012.

Garg, P. & Rastogi, R. (2006). Climate profile and OCBs of teachers in public

and private schools of India. [On-line] http://proquest.umi.com. Diakses

pada tanggal: 27 November 2012.

George, J. & Brief, A. (1992). Feeling Good - Doing Good: A Conceptual Analysis of The Mood at Work - Organizational Spontaneity Relationship.

Psychology Bulletin, Vol. 76: 310-329.

Greenberg, J. (2010). Managing Behavior in Organizations. USA: Pearson Educations, Inc.

Ivancevish, J.M. & Matterson, M.T. (2002). Organizational Behavior and

Management, 6th Ed. New York. McGraw-Hill.

Karim, A. (2008). Pengaruh Disiplin, Etos Kerja, dan Budaya Organisasi

Terhadap Organizational Citizenship Behavior Pegawai

Administrator Pelabuhan Tanjung Priok. [On-line]

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/131102130_1411-7932.pdf. Diakses pada tanggal: 11 November 2012.

Lako, A. (2004). Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi: Isu, Teori, dan Solusi. Jakarta: Erlangga.

Lovell, S. E., Kahn, A. S., Anton, J., Davidson, A., Dowling, E., Post, D., & Mason, C. (1999). Does Gender Affect The Link between Organizational Citizenship Behavior and Performance Evaluation?. Sex Roles, Vol.41: 469-478.

Luthans, F. (2005). Organizational Behavior, 10th ed. New York: McGraw-Hill.

Melinda, T. (2004). Hubungan Antara Budaya Perusahaan dengan Persepsi Pengembangan Karir pada Karyawan yang Bekerja Di PT.

Telekomunikasi Indonesia. Skripsi: Universitas Sumatera Utara.

Melinda, T. & Zulkarnain. (2004). Budaya Perusahaan dan Persepsi Pengembangan Karir pada Karyawan yang Bekerja Di PT. Telekomunikasi Indonesia. Jurnal Psikologi, No. 1: 55-62.

Miller, L.M. (1987). Manajemen Era Baru: Beberapa Pandangan Mengenai

Budaya Perusahaan Modern. Alih bahasa: Windrojo. Jakarta: Erlangga.

Mohant, J. & Rath, B.P. (2012). Can Organizational Culture be a Predictor of Organizational Citizenship Behaviors?. International Journal of

Innovation, Management and Technology, Vol. 3, No. 1.

Newstrom, J.W. & Davis, K. (2002). Organizational Behavior: Human Behavior

Novliadi, F. (2006). Organizational Citizenship Behavior Karyawan Ditinjau dari Persepsi Terhadap Kualitas Interaksi Atasan Bawahan dan Persepsi Terhadap Dukungan Organisasional. Psikologia, Vol. 2(1): 39-46.

Novliadi, F. (2007). Organizational Citizenship Behavior Karyawan Ditinjau dari Persepsi Terhadap Kualitas Interaksi Atasan Bawahan dan Persepsi Terhadap Dukungan Organisasional. [On-line] http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/15723. Diakses pada tanggal: 9 Oktober 2012.

Organ, D.W., & Ryan, K. (1995). A Meta-Analytic Review of Attitudinal and Dispositional Predictors of Organizational Citizenship Behaviours.

Personnel Psychology, Vol. 48, 775–802.

Organ, D.W. (1997). Organizational Citizenship Behaviour: It’s Construct Clean-Up Time.Human Performance, 10(2), 85–97.

Organ, D.W., Podsakoff, P.M., & Mackenzie, S.B. (2006). Organizational

Citizenship Behavior: Its Nature, Antecedents, and Consequences. USA:

Sage Publications.

Owens, R.G. (1991). Organizational Behavior in Education. New Jersey USA: Prentice-Hall International Inc.

Paramita, A.R. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi OCB Pegawai Kontrak: Studi Pada Pegawai Kontrak Di Universitas

Diponegoro Semarang. Tesis: Universitas Diponegoro Semarang.

Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D. (2008). Human Development, 9th ed.

Boston: McGraw Hill Company, Inc.

Robbins, S.P. & Judge, T.A. (2007). Organizational Behavior, 12th ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Schein. E.H. (2010). Jossey-Bass.

Shore, L. M. & Wayne, S .J. (1993). Commitment and Employee Behavior: Comparison of Affective Commitment and Continuance Commitment with Perceived Organizational Support. Journal of Applied Psychology, Vol. 78(5): 774-780.

Sobirin, A. (2007). Budaya Organisasi: Pengertian, Makna dan Aplikasinya

dalam Kehidupan Organisasi. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan

Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Suryabrata, S. (2008). Metodologi Penelitian Ed.1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sutrisno, E. (2010). Budaya Organisasi. Jakarta: Kencana.

Tika, M.P., (2006). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

http://bkd.balikpapan.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=53 &Itemid=63. Diakses pada tanggal: 2 Mei 2013.

http://www.asiarisk.com/subscribe/exsum1.pdf. Diakses pada tanggal: 1 Mei 2013

http://www.harianterbit.com/2012/10/02/disiplin-pns-di-kab-bogor-sangat-rendah. Diakses pada tanggal: 9 Januari 2013.

http://www.jpnn.com/read/2012/04/24/125216/Kualitas-Aparatur-Negara-Rendah-. Diakses pada tanggal: 2 Mei 2013.

www.pom.go.id/ppid/rar/LAKIP_2011.pdf. Diakses pada tanggal: 2 Oktober 2012.

LAMPIRAN A

UJI VALIDITAS ISI

VALIDITAS ISI

Professional Judgement

NAMA DOSEN :

TANDA TANGAN :

TANGGAL :

LAMPIRAN F

DATA DEMOGRAFIK SUBJEK PENELITIAN

No. Inisial Subjek Jenis Kelamin Usia Pendidikan

Terakhir Masa Kerja 1. YE Perempuan 43 tahun SMF 20 tahun

2. WS Perempuan 30 tahun Apt 5 tahun

3. RR Perempuan 40 tahun SMF 15 tahun

4. DA Perempuan 29 tahun Apt 7 tahun

5. YK Perempuan 36 tahun SMAK 13 tahun

6. JM Laki-laki 54 tahun SMA 33 tahun

7. MP Perempuan 28 tahun D3 5 tahun

8. OS Perempuan 54 tahun SMEA 32 tahun

9. MS Laki-laki 51 tahun KPAA 29 tahun

10. MR Laki-laki 32 tahun SMA 8 tahun

11. SY Perempuan 39 tahun D3 15 tahun

12. IE Perempuan 26 tahun S1 2 tahun

13. JM Laki-laki 29 tahun D3 8 tahun

14. RS Perempuan 51 tahun SMA 31 tahun

15. RL Perempuan 52 tahun S1 30 tahun

16. NA Perempuan 54 tahun SMF 32 tahun

17. MT Perempuan 54 tahun SMF 32 tahun

18. SN Laki-laki 51 tahun S1 32 tahun

19. YA Perempuan 43 tahun S2 15 tahun

20. IS Perempuan 54 tahun SMA 31 tahun

21. MY Perempuan 53 tahun Apt 23 tahun

22. AF Perempuan 48 tahun SMF 22 tahun

23. BB Perempuan 34 tahun S2 8 tahun

24. JS Perempuan 47 tahun SMF 24 tahun

26. RN Perempuan 47 tahun S2 16 tahun

27. ER Perempuan 52 tahun Apt 18 tahun

28. JS Perempuan 51 tahun Apt 19 tahun

29. RM Perempuan 50 tahun SMF 24 tahun

30. RK Perempuan 55 tahun Apt 22 tahun

31. RD Perempuan 36 tahun SMF 18 tahun

32. JP Laki-laki 51 tahun SMF 30 tahun

33. ST Laki-laki 45 tahun Apt 13 tahun

34. LM Perempuan 54 tahun SMF 24 tahun

35. AD Laki-laki 23 tahun D3 3 tahun

36. AS Perempuan 49 tahun Apt 15 tahun

37. DS Perempuan 26 tahun Apt 2 tahun

38. AG Perempuan 29 tahun D3 6 tahun

39. DB Perempuan 31 tahun Apt 7 tahun

40. BD Laki-laki 53 tahun SAA 28 tahun

41. RL Laki-laki 50 tahun SMAK 20 tahun

42. DZ Perempuan 43 tahun SMF 20 tahun

43. RH Laki-laki 42 tahun S2 13 tahun

44. SF Perempuan 28 tahun D3 5 tahun

45. AS Perempuan 41 tahun SMF 18 tahun

46. WG Laki-laki 49 tahun SD 31 tahun

47. RI Perempuan 48 tahun SMF 28 tahun

48. DM Perempuan 38 tahun S1 13 tahun

49. NT Perempuan 30 tahun D3 6 tahun

50. NN Perempuan 41 tahun S1 19 tahun

51. LR Perempuan 26 tahun Apt 2 tahun

52. SP Perempuan 26 tahun Apt 2 tahun

53. JS Laki-laki 40 tahun Apt 12 tahun

54. FA Perempuan 30 tahun Apt 5 tahun

56. HY Perempuan 45 tahun SMF 16 tahun

57. DM Perempuan 43 tahun Apt 17 tahun

58. AL Laki-laki 55 tahun S1 33 tahun

59. US Laki-laki 51 tahun S1 25 tahun

60. FR Perempuan 44 tahun Apt 26 tahun

61. DF Laki-laki 26 tahun D3 5 tahun

62. DP Laki-laki 46 tahun Apt 16 tahun

63. RMS Laki-laki 52 tahun S1 20 tahun

64. GN Perempuan 50 tahun S2 20 tahun

65. YS Laki-laki 53 tahun Apt 23 tahun

66. FS Laki-laki 48 tahun Apt 20 tahun

67. WR Perempuan 51 tahun S1 18 tahun

68. SM Perempuan 55 tahun Apt 27 tahun

69. JE Laki-laki 55 tahun Apt 20 tahun

70. JB Perempuan 55 tahun Apt 20 tahun

71. ER Laki-laki 50 tahun S1 21 tahun

72. FA Perempuan 49 tahun SMF 19 tahun

73. RW Laki-laki 54 tahun S1 20 tahun

74. IS Laki-laki 52 tahun S1 20 tahun

75. MT Laki-laki 36 tahun D3 10 tahun

76. YD Perempuan 34 tahun S1 5 tahun

77. AL Laki-laki 45 tahun SMF 16 tahun

LAMPIRAN G

PROFIL ORGANISASI

Gambaran Umum Organisasi

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001, Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab kepada Presiden.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2005 Tentang Perubahan Keenam Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tersebut, bahwa dalam melaksanakan tugasnya Badan POM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan, khususnya dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan instansi pemerintah lainnya serta penyelesaian permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kebijakan dimaksud.

Selanjutnya lingkup tugas dan fungsi lebih spesifik Badan POM tercakup dalam Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I LPND.

Tugas Pokok dan Fungsi

Penyelenggaraan upaya pengawasan Obat dan Makanan mencakup aspek yang sangat luas, mulai dari proses penyusunan standar sarana dan produk, penilaian produk yang didaftarkan (diregistrasi), pengambilan contoh produk di lapangan, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, pengujian laboratorium dari

contoh produk yang diambil di lapangan, hingga ke penyelidikan dan proses penegakan hukum terhadap berbagai pihak yang melakukan penyimpangan cara produksi dan distribusi, maupun pengedaran produk yang tidak sesuai ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2005 tentang Perubahan Keenam atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, maka kedudukan, tugas pokok dan fungsi Badan POM adalah sebagai berikut :

1. Kedudukan

a. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang dibentuk untuk melaksanakan tugas Pemerintah tertentu dari Presiden.

b. BPOM berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

c. Dalam melaksanakan tugasnya, BPOM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan.

d. BPOM dipimpin oleh Kepala.

2. Tugas Pokok

BPOM mempunyai tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan POM menyelenggarakan fungsi: a. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat

dan makanan.

b. pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan. c. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM. d. pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan

instansi pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan.

e. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

Rencana Strategis

Dewasa ini dan di masa depan pengawasan obat dan makanan sebagai bagian integral pembangunan kesehatan akan menghadapi perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis. Globalisasi ekonomi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesepakatan-kesepakatan regional seperti harmonisasi ASEAN

(Association of South East Asia Nations), ASEAN Free Trade Area (AFTA),

ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) mempunyai konsekuensi dan implikasi yang signifikan pada Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM). Produk obat dan sediaan farmasi lainnya serta makanan akan lebih mudah masuk dan keluar dari satu negara ke negara lainnya tanpa hambatan (barrier) yang

berarti. Realitas ini mengharuskan Indonesia memiliki SisPOM yang efektif dan efisien, untuk melindungi kesehatan dan keselamatan seluruh rakyat Indonesia terhadap produk-produk yang berisiko terhadap kesehatan. Pada saat yang sama, SisPOM harus memiliki basis yang kuat agar mampu menjadi penapis terhadap mutu Obat dan Makanan produksi Indonesia yang diekspor ke berbagai Negara serta masuknya produk obat dan makanan impor dari negara lain.

Dengan jumlah penduduk terbesar di ASEAN dan wilayah kepulauan terluas, Indonesia sudah sepatutnya memiliki SisPOM yang terbaik di ASEAN, baik mencakup human capital, sistem operasional maupun infrastrukturnya. Dalam konteks ini perlu dilakukan penguatan kompetensi dan kapabilitas Badan POM sehingga memiliki kinerja yang berkelas dunia (world class). Badan POM ke depan akan dibangun menjadi institusi yang memiliki basis ilmu pengetahuan

(knowledge-base) yang kuat dengan jaringan nasional maupun internasional yang

dinamis dan kohesif. Bersamaan dengan itu, Badan POM melakukan pemberdayaan publik (public empowement) agar masyarakat memiliki kesadaran dan kemampuan untuk mencegah dan melindungi diri sendiri terhadap risiko Obat dan Makanan yang tidak memenuhi standar yang berlaku.

Pernyataan Visi

Dalam menghadapi dinamika lingkungan dengan segala bentuk perubahannya, maka segenap jajaran Badan POM bercita-cita untuk mewujudkan suatu keadaan ideal bagi masyarakat Indonesia yaitu :

Menjadi institusi pengawas obat dan makanan yang inovatif, kredibel dan diakui secara internasional untuk melindungi masyarakat.

Pernyataan Misi

Misi Badan POM didefinisikan sebagai tujuan mulia organisasi untuk:

1. Melakukan pengawasan pre-market dan post-market berstandar internasional.

2. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu secara konsisten.

3. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai lini.

4. Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari Obat dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan.

5. Membangun organisasi pembelajar (Learning Organization).

Budaya Organisasi

Dalam organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan telah dikembangkan budaya organisasi yang merupakan nilai-nilai luhur yang harus diyakini oleh setiap anggota organisasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai misi dan visi organisasi yang telah ditetapkan bersama. Adapun nilai-nilai luhur tersebut adalah:

1. Profesionalisme

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan, dan komitmen yang tinggi.

2. Kredibel

Dapat dipercaya dan diakui masyarakat luas, nasional, dan internasional. 3. Cepat tanggap

Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah. 4. Kerjasama tim

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya, dan komunikasi yang baik. 5. Inovatif

Mampu melakukan pembaruan sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.

Tujuan, Sasaran Strategis, dan Program 2010-2014

Dalam rangka mencapai visi dan misi Badan POM seperti yang dikemukakan sebelumnya, maka visi dan misi tersebut harus dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusan tujuan utama organisasi.

Sesuai dengan visi dan misi Badan POM, tujuan utama pengawasan Obat dan Makanan tahun 2010-2014 adalah:

Meningkatnya perlindungan masyarakat dari produk obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan.

Sasaran strategis Badan POM merupakan penjabaran dari misi dan tujuan strategis yang telah ditetapkan, yang menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan selama kurun waktu 5 (lima) tahun dan dialokasikan dalam 5 (lima)

periode secara tahunan melalui serangkaian program dan kegiatan yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam suatu Rencana Kinerja (performance plan).

Penetapan sasaran strategis ini diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan program dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan atau operasional organisasi tiap-tiap tahun untuk kurun waktu 5 (lima) tahun.

Sasaran strategis Badan POM merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategis Badan POM dan merupakan dasar yang kuat untuk mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja Badan POM serta lebih menjamin suksesnya pelaksanaan rencana jangka panjang yang sifatnya menyeluruh yang berarti menyangkut keseluruhan satuan kerja di lingkungan Badan POM. Sasaran-sasaran yang ditetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian tujuan strategis yang terkait. Dengan demikian, apabila seluruh sasaran yang telah ditetapkan telah dicapai diharapkan bahwa tujuan strategis juga telah dapat dicapai.

Selanjutnya pada setiap sasaran ditetapkan program yang akan dijalankan untuk mencapai sasaran terkait. Program-program yang ditetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian sasaran yang terkait. Sasaran strategis yang ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis Badan POM tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya efektifitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka melindungi masyarakat dengan sistem yang tergolong terbaik di ASEAN.

2. Terwujudnya laboratorium pengawasan obat dan makanan yang modern dengan jaringan kerja di seluruh Indonesia dengan kompetensi dan kapabilitas terunggul di ASEAN.

3. Meningkatnya kompetensi, kapabilitas, dan jumlah modal insani yang unggul dalam melaksanakan pengawasan obat dan makanan.

4. Meningkatnya koordinasi, perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program dan administrasi di lingkungan Badan POM sesuai dengan sistem manajemen mutu.

5. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan Badan POM.

Dokumen terkait