• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh yang telah ada di dalam penelitian ini maka berikut adalah saran dari peneliti :

1. Peneliti berharap intelijen pasar pada pelaku UKM BPD HIPMI Sumatera Utara seperti sensitivitas UKM untuk informasi, intensitas pencarian informasi dan sumber informasi dapat ditingkatkan lagi. Untuk meningkatkan intelijen pasar pelaku usaha dapat dilakukan dengan cara mencari tahu informasi tentang dunia internasional lebih luas dan lebih dalam lagi baik melalui media cetak, media elektronik maupun mengikuti seminar atau pelatihan tentang informasi perdagangan internasional

2. Peneliti berharap inovasi pada pelaku UKM BPD HIPMI Sumatera Utara seperti inovasi produk dan inovasi proses dapat ditingkatkan lagi. Untuk meningkatkan inovatif pelaku usaha dapat dilakukan dengan cara mengikuti berbagai seminar yang berhubungan dengan inovasi agar pengetahuan tentang inovasi semakin luas.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan atau mengembangkan penelitian ini pada masa yang akan datang, melalui penelitian yang lebih mendalam tentang bagaimana intelijen pasar dan inovasi dapat berpengaruh terhadap proses internasionalisasi dengan subjek penelitian yang berbeda, karena belum adanya penelitian yang dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu UKM harus terus berkembang agar dapat tetap bertahan dalam dinamisnya dunia usaha dan persaingan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Intelijen Pasar (Market Intelligence)

Market Intelligence atau intelijen pasar (MI) adalah informasi sehari-hari yang

relevan dengan pasar perusahaan, dikumpulkan dan dianalisis secara khusus untuk tujuan yang akurat dan percaya diri dalam pengambilan keputusan untuk menentukan peluang pasar, strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan metric. Intelijen pasar diperlukan ketika memasuki pasar luar negeri. Dengan demikian dapat diartikan intelijen pasar adalah langkah kunci dalam pembuatan strategi ekspor (finansialbisnis.com, 2013).

Berdasarkan Badan Pengembangan Ekspor Nasional sekarang menjadi Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementrian Perdagangan, mendefinisikan Intelijen Pemasaran, yaitu proses yang sistematis: pengumpulan, analisis dan penyebaran informasi dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan/organisasi dengan tujuan menyediakan informasi bagi pengambil keputusan dibidang ekspor, internal perusahaan/organisasi dan eksportir atau calon eksportir (BPEN-DEPDAG, 2006).

Marketing intelligence dan competitor intelligence istilah itu selalu

bergandengan bersama-sama dilakukan organisasi yang secara aktif untuk mencari informasi yang berhubungan dengan apa yang sedang terjadi dan apa yang dilakkan perusahaan pesaing. Dalam pengertian lain bahwa Intelijen Pasar

adalah informasi yang sudah dievaluasi yang kredibilitasnya, pengertian dan pentingnya tidak bisa dipungkiri.

Melakukan intelijen pasar adalah lebih dari sekedar mengumpulkan statistik dan informasi. Tidak ada penelitian dapat berlaku sampai dianalisis dan diubah menjadi wawasan yang relevan untuk membantu manajer membuat keputusan berdasarkan fakta. Analisis itu, bersama dengan intuisi manajer akan menciptakan dasar dari strategi masuk pasar ekspor dan perencanaan lebih lanjut.

Istilah intelijen pasar mungkin membuat kita membayangkan bahwa perusahaan yang satu memata-matai perusahaan yang lain, pekerjaan tersamar ini berlangsung dalam dunia bisnis yang kompetitif, tetapi sedikit kejadian yang telah dipublikasikan. Perusahaan enggan untuk melaporkan pencurian informasi berharga karena takut merusak citra perusahaannya juga. Pelanggan seperti ini sulit untuk dituntut oleh yang berkewajiban. Intelijen pasar (market intelligence) mengacu pada berbagai kegiatan yang etis yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang pesaing.

Dalam pengertian intelijen bersaing, memiliki cakupan yang luas atau menyeluruh. Competitor intelligence meliputi 12 elemen. Elemennya adalah: demografis penduduk, kondisi ekonomi, teknologi, industri lain,distributor, pelanggan, produk substitusi, pemasok, pemerintah atau aturan, prospek, budaya dan pesaing. Dengan demikian, makna intelijen memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada data dan informasi. Mengapa? Karena intelijen mengikuti proses: data – informasi – intelijen. Singkatnya, intelijen lebih dari sekedar informasi. Ini berarti informasi yang dihasilkan sudah dianalisis menjadi wawasan (insight), sehingga

membuat kesimpulan yang lebih baik, membuat rekomendasi yang lebih cerdik, lebih memahami pemain yang pada akhirnya mendorong tindakan yang tepat (Sharp, Seena 2010).

2.1.1 Sistem Intelijen Pasar

Sistem intelijen pasar adalah suatu prosedur dan sumber yang digunakan oleh manajer untuk mendapatkan informasi setiap harinya tentang perkembangan berkelanjutan dari pasar. Jadi sistem ini memberikan data/informasi apa yang terjadi pada pasar (Kotler, 1997).

Meningkatnya persaingan pada era globalisasi pasar mendorong setiap bisnis untuk mampu lebih unggul dibanding para pesaingnya. Upaya yang dilakukan oleh perusahaan/organisasi dalam menciptakan keunggulan yang berkelanjutan (sustainable competitive advantage). Strategi intelijen pasar merupakan strategi yang dilakukan perusahaan/organisasi untuk mendapatkan informasi tentang kondisi pasar, yaitu keinginan dan kebutuhan konsumen, kondisi dan perkembangan para pesaing, perantara/distributor, pemasok/suplier serta sistem koordinasi di internal perusahaan dalam menghadapi persaingan dan pelayanan terhadap konsumen.

Langkah-langkah penting sistem intelijen pasar: perusahaan dapat melatih staf bagian penjualan untuk meningkatkan kepekaan mata telinga dalam melihat informasi-informasi penting selama ia menjalankan tugas penjualannya dan kemudian dilaporkannya kepada manajemen/marketing manajer. Posisi staf penjualan adalah sangat strategis untuk mengumpulkan data intelijen pemasaran, misalnya dari pembicaraan dengan para pembeli, mungkin saja pembeli

menyampaikan sesuatu informasi tentang produk sejenis yang dijual oleh pesaing kita. Staff penjualan (atau bahkan staff lainnya) perlu dilatih tentang hal ini, sebab oleh karena kesibukannya mereka bisa jadi tidak peka terhdapa perkembangan dilingkungan pemasarannya. Mendorong bagian distribusi, retailer untuk mengumpukan informasi penting tentang perusahaan sejenis. Perusahaan dapat belajar menganalisa para pesaing dengan membeli produk dari pesaing mengikuti

launching produk, melihat pameran, mengumpukan iklan-iklan pesaing

(Baharudin, Nursal. 2014)

Sementara sistem pencatatan internal memberikan data hasil (result data), sistem intelijen pasar memberikan data kejadian (happening data). Sistem intelijen pasar adalah seperangkat prosedur dan sumber yang digunakan oleh para manajer untuk memperoleh masalah harian mengenai perkembangan dilingkungan pemasaran. Para manajer pemasaran mendapatkan intelijen pasar (marketing

intelligence) dari membaca buku/referensi, surat kabar, dan publikasi

perdagangan. Berbicara dengan para pelanggan, pemasok, dan distributor, serta bertemu dengan para manajer perusahaan lain.

2.2 Inovasi

2.2.1Pengertian Inovasi

Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai

tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu (Sa’ud, Udin S, 2008).

Larsen, P and Lewis, A, (2007) menyatakan bahwa salah satu karakter yang sangat penting dari wirausahawan adalah kemampuannya berinovasi. Tanpa adanya inovasi perusahaan tidak akan dapat bertahan lama. Hal ini disebabkan kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan berubah-ubah, sedangkan Hills (2008) mendefinisikan inovasi sebagai ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh seorang individu atau unit pengguna lainnya. Suryana (2003) mengemukakan inovasi adalah sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan. Zainal Hakim (2014) mengemukakan bahwa inovasi merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa, dan bisa dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan nilai tambah (value added) dan merupakan keunggulan yang berharga. Nilai tambah yang berharga adalah sumber peluang bagi wirausaha.

2.2.2 Faktor Inovasi

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu inovasi. Diantaranya adalah :

1. Mengadakan hubungan baik dengan organisasi luar melalui komunikasi dua arah dan bersedia untuk menerima dan mengadaptasi ide-ide dari luar.

2. Menganggap inovasi sebagai satu usaha jangka panjang yang menuntut kepada keterlibatan semua pihak dari peringkat awal.

3. Mengadakan perancangan mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan

4. Dituntut pekerjaan yang berkualitas seperti mengutamakan mutu.

5. Pembinaan orientasi pasar yang kuat mengikut kehendak dan keperluan pengguna

6. Memerlukan penyediaan tekhnik yang terbaik untuk pengguna.. 7. Melaksanakan pengurusan yang berkualitas yaitu dinamik, bermotivasi, dan

berfikiran terbuka.

2.2.3 Kewirausahaan dan Inovasi

Kewirausahaan dan inovasi sangatlah berhubungan erat, dimana inovasi ini adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan tingkat keberhasilan dalam kewirausahaan. Kunci sukses kewirausahaan dan inovasi adalah bergerak dari penemuan ide ke komersialisasi yang efektif dan penerimaan di pasar. Dengan adanya inovasi maka perusahaan akan mendapatkan keunggulan kompetitif seperti:

1. Sukar ditiru pesaing

2. Bisa dimanfaatkan secara komersial dengan kapabilitas yang ada 3. Menyediakan nilai yang berarti bagi pelanggan

4. Tepat waktu

Kreativitas dalam kewirausahaan akan melahirkan inovasi, yang dapat mendorong pertumbuhan perusahaan. Namun, nyatanya tidak semua inovasi

berujung pada pertumbuhan. Tidak semua pertumbuhan merupakan hasil inovasi. Berdasarkan tinggi rendahnya tingkat inovasi dan pertumbuhan bisnis terdapatempat jenis perusahaan yang digambarkan ke dalam empat kuadran (Kirchoff dalam Nursal, 2014).

Kuadran pertama disebut dengan perusahaan inti ekonomi. Perusahaan jenis ini memiliki tingkat pertumbuhan dan inovasi yang rendah. Perusahaan- perusahaan yang tergolong inti ekonomi akan mencapai tingkat pertumbuhan segera setelah didirikan, tetapi begitu dicapai ukuran sesuai dengan kebutuhan atau keinginan pemilik, pertumbuhan tersebut berhenti.

Kedua adalah perusahaan ambisius, dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi tetapi dengan inovasi yang rendah. Perusahaan ambisius mencapai tingkat pertumbuhan tinggi dengan satu atau beberapa kombinasi inovasi awal. Sebuah produk dapat menjadi sumber pertumbuhan dalam waktu lama, terutama dalam sebuah pasar yang besar. Pertumbuhan dari perusahaan ambisius akan menurun kecuali jika mengembangkan inovasi tambahan, karena lingkungan bisnis berubah sangat cepat.

Ketiga, perusahaan glamor. Dengan tingkat inovasi dan pertumbuhan bisnis yang tinggi. Perusahaan jenis ini menarik perhatian media serta meraih berbagai penghargaan berkat kesuksesan yang diraihnya. Kebanyakan perusahaan seperti ini memiliki akar produk berbasis teknologi, yaitu produk yang terus mengalami perkembangan dan inovasi dari waktu ke waktu.

Keempat, perusahaan pertumbuhan terbatas, dengan tingkat inovasi yang tinggi tetapi dengan tingkat pertumbuhan yang rendah. Hal ini biasanya

diakibatkan terbatasnya sumber daya. Jika pendapatan tidak bertumbuh dengan cepat guna mendukung usaha-usaha inovasi yang mahal, perusahaan akan mengalami kegagalan finansial. Perusahaan yang inovatif tetapi tidak mengejar pertumbuhan yang tinggi akan dengan mudah ditiru oleh pesaing. Jenis perusahaan seperti apa yang diinginkan sangat bergantung kepada visi, sumber daya, serta kompetensi yang dimiliki oleh seorang wirausahawan, dengan tetap memperhatikan faktor-faktor lingkungan eksternal. Kesemua hal tersebut bersifat dinamis.

2.3 Internasionalisasi

Secara umum, internasionalisasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana perusahaan secara bertahap meningkatkan kesadaran (awareness) terhadap pasar asing dan melibatkan diri didalam kegiatan bisnis dengan negara lain dengan memperhitungkan strategi, struktur, dan sumberdaya perusahaan untuk mencapai sasaran organisasi (Chandra, et al.2004). Budiarto dan Tjiptono (1997) dalam Chandra, et al.(2004) mengemukakan bahwa secara garis besar ada dua macam alasan yang mendasari suatu perusahaan melakukan internasionalisasi/go

international, yaitu:

1. Alasan yang bersifat proaktif, antara lain:

1.1 Untuk memperoleh manfaat-manfaat tertentu dari negara lain, misalnya tenaga kerja yang murah, pasokan bahan baku, tanah yang lebih murah, terhindar dari hambatan tarif, keuntungan dari fluktuasi mata uang, serta

fasilitas dan kemudahan yang disediakan pemerintah negara tuan rumah (host country)bagi para investor asing.

1.2 Perusahaan memiliki produk yang unik yang sumber-sumbernya tidak dimiliki di negara lain.

1.3 Keinginan untuk memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi, sehingga dapat mencapai konsumen global dengan lebih mudah.

1.4 Adanya informasi eksklusif tentang pasar global, misalnya ditemukannya sumber bahan mentah baru dalam jumlah besar melalui foto satelit.

1.5 Komitmen manajemen untuk terjun ke arena pasar global.

1.6 Memanfaatkan kemudahan regulasi ekspor yang diberikan pemerintah untuk mendorong ekspor.

1.7 Meningkatkan citra dan reputasi perusahaan, khususnya sebagai pemain global.

1.8 Memperoleh peluang riset, misalnya menguji produk di pasar luar negeri. 1.9 Mengekspor teknologi ke negara-negara terbelakang dalam rangka

membuka pasar.

1.10 Meningkatkan pengaruh politik perusahaan. 2. Alasan yang bersifat reaktif, antara lain:

2.1 Untuk mengatasi ancaman kehilangan pasar di ‘kandang’ sendiri karena diserbu berbagai perusahaan asing dengan produk-produknya yang bermutu tinggi dan bernilai lebih.

2.2 Adanya over-produksi, sehingga kelebihan produk dipasarkan ke luar negeri.

2.3 Mengatasi penurunan penjualan akibat pengaruh perubahan variabel demografis di dalam negeri, misalnya pertumbuhan penduduk yang melambat.

2.4 Memperpanjang daur hidup produk (PLC) perusahaan yang telah memasuki fase jenuh di pasar domestik.

2.5 Mengurangi ketergantungan pada satu pasar saja. 2.6 Menghindari resesi ekonomi di dalam negeri.

2.7 Mendekatkan perusahaan dengan konsumen demi kepentingan lalu lintas komunikasi yang cepat dan efektif dari konsumen ke produsen atau sebaliknya, sehingga dapat menurunkan biaya distribusi.

2.3.1 Manfaat Internasionalisasi

Manfaat internasionalisasi dapat dilihat dari beberapa perspektif (Ruigrok & Wagner, 2003):

1. Dari sudut pandang Foreign Direct Investment (FDI), internasionalisasi memberikan peluang bagi perusahaan dalam memanfaatkan market imperfections pada pasar produk, faktor dan finansial manfaat lainnya yang dikemukakan pakar bisnis internasional dan industrial organization economics adalah tercapainya skala dan lingkup ekonomis.

2. Dari sisi pandang financial economics, diversifikasi portofolio bisa tercapai, sehingga menguntungkan kinerja risk-return pada perusahaan yang melakukan internasionalisasi.

3. Menurut teori Multinational Corporation (MNC), internasionalisasi memberikan keuntungan bagi perusahaan MNC untuk melakukan transfer sumberdaya secara internasional dan melakukan integrasi terhadap struktur, sistem, dan proses perusahaan dengan kompetensi spesifik yang tidak tersedia bagi perusahaan yang beroperasi secara domestik

4. Berdasarkan teori Resource-Based View, internasionalisasi mempercepat pembelajaran organisasi (organizational learning) dan

knowledge development melalui pemanfaatan sumberdaya dan

kompetensi ini dalam skala global. 2.3.2 Proses Internasionalisasi

Sebuah perusahaan yang berorientasi internasional pada dasarnya tidak terlahir begitu saja sebagai perusahaan internasional. Sebagaimana pada umumnya, perusahaan multinasional mengawali aktivitasnya dari negara asalnya (home country) yang kemudian berkembang ke pasar luar negeri (host country). Faktor yang mendorong terjadinya proses tersebut adalah globalisasi (Lassare, 2008), runtuhnya batas-batas antar negara (Ohmae, 1994), munculnya negara-negara industry baru – NIC newly industrials country (Hadiwinata, 1999), termasuk perkembangan teknologi maupun inovasi di berbagai bidang.

Beberapa ahli mendifinisikan proses internasionalisasi perusahaan sebagaimana dirangkum dalam table sebagai berikut.

Tabel 2.1

Proses Internasionalisasi Perusahaan

No. Ahli/Akademisi Proses Internasionalisasi

1 Johanson & Vahlne (1977)

Proses dimana perusahaan secara bertahap meningkatkan keterlibatan internasionalnya. Internasionalisasi merupakan produk dari serangkaian keputusan inkremental perusahaan.

2 Welch & Luostarien (1988)

Internasionalisasi merupakan sebuah konsep yang dinamis yaitu proses meningkatkan operasi internasional, baik pada keluar maupun kedalam. 3 Beamish (1990) Proses dimana perusahaan meningkatkan baik kesadaran

mereka mengenai pengaruh langsung maupun tidak langsung transaksi internasionalnya di masa yang akan datang dan mendirikan serta melaksanakan transaksi dengan negara lain.

4 Andersen (1997) Internasionalisasi merupakan proses adaptasi perubahan transaksi di pasar internasional, termasuk strategi moda masuk dan pemilihan pasar internasional. Sumber: Alina dan Emilia (2009)

Secara keseluruhan, berdasarkan definisi-definisi tersebut proses internasionalisasi meliputi:

1) Keluar masuknya produk, jasa maupun sumberdaya yang melewati batas suatu negara dimana perusahaan melakukan aktivitasnya.

2) Sebagai konsekuensi poin nomor satu, terjadi transaksi lintas negara. 3) Faktor pendorong adalah dari dalam (perusahaan memiliki orientasi pada

pasar luar negeri) dan dari luar (lingkungan bisnis, khususnya globalisasi). Terkait dengan proses internasionalisasi, terdapat empat tahap dan jalur yang berbeda. Tahap pertama adalah tahap domestik, tahap dimana perusahaan belum memiliki aktivitas internasional sama sekali. Tahap kedua adalah tahap inward

stage. Pada tahap ini aktivitas internasional hanya terbatas pada transfer teknologi

atau import bahan- bahan baku atau komponen. Tahap ketiga, tahap outward stage merupakan tahap dimana perusahaan sudah mulai melakukan kegiatan ekspor, memiliki cabang penjualan atau pabrik di luar negeri, subkontrak atau kontrak pabrikan dan lisensi. Pada tahap empat merupakan tahap kerjasama

(co-operation), perusahaan kemungkinan memiliki perjanjiaan kerjasama pada

beberapa kegiatan seperti produksi, pembelian atau penelitian pengembangan (Loustarinen dan Hellman 1993).

2.4 UKM (Usaha Kecil dan Menengah)

Ada beberapa pengertian UKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UKM, antara lain:

1. World Bank membagi UKM ke dalam 3 jenis

1.1Medium Enterprise, dengan kriteria :

1.1.2 Pendapatan setahun hingga US$ 15 juta 1.1.3 Jumlah aset hingga US$ 15 juta

1.2Small Enterprise, dengan kriteria :

1.2.1 Jumlah karyawan kurang dari 30 orang 1.2.2 Pendapatan setahun tidak melebihi US$ 3 juta 1.2.3 Jumlah aset tidak melebihi US$ 3 juta

1.3Micro Enterprise, dengan kriteria :

1.3.1 Jumlah karyawan kurang dari 10 orang

1.3.2 Pendapatan setahun tidak melebihi US$ 100 ribu 1.3.3 Jumlah aset tidak melebihi US$ 100 ribu

2. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

UKM memiliki kriteria sebagai berikut:

2.1Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni:

2.1.1 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2.1.2 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

2.2Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria:

2.2.1 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2.2.2 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.5 Penelitian Terdahulu Peneliti/ Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik Analisis Hasil Penelitian M. A. Boermans, H. Roelfsema (2015) Small Firm Internationali zation, Innovation, And Growth 1. Internalization 2. Innovation 3. Growth Analisis korelasi bivariate dan Struktural Equation Modelling (SEM) Program promosieksportidak hanya terkait denganpeningkatankegiatan internasionaltetapi jugadengan inovasiolehperusahaan kecil. Khabib Alia Akhmad (2014) Strategi Produk “CIU” Untuk Memenangi Persaingan Perdagangan Asia 1. Kreatif 2. Inovatif 3. Unik Analisis Deskriptif

Setiap pelaku UKM dituntut untuk dapat menghasilkan produk yang kreatif, inovatif dan unik dalam rangka untuk memenangkan persaingan yang terjadi, karena hal tersebut merupakan strategi yang paling mudah dilakukan oleh para pelaku UKM.. Soulaimane Laghzaoui, Joris Peignot, Adrien Penerand, Stéphane Boudrandi (2012) Business Intelligence Practices For Exporting SME 1. International Commitment 2. Business Intelligence 3. Exporters SME Partial Least Squares Method Perspektifpengaruhpelaku usaha pada orientasiaktivitas usaha nya mengenai

sumberinformasiyang

didapatdantingkatdifusiinternal. Selain itu, penelitian ini

menunjukkanbahwa usaha yang sedang berada dipasar luar negeridapat diputuskan sebagaisalah satu faktorpengkondisianuntuk memulaikegiatanintelijen bisnis Zizah Che Senik, Rosmah Mat Isa, Brenda Scott-Ladd, Lanny Entrekinn (2010) Influential Factors For SME Internationali zation: Evidence From Malaysia. 1. Internalization 2. SME (Small to Medium Enterprises) 3. Influential Factors Teknik Analisis Delphi

Para ahlisepakat bahwajaringan (koneksi)adalah faktor yang palingpenting bagiUKMuntuk mendapatkan kesempatan internasionalisasi. Faktor-faktor lainyangjuga

harusditekankanperusahaan,ind ustri, eksternal, dan faktor- faktormotivasimasing-masing.Namun demikian, semuafaktor inisaling berkaitan dantak satu pundari merekabisa dihilangkan

2.6 Kerangka Konseptual

Market Intelligence atau intelijen pasar (MI) adalah informasi sehari-hari yang

relevan dengan pasar perusahaan, dikumpulkan dan dianalisis secara khusus untuk tujuan yang akurat dan percaya diri pengambilan keputusan dalam menentukan peluang pasar, strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan metric. Intelijen pasar diperlukan ketika memasuki pasar luar negeri. Dengan demikian dapat diartikan intelijen pasar adalah langkah kunci dalam pembuatan strategi ekspor (finansialbisnis.com, 2013).

Terkait dengan kegiatan intelijen pasar, terdapat tiga dimensi yang muncul berulang kali dalam studi yang berbeda (Wood & Robertson, 2000; McGee & Sawyerr, 2003): sumber informasi, daerah yang sudah dieksplorasi dan frekuensi dari penelitian informasi. Dalam perspektif ini, sensitivitas pelaku UKM untuk mencari serta meneliti informasi dan pengaruhnya terhadap kegiatan intelijen pasar memungkinkan mereka untuk berhubungan dengan faktor lain yang terkait dengan proses internasionalisasi.

Informasi dibutuhkan untuk menilai berbagai peluang baru dan berkelanjutan serta ancaman yang mengintip di pasar dunia. Tidak adanya keakraban dengan lingkungan pasar dan dunia usaha di negara lain, diiringi dengan peluang yang banyak sekali dan pertumbuhan yang cepat di pasar tersebar di segenap penjuru dunia, adalah esensial untuk melakukan investigasi yang cermat atas peluang tersebut untuk merencanakan sebuah jalan masuk pasar dan ekspansi internasional. Informasi dibutuhkan untuk menilai negara atau pasar mana yang menawarkan peluang yang lebih menarik, bagaimana memasuki pasar tersebut,

dan apakah akan menyesuaikan taktik bauran pemasaran dengan kondisi spesifik pasar lokal dan juga bagaimana menilai kinerja perusahaan (Henry, 2000:288)

Dengan demikian, dalam konteks penelitian ini yang berfokus untuk proses internasionalisasi atau kegiatan mengekspor UKM, berikut adalah dimensi yang sangat penting untuk dimiliki: sensitivitas UKM untuk informasi, intensitas pencarian informasi dan sumber informasi. Oleh karena itu, sangat mungkin bahwa pelaku UKM yang memiliki kepekaan terhadap informasi akan sangat berpengaruh terhadap keterlibatannya dengan dunia internasional dan proses internasionalisasi.

Perusahaan dapat melihat peluang untuk pertumbuhan dan ekspansi melalui penggunaan sebuah sistem informasi. Produk dan jasa yang baru dapat dikembangkan, produk dan jasa yang ada dapat dimodifikasi, dan pasar atau kelompok pelanggan baru dapat diidentifikasi. Kapabilitas ini dapat menjadi

Dokumen terkait