• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian yang kemudian data tersebut diproses, diolah dan dianalisis yang kemudian direfleksikan sebagai perbaikan pada tindakan berikutnya dan seterusnya hingga tindakan atau siklus ketiga dilakukan. Maka, diperoleh kesimpulan secara umum bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII-B SMP Negeri 10 Kota Bandung.

Selain kesimpulan secara umum diatas, penulis juga merumuskan beberapa kesimpulan secara khusus, yaitu :

1) Lakukan perencanaan dan perancangan proses pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) satu minggu sebelum pembelajaran dilaksanakan. Perencanaan dan perancangan ini meliputi penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mengumpulkan sebanyak mungkin permasalahan terbaru baik dekat dengan lingkungan siswa maupun tidak, menyiapkan media jika ingin ditampilkan seperti gambar, klip, video dan sebagainya serta penugasan atau alat evaluasi

2) Dengan memunculkan masalah yang lebih dekat dengan lingkungan siswa dan meminta siswa untuk mengamati langsung permasalahan yang terjadi di sekitarnya, dapat merangsang siswa untuk lebih mengetahui permasalahan tersebut dan mencoba untuk memecahkan problematika itu dengan caranya sendiri. Berbagai solusi yang ditawarkan siswa mencerminkan bahwa mereka mampu melihat kondisi masalah secara keseluruhan.

3) Pada dasarnya, PBL merupakan metode kooperatif dimana pembelajaran dilakukan dengan memunculkan masalah dan

184

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

menyesuaikannya dengan konsep yang dimiliki atau yang dipelajari siswa. Dengan pembelajaran ini, siswa dirangsang untuk dapat melihat suatu permasalahan dan diarahkan kepada bagaimana cara menyelesaikan permasalahan tersebut dengan memunculkan solusi hasil dari pemikiran mereka. Sehingga, hal ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir, terutama berpikir kritis.

4) Hambatan atau kendala yang dihadapi saat penerapan PBL sangat beragam, diantaranya adalah: biasanya, pada awal penerapan siswa cenderung tidak siap dan pembelajaran malah tidak sesuai dengan yang diharapkan, diskriminasi terhadap teman saat pembentukan kelompok, biaya yang lebih mahal karena siswa menggunakan alat pencari informasi, dan waktu pembelajaran yang lebih lama.

5) Upaya yang dilakuan penulis dalam menanggulangi hambatan yang telah disebutkan diatas yaitu: menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based

Learning (PBL) pada siswa, membentuk kelompok secara random,

dan memfasilitasi siswa dengan menuliskan pertanyaan mereka pada buku tulis yang dikumpulkan dan akan dijawab di bawah pertanyaan yang mereka ajukan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, ada beberapa hal yang perlu penulis sampaikan untuk memperbaiki penelitian-penelitian berikutnya yaitu :

1) Penerapan metode Problem Based Learning (PBL) mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu, sikap siswa yang awalnya menempatkan guru sebagai aktor utama dalam setiap pembelajaran-pun berubah. Karena, dalam kegiatan pembelajaran ini siswa secara keseluruhan bergantung pada dirinya dan sumber informasi lain untuk dapat memahami sebuah permasalahan. Guru juga masih menjadi salah satu sumber

185

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

informasi eksternal meskipun tidak berperan banyak. Hal ini

disebabkan oleh sikap guru yang lebih “menantang” siswa untuk

jauh lebih tahu ketimbang guru mereka.

2) Metode ini memerlukan waktu pembelajaran yang lebih banyak. Sehingga, guru atau peneliti harus dapat mengalokasikan waktu secara baik. Salah satu yang penulis lakukan adalah mengurangi waktu tanya-jawab dengan meminta siswa untuk menuangkan pertanyaannya kedalam bentuk tulisan.

3) Metode ini juga membutuhkan biaya yang lebih baik. Terlihat dari setiap kegiatan siswa mulai dari mencari informasi, pengamatan dan bahkan mencetak laporan mereka. Hal ini setidaknya disiasati penulis dengan memperbolehkan siswa untuk mengirimkan hasil laporannya melalui pesan elektrik. Tugas lainnya yang bersifat individu juga diperbolehkan untuk ditulis dan menggunakan kertas bekas.

4) Dalam kegiatan pembelajaran diusahakan untuk memunculkan permainan-permainan kecil yang tidak membutuhkan banyak waktu agar siswa tidak melulu memperhatikan masalah. Karena, ini akan berdampak pada sikap siswa yang akan memunculkan keributan atau mengalihkan fokusnya pada hal-hal lainnya.

5) Dalam setiap pembelajaran usahakan untuk dapat menghapal nama siswa. Hal ini memiliki dampak yang sangat baik jika ada penilaian proses secara individu. Dengan menghapalkan nama siswa juga dapat memberikan perhatian yang lebih pada siswa yang pasif atau pemalu saat di kelas. Selain itu, manfaat lainnya adalah jika diberlakukannya punisment. Hukuman yang diberlakukan misalnya, jika ada seseorang yang mengganggu proses pembelajaran maka nilai kelompok akan dikurangi. Hal ini secara otomatis membuat siswa lainnya ikut menegur dan bagi yang mengganggu akan merasa tidak nyaman jika nilai kelompoknya harus berkurang karena disebabkan olehnya.

186

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

6) Bagi peneliti maupun guru IPS, metode Problem Based Learning (PBL) dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran dan dalam mata pelajaran IPS, metode ini bisa diterapkan dalam berbagai materi. Meskipun IPS di SMP merupakan IPS terpadu, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) masih memperlihatkan disiplin ilmu masing-masing. Dengan PBL siswa akan dapat mempelajari materi secara terpadu.

7) Penulis berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi penelitian berikutnya dan sebagai referensi bagi para guru dalam menerapkan metode secara variatif demi melanjutkan pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang sebenarnya.

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. T. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta : Kencana

Beyer, B. K. (1995). Critical Thinking. Bloomington, IN: Phi Delta Kappa Educational Foundation.

Budimansyah, Dasim, Dkk. (2009). PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif

dan Menyenangkan). Bandung : PT. Genesindo.

Budiningsih, C.A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Asdi Mahasatya Effendi R, et al. (2009). Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta : Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga Gulo, W. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grafindo

Hasan, H. dkk. (2012). Prosiding Seminar Nasional IPS. Bandung:UPI.

Hasan, M.I (2003). Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta : Bumi Aksara

Hidayat, A. (2007). Strategi Six Sigma : Peta Pengembangan Kualitas dan

Kinerja Bisnis. Jakarta : Gramedia

Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching And Learning: Menjadikan Belajar

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung : Mizan Learning Center

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama

Kunandar.(2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Moleong, Lexi. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Muslich, M. (2009). Melaksanakan PTK itu Mudah (Classroom Action Research)

: Pedoman Praktis Bagi Pendidik Profesional. Jakarta : Bumi Aksara

188

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Nur, M. Dan Budayasa, I. (1998). Teori Pembelajaran Sosial dan Teori

Pembelajaran Perilaku. Surabaya : Program Pascasarjana IKIP Surabaya

Nursalam. (2004). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS : Konsep dan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sapriya. et al. (2008). Konsep Dasar IPS. Bandung : CV Yasindo Multi Aspek Saraswati, M dan Ida W. (2008). Be Smart IPS. Bandung : Grafindo Media

Pratama

Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunaryo. 1989. Strategi Belajar-Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang : IKIP Malang

Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jogjakarta : Kanisius

_________. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jogjakarta : Kanisius

Suprijono. (2009). Cooperative Learning. Jogjakarta : Pustaka Pelajar Sutarna, A. et al. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif : Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana

________. (2011). Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas [Classroom

Action Research] Teori Dan Praktik. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Uno, H.B (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Warsono dan Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen.

Bandung: Remaja Rosdakarya

West, R. dan Turner L.H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan

Aplikasi. Salemba Humanika: Jakarta

189

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Rosdakarya

Zaleha, I. (2008). Mengasah Pemikiran Kreatif dan Kritis. Bandung : Nuansa Zuriah, N. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan : Teori dan

Aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara

Skripsi :

Fatimah, A.N. (2010). Penerapan Model Problem Based Learning Pada Materi

Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta didik. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung : Tidak

Diterbitkan

Hidayat, A.L. (2012). Penerapan model Problem Based Learning pada

pembelajaran optik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar peserta didik smp. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung :

Tidak Diterbitkan

Muflihah, T. F.(2011). Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) Dengan Teknik Probing Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung : Tidak

Diterbitkan

Rismayanti, I. (2009). Pengembangan Pembelajaran Kooperatif Melalui

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Skripsi pada FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Sari, K. (2013). Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem

Based Learning) dalam Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah HAM Pada Mata Pelajaran PKN (PTK SMP N 40 Bandung). Skripsi pada

FPIPS UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan

Sidik, E. P. (2010). Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Dalam

Pembelajaran Pkn. Skripsi pada FPIPS UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan

Dokumen terkait