• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MATA PELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MATA PELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem

Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagaian dari syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh

Winda Harisanti

0901876

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

(2)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI

PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MATA PELAJARAN IPS

(PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI SMP NEGERI 10 KOTA BANDUNG

KELAS VIII-B)

Oleh

Winda Harisanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Winda Harisanti 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak

(3)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

(4)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 10 Bandung. Hasil observasi menunjukkan bahwa terjadi banyak sekali permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas. Beberapa permasalahan itu seperti motivasi belajar, kondisi kelas dan proses pembelajaran yang monoton. Dengan beberapa permasalahan tersebut, peneliti memutuskan untuk memberikan solusi demi memperbaiki kualitas pembelajaran, yaitu menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pengambilan metode ini juga dilatarbelakangi oleh kajian pustaka yang dilakukan peneliti. Dikatakan bahwa metode PBL dapat membuat siswa menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar, meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, mendorong untuk berpikir, membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial, membangun kecakapan belajar dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana merencanakan dan melaskanakan metode PBL dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, hambatan atau kendala yang dihadapi dan upaya apa yang dilakukan untuk menyelesaikan hambatan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diadopsi dari Hopkins. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus yang mencakup empat tahapan pada setiap siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-B SMP Negeri 10 Bandung. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, wawancara dan catatan lapangan. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus pertama hasil observasi menunjukkan angka 34,21 %. Angka ini menunjukkan bahwa pada siklus pertama hasil yang diperoleh masih pada kategori kurang. Pada siklus kedua, terjadi peningkatan yang signifikan. Angka 69,73% berhasil dicapai dan masuk pada kategori baik. Peningkatan juga terus meningkat dilihat dari hasil observasi pada siklus ketiga. Angka 93,42 % berhasil dicapai dan masuk pada kategori sangat baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan yang dicapai siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka tergolong cepat.

(5)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

This research was reasoning by observation result in SMP Negeri 10 Bandung. The result show so many problems in educational process. Such as: learn motivate, classroom condition, learning process with using one methods and teacher centered. Because of that problems happens, researcher decided to give a solution for a better quality of learning. The solution is apply Problem Based Learning (PBL) methods to increase students critical thingking ability. Using this methods also reasoning by deep analyze by myself. The theory said Problem Based Learning can increase student’s comprehension about social studies, motivate to think specially high level thingking, cooperation, leadership, social skill, building style of learning and increase their motivate about learning social studies. The problem of This research are : How to plan and act problem based

learning method to increase student’s critical thingking, How many effort in this research and how to finish the obstacle. This research used classroom action research method from Hopkins and used three cycle include four steps are planning, implementation, observation and reflection. Research subject were all students class VIII-B SMP Negeri 10 Kota Bandung. The instrument used was a

student’s critical thinking observational sheet, interview with students and teacher and also field note. Based on the observation result on first cycle scored 34,21%

and categorized as “less”. The next cycle had increased and categorized as “good”

with 69,73%. For the last cycle, the result obtained 93,42% and categorized as

“very good”. Thus, this research can improve and increase their critical thinking

skills when problem based learning apply in class.

(6)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

1.5. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II : KAJIAN TEORI 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Belajar ... 12

2.1.1.1Pengertian Belajar ... 12

2.1.1.2Prinsip-prinsip Belajar ... 12

2.1.2 Pembelajaran ... 13

2.1.2.1Pengertian Pembelajaran ... 13

2.1.2.2Unsur-unsur pembelajaran ... 14

2.1.2.3Tujuan Pembelajaran ... 14

2.1.2.4Mekanisme Pembelajaran ... ... 15

2.1.2.5Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran ... 16

2.1.3 Teori Belajar ... 18

2.1.3.1Teori Belajar Konstruktivistik ... 19

2.1.3.2Ciri dan Prinsip Teori Konstruktivistik ... 20

2.1.3.3Teori Perkembangan Kognitif Piaget ... 22

2.1.3.4Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik ... 23

2.2 Problem Based Learning (PBL) 2.2.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL) ... 24

2.2.2 Karakteristik Problem Based Learning (PBL) ... 25

2.2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... ... ... 27

2.2.4 Pendidik Sebagai Fasilitator dalam Problem Based Learning (PBL) ... ... ... 30

2.2.5 Manfaat Model Problem Based Learning (PBL) ... 33

(7)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu 2.3 Keterampilan Berpikir Kritis

2.3.1 Keterampilan Berpikir Kritis ... ... 36

2.3.2 Taksonomi Pendidikan Benyamin S. Bloom ... 37

2.3.3 Karakteristik Berpikir Kritis ... ... 39

2.3.4 Keterampilan Penting dalam Berpikir Kritis ... 42

2.3.5 Indikator dan Tahapan Kemampuan Berpikir Kritis ... 43

2.3.6 Ciri-Ciri Orang yang Bersikap Kritis ... ... 47

2.3.7 Strategi Melatih Kemampuan Berpikir Kritis ... 47

2.4 Pendidikan IPS di Sekolah Menengah Pertama 2.4.1 Pengertian Pendidikan IPS ... ... 49

2.4.2 Dimensi IPS ... ... ... 49

2.4.3 Tujuan IPS ... ... ... 51

2.4.4 Ruang Lingkup Materi Pendidikan IPS ... .... 52

2.4.5 PBL dalam Pendidikan IPS ... ... 54

2.5 Penelitian Terdahulu ... ... ... 54

2.6 Kerangka Berpikir ... ... ... 56

2.7 Hipotesis ... ... ... ... . 57

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian ... ... ... 58

3.1.2 Metode Penelitian dan Penelitian Tindakan Kelas... .. 59

3.1.3 Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ... .. 59

3.1.4 Langkah-langkan Penelitian Tindakan Kelas ... 60

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian ... ... ... 65

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Umum SMP Negeri 10 Kota Bandung ... 80

4.2. Deskripsi Awal Observasi 4.2.1 Pelaksanaan Observasi Awal Fokus Guru Mitra ... 81

4.2.2 Pelaksanaan Observasi Awal Fokus Siswa ... 82

4.2.3 Pelaksanaan Observasi Awal Pembelajaran IPS ... 83

4.2.4 Refleksi dan Rencana Penerapan Pembelajaran ... 85

(8)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

4.3.5 Deskripsi Penelitian Tindakan Siklus I ... . 89

4.4 Hasil Penelitian Siklus I dan Temuan Penelitian 4.4.1 Hasil Observasi ... ... ... 93

4.4.2 Hasil Refleksi ... ... ... 112

4.4.3 Persepsi Guru dan Siswa ... ... 114

4.4.4 Temuan Penelitian Sebagai Perbaikan Siklus II ... 115

4.4. Penelitian Siklus II 4.5.1 Perencanaan ... ... ... 117

4.5.2 Pelaksanaan ... ... ... 118

4.5.3 Observasi ... ... ... 119

4.5.4 Refleksi ... ... ... 120

4.5.5 Deskripsi Penelitian Tindakan Siklus II ... 120

4.5. Hasil Penelitian Siklus II dan Temuan Penelitian 4.6.1 Hasil Observasi ... ... ... 126

4.6.2 Hasil Refleksi ... ... ... 144

4.6.3 Persepsi Guru dan Siswa ... ... 146

4.6.4 Temuan Penelitian Sebagai Perbaikan Siklus II ... 148

4.6. Penelitian Siklus III 4.7.1 Perencanaan ... ... ... 149

4.7.2 Pelaksanaan ... ... ... 150

4.7.3 Observasi ... ... ... 151

4.7.4 Refleksi ... ... ... 152

4.7.5 Deskripsi Penelitian Tindakan Siklus III ... 152

4.7. Hasil Penelitian Siklus III dan Temuan Penelitian 4.8.1 Hasil Observasi ... ... ... 157

4.8.2 Persepsi Guru dan Siswa ... ... 175

4.8.3 Temuan Penelitian Siklus III ... ... 178

4.8.4 Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) ... ... 179

4.8.5 Upaya Mengatasi Kendala yang Dihadapi ... 181

BAB V : KESIMPULAN dan SARAN 5.1. Kesimpulan ... ... ... ... 183

5.2. Saran ... ... ... ... 184

DAFTAR PUSTAKA ... 187

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...

(9)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Tingkatan Perkembangan Kognitif Manusia

menurut Piaget ... 22

Tabel 2.2 : Pertanyaan sebagai fasilitas pembelajaran PBL oleh pendidik... 30

Tabel 2.3 : Penjelasan lima indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (1985) ... 43

Tabel 2.4 : Kerangka Berpikir Penelitian ... 56

Tabel 3.1 : Pedoman Penilaian ... 71

Tabel 3.2 : Standar Keberhasilan Penelitian ... .... 73

Tabel 4.1 : Nama Kelompok Beserta Anggotanya pada Siklus I ... 90

Tabel 4.2.1 : Kemampuan Merumuskan Pertanyaan Sederhana Pada Siklus I... 93

Tabel 4.2.2 : Kemampuan Merumuskan Pertanyaan Tingkat Lanjut Pada Siklus I... 94

Tabel 4.2.3 : Kemampuan Memberikan Penjelasan Sederhana Pada Siklus I... 95

Tabel 4.2.4 : Kemampuan Membuat Penjelasan Lanjutan Pada Siklus I... 96

Tabel 4.2.5 : Kemampuan Memberikan Argumentasi dan Justifikasi Pada Siklus I... 97

Tabel 4.2.6 : Kemampuan Memberikan Kesimpulan Pada Siklus I ... 98

Tabel 4.2.7 : Kemampuan Bekerjasama Pada Siklus I... 98

Tabel 4.2.8 : Kemampuan Memperkecil Konflik Kelompok Pada Siklus I... 99

Tabel 4.2.9 : Kemampuan Mengidentifikasi Contoh Pada Siklus I... 100

Tabel 4.2.10 : Kemampuan Melakukan Review Pada Siklus I... 100

(10)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.2.12 : Kemampuan Mencari Informasi Pada Siklus I... 101

Tabel 4.2.13 : Kemampuan Memilah Informasi Pada Siklus I... 102

Tabel 4.2.14 :Kemampuan Menjaga Kondisi Pemikiran

Pada Siklus I... 102

Tabel 4.2.15 : Kemampuan Melihat Persamaan dan Perbedaan Pada Sub

Masalah Pada Siklus I... 103

Tabel 4.2.16: Kemampuan Melakukan Review atas Informasi yang

Didapat Pada Siklus I... 103

Tabel 4.2.17 :Kemampuan Merancang Alternatif Solusi

Pada Siklus I .... ... 104

Tabel 4.2.18 : Kemampuan Menerima Saran Orang Lain dalam

Mengembangkan Ide-ide Baru Pada Siklus I... 104

Tabel 4.2.19 : Kemampuan Menerima Perbendaan Pandangan

Dengan Orang Lain Pada Siklus I... 105

Tabel 4.3 : Hasil Presentase Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Pada Siklus I... 105

Tabel 4.4 :Hasil Observasi Penerapan Metode Pembelajaran PBL

Pada Siklus I... 109

Tabel 4.5 : Nama Kelompok Beserta Anggotanya pada Siklus II ... 121

Tabel 4.6.1 : Kemampuan Merumuskan Pertanyaan Sederhana

Pada Siklus II... 126

Tabel 4.6.2 : Kemampuan Merumuskan Pertanyaan Tingkat Lanjut

Pada Siklus II... 127

Tabel 4.6.3 : Kemampuan Memberikan Penjelasan Sederhana

Pada Siklus II... 128

Tabel 4.6.4 : Kemampuan Membuat Penjelasan Lanjutan

Pada Siklus II... 128

Tabel 4.6.5 : Kemampuan Memberikan Argumentasi dan Justifikasi

Pada Siklus II... 129

Tabel 4.6.6 : Kemampuan Memberikan Kesimpulan

(11)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.6.7 : Kemampuan Bekerjasama Pada Siklus II... 130

Tabel 4.6.8 : Kemampuan Memperkecil Konflik Kelompok

Pada Siklus II... 130

Tabel 4.6.9 : Kemampuan Mengidentifikasi Contoh Pada Siklus II ... 131

Tabel 4.6.10 : Kemampuan Melakukan Review Pada Siklus II ... 132

Tabel 4.6.11 : Kemampuan Menghubungkan Masalah Pada Materi

Pada Siklus II... 132

Tabel 4.6.12 : Kemampuan Mencari Informasi Pada Siklus II... 133

Tabel 4.6.13 : Kemampuan Memilah Informasi Pada Siklus II... 133

Tabel 4.6.14 :Kemampuan Menjaga Kondisi Pemikiran

Pada Siklus II... 134

Tabel 4.6.15 : Kemampuan Melihat Persamaan dan Perbedaan Pada Sub

Masalah Pada Siklus II... 134

Tabel 4.6.16: Kemampuan Melakukan Review atas Informasi yang

DidapatPada Siklus II... 135

Tabel 4.6.17 :Kemampuan Merancang Alternatif Solusi

Pada Siklus II... 135

Tabel 4.6.18 : Kemampuan Menerima Saran Orang Lain dalam

Mengembangkan Ide-ide Baru Pada Siklus II... 136

Tabel 4.6.19 : Kemampuan Menerima Perbendaan Pandangan

Dengan Orang Lain Pada Siklus II... 136

Tabel 4.7 : Hasil Presentase Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Pada Siklus II... 137

Tabel 4.8 :Hasil Observasi Penerapan Metode Pembelajaran PBL

Pada Siklus II... 140

Tabel 4.9 : Nama Kelompok Beserta Anggotanya pada Siklus III ... 153

Tabel 4.10.1 : Kemampuan Merumuskan Pertanyaan Sederhana

Pada Siklus III... 157

Tabel 4.10.2 : Kemampuan Merumuskan Pertanyaan Tingkat Lanjut

Pada Siklus III... 158

(12)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Pada Siklus III... 158

Tabel 4.10.4 : Kemampuan Membuat Penjelasan Lanjutan

Pada Siklus III... 159

Tabel 4.10.5 : Kemampuan Memberikan Argumentasi dan Justifikasi

Pada Siklus III... 159

Tabel 4.10.6 : Kemampuan Memberikan Kesimpulan

Pada Siklus III... 160

Tabel 4.10.7 : Kemampuan Bekerjasama Pada Siklus III... 160

Tabel 4.10.8 : Kemampuan Memperkecil Konflik Kelompok

Pada Siklus III... 161

Tabel 4.10.9 : Kemampuan Mengidentifikasi Contoh

Pada Siklus III... 161

Tabel 4.10.10 : Kemampuan Melakukan Review Pada Siklus III... 162

Tabel 4.10.11 : Kemampuan Menghubungkan Masalah Pada Materi

Pada Siklus III... 162

Tabel 4.10.12 : Kemampuan Mencari Informasi Pada Siklus III... 163

Tabel 4.10.13 : Kemampuan Memilah Informasi Pada Siklus III... 163

Tabel 4.10.14 :Kemampuan Menjaga Kondisi Pemikiran

Pada Siklus III... 164

Tabel 4.10.15 : Kemampuan Melihat Persamaan dan Perbedaan

Pada Sub Masalah Pada Siklus III... 164

Tabel 4.10.16: Kemampuan Melakukan Review atas Informasi yang

DidapatPada Siklus III... 165

Tabel 4.10.17 :Kemampuan Merancang Alternatif Solusi

Pada Siklus III... 165

Tabel 4.10.18 : Kemampuan Menerima Saran Orang Lain dalam

Mengembangkan Ide-ide Baru Pada Siklus III... 166

Tabel 4.10.19 : Kemampuan Menerima Perbendaan Pandangan

Dengan Orang Lain Pada Siklus III... 166

Tabel 4.11 : Hasil Presentase Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

(13)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.12 :Hasil Observasi Penerapan Metode Pembelajaran PBL

(14)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Taxonomy Kognitif Benjamin Bloom ... 39

Gambar 3.1 : Alur PTK Model Kemmis dan Taggart ... 61

Gambar 4.1 : Perbandingan Presentase Keterampilan Berpikir

Kritis Siswa Pada Siklus I dan II ... 138

Gambar 4.2 : Perbandingan Hasil Presentase Penerapan Metode

PBL pada Siklus I dan II ... 144

Gambar 4.3 : Perbandingan Presentase Keterampilan Berpikir

Kritis Siswa Pada Siklus I, II dan III... 168

Gambar 4.4 : Perbandingan Hasil Presentase Penerapan Metode

(15)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mengutip dari Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea

keempat, bahwa salah satu tujuan terbentuknya negara Indonesia adalah untuk

mencerdaskan bangsa. Hal ini tentu menjadi salah satu pilar yang penting bagi

terciptanya sebuah negara yang lebih baik. Dalam mencerdaskan bangsa, tentu

bukan menjadi hal yang sangat mudah bagai membalikkan tangan. Meskipun

Indonesia telah diproklamirkan merdeka selama 68 tahun (1945-2013) masih

banyak permasalahan yang muncul dan menghalangi terwujudnya tujuan ini. Oleh

karena itu, dibutuhkan banyak upaya yang berkesinambungan dan berkelanjutan

untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan kita.

Salah satu dari banyak masalah yang terjadi di dunia pendidikan kita

adalah lemahnya mental belajar pada siswa khususnya dalam mempelajari mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Penulis memfokuskan subjek penelitian

pada siswa tingkat menengah pertama atau SMP. Selain karena bidang penulis

adalah IPS yang terpadu, yang notabene diterapkan hanya di sekolah tingkat dasar

dan menengah penulis juga melihat bagaimana tingkatan kognitif manusia yang

dipaparkan oleh Piaget. dari tingakatan itu jugalah peneliti merasa bahwa siswa

SMP telah cukup usia untuk dijadikan subjek penelitian yang akan mengkaji

mengenai berpikir kritis siswa.

Pada observasi pra penelitian yang penulis lakukan di SMP Negeri 10

Bandung, ditemukan bahwa siswa memiliki sedikit motivasi untuk belajar,

khususnya dalam mata pelajaran IPS. Pembelajaran IPS di sekolah masih

berorientasi pada pendidik. Dimana, pendidik merupakan sumber utama materi

(16)

2

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Sedangkan siswa tidak berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini

mengakibatkan siswa menjadi “manja” dalam belajar.

Para siswa yang cenderung terus-menerus memposisikan pendidik sebagai

pusat pembelajaran dan enggan untuk mengorganisasikan dan mengembangkan

pengetahuan mereka sendiri. Meskipun pendidik telah menggunakan beberapa

metode dan media pembelajaran secara variatif seperti menggunakan

gambar-gambar, itu hanya dianggap siswa sebagai penarik perhatian atau variasi

pembelajaran saja, bukan sebagai sarana mengkonstruksi dan mengembangkan

pengetahuannya. Hal ini berdampak pada tingkat pengetahuan siswa dan cara

berpikir mereka yang hanya mampu berpikir pada taraf pemahaman saja.

Taraf ini diidentifikasi oleh penulis pada saat pendidik memberikan

kesempatan bertanya, hanya satu sampai dua orang saja yang bertanya atau malah

tidak ada sama sekali. Jenis pertanyaan yang mereka ajukan hanya berada pada

taraf pengetahuan dan pemahaman saja seperti “apa yang di maksud

dengan....(sebuah konsep)”. Sehingga, pengetahuan yang mereka dapatkan sangat mudah menguap dan dilupakan. Hal ini tentu menjadi hal yang harus diperhatikan

oleh setiap pendidik. Bisa kita bayangkan jika siswa mempelajari IPS sebagai

kewajiban atau beban belajar saja tanpa memahami dan mencapai tujuan yang

sebenarnya.

Menurut beberapa siswa yang diwawancarai pada pra penelitian oleh

penulis, mereka cenderung tidak menyukai pembelajaran IPS. Menurut mereka,

IPS merupakan mata pelajaran yang terlalu banyak materi dan hapalan. Sehingga,

untuk membacanya dan mengikuti pembelajaran di kelas terlalu menjenuhkan.

Jika kita melihat hakekat IPS yang sebenarnya, dapat disimpulkan bahwa IPS

bukanlah mata pelajaran yang selalu menghapalkan materi, tetapi juga

(17)

3

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Penerapan ini juga rupanya tidak dilakukan oleh para siswa. Banyak dari

mereka yang mengaku apatis terhadap permasalahan yang terjadi disekitarnya.

Karena, menurut mereka hal itu tidak penting dan tidak dibutuhkan dalam

pembelajaran serta tidak membuat mereka mendapatkan hasil belajar yang lebih

tinggi. Sikap apatis ini, akhirnya membentuk siswa yang hanya berpikir

bagaimana mendapatkan hasil belajar yang tinggi dengan berbagai cara tanpa

memperluas wawasan dan tidak mampu menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Sebagaimana di kemukakan Suprijono (2009: viii), bahwa kondisi ini

menunjukkan disparitas antara pencapaian academic standard dengan

performance standard. Maksud academic standard di sini adalah pencapaian

siswa terhadap materi yang dipelajari siswa di kelas. Sedangkan, performance

standard adalah bagaimana siswa memahami materi itu dan menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dilihat dari hasil belajar siswa, banyak yang

mendapatkan nilai yang baik bahkan melampaui jauh dari kriteria minimalnya

(KKM). Tetapi, tidak sedikit dari mereka yang tidak memahami materi tersebut

dan menerapkannya.

Selain itu, sikap apatis ini rupanya sangat bertolak belakang dengan

hakekat pembelajaran IPS yang seharusnya. Menurut Sumaatmadja dalam

Rismayanti (2009: 5), hakekat pembelajaran IPS adalah mempelajari, menelaah

dan mengkaji sistem kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan

kebutuhannya di permukaan bumi ini. Dengan demikian, pembelajaran IPS di

kelas haruslah pembelajaran yang mengajak siswa untuk melihat, mempelajari,

menelaah dan mengkaji bagaimana tingkah laku manusia. Dimana, dalam

menjalankan kehidupannya, manusia memiliki beragam masalah yang dapat

dikaji oleh siswa sehingga tidak dialami oleh mereka. Dalam mengkaji

permasalahan-permasalahan tersebut, siswa tentu harus melakukan proses

(18)

4

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

mengevaluasi permasalahan tersebut sehingga muncul alternatif solusi yang

variatif dan dapat diterapkan oleh siswa.

Selain itu, pola teacher centered yang telah terpatri dalam pemikiran siswa

ini perlu dirubah menjadi pola student centered. Hal ini dapat dilihat dari alasan

yang diberikan oleh Sanjaya dalam Rismayanti (2009: 3). Pertama, siswa adalah

organisme dengan tahap berkembang. Dalam tahap ini, siswa membutuhkan

peranan orang dewasa untuk membimbing dan mengarahkan mereka, bukan

untuk membawa mereka dalam tujuan yang dipaksakan oleh orang dewasa.

Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan bukan diartikan sebagai ajang

penghafalan materi. Akan tetapi, harus mampu mengasah kemampuan berpikir

siswa . Ketiga, siswa harus dipandang sebagai subjek belajar yang harus mencari

dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.

Ketiga alasan di atas dengan jelas telah menyebutkan bahwa siswa haruslah

mengasah kemampuan berpikirnya sendiri sehingga dapat mengkonstruksi dan

mengembangkan pengetahuannya masing-masing dengan didampingi oleh orang

dewasa sebagai mitra yang membantu siswa. Untuk meningkatkan

pengetahuannya, siswa bisa melakukan dengan berbagai cara. Salah satunya

adalah dengan menguasai keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Berpikir kritis merupakan salah satu bagian dalam keterampilan berpikir

tingkat tinggi. Syah dalam hidayat (2012: 6) menyatakan bahwa berpikir kritis

merupakan wujud perilaku belajar terutama yang berkaitan dengan pemecahan

masalah. Berpikir juga baru dikatakan kritis jika si pemikir dapat menganalisis

permasalahan dengan cermat dan mampu menyelesaikannya dengan konsep yang

sesuai dan dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, kemampuan berpikir

kritis sangatlah diperlukan oleh siswa untuk dapat mencapai hakekat dari IPS

yang telah dijabarkan sebelumnya.

Mengingat pentingnya berpikir kritis sangat di butuhkan, peneliti

memutuskan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai salah

(19)

5

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian

yang bersifat reflektif, yang dilakukan pelaku tindakan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan

memperdalam permahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.

Dengan demikian, keberhasilan pendidikan tidak bisa hanya dilihat dari hasil

yang diperoleh, tetapi juga ditentukan oleh proses pembelajaran yang tepat

dengan menggunakan strategi pengajaran, media, dan metode yang tepat. Proses

pembelajaran yang harus dilakukan oleh pendidik adalah proses pembelajaran

yang dapat merangsang dan memfasilitasi siswa untuk melihat

permasalahan-permasalahan yang terjadi dan memecahkannya dengan konsep-konsep IPS yang

dimiliki. Untuk menyelesaikan permasalahan diatas, penulis melakukan kajian

pustaka pra-penelitian dan menemukan beberapa hasil penelitian terdahulu yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian

terdahulu yang penulis jadikan acuan yakni penelitian yang menerapkan metode

Problem Based Learning (PBL).

Penelitian terhadap siswa SMP Negeri 1 Sumberjaya oleh Tika Fajar

Muflihah (2011: 69), bahwa penerapan metode Problem Based Learning dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian lain yang dilakukan

terhadap siswa SMA Negeri 7 Bandung oleh Amiyati Nur Fatimah (2010: 74),

bahwa penerapan metode Problem Based Learning menjadikan kemampuan

berpikir kritis siswa lebih baik dibandingkan dengan sebelum tindakan dilakukan.

Dengan penelitian terdahulu diatas, penulis memutuskan menggunakan model

pembelajaran kontekstual dan fokus pada Problem Based Learning Sebagai

model yang akan digunakan oleh penulis untuk mengubah paradigma

pembelajaran di kelas.

Problem Based Learning (PBL) merupakan strategi pembelajaran dimana

sumber belajarnya selain menggunakan buku mata pelajaran, juga menggunakan

permasalahan-permasalahan atau fenomena-fenomena yang sedang terjadi, baik

(20)

6

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Bern dan Erickson dalam Komalasari (2010: 59) menegaskan bahwa Problem

Based Learning merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam

memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan

keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi mengumpulkan dan

menyatukan informasi dan mempresentasikan penemuan.

Problem Based Learning memiliki beberapa karakteristik yang disebutkan

oleh Hidayat (2012: 17) sebagai berikut:

a. Belajar dimulai dengan satu masalah. Sudah menjadi ciri utama Problem

Based Learning bahwa setiap proses pembelajaran diawali dengan sebuah

masalah yang nantinya akan dianalisis dan dipecahkan menggunakan

konsep-konsep IPS yang sedang atau telah dipelajari.

b. Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa.

Masalah yang diambil haruslah yang dekat dengan siswa, karena siswa akan

langsung merasakan dan memiliki konsep awal dari masalah tersebut dan

mampu menganalisis dengan baik.

c. Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu.

Seperti dalam point satu, proses pembelajaran mengorganisasikan masalah

yang kemudian dianalisis dan dicari pemecahannya dengan konsep (disiplin

ilmu) yang sedang dipelajari atau yang telah dimiliki siswa.

d. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan

menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri. Dikarenakan

pembelajaran ini berpusat pada siswa, tentu segala aspek pembelajaran akan

didominasi oleh siswa bukan pendidik.

e. Menggunakan kelompok kecil. Selain mengkonstruksi pengetahuannya

sendiri, siswa juga diharapkan dapat bersosialisasi dengan baik. Secara

individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan

kelompok. Dengan kelompok kecil, siswa dapat melatih dan memperbaiki

(21)

7

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

permasalahan tersebut. Sehingga, analisis masalah dapat dilakukan dengan

cermat dan mendalam.

f. Menuntut siswa untuk mendemonstrasi-kan yang telah mereka pelajari dalam

bentuk produk atau kinerja. Setelah siswa menganalisis permasalahan

tersebut, mereka tidak berhenti sampai di situ. mereka diharuskan

melaporkan hasil analisis tersebut kepada siswa atau kelompok lain di kelas

dan mampu menerapkan hasilnya dalam kehidupan sehari-hari.

Dari keenam kriteria diatas, dengan jelas menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan model PBL dimulai dengan masalah yang diangkat yang

kemudian dianalisis oleh siswa sesuai dengan materi yang sedang dibahas atau

dengan konsep-konsep yang telah dimiliki siswa. PBL juga menuntut siswa

untuk dapat belajar mandiri dan memposisikan pendidik sebagai pembimbing

bukan sebagai sumber materi. Dalam PBL juga siswa dituntut untuk mampu

berinteraksi secara baik dengan orang lain, anggota kelompok, ataupun kelompok

lain. Sebagaimana yang telah dikatakan Piaget dalam teori perkembangan

kognitifnya, bahwa salah satu cara siswa membangun pengetahuannya yaitu

melalui interkasi-interaksi secara aktif. Selain itu, siswa bisa memilih sendiri

permasalahan yang dianggap menarik untuk dicari alternatif solusi secara variatif

dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,

siswa akan berperan secara aktif dalam setiap pembelajaran dan pembelajaran

IPS dapat mencapai tujuannya.

Pembelajaran yang dimulai dengan sebuah masalah, apalagi masalah

tersebut dekat dan dapat mempengaruhi siswa, maka akan terjadi ketimpangan

pada pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Keadaan ini diharapkan dapat

mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan bermacam-macam pertanyaan

di sekitar masalah, seperti “apa yang dimaksud dengan….”, “bagaimana hal

(22)

8

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

tumbuh. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana

berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana

siswa mendapatkan, mengorganisir dan mengembangkan pengetahuannya.

Berdasarkan dengan latar belakang dan hasil penelitian terdahulu diatas,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul

“PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI

PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MATA PELAJARAN IPS

(PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI SMP NEGERI 10 KOTA BANDUNG

KELAS VIII-B)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini dituangkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai

berikut :

1. Bagaimana pendidik merencanakan dan merancang persiapan pembelajaran

dengan menggunakan Problem Based Learning dalam mengembangkan

kemampuan berpikir kritis siswa?

2. Bagaimana pendidik melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

Problem Based Learning dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis

siswa?

3. Apakah pelaksanaan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran

IPS mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa?

4. Hambatan apa yang ditemui saat diterapkannya Problem Based Learning

dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa?

5. Upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam mengatasi hambatan yang

ditemui saat diterapkannya Problem Based Learning dalam mengembangkan

(23)

9

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu 1.3. Tujuan

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, peneliti membagi

tujuan penelitian menjadi dua, tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum

dari penelitian ini adalah memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa melalui metode Problem Based Learning. Adapun tujuan khusus dari

penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan bagaimana perencanaan persiapan pembelajaran

menggunakan metode Problem Based Learning.

2. Mendeskripsikan langkah-langkah yang ditempuh pendidik dalam

menerapkan dan mengembangkan metode Problem Based Learning di kelas.

3. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi pada kemampuan

berpikir kritis siswa di kelas saat pendidik menerapkan metode Problem

Based Learning.

4. Mengidentifikasi hambatan yang terjadi saat pendidik menerapkan metode

Problem Based Learning di kelas.

5. Mengidentifikasi upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam mengatasi

hambatan yang ditemui saat diterapkannya Problem Based Learning dalam

mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni :

1. Manfaat Teoretis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu

pengetahuan dalam dunia pendidikan, terutama mengenai metode Problem

Based Learning untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa

(24)

10

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pendidik

Dapat dijadikan sebagai model pembelajaran yang bervariasi yang dapat

dikembangkan oleh pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang aktif

dan partisipatif dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa

pada pembelajaran IPS.

b. Siswa

Sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa

dalam materi pembelajaran IPS.

c. Sekolah

Memberikan informasi tentang kemampuan pendidik dalam

memvariasikan bentuk pelayanan kepada siswa dalam pembelajaran IPS.

d. Peneliti

Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih meningkatkann

pengetahuan dan pemahaman penulis mengenai pengembangan

kemampuan berpikir kritis siswa dengan metode Problem Based

Learning.

1.5. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya ke dalam lima bab

dengan rincian :

a. BAB I

Pada bab ini, penulis mencantumkan permasalahan atau fenomena yang

ditemukan penulis sebagai dasar dan alasan penulis meneliti hal tersebut.

Selain itu, dalam bab ini juga penulis mencantumkan perumusan

masalah, tujuan penelitian yang di lakukan dan manfaat yang diharapkan

(25)

11

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

b. BAB II

Dalam bab ini, penulis mencantumkan beberapa teori yang menjadi salah

satu alat ukur terhadap kedudukan permasalahan yang terjadi di dalam

kelas.

c. BAB III

Dalam bab ini, penulis menjabarkan secara rinci mengenai metode

penelitian yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini.

d. BAB IV

Dalam bab ini, penulis mencantumkan bagaimana penulis mengolah data

atau informasi yang didapat penulis dari lapangan hingga menampilkan

hasil pengolahan data tersebut

e. BAB V

Dalam bab ini, penulis menarik satu kesimpulan dari hasil penelitian dan

(26)

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

3.1.1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian pendidikan, dikenal ada dua paradigma yang sering

digunakan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan penelitian dilakukan

sebagai langkah awal dalam menyusun rencana penelitian agar dapat berjalan

dengan baik dan mampu mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan.

Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk melakukan

pendekatan penelitian secara kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah

mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, bagaimana cara mereka

berinteraksi dengan orang lain dengan memahami bahasa dan tafsiran mereka

tentang dunia di sekitarnya (Nasution, 2003: 5). Sedangkan, menurut Moloeng

(2005: 6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

tujuannya untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian

secara naturalistik dan holistik yang digambarkan melalui deskripsi kata-kata

bukan diukur dengan angka.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwasanya pendekatan kualitatif di sini merupakan pendekatan yang

mengamati segala tingkah laku siswa sebagai subjek penelitian dengan

keadaan sebenarnya. Dari pengertian tersebut, peneliti memutuskan

menggunakan pendekatan kualitatif. Karena, peneliti berkeinginan untuk

meneliti dalam keadaan yang naturalistik dan dengan data lapangan yang

sifatnya kontekstual. Akan tetapi, peneliti juga menggunakan data kuantitatif

yang sifatnya hanya pengukuran sederhana. Hal ini dilakukan karena beberapa

(27)

59

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

3.1.2. Metode Penelitian dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode Penelitian

Tindakan Kelas. Hopkins dalam Muslich (2009: 8) mengemukakan bahwa

penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif,

yang dilakukan pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional

dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam

permahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.

Dalam setiap penelitian tindakan bersifat partisipatif dan kolaboratif.

Dikatakan partisipatif karena penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti dari

penentuan topik hingga pelaporan. Dikatakan kolaboratif karena dalam

penelitian tindakan, peneliti membutuhkan mitra untuk mengamati

pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Hal ini juga berlaku bagi

penelitian tindakan kelas. Peneliti tentu akan membutuhkan mitra yang

mampu mengobservasi tindakan yang dilakukan dan mengevaluasi tindakan

tersebut sehingga memunculkan berbagai alternatif solusi inovatif yang akan

memperbaiki pembelajaran di kelas.

3.1.2.1. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Dalam melaksanakan PTK, pendidik hendaknya mengetahui dan

memahami beberapa karakteristik dari PTK (Kunandar, 2008:59)

1) Adanya masalah PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri

pendidik bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas

mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan perkatan lain

pendidik merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam

praktik pembelajaran yang dilakukannya.

2) PTK dilakukan oleh pendidik sendiri. Permasalahan yang terjadi di

(28)

60

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

treatment dapat disesuaikan dengan permasalahan, kultur dan budaya

kelas.

3) Penelitian melalui refleksi diri. Berbeda dengan penelitian biasa yang

mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai

responden. PTK dilakukan tidak hanya dengan merefleksi hasil dari

siswa, akan tetapi melihat juga bagaimana pendidik cara pendidik

melakukan treatment.

4) Penelitian tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga proses

penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku pendidik

dan siswa dalam melakukan interaksi

5) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran.

Treatment dilakukan secara bertahap dan terus menerus. Ini juga yang

membedakan penelitian eksperimen dengan PTK.

3.1.2.2. Langkah-langkan Penelitian Tindakan Kelas

Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui

dalam PTK, yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),

pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) Trianto (2011: 30). Di

dalam alur kegiatannya, tahap pelaksanaan dan pengamatan dilakukan

dalam waktu yang sama. Berikut ini merupakan gambar alur PTK model

(29)

61

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1 :

Alur PTK Model Kemmis dan Taggart

Sumber : Diadopsi dari tahapan yang diberikan Trianto (2011: 30)

Penelitian ini direncanakan akan menggunakan tiga siklus, akan

tetapi hal ini bukan menjadi patokan utama dalam pelaksanaan siklus. Jika

dibutuhkan, maka siklus akan berlangsung lebih dari tiga kali.

1) Tahap perencanaan

Dalam tahap ini observer beserta peneliti secara kolaboratif membuat

perencanaan untuk praktik pembelajaran dikelas untuk mendapatkan hasil

yang baik berdasarkan kebutuhan yang diambil dari analisis masalah yang

diperoleh pada saat pra- penelitian. Adapun rencana yang disusun dalam

penelitian ini, yaitu :

Refleksi

Refleksi

dst. Perencanaaan

Pelaksanaan

Pengamatan SIKLUS II

Perencanaaan

Pelaksanaan

(30)

62

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

a. Memastikan kelas yang akan menjadi tempat penelitian.

b. Menyusun waktu yang tepat untuk melakukan penelitian.

c. Mendiskusikan bersama observer langkah-langkah metode

pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) yang

akan diterapkan dalam penelitian tindakan kelas.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan

dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dikelas.

e. Mendiskusikan RPP yang telah dirancang dengan observer

f. Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

g. Merencanakan waktu diskusi balikan yang akan dilakukan dengan

observer.

h. Membuat rencana untuk melakukan perbaikan sebagi tindak lanjut

dari diskusi balikan yang telah dilakukan dengan kolaborator.

2) Tahap pelaksanaan

Tahapan ini merupakan tahapan pelaksanaan dari rencana yang telah

dibuat dan dirancang sebelumnya untuk menumbuhkan kemampuan siswa

dalam berpikir kritis dengan menggunakan model pembelajaran PBL pada

siswa kelas VIII-B SMP Negeri 10 Kota Bandung.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan yang akan dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Melaksanakan pertemuan pertama dan pertemuan kedua dalam

pembelajaran IPS dengan menerapkan model PBL dengan

rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan.

b. Mengoptimalkan penerapan model PBL dalam pembelajaran IPS

pada pertemuan pertama dan kedua.

c. Pendidik membagi kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5

orang. Kelompok diambil dengan diskusi kelas.

d. Pendidik meminta siswa mengambil sebuah permasalahan untuk

(31)

63

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

e. Kelompok mempelajari, mencari dan menelaah informasi

mengenai permasalahan tersebut dan sub-sub masalah yang

mengiutinya.

f. Kelompok mempresentasikan hasil temuannya dengan melakukan

diskusi.

g. Observer melakukan pengamatan secara teliti selama proses

pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua untuk melihat

perubahan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran

IPS dengan menggunakan instrumen yang diberikan oleh peneliti.

h. Melakukan wawancara dengan siswa setelah proses pembelajaran

berakhir.

i. Melakukan diskusi balikan dengan observer berdasarkan hasil

pengamatan berkaitan dengan penerapan model pembelajaran PBL

dalam pembelajaran IPS.

j. Melakukan revisi sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi balikan.

k. Melaksanakan pengolahan data yang diperoleh setelah penelitian

selasai dilaksanakan.

3) Observasi / pengamatan

Pada tahap ini, pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan

dilaksakannya tahap kedua. Dalam tahap observasi ini observer akan

mengamati semua aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

Pengamatan dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang telah

dipersiapkan. Lembar observasi yang telah disiapkan meliputi: 1) fokus

penelitian pada siswa yaitu apakah penerapan model pembelajaran PBL

dapat menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

dalam berpendapat. 2) fokus penelitian pada guru yakni kegiatan saat

(32)

64

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Kegiatan observasi dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui

permasalahan yang terjadi dikelas, dan memberikan solusi sebagai

tindakan awal untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dikelas tersebut,

sehingga peneliti dapat mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk

melengkapi hasil penelitian. Hasil observasi merupakan dasar refleksi bagi

tindakan yang telah dilakukan dan bagi penyusunan tindakan selanjutnya.

Pada tahap ini, observasi yang dilakukan meliputi kegiatan:

a. Melakukan observasi terhadap kelas yang akan diteliti.

b. Mengamati kesesuaian penerapan model pembelajaran PBL

dengan pokok bahasan.

c. Mengamati kesesuaian penerapan model pembelajaran PBL

dengan kaitan terhadap materi yang ada.

d. Pengamatan motivasi siswa saat kegiatan pembelajaran dengan

metode PBL.

e. Mengamati kemampuan guru dalam menerapkan model

pembelajaran PBL dalam mata pelajaran IPS.

f. Mengamati perubahan tumbuh dan berkembangnya ketrampilan

berpikir kritis siswa dengan penerapan model pembelajaran PBL

dalam pembelajaran IPS.

4) Refleksi

Pada tahap ini observer bersama peneliti secara bersama-sama

mengkaji proses, masalah persoalan, dan kendala yang nyata dalam

tindakan yang telah dilakukan, sekaligus mempertimbangkan berbagai

persfektif yang mungkin terjadi dalam situasi sosial kelas. Kegiatan ini

dilakukan dalam bentuk diskusi yang memiliki aspek evaluatif - refleksi

yang memberikan dasar bagi perbaikan dalam bentuk perubahan atau

(33)

65

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu 3.2. Lokasi dan Subjek Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksankan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10

Bandung. SMP ini terletak di Jln. Dewi Sartika No. 115 Bandung. Peneliti

melakukan penelitian kepada siswa kelas VIII-B. Pengambilan sampel

sekolah ini di dasari oleh beberapa tugas mata kuliah pada semester 6. Mata

kuliah tersebut mengharuskan peneliti untuk observasi langsung ke sekolah

dan peneliti memilih SMP Negeri 10 Kota Bandung. Selain itu, beberapa

temuan juga mendukung peneliti untuk memilih SMP tersebut. Jauh sebelum

peneliti melakukan observasi pra-penelitian, peneliti melakukan observasi

yang sama untuk tugas mata kuliah. Dari beberapa kali observasi, rupanya

banyak sekali permasalahan yang penanganannya belum baik. Salah satunya

adalah permasalahan yang dijadikan peneliti sebagai bahan dalam penelitian

ini.

3.2.2. Subjek Penelitian

Peneliti mengambil sampel secara langsung pada kelas VIII-B. Hal ini

dikarenakan alasan dari pendidik mata pelajaran IPS yang bertugas di kelas

tersebut. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melalukan wawancara ringan

dengan pendidik. Dari wawancara tersebutlah peneliti mengutarakan maksud

untuk melakukan penelitian dan pendidik mengusulkan untuk mengambil

sampel di kelas VIII-B karena sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.

Setelah itu, peneliti melakukan beberapa observasi pra-penelitian dikelas

tersebut dan beberapa kelas lainnya kemudian menarik kesimpulan dari hasil

(34)

66

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu 3.3. Definisi Operasional

Dalam bagian ini akan dijelaskan istilah-istilah operasional yang

digunakan. Untuk menghindari kekeliruan mengenai maksud dan tujuan yang

ingin dicapai, istilah-istilah tersebut adalah:

1) Berpikir kritis, dalam penelitian ini, peneliti mengartikan berpikir kritis

sebagai tingkatan berpikir yang lebih tinggi dimana siswa dapat

menganalisis, mensitetis masalah dan memberikan cara lain dalam

memecahkan permasalahan tersebut. Indikator berpikir kritis pada

penelitian ini adalah :

a. Siswa mampu memberikan penjelasan sederhana atas sebuah konsep

b. Membuat inferensi

c. Siswa mampu membuat penjelasan lebih lanjut

d. Siswa mampu menganalisis masalah dan memberikan alternatif

solusinya

e. Siswa melontarkan pertanyaan yang membutuhkan proses berpikir.

2) Problem Based Learning (PBL), menurut Dutch dalam Amir (2009: 21),

PBL merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar untuk belajar”, bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. PBL yang merupakan metode pembelajaran berbasis

masalah dapat digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta

kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Terdapat

beberapa langkah yang dirumuskan dalam PBL agar pembelajaran

berjalan dengan baik. Langkah-langkah tersebut adalah:

a. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

b. Merumuskan masalah

c. Menganalisis masalah

d. Menata gagasan secara sistematis dan menganalisisnya dengan dalam

(35)

67

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

f. Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (diluar diskusi

kelompok)

g. Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan

membuat laporan untuk pendidik atau kelas

3.4. Prosedur Penelitian

Agar penelitian dapat dilakukan dengan baik, efektif, efisien dan sesuai

dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti membuat langkah-langkah atau

jadwal penelitian yang berisikan sebagai berikut :

1) Tahap Pra-Penelitian

Pada tahap ini, peneliti melakukan penelitian awal pada saat melakukan

observasi untuk mata kuliah. Beberapa kali melakukan observasi, peneliti

memutuskan untuk melakukan penelitian dalam rangka memberikan solusi

atas permasalahan pendidikan yang sedang terjadi. Setelah peneliti

memutuskan masalah yang akan diteliti, kemudian peneliti merancang sebuah

proposal penelitian yang berjudul “MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING

(PBL) DALAM PEMBELAJARAN IPS”. Pada saat ini, peneliti belum

memutuskan untuk pengambilan sampel kelas.

Setelah rancangan proposal diberikan, peneliti mendapatkan persetujuan

untuk melakukan penelitian dengan judul diatas melalui seminar proposal.

Kemudian, peneliti melakukan beberapa revisi atas koreksi yang di berikan

oleh dosen pembimbing. Sambil merevisi proposal, peneliti juga melakukan

observasi lebih dalam terhadap sekolah yang dijadikan sampel yang kemudian

melahirkan kelas VIII-B sebagai sampel kelas yang akan dijadikan fokus

(36)

68

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Setelah menentukan sampel, peneliti melakukan wawancara awal kepada

siswa dan pandangan mereka mengenai mata pelajaran IPS. Selain itu, peneliti

juga meminta beberapa pendapat mengenai bagaimana mereka menanggapi

isu-isu, permasalahan atau fenomena yang sedang terjadi di sekitar mereka.

Hal ini di lakukan peneliti sebagai pengetahuan dasar tentang kondisi kelas.

Kemudian, peneliti bersama pendidik mata pelajaran IPS melakukan

pertemuan kembali untuk membahas mengenai teknis pembelajaran yang

nantinya akan diterapkan di dalam kelas.

2) Tahap pelaksanaan penelitian

a. Peneliti mengajukan perencanaan pembelajaran awal kepada pendidik

yang kemudian didiskusikan bersama dan memperbaiki kesalahan

yang terjadi.

b. Memberikan instrumen observasi kepada observer

c. Penelitian tindakan kelas tidak akan berhasil hanya dengan satu kali

penelitian maka dilanjutkan dengan penelitian tindkan kelas siklus

kedua yang di dalamya terdapat perencanaan, tindakan, observasi

serta refleksi.

d. Penelitian tindakan kelas siklus selanjutnya dilakukan apabila

penelitian yang di teliti belum mendapatkan hasil yang sesuai dengan

perencanaan yang ingin dicapai. Peneliti terus melakukan penelitian

tindakan kelas sampai sesuai dengan yang diinginkan dengan

beberapa siklus selanjutnya apabila siklus ketiga belum berhasil.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan dalam sebuah

penelitian. Data juga merupakan hal esensi yang nantinya akan dianalisis guna

mendapatkan sebuah kesimpulan penelitian tersebut. Menurut lofland dalam

(37)

69

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

kualitatif adalah kata-kata, foto dan statistik. Untuk memperoleh data yang

relevan, maka digunakan beberapa teknik pengumpulan data.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan

data, yaitu:

1) Observasi

Menurut Margono dalam Zuriah (2009: 173) bahwa observasi merupakan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak

pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan dilakukan peneliti di

tempat penelitian secara langsung dan bersetting alami. Metode observasi

juga dikatakan sebagai metode yang berfungsi ganda, sederhana dan tanpa

biaya.

Observasi dilakukan peneliti karena mengingat pentingnya seorang

peneliti untuk memahami permasalahan yang sedang ditelitinya dan bagi

peneliti sendiri, observasi di lakukan karena memiliki beberapa keunggulan

seperti yang dikemukakan dalam paragraf sebelumnya. Hal ini dikarenakan

selain untuk mengambil data, metode observasi juga menjadi ajang

pengembangan perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan peneliti.

Dikatakan sederhana karena peneliti hanya duduk di dalam kelas dan hanya

bermodalkan catatan berisi instrumen dalam observasi. Dalam penelitian ini,

instrumen observasi yang digunakan oleh peneliti yaitu observasi fokus pada

siswa dan fokus pada guru.

a. Instrumen observasi fokus siswa

Data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini ada dua yaitu data saat

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dan bagaimana perkembangan

(38)

70

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

pelaksanaan model pembelajaran PBL memuat lima indikator yang telah

peneliti kembangkan dalam penelitian ini, yaitu: 1) kemampuan dalam

merumuskan masalah, 2) kemampuan dalam menganalisis masalah, 3)

kemampuan dalam menata gagasan secara sistematis dan dalam, 4)

kemampuan dalam mensintesa dan mengevaluasi sumber dari luar.

Untuk lembar kemampuan berpikir kritis memuat lima indikator,

yaitu: 1) kemampuan dalam memberikan penjelasan secara sederhana, 2)

kemampuan dalam membuat inferensi, 3) kemampuan dalam membuat

penjelasan lebih lanjut, 4) kemampuan dalam menganalisis sebuah

permasalahan, 5) kemampuan dalam merancang alternatif solusi yang

inovatif. Pengisian setiap lembar observasi dilakukan dengan

menggunkan tanda check list pada salah satu kolom yang telah

disediakan.

Untuk kebutuhan penentuan keberhasilan penelitian, peneliti

menerapkan standar ketercapaian dari setiap hal pada lembar observasi.

Standar ini terbagi ke dalam empat kategori, yaitu : 1 = Kurang, 2 =

Cukup, 3 = Baik dan 4 = Sangat Baik. Untuk menentukan masuk pada

kategori manakah sebuah indikator, peneliti juga menyiapkan rentang

nilai dari setiap kategori, yaitu : 1 = kurang (0% - 40%), 2= cukup (<

40% - 60%), 3= baik (< 60% - 75%) dan 4 = sangat baik (< 75%). Angka

ini dibentuk secara mandiri oleh peneliti dengan didasari oleh data

ordinal. Data ordinal adalah data yang penomoran objek atau kategorinya

disusun menurut besarnya bisa dari nilai tertinggi sampai terendah

maupun sebaliknya. Untuk rentangan nilainya sendiri, data ordinal dapat

dengan bebas dibentuk dan tidak harus sama dengan rentang sebelumnya

(39)

71

Winda Harisanti, 2014

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Selain dengan rentangan angka yang dibentuk, peneliti juga

memberikan batasan-batasan pada setiap penilaian. Batasan-batasan

tersebut dijelaskan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 :

Pertanyaan terkonstruksi dengan baik dan hasil pemikiran sendiri

Siswa mampu

merumuskan

pertanyaan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi

Pertanyaan terkonstruksi dengan baik, hasil pemikiran sendiri dan minimal masuk pada

Penjelasan dapat dimengerti dan langsung mengarah pada jawaban atas pertanyaan yang diberikan

Siswa mampu

membuat penjelasan lanjutan

Penjelasan dapat dimengerti, menunujukkan bahwa pemateri memahami materinya ketika muncul pertanyaan lanjutan

Siswa mampu

memberikan

argumentasi atau justifikasi atas penjelasan yang telah dilontarkan

Argumentasi atau justifikasi yang diberikan berdasarkan teori atau materi yang nyata dan atau hasil pemikiran yang berlandaskan materi dan pegetahuan yang dimiliki.

Siswa mampu

memberikan kesimpulan

Kesimpulan yang diberikan merupakan pemaparan yang berisi kesimpulan dari keseluruhan diskusi

Siswa mampu

bekerjasama dengan

baik di dalam

kelompok

Seluruh anggota kelompok bertanggung jawab dan disiplin dalam pengerjaan tugas kelompok.

Siswa mampu

memperkecil konflik yang terjadi di dalam kelompok

Gambar

Tabel 4.12 :Hasil Observasi Penerapan Metode Pembelajaran PBL
Gambar 2.1     : Taxonomy Kognitif Benjamin Bloom ..........................
Gambar 3.1 :
Tabel 3.1 : Pedoman Penilaian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Problem Based Learning (PBL) pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah terhadap mata pelajaran IPS Terpadu, yang berarti hasil belajar IPS Terpadu siswa

Strategi Pembelajaraan Snowball drilling untuk meningkatkan motivasi belajar anak dalam mata pelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas di kelas VII-F SMP Negeri 26

PROFIL BERPIKIR KRITIS DEDUKSI DAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING.. Universitas

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model Double Loop Problem Solving terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X pada mata pelajaran

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh model problem based learning terhadap kemampuan berfikir kritis siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPS, kemudian

PENERAPAN MODEL RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TERHADAP ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN. IPS : penelitian tindakan kelas di

PENGGUNAAN MEDIA FILM DOKUMENTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR ANALISIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS: (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 9 Kota Bandung kelas VIII-6)..

UPAYA PENINGKATAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MEDIA FOTO ESSAY (Penelitian Tindakan Kelas VIII-E SMP Pasundan 4