Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem
Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagaian dari syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh
Winda Harisanti
0901876
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MATA PELAJARAN IPS
(PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI SMP NEGERI 10 KOTA BANDUNG
KELAS VIII-B)
Oleh
Winda Harisanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Winda Harisanti 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 10 Bandung. Hasil observasi menunjukkan bahwa terjadi banyak sekali permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas. Beberapa permasalahan itu seperti motivasi belajar, kondisi kelas dan proses pembelajaran yang monoton. Dengan beberapa permasalahan tersebut, peneliti memutuskan untuk memberikan solusi demi memperbaiki kualitas pembelajaran, yaitu menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pengambilan metode ini juga dilatarbelakangi oleh kajian pustaka yang dilakukan peneliti. Dikatakan bahwa metode PBL dapat membuat siswa menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar, meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, mendorong untuk berpikir, membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial, membangun kecakapan belajar dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana merencanakan dan melaskanakan metode PBL dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, hambatan atau kendala yang dihadapi dan upaya apa yang dilakukan untuk menyelesaikan hambatan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diadopsi dari Hopkins. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus yang mencakup empat tahapan pada setiap siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-B SMP Negeri 10 Bandung. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, wawancara dan catatan lapangan. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus pertama hasil observasi menunjukkan angka 34,21 %. Angka ini menunjukkan bahwa pada siklus pertama hasil yang diperoleh masih pada kategori kurang. Pada siklus kedua, terjadi peningkatan yang signifikan. Angka 69,73% berhasil dicapai dan masuk pada kategori baik. Peningkatan juga terus meningkat dilihat dari hasil observasi pada siklus ketiga. Angka 93,42 % berhasil dicapai dan masuk pada kategori sangat baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan yang dicapai siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka tergolong cepat.
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
This research was reasoning by observation result in SMP Negeri 10 Bandung. The result show so many problems in educational process. Such as: learn motivate, classroom condition, learning process with using one methods and teacher centered. Because of that problems happens, researcher decided to give a solution for a better quality of learning. The solution is apply Problem Based Learning (PBL) methods to increase students critical thingking ability. Using this methods also reasoning by deep analyze by myself. The theory said Problem Based Learning can increase student’s comprehension about social studies, motivate to think specially high level thingking, cooperation, leadership, social skill, building style of learning and increase their motivate about learning social studies. The problem of This research are : How to plan and act problem based
learning method to increase student’s critical thingking, How many effort in this research and how to finish the obstacle. This research used classroom action research method from Hopkins and used three cycle include four steps are planning, implementation, observation and reflection. Research subject were all students class VIII-B SMP Negeri 10 Kota Bandung. The instrument used was a
student’s critical thinking observational sheet, interview with students and teacher and also field note. Based on the observation result on first cycle scored 34,21%
and categorized as “less”. The next cycle had increased and categorized as “good”
with 69,73%. For the last cycle, the result obtained 93,42% and categorized as
“very good”. Thus, this research can improve and increase their critical thinking
skills when problem based learning apply in class.
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
1.5. Struktur Organisasi Skripsi ... 10
BAB II : KAJIAN TEORI 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Belajar ... 12
2.1.1.1Pengertian Belajar ... 12
2.1.1.2Prinsip-prinsip Belajar ... 12
2.1.2 Pembelajaran ... 13
2.1.2.1Pengertian Pembelajaran ... 13
2.1.2.2Unsur-unsur pembelajaran ... 14
2.1.2.3Tujuan Pembelajaran ... 14
2.1.2.4Mekanisme Pembelajaran ... ... 15
2.1.2.5Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran ... 16
2.1.3 Teori Belajar ... 18
2.1.3.1Teori Belajar Konstruktivistik ... 19
2.1.3.2Ciri dan Prinsip Teori Konstruktivistik ... 20
2.1.3.3Teori Perkembangan Kognitif Piaget ... 22
2.1.3.4Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik ... 23
2.2 Problem Based Learning (PBL) 2.2.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL) ... 24
2.2.2 Karakteristik Problem Based Learning (PBL) ... 25
2.2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... ... ... 27
2.2.4 Pendidik Sebagai Fasilitator dalam Problem Based Learning (PBL) ... ... ... 30
2.2.5 Manfaat Model Problem Based Learning (PBL) ... 33
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu 2.3 Keterampilan Berpikir Kritis
2.3.1 Keterampilan Berpikir Kritis ... ... 36
2.3.2 Taksonomi Pendidikan Benyamin S. Bloom ... 37
2.3.3 Karakteristik Berpikir Kritis ... ... 39
2.3.4 Keterampilan Penting dalam Berpikir Kritis ... 42
2.3.5 Indikator dan Tahapan Kemampuan Berpikir Kritis ... 43
2.3.6 Ciri-Ciri Orang yang Bersikap Kritis ... ... 47
2.3.7 Strategi Melatih Kemampuan Berpikir Kritis ... 47
2.4 Pendidikan IPS di Sekolah Menengah Pertama 2.4.1 Pengertian Pendidikan IPS ... ... 49
2.4.2 Dimensi IPS ... ... ... 49
2.4.3 Tujuan IPS ... ... ... 51
2.4.4 Ruang Lingkup Materi Pendidikan IPS ... .... 52
2.4.5 PBL dalam Pendidikan IPS ... ... 54
2.5 Penelitian Terdahulu ... ... ... 54
2.6 Kerangka Berpikir ... ... ... 56
2.7 Hipotesis ... ... ... ... . 57
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian ... ... ... 58
3.1.2 Metode Penelitian dan Penelitian Tindakan Kelas... .. 59
3.1.3 Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ... .. 59
3.1.4 Langkah-langkan Penelitian Tindakan Kelas ... 60
3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian ... ... ... 65
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Umum SMP Negeri 10 Kota Bandung ... 80
4.2. Deskripsi Awal Observasi 4.2.1 Pelaksanaan Observasi Awal Fokus Guru Mitra ... 81
4.2.2 Pelaksanaan Observasi Awal Fokus Siswa ... 82
4.2.3 Pelaksanaan Observasi Awal Pembelajaran IPS ... 83
4.2.4 Refleksi dan Rencana Penerapan Pembelajaran ... 85
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
4.3.5 Deskripsi Penelitian Tindakan Siklus I ... . 89
4.4 Hasil Penelitian Siklus I dan Temuan Penelitian 4.4.1 Hasil Observasi ... ... ... 93
4.4.2 Hasil Refleksi ... ... ... 112
4.4.3 Persepsi Guru dan Siswa ... ... 114
4.4.4 Temuan Penelitian Sebagai Perbaikan Siklus II ... 115
4.4. Penelitian Siklus II 4.5.1 Perencanaan ... ... ... 117
4.5.2 Pelaksanaan ... ... ... 118
4.5.3 Observasi ... ... ... 119
4.5.4 Refleksi ... ... ... 120
4.5.5 Deskripsi Penelitian Tindakan Siklus II ... 120
4.5. Hasil Penelitian Siklus II dan Temuan Penelitian 4.6.1 Hasil Observasi ... ... ... 126
4.6.2 Hasil Refleksi ... ... ... 144
4.6.3 Persepsi Guru dan Siswa ... ... 146
4.6.4 Temuan Penelitian Sebagai Perbaikan Siklus II ... 148
4.6. Penelitian Siklus III 4.7.1 Perencanaan ... ... ... 149
4.7.2 Pelaksanaan ... ... ... 150
4.7.3 Observasi ... ... ... 151
4.7.4 Refleksi ... ... ... 152
4.7.5 Deskripsi Penelitian Tindakan Siklus III ... 152
4.7. Hasil Penelitian Siklus III dan Temuan Penelitian 4.8.1 Hasil Observasi ... ... ... 157
4.8.2 Persepsi Guru dan Siswa ... ... 175
4.8.3 Temuan Penelitian Siklus III ... ... 178
4.8.4 Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) ... ... 179
4.8.5 Upaya Mengatasi Kendala yang Dihadapi ... 181
BAB V : KESIMPULAN dan SARAN 5.1. Kesimpulan ... ... ... ... 183
5.2. Saran ... ... ... ... 184
DAFTAR PUSTAKA ... 187
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Tingkatan Perkembangan Kognitif Manusia
menurut Piaget ... 22
Tabel 2.2 : Pertanyaan sebagai fasilitas pembelajaran PBL oleh pendidik... 30
Tabel 2.3 : Penjelasan lima indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (1985) ... 43
Tabel 2.4 : Kerangka Berpikir Penelitian ... 56
Tabel 3.1 : Pedoman Penilaian ... 71
Tabel 3.2 : Standar Keberhasilan Penelitian ... .... 73
Tabel 4.1 : Nama Kelompok Beserta Anggotanya pada Siklus I ... 90
Tabel 4.2.1 : Kemampuan Merumuskan Pertanyaan Sederhana Pada Siklus I... 93
Tabel 4.2.2 : Kemampuan Merumuskan Pertanyaan Tingkat Lanjut Pada Siklus I... 94
Tabel 4.2.3 : Kemampuan Memberikan Penjelasan Sederhana Pada Siklus I... 95
Tabel 4.2.4 : Kemampuan Membuat Penjelasan Lanjutan Pada Siklus I... 96
Tabel 4.2.5 : Kemampuan Memberikan Argumentasi dan Justifikasi Pada Siklus I... 97
Tabel 4.2.6 : Kemampuan Memberikan Kesimpulan Pada Siklus I ... 98
Tabel 4.2.7 : Kemampuan Bekerjasama Pada Siklus I... 98
Tabel 4.2.8 : Kemampuan Memperkecil Konflik Kelompok Pada Siklus I... 99
Tabel 4.2.9 : Kemampuan Mengidentifikasi Contoh Pada Siklus I... 100
Tabel 4.2.10 : Kemampuan Melakukan Review Pada Siklus I... 100
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.2.12 : Kemampuan Mencari Informasi Pada Siklus I... 101
Tabel 4.2.13 : Kemampuan Memilah Informasi Pada Siklus I... 102
Tabel 4.2.14 :Kemampuan Menjaga Kondisi Pemikiran
Pada Siklus I... 102
Tabel 4.2.15 : Kemampuan Melihat Persamaan dan Perbedaan Pada Sub
Masalah Pada Siklus I... 103
Tabel 4.2.16: Kemampuan Melakukan Review atas Informasi yang
Didapat Pada Siklus I... 103
Tabel 4.2.17 :Kemampuan Merancang Alternatif Solusi
Pada Siklus I .... ... 104
Tabel 4.2.18 : Kemampuan Menerima Saran Orang Lain dalam
Mengembangkan Ide-ide Baru Pada Siklus I... 104
Tabel 4.2.19 : Kemampuan Menerima Perbendaan Pandangan
Dengan Orang Lain Pada Siklus I... 105
Tabel 4.3 : Hasil Presentase Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Pada Siklus I... 105
Tabel 4.4 :Hasil Observasi Penerapan Metode Pembelajaran PBL
Pada Siklus I... 109
Tabel 4.5 : Nama Kelompok Beserta Anggotanya pada Siklus II ... 121
Tabel 4.6.1 : Kemampuan Merumuskan Pertanyaan Sederhana
Pada Siklus II... 126
Tabel 4.6.2 : Kemampuan Merumuskan Pertanyaan Tingkat Lanjut
Pada Siklus II... 127
Tabel 4.6.3 : Kemampuan Memberikan Penjelasan Sederhana
Pada Siklus II... 128
Tabel 4.6.4 : Kemampuan Membuat Penjelasan Lanjutan
Pada Siklus II... 128
Tabel 4.6.5 : Kemampuan Memberikan Argumentasi dan Justifikasi
Pada Siklus II... 129
Tabel 4.6.6 : Kemampuan Memberikan Kesimpulan
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.6.7 : Kemampuan Bekerjasama Pada Siklus II... 130
Tabel 4.6.8 : Kemampuan Memperkecil Konflik Kelompok
Pada Siklus II... 130
Tabel 4.6.9 : Kemampuan Mengidentifikasi Contoh Pada Siklus II ... 131
Tabel 4.6.10 : Kemampuan Melakukan Review Pada Siklus II ... 132
Tabel 4.6.11 : Kemampuan Menghubungkan Masalah Pada Materi
Pada Siklus II... 132
Tabel 4.6.12 : Kemampuan Mencari Informasi Pada Siklus II... 133
Tabel 4.6.13 : Kemampuan Memilah Informasi Pada Siklus II... 133
Tabel 4.6.14 :Kemampuan Menjaga Kondisi Pemikiran
Pada Siklus II... 134
Tabel 4.6.15 : Kemampuan Melihat Persamaan dan Perbedaan Pada Sub
Masalah Pada Siklus II... 134
Tabel 4.6.16: Kemampuan Melakukan Review atas Informasi yang
DidapatPada Siklus II... 135
Tabel 4.6.17 :Kemampuan Merancang Alternatif Solusi
Pada Siklus II... 135
Tabel 4.6.18 : Kemampuan Menerima Saran Orang Lain dalam
Mengembangkan Ide-ide Baru Pada Siklus II... 136
Tabel 4.6.19 : Kemampuan Menerima Perbendaan Pandangan
Dengan Orang Lain Pada Siklus II... 136
Tabel 4.7 : Hasil Presentase Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Pada Siklus II... 137
Tabel 4.8 :Hasil Observasi Penerapan Metode Pembelajaran PBL
Pada Siklus II... 140
Tabel 4.9 : Nama Kelompok Beserta Anggotanya pada Siklus III ... 153
Tabel 4.10.1 : Kemampuan Merumuskan Pertanyaan Sederhana
Pada Siklus III... 157
Tabel 4.10.2 : Kemampuan Merumuskan Pertanyaan Tingkat Lanjut
Pada Siklus III... 158
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Pada Siklus III... 158
Tabel 4.10.4 : Kemampuan Membuat Penjelasan Lanjutan
Pada Siklus III... 159
Tabel 4.10.5 : Kemampuan Memberikan Argumentasi dan Justifikasi
Pada Siklus III... 159
Tabel 4.10.6 : Kemampuan Memberikan Kesimpulan
Pada Siklus III... 160
Tabel 4.10.7 : Kemampuan Bekerjasama Pada Siklus III... 160
Tabel 4.10.8 : Kemampuan Memperkecil Konflik Kelompok
Pada Siklus III... 161
Tabel 4.10.9 : Kemampuan Mengidentifikasi Contoh
Pada Siklus III... 161
Tabel 4.10.10 : Kemampuan Melakukan Review Pada Siklus III... 162
Tabel 4.10.11 : Kemampuan Menghubungkan Masalah Pada Materi
Pada Siklus III... 162
Tabel 4.10.12 : Kemampuan Mencari Informasi Pada Siklus III... 163
Tabel 4.10.13 : Kemampuan Memilah Informasi Pada Siklus III... 163
Tabel 4.10.14 :Kemampuan Menjaga Kondisi Pemikiran
Pada Siklus III... 164
Tabel 4.10.15 : Kemampuan Melihat Persamaan dan Perbedaan
Pada Sub Masalah Pada Siklus III... 164
Tabel 4.10.16: Kemampuan Melakukan Review atas Informasi yang
DidapatPada Siklus III... 165
Tabel 4.10.17 :Kemampuan Merancang Alternatif Solusi
Pada Siklus III... 165
Tabel 4.10.18 : Kemampuan Menerima Saran Orang Lain dalam
Mengembangkan Ide-ide Baru Pada Siklus III... 166
Tabel 4.10.19 : Kemampuan Menerima Perbendaan Pandangan
Dengan Orang Lain Pada Siklus III... 166
Tabel 4.11 : Hasil Presentase Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.12 :Hasil Observasi Penerapan Metode Pembelajaran PBL
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Taxonomy Kognitif Benjamin Bloom ... 39
Gambar 3.1 : Alur PTK Model Kemmis dan Taggart ... 61
Gambar 4.1 : Perbandingan Presentase Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Pada Siklus I dan II ... 138
Gambar 4.2 : Perbandingan Hasil Presentase Penerapan Metode
PBL pada Siklus I dan II ... 144
Gambar 4.3 : Perbandingan Presentase Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Pada Siklus I, II dan III... 168
Gambar 4.4 : Perbandingan Hasil Presentase Penerapan Metode
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mengutip dari Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea
keempat, bahwa salah satu tujuan terbentuknya negara Indonesia adalah untuk
mencerdaskan bangsa. Hal ini tentu menjadi salah satu pilar yang penting bagi
terciptanya sebuah negara yang lebih baik. Dalam mencerdaskan bangsa, tentu
bukan menjadi hal yang sangat mudah bagai membalikkan tangan. Meskipun
Indonesia telah diproklamirkan merdeka selama 68 tahun (1945-2013) masih
banyak permasalahan yang muncul dan menghalangi terwujudnya tujuan ini. Oleh
karena itu, dibutuhkan banyak upaya yang berkesinambungan dan berkelanjutan
untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan kita.
Salah satu dari banyak masalah yang terjadi di dunia pendidikan kita
adalah lemahnya mental belajar pada siswa khususnya dalam mempelajari mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Penulis memfokuskan subjek penelitian
pada siswa tingkat menengah pertama atau SMP. Selain karena bidang penulis
adalah IPS yang terpadu, yang notabene diterapkan hanya di sekolah tingkat dasar
dan menengah penulis juga melihat bagaimana tingkatan kognitif manusia yang
dipaparkan oleh Piaget. dari tingakatan itu jugalah peneliti merasa bahwa siswa
SMP telah cukup usia untuk dijadikan subjek penelitian yang akan mengkaji
mengenai berpikir kritis siswa.
Pada observasi pra penelitian yang penulis lakukan di SMP Negeri 10
Bandung, ditemukan bahwa siswa memiliki sedikit motivasi untuk belajar,
khususnya dalam mata pelajaran IPS. Pembelajaran IPS di sekolah masih
berorientasi pada pendidik. Dimana, pendidik merupakan sumber utama materi
2
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Sedangkan siswa tidak berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
mengakibatkan siswa menjadi “manja” dalam belajar.
Para siswa yang cenderung terus-menerus memposisikan pendidik sebagai
pusat pembelajaran dan enggan untuk mengorganisasikan dan mengembangkan
pengetahuan mereka sendiri. Meskipun pendidik telah menggunakan beberapa
metode dan media pembelajaran secara variatif seperti menggunakan
gambar-gambar, itu hanya dianggap siswa sebagai penarik perhatian atau variasi
pembelajaran saja, bukan sebagai sarana mengkonstruksi dan mengembangkan
pengetahuannya. Hal ini berdampak pada tingkat pengetahuan siswa dan cara
berpikir mereka yang hanya mampu berpikir pada taraf pemahaman saja.
Taraf ini diidentifikasi oleh penulis pada saat pendidik memberikan
kesempatan bertanya, hanya satu sampai dua orang saja yang bertanya atau malah
tidak ada sama sekali. Jenis pertanyaan yang mereka ajukan hanya berada pada
taraf pengetahuan dan pemahaman saja seperti “apa yang di maksud
dengan....(sebuah konsep)”. Sehingga, pengetahuan yang mereka dapatkan sangat mudah menguap dan dilupakan. Hal ini tentu menjadi hal yang harus diperhatikan
oleh setiap pendidik. Bisa kita bayangkan jika siswa mempelajari IPS sebagai
kewajiban atau beban belajar saja tanpa memahami dan mencapai tujuan yang
sebenarnya.
Menurut beberapa siswa yang diwawancarai pada pra penelitian oleh
penulis, mereka cenderung tidak menyukai pembelajaran IPS. Menurut mereka,
IPS merupakan mata pelajaran yang terlalu banyak materi dan hapalan. Sehingga,
untuk membacanya dan mengikuti pembelajaran di kelas terlalu menjenuhkan.
Jika kita melihat hakekat IPS yang sebenarnya, dapat disimpulkan bahwa IPS
bukanlah mata pelajaran yang selalu menghapalkan materi, tetapi juga
3
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Penerapan ini juga rupanya tidak dilakukan oleh para siswa. Banyak dari
mereka yang mengaku apatis terhadap permasalahan yang terjadi disekitarnya.
Karena, menurut mereka hal itu tidak penting dan tidak dibutuhkan dalam
pembelajaran serta tidak membuat mereka mendapatkan hasil belajar yang lebih
tinggi. Sikap apatis ini, akhirnya membentuk siswa yang hanya berpikir
bagaimana mendapatkan hasil belajar yang tinggi dengan berbagai cara tanpa
memperluas wawasan dan tidak mampu menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Sebagaimana di kemukakan Suprijono (2009: viii), bahwa kondisi ini
menunjukkan disparitas antara pencapaian academic standard dengan
performance standard. Maksud academic standard di sini adalah pencapaian
siswa terhadap materi yang dipelajari siswa di kelas. Sedangkan, performance
standard adalah bagaimana siswa memahami materi itu dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dilihat dari hasil belajar siswa, banyak yang
mendapatkan nilai yang baik bahkan melampaui jauh dari kriteria minimalnya
(KKM). Tetapi, tidak sedikit dari mereka yang tidak memahami materi tersebut
dan menerapkannya.
Selain itu, sikap apatis ini rupanya sangat bertolak belakang dengan
hakekat pembelajaran IPS yang seharusnya. Menurut Sumaatmadja dalam
Rismayanti (2009: 5), hakekat pembelajaran IPS adalah mempelajari, menelaah
dan mengkaji sistem kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan
kebutuhannya di permukaan bumi ini. Dengan demikian, pembelajaran IPS di
kelas haruslah pembelajaran yang mengajak siswa untuk melihat, mempelajari,
menelaah dan mengkaji bagaimana tingkah laku manusia. Dimana, dalam
menjalankan kehidupannya, manusia memiliki beragam masalah yang dapat
dikaji oleh siswa sehingga tidak dialami oleh mereka. Dalam mengkaji
permasalahan-permasalahan tersebut, siswa tentu harus melakukan proses
4
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
mengevaluasi permasalahan tersebut sehingga muncul alternatif solusi yang
variatif dan dapat diterapkan oleh siswa.
Selain itu, pola teacher centered yang telah terpatri dalam pemikiran siswa
ini perlu dirubah menjadi pola student centered. Hal ini dapat dilihat dari alasan
yang diberikan oleh Sanjaya dalam Rismayanti (2009: 3). Pertama, siswa adalah
organisme dengan tahap berkembang. Dalam tahap ini, siswa membutuhkan
peranan orang dewasa untuk membimbing dan mengarahkan mereka, bukan
untuk membawa mereka dalam tujuan yang dipaksakan oleh orang dewasa.
Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan bukan diartikan sebagai ajang
penghafalan materi. Akan tetapi, harus mampu mengasah kemampuan berpikir
siswa . Ketiga, siswa harus dipandang sebagai subjek belajar yang harus mencari
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.
Ketiga alasan di atas dengan jelas telah menyebutkan bahwa siswa haruslah
mengasah kemampuan berpikirnya sendiri sehingga dapat mengkonstruksi dan
mengembangkan pengetahuannya masing-masing dengan didampingi oleh orang
dewasa sebagai mitra yang membantu siswa. Untuk meningkatkan
pengetahuannya, siswa bisa melakukan dengan berbagai cara. Salah satunya
adalah dengan menguasai keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Berpikir kritis merupakan salah satu bagian dalam keterampilan berpikir
tingkat tinggi. Syah dalam hidayat (2012: 6) menyatakan bahwa berpikir kritis
merupakan wujud perilaku belajar terutama yang berkaitan dengan pemecahan
masalah. Berpikir juga baru dikatakan kritis jika si pemikir dapat menganalisis
permasalahan dengan cermat dan mampu menyelesaikannya dengan konsep yang
sesuai dan dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, kemampuan berpikir
kritis sangatlah diperlukan oleh siswa untuk dapat mencapai hakekat dari IPS
yang telah dijabarkan sebelumnya.
Mengingat pentingnya berpikir kritis sangat di butuhkan, peneliti
memutuskan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai salah
5
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat reflektif, yang dilakukan pelaku tindakan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan
memperdalam permahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.
Dengan demikian, keberhasilan pendidikan tidak bisa hanya dilihat dari hasil
yang diperoleh, tetapi juga ditentukan oleh proses pembelajaran yang tepat
dengan menggunakan strategi pengajaran, media, dan metode yang tepat. Proses
pembelajaran yang harus dilakukan oleh pendidik adalah proses pembelajaran
yang dapat merangsang dan memfasilitasi siswa untuk melihat
permasalahan-permasalahan yang terjadi dan memecahkannya dengan konsep-konsep IPS yang
dimiliki. Untuk menyelesaikan permasalahan diatas, penulis melakukan kajian
pustaka pra-penelitian dan menemukan beberapa hasil penelitian terdahulu yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian
terdahulu yang penulis jadikan acuan yakni penelitian yang menerapkan metode
Problem Based Learning (PBL).
Penelitian terhadap siswa SMP Negeri 1 Sumberjaya oleh Tika Fajar
Muflihah (2011: 69), bahwa penerapan metode Problem Based Learning dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian lain yang dilakukan
terhadap siswa SMA Negeri 7 Bandung oleh Amiyati Nur Fatimah (2010: 74),
bahwa penerapan metode Problem Based Learning menjadikan kemampuan
berpikir kritis siswa lebih baik dibandingkan dengan sebelum tindakan dilakukan.
Dengan penelitian terdahulu diatas, penulis memutuskan menggunakan model
pembelajaran kontekstual dan fokus pada Problem Based Learning Sebagai
model yang akan digunakan oleh penulis untuk mengubah paradigma
pembelajaran di kelas.
Problem Based Learning (PBL) merupakan strategi pembelajaran dimana
sumber belajarnya selain menggunakan buku mata pelajaran, juga menggunakan
permasalahan-permasalahan atau fenomena-fenomena yang sedang terjadi, baik
6
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Bern dan Erickson dalam Komalasari (2010: 59) menegaskan bahwa Problem
Based Learning merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan
keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi mengumpulkan dan
menyatukan informasi dan mempresentasikan penemuan.
Problem Based Learning memiliki beberapa karakteristik yang disebutkan
oleh Hidayat (2012: 17) sebagai berikut:
a. Belajar dimulai dengan satu masalah. Sudah menjadi ciri utama Problem
Based Learning bahwa setiap proses pembelajaran diawali dengan sebuah
masalah yang nantinya akan dianalisis dan dipecahkan menggunakan
konsep-konsep IPS yang sedang atau telah dipelajari.
b. Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa.
Masalah yang diambil haruslah yang dekat dengan siswa, karena siswa akan
langsung merasakan dan memiliki konsep awal dari masalah tersebut dan
mampu menganalisis dengan baik.
c. Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu.
Seperti dalam point satu, proses pembelajaran mengorganisasikan masalah
yang kemudian dianalisis dan dicari pemecahannya dengan konsep (disiplin
ilmu) yang sedang dipelajari atau yang telah dimiliki siswa.
d. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan
menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri. Dikarenakan
pembelajaran ini berpusat pada siswa, tentu segala aspek pembelajaran akan
didominasi oleh siswa bukan pendidik.
e. Menggunakan kelompok kecil. Selain mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri, siswa juga diharapkan dapat bersosialisasi dengan baik. Secara
individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan
kelompok. Dengan kelompok kecil, siswa dapat melatih dan memperbaiki
7
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
permasalahan tersebut. Sehingga, analisis masalah dapat dilakukan dengan
cermat dan mendalam.
f. Menuntut siswa untuk mendemonstrasi-kan yang telah mereka pelajari dalam
bentuk produk atau kinerja. Setelah siswa menganalisis permasalahan
tersebut, mereka tidak berhenti sampai di situ. mereka diharuskan
melaporkan hasil analisis tersebut kepada siswa atau kelompok lain di kelas
dan mampu menerapkan hasilnya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari keenam kriteria diatas, dengan jelas menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan model PBL dimulai dengan masalah yang diangkat yang
kemudian dianalisis oleh siswa sesuai dengan materi yang sedang dibahas atau
dengan konsep-konsep yang telah dimiliki siswa. PBL juga menuntut siswa
untuk dapat belajar mandiri dan memposisikan pendidik sebagai pembimbing
bukan sebagai sumber materi. Dalam PBL juga siswa dituntut untuk mampu
berinteraksi secara baik dengan orang lain, anggota kelompok, ataupun kelompok
lain. Sebagaimana yang telah dikatakan Piaget dalam teori perkembangan
kognitifnya, bahwa salah satu cara siswa membangun pengetahuannya yaitu
melalui interkasi-interaksi secara aktif. Selain itu, siswa bisa memilih sendiri
permasalahan yang dianggap menarik untuk dicari alternatif solusi secara variatif
dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
siswa akan berperan secara aktif dalam setiap pembelajaran dan pembelajaran
IPS dapat mencapai tujuannya.
Pembelajaran yang dimulai dengan sebuah masalah, apalagi masalah
tersebut dekat dan dapat mempengaruhi siswa, maka akan terjadi ketimpangan
pada pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Keadaan ini diharapkan dapat
mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan bermacam-macam pertanyaan
di sekitar masalah, seperti “apa yang dimaksud dengan….”, “bagaimana hal
8
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
tumbuh. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana
berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana
siswa mendapatkan, mengorganisir dan mengembangkan pengetahuannya.
Berdasarkan dengan latar belakang dan hasil penelitian terdahulu diatas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul
“PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MATA PELAJARAN IPS
(PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI SMP NEGERI 10 KOTA BANDUNG
KELAS VIII-B)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini dituangkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana pendidik merencanakan dan merancang persiapan pembelajaran
dengan menggunakan Problem Based Learning dalam mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa?
2. Bagaimana pendidik melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
Problem Based Learning dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis
siswa?
3. Apakah pelaksanaan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran
IPS mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa?
4. Hambatan apa yang ditemui saat diterapkannya Problem Based Learning
dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa?
5. Upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam mengatasi hambatan yang
ditemui saat diterapkannya Problem Based Learning dalam mengembangkan
9
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu 1.3. Tujuan
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, peneliti membagi
tujuan penelitian menjadi dua, tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
dari penelitian ini adalah memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa melalui metode Problem Based Learning. Adapun tujuan khusus dari
penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan bagaimana perencanaan persiapan pembelajaran
menggunakan metode Problem Based Learning.
2. Mendeskripsikan langkah-langkah yang ditempuh pendidik dalam
menerapkan dan mengembangkan metode Problem Based Learning di kelas.
3. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi pada kemampuan
berpikir kritis siswa di kelas saat pendidik menerapkan metode Problem
Based Learning.
4. Mengidentifikasi hambatan yang terjadi saat pendidik menerapkan metode
Problem Based Learning di kelas.
5. Mengidentifikasi upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam mengatasi
hambatan yang ditemui saat diterapkannya Problem Based Learning dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni :
1. Manfaat Teoretis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan dalam dunia pendidikan, terutama mengenai metode Problem
Based Learning untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
10
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pendidik
Dapat dijadikan sebagai model pembelajaran yang bervariasi yang dapat
dikembangkan oleh pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang aktif
dan partisipatif dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa
pada pembelajaran IPS.
b. Siswa
Sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
dalam materi pembelajaran IPS.
c. Sekolah
Memberikan informasi tentang kemampuan pendidik dalam
memvariasikan bentuk pelayanan kepada siswa dalam pembelajaran IPS.
d. Peneliti
Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih meningkatkann
pengetahuan dan pemahaman penulis mengenai pengembangan
kemampuan berpikir kritis siswa dengan metode Problem Based
Learning.
1.5. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya ke dalam lima bab
dengan rincian :
a. BAB I
Pada bab ini, penulis mencantumkan permasalahan atau fenomena yang
ditemukan penulis sebagai dasar dan alasan penulis meneliti hal tersebut.
Selain itu, dalam bab ini juga penulis mencantumkan perumusan
masalah, tujuan penelitian yang di lakukan dan manfaat yang diharapkan
11
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
b. BAB II
Dalam bab ini, penulis mencantumkan beberapa teori yang menjadi salah
satu alat ukur terhadap kedudukan permasalahan yang terjadi di dalam
kelas.
c. BAB III
Dalam bab ini, penulis menjabarkan secara rinci mengenai metode
penelitian yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini.
d. BAB IV
Dalam bab ini, penulis mencantumkan bagaimana penulis mengolah data
atau informasi yang didapat penulis dari lapangan hingga menampilkan
hasil pengolahan data tersebut
e. BAB V
Dalam bab ini, penulis menarik satu kesimpulan dari hasil penelitian dan
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
3.1.1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian pendidikan, dikenal ada dua paradigma yang sering
digunakan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan penelitian dilakukan
sebagai langkah awal dalam menyusun rencana penelitian agar dapat berjalan
dengan baik dan mampu mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan.
Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk melakukan
pendekatan penelitian secara kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah
mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, bagaimana cara mereka
berinteraksi dengan orang lain dengan memahami bahasa dan tafsiran mereka
tentang dunia di sekitarnya (Nasution, 2003: 5). Sedangkan, menurut Moloeng
(2005: 6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
tujuannya untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian
secara naturalistik dan holistik yang digambarkan melalui deskripsi kata-kata
bukan diukur dengan angka.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwasanya pendekatan kualitatif di sini merupakan pendekatan yang
mengamati segala tingkah laku siswa sebagai subjek penelitian dengan
keadaan sebenarnya. Dari pengertian tersebut, peneliti memutuskan
menggunakan pendekatan kualitatif. Karena, peneliti berkeinginan untuk
meneliti dalam keadaan yang naturalistik dan dengan data lapangan yang
sifatnya kontekstual. Akan tetapi, peneliti juga menggunakan data kuantitatif
yang sifatnya hanya pengukuran sederhana. Hal ini dilakukan karena beberapa
59
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
3.1.2. Metode Penelitian dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas. Hopkins dalam Muslich (2009: 8) mengemukakan bahwa
penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif,
yang dilakukan pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional
dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam
permahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.
Dalam setiap penelitian tindakan bersifat partisipatif dan kolaboratif.
Dikatakan partisipatif karena penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti dari
penentuan topik hingga pelaporan. Dikatakan kolaboratif karena dalam
penelitian tindakan, peneliti membutuhkan mitra untuk mengamati
pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Hal ini juga berlaku bagi
penelitian tindakan kelas. Peneliti tentu akan membutuhkan mitra yang
mampu mengobservasi tindakan yang dilakukan dan mengevaluasi tindakan
tersebut sehingga memunculkan berbagai alternatif solusi inovatif yang akan
memperbaiki pembelajaran di kelas.
3.1.2.1. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Dalam melaksanakan PTK, pendidik hendaknya mengetahui dan
memahami beberapa karakteristik dari PTK (Kunandar, 2008:59)
1) Adanya masalah PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri
pendidik bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas
mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan perkatan lain
pendidik merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam
praktik pembelajaran yang dilakukannya.
2) PTK dilakukan oleh pendidik sendiri. Permasalahan yang terjadi di
60
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
treatment dapat disesuaikan dengan permasalahan, kultur dan budaya
kelas.
3) Penelitian melalui refleksi diri. Berbeda dengan penelitian biasa yang
mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai
responden. PTK dilakukan tidak hanya dengan merefleksi hasil dari
siswa, akan tetapi melihat juga bagaimana pendidik cara pendidik
melakukan treatment.
4) Penelitian tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga proses
penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku pendidik
dan siswa dalam melakukan interaksi
5) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran.
Treatment dilakukan secara bertahap dan terus menerus. Ini juga yang
membedakan penelitian eksperimen dengan PTK.
3.1.2.2. Langkah-langkan Penelitian Tindakan Kelas
Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui
dalam PTK, yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) Trianto (2011: 30). Di
dalam alur kegiatannya, tahap pelaksanaan dan pengamatan dilakukan
dalam waktu yang sama. Berikut ini merupakan gambar alur PTK model
61
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1 :
Alur PTK Model Kemmis dan Taggart
Sumber : Diadopsi dari tahapan yang diberikan Trianto (2011: 30)
Penelitian ini direncanakan akan menggunakan tiga siklus, akan
tetapi hal ini bukan menjadi patokan utama dalam pelaksanaan siklus. Jika
dibutuhkan, maka siklus akan berlangsung lebih dari tiga kali.
1) Tahap perencanaan
Dalam tahap ini observer beserta peneliti secara kolaboratif membuat
perencanaan untuk praktik pembelajaran dikelas untuk mendapatkan hasil
yang baik berdasarkan kebutuhan yang diambil dari analisis masalah yang
diperoleh pada saat pra- penelitian. Adapun rencana yang disusun dalam
penelitian ini, yaitu :
Refleksi
Refleksi
dst. Perencanaaan
Pelaksanaan
Pengamatan SIKLUS II
Perencanaaan
Pelaksanaan
62
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
a. Memastikan kelas yang akan menjadi tempat penelitian.
b. Menyusun waktu yang tepat untuk melakukan penelitian.
c. Mendiskusikan bersama observer langkah-langkah metode
pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) yang
akan diterapkan dalam penelitian tindakan kelas.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dikelas.
e. Mendiskusikan RPP yang telah dirancang dengan observer
f. Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.
g. Merencanakan waktu diskusi balikan yang akan dilakukan dengan
observer.
h. Membuat rencana untuk melakukan perbaikan sebagi tindak lanjut
dari diskusi balikan yang telah dilakukan dengan kolaborator.
2) Tahap pelaksanaan
Tahapan ini merupakan tahapan pelaksanaan dari rencana yang telah
dibuat dan dirancang sebelumnya untuk menumbuhkan kemampuan siswa
dalam berpikir kritis dengan menggunakan model pembelajaran PBL pada
siswa kelas VIII-B SMP Negeri 10 Kota Bandung.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Melaksanakan pertemuan pertama dan pertemuan kedua dalam
pembelajaran IPS dengan menerapkan model PBL dengan
rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan.
b. Mengoptimalkan penerapan model PBL dalam pembelajaran IPS
pada pertemuan pertama dan kedua.
c. Pendidik membagi kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5
orang. Kelompok diambil dengan diskusi kelas.
d. Pendidik meminta siswa mengambil sebuah permasalahan untuk
63
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
e. Kelompok mempelajari, mencari dan menelaah informasi
mengenai permasalahan tersebut dan sub-sub masalah yang
mengiutinya.
f. Kelompok mempresentasikan hasil temuannya dengan melakukan
diskusi.
g. Observer melakukan pengamatan secara teliti selama proses
pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua untuk melihat
perubahan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
IPS dengan menggunakan instrumen yang diberikan oleh peneliti.
h. Melakukan wawancara dengan siswa setelah proses pembelajaran
berakhir.
i. Melakukan diskusi balikan dengan observer berdasarkan hasil
pengamatan berkaitan dengan penerapan model pembelajaran PBL
dalam pembelajaran IPS.
j. Melakukan revisi sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi balikan.
k. Melaksanakan pengolahan data yang diperoleh setelah penelitian
selasai dilaksanakan.
3) Observasi / pengamatan
Pada tahap ini, pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan
dilaksakannya tahap kedua. Dalam tahap observasi ini observer akan
mengamati semua aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
Pengamatan dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang telah
dipersiapkan. Lembar observasi yang telah disiapkan meliputi: 1) fokus
penelitian pada siswa yaitu apakah penerapan model pembelajaran PBL
dapat menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
dalam berpendapat. 2) fokus penelitian pada guru yakni kegiatan saat
64
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Kegiatan observasi dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui
permasalahan yang terjadi dikelas, dan memberikan solusi sebagai
tindakan awal untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dikelas tersebut,
sehingga peneliti dapat mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk
melengkapi hasil penelitian. Hasil observasi merupakan dasar refleksi bagi
tindakan yang telah dilakukan dan bagi penyusunan tindakan selanjutnya.
Pada tahap ini, observasi yang dilakukan meliputi kegiatan:
a. Melakukan observasi terhadap kelas yang akan diteliti.
b. Mengamati kesesuaian penerapan model pembelajaran PBL
dengan pokok bahasan.
c. Mengamati kesesuaian penerapan model pembelajaran PBL
dengan kaitan terhadap materi yang ada.
d. Pengamatan motivasi siswa saat kegiatan pembelajaran dengan
metode PBL.
e. Mengamati kemampuan guru dalam menerapkan model
pembelajaran PBL dalam mata pelajaran IPS.
f. Mengamati perubahan tumbuh dan berkembangnya ketrampilan
berpikir kritis siswa dengan penerapan model pembelajaran PBL
dalam pembelajaran IPS.
4) Refleksi
Pada tahap ini observer bersama peneliti secara bersama-sama
mengkaji proses, masalah persoalan, dan kendala yang nyata dalam
tindakan yang telah dilakukan, sekaligus mempertimbangkan berbagai
persfektif yang mungkin terjadi dalam situasi sosial kelas. Kegiatan ini
dilakukan dalam bentuk diskusi yang memiliki aspek evaluatif - refleksi
yang memberikan dasar bagi perbaikan dalam bentuk perubahan atau
65
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu 3.2. Lokasi dan Subjek Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksankan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10
Bandung. SMP ini terletak di Jln. Dewi Sartika No. 115 Bandung. Peneliti
melakukan penelitian kepada siswa kelas VIII-B. Pengambilan sampel
sekolah ini di dasari oleh beberapa tugas mata kuliah pada semester 6. Mata
kuliah tersebut mengharuskan peneliti untuk observasi langsung ke sekolah
dan peneliti memilih SMP Negeri 10 Kota Bandung. Selain itu, beberapa
temuan juga mendukung peneliti untuk memilih SMP tersebut. Jauh sebelum
peneliti melakukan observasi pra-penelitian, peneliti melakukan observasi
yang sama untuk tugas mata kuliah. Dari beberapa kali observasi, rupanya
banyak sekali permasalahan yang penanganannya belum baik. Salah satunya
adalah permasalahan yang dijadikan peneliti sebagai bahan dalam penelitian
ini.
3.2.2. Subjek Penelitian
Peneliti mengambil sampel secara langsung pada kelas VIII-B. Hal ini
dikarenakan alasan dari pendidik mata pelajaran IPS yang bertugas di kelas
tersebut. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melalukan wawancara ringan
dengan pendidik. Dari wawancara tersebutlah peneliti mengutarakan maksud
untuk melakukan penelitian dan pendidik mengusulkan untuk mengambil
sampel di kelas VIII-B karena sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.
Setelah itu, peneliti melakukan beberapa observasi pra-penelitian dikelas
tersebut dan beberapa kelas lainnya kemudian menarik kesimpulan dari hasil
66
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu 3.3. Definisi Operasional
Dalam bagian ini akan dijelaskan istilah-istilah operasional yang
digunakan. Untuk menghindari kekeliruan mengenai maksud dan tujuan yang
ingin dicapai, istilah-istilah tersebut adalah:
1) Berpikir kritis, dalam penelitian ini, peneliti mengartikan berpikir kritis
sebagai tingkatan berpikir yang lebih tinggi dimana siswa dapat
menganalisis, mensitetis masalah dan memberikan cara lain dalam
memecahkan permasalahan tersebut. Indikator berpikir kritis pada
penelitian ini adalah :
a. Siswa mampu memberikan penjelasan sederhana atas sebuah konsep
b. Membuat inferensi
c. Siswa mampu membuat penjelasan lebih lanjut
d. Siswa mampu menganalisis masalah dan memberikan alternatif
solusinya
e. Siswa melontarkan pertanyaan yang membutuhkan proses berpikir.
2) Problem Based Learning (PBL), menurut Dutch dalam Amir (2009: 21),
PBL merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar untuk belajar”, bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. PBL yang merupakan metode pembelajaran berbasis
masalah dapat digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta
kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Terdapat
beberapa langkah yang dirumuskan dalam PBL agar pembelajaran
berjalan dengan baik. Langkah-langkah tersebut adalah:
a. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
b. Merumuskan masalah
c. Menganalisis masalah
d. Menata gagasan secara sistematis dan menganalisisnya dengan dalam
67
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
f. Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (diluar diskusi
kelompok)
g. Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan
membuat laporan untuk pendidik atau kelas
3.4. Prosedur Penelitian
Agar penelitian dapat dilakukan dengan baik, efektif, efisien dan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti membuat langkah-langkah atau
jadwal penelitian yang berisikan sebagai berikut :
1) Tahap Pra-Penelitian
Pada tahap ini, peneliti melakukan penelitian awal pada saat melakukan
observasi untuk mata kuliah. Beberapa kali melakukan observasi, peneliti
memutuskan untuk melakukan penelitian dalam rangka memberikan solusi
atas permasalahan pendidikan yang sedang terjadi. Setelah peneliti
memutuskan masalah yang akan diteliti, kemudian peneliti merancang sebuah
proposal penelitian yang berjudul “MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) DALAM PEMBELAJARAN IPS”. Pada saat ini, peneliti belum
memutuskan untuk pengambilan sampel kelas.
Setelah rancangan proposal diberikan, peneliti mendapatkan persetujuan
untuk melakukan penelitian dengan judul diatas melalui seminar proposal.
Kemudian, peneliti melakukan beberapa revisi atas koreksi yang di berikan
oleh dosen pembimbing. Sambil merevisi proposal, peneliti juga melakukan
observasi lebih dalam terhadap sekolah yang dijadikan sampel yang kemudian
melahirkan kelas VIII-B sebagai sampel kelas yang akan dijadikan fokus
68
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Setelah menentukan sampel, peneliti melakukan wawancara awal kepada
siswa dan pandangan mereka mengenai mata pelajaran IPS. Selain itu, peneliti
juga meminta beberapa pendapat mengenai bagaimana mereka menanggapi
isu-isu, permasalahan atau fenomena yang sedang terjadi di sekitar mereka.
Hal ini di lakukan peneliti sebagai pengetahuan dasar tentang kondisi kelas.
Kemudian, peneliti bersama pendidik mata pelajaran IPS melakukan
pertemuan kembali untuk membahas mengenai teknis pembelajaran yang
nantinya akan diterapkan di dalam kelas.
2) Tahap pelaksanaan penelitian
a. Peneliti mengajukan perencanaan pembelajaran awal kepada pendidik
yang kemudian didiskusikan bersama dan memperbaiki kesalahan
yang terjadi.
b. Memberikan instrumen observasi kepada observer
c. Penelitian tindakan kelas tidak akan berhasil hanya dengan satu kali
penelitian maka dilanjutkan dengan penelitian tindkan kelas siklus
kedua yang di dalamya terdapat perencanaan, tindakan, observasi
serta refleksi.
d. Penelitian tindakan kelas siklus selanjutnya dilakukan apabila
penelitian yang di teliti belum mendapatkan hasil yang sesuai dengan
perencanaan yang ingin dicapai. Peneliti terus melakukan penelitian
tindakan kelas sampai sesuai dengan yang diinginkan dengan
beberapa siklus selanjutnya apabila siklus ketiga belum berhasil.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan dalam sebuah
penelitian. Data juga merupakan hal esensi yang nantinya akan dianalisis guna
mendapatkan sebuah kesimpulan penelitian tersebut. Menurut lofland dalam
69
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
kualitatif adalah kata-kata, foto dan statistik. Untuk memperoleh data yang
relevan, maka digunakan beberapa teknik pengumpulan data.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data, yaitu:
1) Observasi
Menurut Margono dalam Zuriah (2009: 173) bahwa observasi merupakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan dilakukan peneliti di
tempat penelitian secara langsung dan bersetting alami. Metode observasi
juga dikatakan sebagai metode yang berfungsi ganda, sederhana dan tanpa
biaya.
Observasi dilakukan peneliti karena mengingat pentingnya seorang
peneliti untuk memahami permasalahan yang sedang ditelitinya dan bagi
peneliti sendiri, observasi di lakukan karena memiliki beberapa keunggulan
seperti yang dikemukakan dalam paragraf sebelumnya. Hal ini dikarenakan
selain untuk mengambil data, metode observasi juga menjadi ajang
pengembangan perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan peneliti.
Dikatakan sederhana karena peneliti hanya duduk di dalam kelas dan hanya
bermodalkan catatan berisi instrumen dalam observasi. Dalam penelitian ini,
instrumen observasi yang digunakan oleh peneliti yaitu observasi fokus pada
siswa dan fokus pada guru.
a. Instrumen observasi fokus siswa
Data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini ada dua yaitu data saat
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dan bagaimana perkembangan
70
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
pelaksanaan model pembelajaran PBL memuat lima indikator yang telah
peneliti kembangkan dalam penelitian ini, yaitu: 1) kemampuan dalam
merumuskan masalah, 2) kemampuan dalam menganalisis masalah, 3)
kemampuan dalam menata gagasan secara sistematis dan dalam, 4)
kemampuan dalam mensintesa dan mengevaluasi sumber dari luar.
Untuk lembar kemampuan berpikir kritis memuat lima indikator,
yaitu: 1) kemampuan dalam memberikan penjelasan secara sederhana, 2)
kemampuan dalam membuat inferensi, 3) kemampuan dalam membuat
penjelasan lebih lanjut, 4) kemampuan dalam menganalisis sebuah
permasalahan, 5) kemampuan dalam merancang alternatif solusi yang
inovatif. Pengisian setiap lembar observasi dilakukan dengan
menggunkan tanda check list pada salah satu kolom yang telah
disediakan.
Untuk kebutuhan penentuan keberhasilan penelitian, peneliti
menerapkan standar ketercapaian dari setiap hal pada lembar observasi.
Standar ini terbagi ke dalam empat kategori, yaitu : 1 = Kurang, 2 =
Cukup, 3 = Baik dan 4 = Sangat Baik. Untuk menentukan masuk pada
kategori manakah sebuah indikator, peneliti juga menyiapkan rentang
nilai dari setiap kategori, yaitu : 1 = kurang (0% - 40%), 2= cukup (<
40% - 60%), 3= baik (< 60% - 75%) dan 4 = sangat baik (< 75%). Angka
ini dibentuk secara mandiri oleh peneliti dengan didasari oleh data
ordinal. Data ordinal adalah data yang penomoran objek atau kategorinya
disusun menurut besarnya bisa dari nilai tertinggi sampai terendah
maupun sebaliknya. Untuk rentangan nilainya sendiri, data ordinal dapat
dengan bebas dibentuk dan tidak harus sama dengan rentang sebelumnya
71
Winda Harisanti, 2014
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Selain dengan rentangan angka yang dibentuk, peneliti juga
memberikan batasan-batasan pada setiap penilaian. Batasan-batasan
tersebut dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 :
Pertanyaan terkonstruksi dengan baik dan hasil pemikiran sendiri
Siswa mampu
merumuskan
pertanyaan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi
Pertanyaan terkonstruksi dengan baik, hasil pemikiran sendiri dan minimal masuk pada
Penjelasan dapat dimengerti dan langsung mengarah pada jawaban atas pertanyaan yang diberikan
Siswa mampu
membuat penjelasan lanjutan
Penjelasan dapat dimengerti, menunujukkan bahwa pemateri memahami materinya ketika muncul pertanyaan lanjutan
Siswa mampu
memberikan
argumentasi atau justifikasi atas penjelasan yang telah dilontarkan
Argumentasi atau justifikasi yang diberikan berdasarkan teori atau materi yang nyata dan atau hasil pemikiran yang berlandaskan materi dan pegetahuan yang dimiliki.
Siswa mampu
memberikan kesimpulan
Kesimpulan yang diberikan merupakan pemaparan yang berisi kesimpulan dari keseluruhan diskusi
Siswa mampu
bekerjasama dengan
baik di dalam
kelompok
Seluruh anggota kelompok bertanggung jawab dan disiplin dalam pengerjaan tugas kelompok.
Siswa mampu
memperkecil konflik yang terjadi di dalam kelompok