• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini akan menyimpulkan hasil akhir dari penelitian yang telah dilakukan dan merekomendasikan terhadap berbagai pihak mengenai hasil yang telah dicapai baik dari sekolah, guru, siswa, amupun peneliti sendiri. Adapun simpulan dan hasil rekomendasinya adalah sebagai berikut :

A. Simpulan

Penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS sebagai upaya peningkatan social capital siswa di kelas VIII-D SMP Negeri 45 Bandung secara umum dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning tipe NHT merupakan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan social capital siswa. Hal tersebut terbukti dari beberapa hasil siklus bahwa terdapat peningkatan perolehan nilai rata-rata sebelum dan setelah diterapkannya model cooperative learning tipe NHT. Secara khusus dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan guru dalam mempersiapkan pembelajaran menggunakan cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS disusun dengan berlandaskan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menyesuaikan SK KD serta menyusun LKS (Lembar Kerja Siswa). Setiap rancangan kegiatan pembelajaran, siswa mediskusikan dan menampilkan tema yang berbeda, membagi siswa dalam beberapa kelompok heterogen yang mana pada siklus ketiga kelompoknya berbeda dengan merubah menjadi lima kelompok yang awalnya tujuh kelompok, mendiskusikan LKS dan presentasi kelompok serta menyusun lembar observasi untuk melihat aktivitas guru dan siswa

223

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada saat pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya, peneliti menyusun angket untuk melihat perkembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe NHT sebagai alat yang memudahkan peneliti agar mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dilakukan agar dapat mengkonversi capaian-capaian yang dilakukan siswa menjadi suatu nilai. Angket ini diisi siswa setiap setelah melaksanakan pembelajaran di akhir siklus.

2. Pelaksanaan model cooperative learning untuk mengembangkan social capital siswa dalam pembelajaran IPS dilakukan oleh guru melalui tiga tahap kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan pra pembelajaran, kegiatan inti dan kegiatan akhir pembelajaran. Pada kegiatan pra pembelajaran peneliti memberikan penjelasan secara singkat atau gambaran umum materi yang akan diajarkan dan menyampaikan tujuan pembelajaran dalam menerapkan model cooperative learning tipe NHT. Pada kegiatan inti pelaksanaan pembelajaran guru membentuk kelompok heterogen dan memberikan tugas atau lembar kerja siswa yang harus dikerjakan oleh siswa dalam kelompok. Kemudian kegiatan akhir pembelajaran guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan, melakukan evaluasi dan refleksi. Pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning tipe NHT bisa menjadi salah satu cara guru untuk mengembangkan dan meningkatkan social capital siswa dalam kelompok pada pembelajaran IPS.

3. Peningkatan social capital siswa setelah diterapkannya model cooperative learning dalam pembelajaran IPS dikelas VII-D dalam kategori baik. Terdapat perbedaan kemampuan social capital siswa pada pengukuran awal sampai pengukuran akhir setelah diterapkannya model cooperative learning tipe NHT. Hal ini terjadi karena didalam pembelajaran NHT yang mana siswa aktif bekerjasama antar anggota kelompok dengan norma dan timbal balik dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Rata-rata social

224

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

caiptal siswa di SMP Negeri 45 Bandung berada pada kategiri “baik”, hal ini terbukti dari peningkatan beberapa indikator social capital seperti trust, norms, networking, dan resiprocity yang signifikan dari tiap siklusnya. Dimana pelaksanaan pembelajaran dilakukan berdasarkan rencana awal dan rencana yang telah disusun oleh peneliti melalui bimbingan dengan guru mitra dan dosen pembimbing skripsi setiap akan melaksanakan siklusnya.

4. Kendala-kendala dalam proses peningkatan social capital siswa melalui pembelajaran IPS dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT di kelas VII-d SMPN 45 Bandung. Dalam penelitian ini ditemukan kendala-kendala dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Mereka belum terbiasa dengan pengelompokan siswa yang dibuat, dimana banyak sekali siswa dikelas ini yang mengeluhkan kelompoknya dan siswa ingin berpindah kelompok. Maka disini peneliti berusaha untuk meyakinkan siswa sebelum adanya perubahan kelompok yang pada akhirnya dirubah pada saat siklus ketiga sesuai dengan hasil analisis guru mitra dan peneliti pada siklus kedua. Kendala tersebut juga dapat diatasi dengan melakukan modifikasi model cooperative learning tipe NHT, jadi disini siswa tidak hanya berdiskusi dan presentasi saja, siswa menampilkan beberapa modifikasi NHT seperti memasukan model bermain peran dan tebak kata sehingga menjadikan siswa tidak terlalu jenuh dengan model pembelajaran yang diterapkan.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan penelitian dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT dalam pembelajaran IPS untuk mengembangkan dan meningkatkan social capital siswa, terdapat beberapa poin yang menjadi saran dari peneliti kepada berbagai pihak yang terkait dalam penelitian ini, diantaranya:

225

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagi pihak sekolah, peneliti berharap melalui penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS khususnya di SMP Negeri 45 Kota Bandung. Selain itu pula, pembelajaran yang dilakukan di sekolah perlu memperhatikan proses pembelajaran itu sendiri bukan hanya melihat hasil dari pembelajaran yang dapat dicapai oleh siswa. Peneliti juga berharap pihak sekolah dapat memberikan dukungan, sarana dan prasarana yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan metode yang kreatif, inovatif dan kontekstual dengan menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran.

2. Bagi guru, dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap menjadi masukan pada guru-guru untuk melakukan variasi menggunakan model-model pembelajaran agar pembelajaran IPS di dalam kelas menjadi lebih bermakna dan menyenangkan. Karena peneliti menyadari bahwa guru bukan hanya sebagai sumber informasi, namun sebagai fasilitator, dan motivator bagi siswa di dalam proses pembelajaran. selain itu juga metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat lebih inovatif dan kreatif sesuai dengan kebutuhan siswa. Guru dapat mengembangkan berbagai metode dan model pembelajaran yang lebih baik lagi dan disenangi oleh siswa agar dapat lebih bersemangat dalam mempelajari mata pelajaran IPS.

3. Bagi siswa, dengan adanya penelitian mengenai penerapan model cooperative learning tipe NHT dalam pembelajaran IPS sebagai upaya peningkatan social capital siswa memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat mengembangkan sikap dan keterampilan siswa. Selain itu juga siswa diharapkan dapat mengikuti pembelajaran IPS dengan baik dengan tidak bermain-main selama pembelajaran. Siswa juga harus mampu berinteraksi dan membaur, berteman dan menjalin kepercayaan untuk kerjasama yang baik dengan siapapun dan dapat saling tolong menolong

226

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk membantu dalam hal apapun, terutama saat ada teman yang kurang memahmi materi atau tugas pada saat berkelompok dan jangan saling membiarkan hingga tugas yang diberikan guru tidak bisa diselesaikan tepat waktu sebagai timbal balik dari adanya interaksi tersebut. Siswa harus saling membantu dalam hal apapun, terutama pada saat berkelompok, jangan saling membiarkan hingga tugas yang diberikan guru tidak bisa diselesaikan tepat waktu.

4. Bagi Peneliti, penelitian ini menjadi inspirasi tersendiri, peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna, sehingga perlu adanya tindak lanjut dan penelitian selanjutnya mengenai penerapan model cooperative learning tipe NHT dalam pembelajaran IPS di SMP dalam upaya mengembangkan social capital siswa dapat dilakukan dengan lebih lanjut, dengan mempersiapkan tema yang berbeda dan segala sesuatunya dengan baik sebelum melakukan penelitian dengan tujuan semakin meningkatnya kualitas pembelajaran.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan. Semoga pengalaman belajar yang siswa peroleh dapat memberikan manfaat terhadap pengembangan social capital siswa yang tertanam secara konsisten serta menjadi landasan kehidupan siswa sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat melalui pembelajaran IPS.

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dokumen terkait