• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SOCIAL CAPITAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII-D SMPN 45 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN SOCIAL CAPITAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII-D SMPN 45 Bandung."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 1913/UN.40.2.7/PL/2014 No. Daftar FPIPS: 4355/UN. 40. 2. 7/PL/2014

PENGEMBANGAN SOCIAL CAPITAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS

TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII-D SMPN 45 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh :

DENI WIDANINGSIH 1006113

PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

No. Daftar FPIPS: 1913/UN.40.2.7/PL/2014 No. Daftar FPIPS: 4355/UN. 40. 2. 7/PL/2014

PENGEMBANGAN SOCIAL CAPITAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS

TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII-D SMPN 45 Bandung)

Oleh Deni Widaningsih

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan MatematikadanIlmuPengetahuanAlam

© Deni Widaningsih 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

No. Daftar FPIPS: 1913/UN.40.2.7/PL/2014 No. Daftar FPIPS: 4355/UN. 40. 2. 7/PL/2014

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGEMBANGAN SOCIAL CAPITAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS

TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII-D SMPN 45 Bandung)

Oleh: Deni Widaningsih

NIM. 1006113

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed NIP. 19611215 198603 2 003

Pembimbing II,

Dra. Hj. Neiny Ratmaningsih, M. Pd NIP.19611014 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan IPS

(4)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGEMBANGAN SOCIAL CAPITAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung)

Oleh: Deni Widaningsih

(5)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(6)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF STUDENTS SOCIAL CAPITAL THROUGH THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL NUMBERED

HEADS TOGETHER TYPE IN LEARNING IPS

(Classroom Action Research in Class of VII-D SMP Negeri 45 Bandung)

By:

Deni Widaningsih

(7)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(8)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penjelasan Istilah ... 9

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Model Cooperative Learning ... 12

1. Definisi Cooperative Learning ... 12

2. Tujuan Cooperative Learning ... 13

3. Karakteristik Cooperative Learning ... 14

4. Manfaat Cooperative Learning ... 16

5. Unsur-unsur Penting dalam Cooperative Learning ... 17

(9)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Tinjauan Tentang Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together ... 18

(10)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Numeberd Heads

Together ... 19

Pengelolaan Kelas Model Cooperative Learning Tipe Numeberd Heads Together ... 20

Manfaat Cooperative Learning Tipe Numeberd Heads Together ... 20

Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Numeberd Heads Together ... 21

C. Tinjauan Tentang Social Capital ... 22

1. Definisi Modal Sosial (Social Capital) ... 22

2. Definisi Pembelajaran IPS ... 31

3. Tujuan IPS ... 33

4. Karakteristik IPS ... 34

5. Penerapan Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together untuk mengembangkan Social Capital Siswa pada Pembelajaran IPS .... ... 35

6. Penelitian Terdahulu ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

Lokasi Penelitian ... 39

Waktu Penelitian ... 39

B. Subjek Penelitian ... 40

C. Metode Penelitian ... 40

1. Penelitian Tindakan Kelas ... 41

D. Desain Penelitian ... 43

E. Prosedur Penelitian... 46

1. Tahapan Perencanaan Tindakan Penelitian ... 46

2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan Penelitian ... 49

(11)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(12)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Instrumen Penelitian ... 51

1. Pedoman Observasi ... 52

2. Pedoman Wawancara ... 52

3. Catatan Lapangan ... 53

G. Teknik Pengumpulan Data ... 53

1. Observasi ... 53

2. Catatan Lapangan ... 53

3. Wawancara ... 54

4. Studi Dokumentasi ... 54

H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 54

1. Teknik Pengolahan Data ... 54

2. Analisis Data ... 55

I. Uji Validasi Data dan Interpretasi ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umun Lokasi Penelitian ... 61

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 65

C. Langkah-langkah Perencanaan Pelaksanaan Penelitian ... 67

D. Deskripsi Silabus dan RPP ... 69

E. Deskripsi Pelaksanaa Tindakan ... 70

1. Siklus Pertama ... 70

2. Siklus Kedua ... 111

3. Siklus Ketiga ... 149

4. Siklus Keempat ... 181

F. Analisis Hasil Pembelajaran IPS Melalui Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together untuk Mengembangkan Social Capital Siswa .. ... 213

(13)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pelaksanaan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together untuk Mengembangkan Social Capital dalam Pembelajaran

IPS ... 217

3. Peningkatan Social Capital Siswa setelah diterapkannya Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together dalam Pembelajaran IPS ... 218

4. Kendala dan Solusi dalam Penerapan model Cooperative Learning Tipe NHT untuk Mengembangkan Social Capital Siswa ... 220

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 222

B. Saran ... 224

DAFTAR PUSTAKA ... xviii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xx

(14)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Rentang Skor ... 57 Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMP Negeri 45 Bandung ... 63 Tabel 4.2 Daftar Nama Kelompok Pada Siklus Pertama ... 74 Tabel 4.3 Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus Pertama Menurut Observer

1 dan 2 ... 77 Tabel 4.4 Hasil Observasi dalam Melihat Social Capital Siswa pada Siklus

Pertama ... 81 Tabel 4.5 Data Angket Siswa “Pernyataan Positif” pada Siklus Pertama

Peningkatan Pembelajaran IPS ... 84 Tabel 4.6 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Pertama

Peningkatan Pembelajaran IPS melalui Model Pembelajaran NHT . 85 Tabel 4.7 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Pertama

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Networkimg ... 87 Tabel 4.8 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Pertama

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Resiprocity ... 91 Tabel 4.9 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Pertama

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Norms ... 93 Tabel 4.10 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Pertama

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Trust ... 94 Tabel 4.11 Data Angket Siswa “Pernyataan Negatif” pada Siklus Pertama

Peningkatan Social Capital dalam Pembelajaran IPS ... 97 Tabel 4.12 Nilai Proses Kelompok Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi

Kelas Siklus Pertama ... 99 Tabel 4.13 Nilai Individu Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi Kelas Siklus

(15)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(16)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

(17)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.16 Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus Kedua Menurut Observer 1 dan 2 ... 118 Tabel 4.17 Hasil Observasi dalam Melihat Social Capital Siswa pada Siklus

Kedua ... 122 Tabel 4.18 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Kedua

Peningkatan Pembelajaran IPS ... 125 Tabel 4.19 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Kedua

Peningkatan Pembelajaran IPS melalui Model Pembelajaran NHT ... 126

Tabel 4.20 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Kedua

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Networkimg... 129 Tabel 4.21 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Kedua

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Resiprocity ... 132 Tabel 4.22 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Kedua

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Norms ... 134 Tabel 4.23 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Kedua

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Trust ... 135 Tabel 4.24 Data Angket Siswa “Pernyataan Negatif” pada Siklus Kedua

Peningkatan Social Capital dalam Pembelajaran IPS ... 138 Tabel 4.25 Nilai Proses Kelompok Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi

Kelas Siklus Kedua ... 140 Tabel 4.26 Nilai Individu Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi Kelas Siklus

Kedua ... 142 Tabel 4.27 Daftar Nama Kelompok Pada Siklus Ketiga ... 152 Tabel 4.28 Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus Ketiga Menurut Observer

(18)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.30 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Ketiga Peningkatan Pembelajaran IPS ... 161

Tabel 4.31 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Ketiga Peningkatan Pembelajaran IPS ... 163 Tabel 4.32 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Ketiga

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Networkimg ... 164 Tabel 4.33 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Ketiga

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Resiprocity ... 166 Tabel 4.34 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Ketiga

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Norms ... 167 Tabel 4.35 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Ketiga

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Trust ... 168 Tabel 4.36 Data Angket Siswa “Pernyataan Negatif” pada Siklus Ketiga

Peningkatan Social Capital dalam Pembelajaran IPS ... 170 Tabel 4.37 Nilai Proses Kelompok Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi

Kelas Siklus Ketiga ... 174 Tabel 4.38 Nilai Individu Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi Kelas Siklus

Ketiga ... 175 Tabel 4.39 Daftar Nama Kelompok Pada Siklus Keempat ... 184 Tabel 4.40 Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus Keempat Menurut

Observer 1 dan 2 ... 186 Tabel 4.41 Hasil Observasi dalam Melihat Social Capital Siswa pada Siklus

Keempat ... 189 Tabel 4.42 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Keempat

Peningkatan Pembelajaran IPS ... 192 Tabel 4.43 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Keempat

(19)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.44 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Keempat

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Networking ... 196 Tabel 4.45 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Keempat

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Resiprocity ... 197 Tabel 4.46 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Keempat

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Norms ... 199 Tabel 4.47 Data Angket Siswa “Pernyataan Posotif” pada Siklus Keempat

Peningkatan Social Capital dalam Aspek Trust ... 200 Tabel 4.48 Data Angket Siswa “Pernyataan Negatif” pada Siklus Keempat

Peningkatan Social Capital dalam Pembelajaran IPS ... 201 Tabel 4.49 Nilai Proses Kelompok Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi

Kelas Siklus Keempat ... 205 Tabel 4.50 Nilai Individu Pada Saat Diskusi Kelompok dan Diskusi Kelas Siklus

Keempat ... 206 Tabel 4.51 Hasil Observasi Penerapan Model Cooperative Learning Tipe NHT

(20)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

(21)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta SMPN 45 Bandung ... 38 Gambar 3.2 Desain Model PTK Menurut Kemmis dan Taggart ... 44 Gambar 4.1 Denah Lokasi SMPN 45 Bandung ... 62 Gambar 4.2 Denah dan Posisi Duduk Siswa dengan Menggunakan Model Meja

(22)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

(23)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

(24)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM

(25)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Presentase Observasi Guru Pada Siklus Pertama ... 79 Grafik 4.2 Hasil Presentase Observasi Siswa Pada Siklus Pertama ... 82 Grafik 4.3 Hasil Presentase Angket Siswa Pada Siklus Pertama ... 98 Grafik 4.4 Hasil Observasi Aktifitas Social Capital Siswa Dalam Kelompok Pada

Siklus Pertama ... 106 Grafik 4.5 Hasil Presentase Observasi Guru Pada Siklus Kedua ... 120 Grafik 4.6 Hasil Presentase Observasi Siswa Pada Siklus Kedua ... 123 Grafik 4.7 Hasil Presentase Angket Siswa Pada Siklus Kedua ... 139 Grafik 4.8 Hasil Observasi Aktifitas Social Capital Siswa Dalam Kleompok Pada

Siklus Kedua ... 147 Grafik 4.9 Hasil Presentase Observasi Guru Pada Siklus Ketiga ... 156 Grafik 4.10 Hasil Presentase Observasi Siswa Pada Siklus Ketiga ... 159 Grafik 4.11 Hasil Presentase Angket Siswa Pada Siklus Ketiga ... 173 Grafik 4.12 Hasil Observasi Aktifitas Social Capital Siswa Dalam Kleompok

Pada Siklus Ketiga ... 180 Grafik 4.13 Hasil Presentase Observasi Guru Pada Siklus Keempat ... 187 Grafik 4.14 Hasil Presentase Observasi Siswa Pada Siklus Keempat ... 190 Grafik 4.15 Hasil Presentase Angket Siswa Pada Siklus Keempat ... 204 Grafik 4.16 Hasil Observasi Aktifitas Social Capital Siswa Dalam Kleompok

(26)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

(27)

2

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kurang mengakui adanya siswa lain, kurang menghargai dan percaya pada siswa lain. Adanya sikap ini di antara siswa tersebut merupakan salah satu indikator masih lemahnya atau kurangnya modal sosial (social capital) siswa. Dengan adanya social capital dalam suatu kelompok dapat mempengaruhi penampilan semua siswa yang ada didalam kelompok tersebut. Adanya social capital dengan menghargai antara siswanya dan menggunakan aktifitas kelas yang mendorong siswa untuk berinteraksi secara kolaboratif. Sebagai makhluk sosial, setiap siswa seharusnya memiliki social capital, tentu dengan derajat modal sosial yang berbeda antara pseserta didik yang satu dengan siswa yang lainnya. Ibrahim (Badaruddin. 2008, hlm. 9) menyebutkan bahwa:

„hakikat modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari warga masyarakat, di mana hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi sosial dalam waktu yang relatif lama sehingga menghasilkan jaringan, pola kerjasama, pertukaran sosial, saling percaya, termasuk norma dan nilai yang mendasari hubungan sosial tersebut‟.

Pola hubungan sosial inilah yang mendasari kegiatan bersama atau kegiatan kolektif antar warga (siswa). Masyarakat (siswa) tersebut mampu mengatasi masalah mereka secara bersama-sama (partisipasi aktif). social capital menunjukan jaringan, norma, kepercayaan dan timbal balik yang berpotensi pada produktivitas masyarakat (siswa). social capital tidak akan habis jika dipergunakan, melainkan semakin meningkat. Dengan social capital juga menujukkan pada kemampuan orang untuk berasosiasi dengan orang lain. Kegiatan bersama (kolektif) antar warga masyarakat dapat terbangun bila terpenuhi ketersediaan elemen-elemen modal sosial. Elemen-elemen pokok modal sosial tersebut antara lain adalah:

1) hubungan saling percaya (trust) 2) Interaksi atau jejaring (networking) 3) norma (norms)

(28)

3

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari hal tersebut, social capital yang akan dikembangkan yaitu kepercayaan (truts), norma dan nilai yang diyakini bersama (Value system), jejaring (networking) dan pertukaran timbal balik atau keseimbangan (resiprocity) yang harus dimiliki oleh siswa. Setiap siswa pasti mempunyai social capital yang tingkatannya berbeda-beda tergantung dari individu siswa itu sendiri. Dimana dalam social capital ini merupakan suatu komitmen dari setiap individu untuk dapat saling terbuka, saling percaya, saling melakukan jejaring interaksi, adanya suatu norma dan nilai yang diyakini bersama dan adanya pertukaran timbal balik serta memberikan keleluasaan bagi setiap siswa untuk berperan sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing dan dapat mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Sebagaimana interaksi sosial pada umumnya yang hampir selalu melibatkan social capital pada kehidupannya. Putnam (Mariana dalam Aris. 2009, hlm. 44) menyatakan bahwa:

modal sosial mengacu pada esensi dari organisasi sosial seperti trust, norma dan jaringan sosial yang memungkinkan pelaksanaan kegiatan lebih terkoordinasi, dan anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan bekerjasama secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan bersama, dan mempengaruhi produktifitas secara individual maupun berkelompok‟. Menurut fukuyama (Suharto. 2006, hlm. 2) modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan dalam sebuah komunitas. Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas. Namun demikian, pengukuran modal sosial jarang melibatkan pengukuran terhadap interaksi itu sendiri. Melainkan, hasil dari interaksi tersebut, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Sebuah interaksi dapat terjadi dalam skala individual maupun institusional. Secara individual, interaksi terjadi manakala relasi intim antara individu terbentuk satu sama lain yang kemudian melahirkan ikatan emosiaonal.

(29)

4

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang tidak jarang berbeda dengan tujuan dirinya sendiri secara pribadi”

(Suharto. 2006, hlm. 3).

Keadaan tersebut dapat terjadi pada suatu kondisi dimana terdapat interaksi yang didalamnya berlangsung lama dan dari interaksi tersebut juga dapat menciptakan atau mengembangkan social capital. Dalam interaksi tersebut ikatan-ikatan emosional yang dijalin guna menumbuhkan kepercayaan dan keamanan yang tercipta dari adanya interaksi yang terjadi relatif lama.

Pembelajaran IPS yang diharapkan dengan memaknai hubungan diantara guru dan siswa, dimana siswa yang satu dengan siswa yang lainnya untuk memberikan peluang agar dapat mengoptimalkan hasil belajarnya. Kegiatan ini dilakukan secara sinergis antara kelompok yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang beragam dimana peran individu didalam kelompok dapat terlihat sesuai dengan potensi dan kemampuan siswa yang dikembangkan secara optimal. Sesuai dengan tujuan utama IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat secara umum.

Munculnya sikap yang ditunjukkan siswa tersebut terhadap pembelajaran IPS bukan dikarenakan dari kesalahan siswa itu sendiri. Keberhasilan suatu sistem pembelajaran, guru merupakan komponen yang menetukan. Adanya kesenjangan dengan yang diharapkan dilapangan tersebut harus ditemukan alternatif dan solusinya. Dalam hal ini guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa.

(30)

5

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kegiatan belajar yang sudah dirancang tersebut hanya bisa berhasil jika siswa belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Dalam praktek pembelajarannya harus senantiasa memperhatikan konteks yang berkembang. Dimana dalam pembelajaran IPS yang didalamnya berangkat dari fenomena keseharian, dan tidak bisa dilepaskan dari dinamika perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah, dinamika dan perubahan tersebut memiliki kekhasan sesuai dengan lingkungan masyarakat berada. Oleh karenanya, pembelajaran IPS bagi siswa menjadi keniscayaan untuk selalu dihubungkan dengan konteksnya, sehingga apa yang diperoleh siswa tidak hanya berada dalam wilayah kognisi, melainkan sampai kepada tataran dunia nyata yang ia jalani sehari-hari. Apa yang siswa dapatkan di sekolah merupakan apa yang ia jalani dan butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak demikian, maka apa yang diperolehnya di sekolah hanya akan menjadi barang kadaluarsa yang tidak bernilai guna.

Berdasarkan hal di atas, dalam menciptakan suasana kelas yang ideal guru perlu melakukan suatu inovasi untuk peningkatan kualitas proses belajar mengajar dalam pembelajaran IPS melaui kelompok-kelompok kecil siswa yang didalamnya dapat saling mengembangkan modal sosial dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan bersama. Salah satunya ialah dengan memberikan model pembelajaran yang mampu mengembangkan modal sosial (social capital) siswa dalam proses belajar mengajar dan dapat membantu peran serta seluruh siswa yaitu dengan model pembelajaran cooperative learning tipe numbered heads together yang berorientasi pada keterlibatan siswa yang dapat

menarik motivasi siswa dalam belajar aktif adalah menerapkan model cooperative learning tipe humbered heads together. Model ini adalah salah satu bentuk model

(31)

6

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil penilaian social capital yang telah dilakukan pada observasi awal dapat dilihat hampir semua siswa belum bisa mengembangkan social capital mereka dalam lingkup sosial dan berinteraksi secara baik dan aktif

dikelompok maupun diluar kelompok. Siswa hanya bisa menerapkan social capital mereka dalam lingkup internal saja, artinya siswa hanya bisa berinteraksi

dengan teman atau rekan yang dekat dengan mereka. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa siswa sangat kurang dalam social capitalnya terutama dalam pembelajaran IPS.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti perlu mengatasi dan memperbaiki permasalahan tersebut dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat mengembangkan modal sosial (social capital) siswa di kelas VII-D SMPN 45 Bandung dalam belajar terutama pembelajaran IPS. Untuk mengembangkan social capital siswa tersebut dapat peneliti laksanakan melalui model cooperative learning tipe numbered heads together. Dari harapan dan kenyataan diatas peneliti ingin

mencoba membahas dan meneliti permasalahan tersebut melalui judul Pengembangan Social Capital Siswa Melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together Dalam Pembelajaran IPS (Penelitian

Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah dan gambaran umum mengenai social capital di kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung, maka ditemukan masalah

(32)

7

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan mengacu pada permasalahan diatas, maka perlu adanya pengembangan modal sosial dan model dalam pembalajaran IPS. Dari masalah diatas muncullah rumusan permasalahan, yaitu:

a. Bagaimana perencanaan guru IPS dalam mempersiapkan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran

IPS untuk mengembangkan social capital siswa kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung ?

b. Bagaimana pelaksanaan guru IPS dalam mempersiapkan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran

IPS untuk mengembangkan social capital siswa kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung ?

c. Bagaimana pengingkatan hasil-hasil dari model cooperative learning tipe numbered heads together dalam mengembangkan social capital pada

siswa kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung?

d. Bagaimana solusi dalam mengahadapi kesulitan selama menerapkan model cooperative learning tipe numbered heads together untuk mengembangkan social capital siswa dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung?

C.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan social capital siswa melalui penerapan model pembelajaran numbered heads together dalam pembelajaran IPS. Dengan mendasarkan

permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Untuk memperoleh gambaran mengenai rancangan guru dalam mengembangkan social capital melalui penggunaan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS pada

(33)

8

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan guru dalam mengembangkan social capital melalui penggunaan model cooperative learning tipe

numbered heads together dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VII-D

SMP Negeri 45 Bandung.

3. Untuk memperoleh informasi bagaimana perkembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

4. Untuk mengetahui bagaimana kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam mengembangkan social capital serta solusi untuk mengatasi kendala tersebut dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung.

D.Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan penelitian ini yang terbagi menjadi 2, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memperkaya keilmuan serta sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya

b. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber belajar bagi guru.

2. Manfaat Praktis

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai perbaikan dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan social capital siswa melalui model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS pada jenjang SMP, selain itu manfaat lainnya di peruntuk sebagai berikut:

a. Bagi siswa

(34)

9

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Meningkatkan aktivitas belajar siswa dikelas pada pembelajaran IPS 3) Menghilangkan rasa jenuh

4) Dapat meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman sebaya

5) Mengembangkan social capital siswa b. Bagi guru

1) Dapat dijadikan inspirasi PTK khususnya yang berhubungan dengan penggunaan model cooperative learning tipe numbered heads together

2) Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.

3) Mengembangkan dan meningkatkan profesinya sebagai guru profesional dalam meningkatkan pembelajaran IPS dengan penggunaan model cooperative learning tipe numbered heads together

4) Meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dengan penggunaan model cooperative learning tipe numbered heads together

5) Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengadakan pengkajian secara bertahap terhadap kegiatan pembelajaran IPS yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan. 6) Memperbaiki dan meningkatkan kondisi belajar serta kualitas

pembelajaran IPS.

7) Mempermudah proses pembelajaran melalui penggunaan model cooperative learning tipe numbered heads together

8) Mengembangkan kemampuan dan pengetahuan guru mengenai model cooperative learning tipe numbered heads together dalam membantu

(35)

10

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran Mata Pelajaran IPS 2) Memberikan masukan dan sumbangan yang positif terhadap kemajuan

sekolah d. Bagi peneliti

1) Meningkatkan profesionalisme peneliti sebagai calon guru dalam melaksanakan proses pembelajaran IPS di kelas.

2) Dapat menambah wawasan serta pengalaman dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas, khususnya yang berhubungan dengan pembelajaran IPS melalui penggunaan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam mengembangkan social capital 3) Dapat memberikan solusi untuk mengatasi kendala dalam

pembelajaran IPS

4) Memberikan manfaat dalam memperbaiki sistem pembelajaran IPS

E.Penjelasan Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran dalam pokok permasalahan yang telah diteliti, berikut ini akan dijelaskan istilah-istilah yang perlu diketahui kejelasannya, sebagai berikut :

Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Pengembangan Social Capital Siswa Melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered

Heads Together Dalam Pembelajaran IPS”.

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka berikut ini pemaparan tentang definisi operasional yang akan menjelaskan secara rinci mengenai variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Membangun Modal sosial (social capital)

(36)

11

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dapat dipertanggungjawabkan. Hubungan sosial akan terbangun juga jika ada trust dan trust merupakan bentuk modal sosial yang paling penting yang harus dibangun sebagai landasan dalam membina kemitraan. Tanpa Trust unsur-unsur modal sosial lainnya seperti jaringan sosial, norma sosial, nilai, resiprocity tidak akan bisa dibangun dan dikembangkan.

2. Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas, (2003:5) dalam kokom komalasari 2011:62). Penerapan model belajar mengajar cooperative learning dilakukan agar siswa dapat belajar secara berkelompok

bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada oranglain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok, mampu berinteraksi, bekerjasama, dan saling percaya dengan siswa lainnya.

3. Numbered Heads Together

Numbered heads together merupakan model atau tipe pembelajaran

(37)

12

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F.Struktur Organisasi Skripsi

Bab Satu, yaitu pendahuluan. Bab I merupakan bagian awal dari penulisan, dalam bab ini terbagi-bagi dlam beberapa sub bab seperti: latar belakang masalah yang berisikan mengenai mengapa masalah yang diteliti itu timbul dan apa yang menjadi alasan peneliti mengangkat masalah tersebut yaitu permasalahan dikelas VII-D dimana interksinya kurang baik dan cenderung indiviudal. Selain latar belakang masalah, dalam penulisan ini terdapat pula rumusan masalah dan pertanyaan penelitian. Hal ini dibuat agar penelitian menjadi lebih terfokus. Sub bab selanjutnya adalah tujuan penelitian, tujuannya adalah untuk menyajikan hal yang ingin dicapai setelah melaksanakan penelitian sub bab yang berikutnya adalah manfaat penelitian, dalam sub bab ini penulis menuliskan manfaat dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, dan struktur organisasi skripsi.

Bab Dua, merupakan kajian pustaka yang meliputi pembahasan dari judul penelitian berdasarkan rujukan dari teori-teori yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian dan penelitian terdahulu. Dipaparkan mengenai social capital, model cooperative learning tipe NHT dan pembelajaran IPS.

Bab Tiga, merupakan metode penelitian yang meliputi langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitiannya. Dalam bab ini berisi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, instrumen, serta teknik-teknik yang digunakan dalam pengolahan data.

Bab Empat, merupakan pembahasan masalah dan analisis data berdasarkan hasil penelitian dari keseluruhan instrumen penelitian serta keseluruhan tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti yang merupakan jawaban dari pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah.

(38)

13

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

(39)

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

[image:39.595.116.506.384.551.2]

Tempat pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan pada siswa di kelas VII-D SMPN 45 Bandung. SMPN 45 Bandung berlokasi di Jalan Yogyakarta No.1 Telp. 7277721 Antapani Bandung, Kota Bandung dan propinsi Jawa Barat. Berdiri diatas tanah dengan status hak milik dengan luas tanah 4,318 m². Sekolah ini letaknya masuk didalam suatu komplek perumahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat denah lokasi SMP Negeri 45 Bandung pada gambar 3.1.

Gambar 3.1

Peta SMPN 45 Bandung

(40)

39

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun pemilihan lokasi penelitian ditetapkan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Adanya permasalahan yang dalam melaksanakan pembelajaran IPS dimana kurangnya social capital yang dimiliki oleh siswa dikelas VII-D sehingga perlu dikembangkan.

b. Metode yang digunakan masih tradisional sehingga perlunya menerapkan dan memodifikasi metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas VII-D.

c. Peneliti berkeinginan untuk mengembangkan social capital siswa melalui metode dan model pembelajaran yang berbeda dan belum pernah digunakan atau diterapkan dikelas VII-D.

d. Tempat penelitian yang dibarengkan dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL).

Sejak dimulainya kegiatan belajar hanya terdapat enam kelas, satu lab bahasa, ruang piket, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, dan toilet. Seiring berjalannya waktu, sampai tahun 2013 menambah 18 lokal bangunan. Sampai saat ini mempunyai 18 kelas. Kegiatan berlangsung bua sesi, yaitu sekolah pagi dan sekolah siang, kelas IX dan setengah kelas VIII sekolah pagi dan kelas VII dan setengah kelas VIII sekolah siang.

Tenaga pengajar di SMPN 45 Bandung ini terdiri dari guru tetap dan guu honorer. Selama PPL berlangsung beberapa mata pelajaran pengajarnya adalah mahasiswa yang melaksanakan praktik. Untuk pertama kalinya sekolah hanya dapat menampung siswa sebanyak enam kelas. Namun saat ini jumlah siswa dari kelas VII, VIII, IX kurang lebih berjumlah 1213 siswa, terdiri dari 633 siswa putri dan 580 siswa putra yang tersebar di kelas VII, VIII, IX. Kelas VII berjumlah 390 siswa, kelas VIII berjumlah 426 siswa, dan kelas IX berjumlah 397 siswa.

2. Waktu Penelitian

(41)

40

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terdapat jadwal penelitian yang mencantumkan tindakan atau hal-hal yang dilakukan selama proses penelitian berlangsung, seperti persiapan, pembekalan dan perencanaan yang didalamnya terdiri dari observasi awal, penentuan tema dan penyusunan proposal, seminar proposal, revisi dan bimbingan proposal, perizinan untuk penelitian. Tahap penelitian yang didalamnya terdiri dari penetapan instrumen, melakukan tindakan siklus 1 dan refleksi, tindakan siklus 2 dan refleksi, tindakan siklus 3 dan refleksi, serta tindakan siklus 4. Tahap yang terakhir yaitu penyusunan hasil penelitian, revisi dan bimbingan hasil penelitian, sampai pada persetujuan hasil penelitian.

B.Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu guru mata pelajaran IPS dan siswa kelas VII-D SMPN 45 Bandung tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Siswa kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini dikarenakan peniliti menemukan permasalahan-permaslahan yang ada pada siswa-siswi dalam pengembangan social capital serta aktivitas siswa di dalam kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

C.Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan peneliti adalah metode penelitian tindakan kelas. PTK merupakan ragam kegiatan penelitian tindakan yang tergolong dalam penelitian kualitatif. Kajian utama penelitian kualitatif adalah fenomena atau kejadian yang berlansung dalam situasi sosial tertentu. Peneliti harus terjun langsung ke lapangan (lokasi) untuk membaca, memahami, dan mempelajari situasi yang menjadi fokus penelitian (Arifin. 2009, hlm. 141).

(42)

41

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini. Yaitu memperbaiki praktek-praktek pembelajaran yang dinilai kurang sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan pendidikan nasional.

Menurut Bogdan dan Biklen (Sugiyono. 2012, hlm. 13) menyatakan bahwa:

„penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dalam artian penelitian dilakukan langsung ke sumber data, penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka, penelitian kualitatif lebih menekenkan pada proses dari pada produk, penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif dan penelitian kualitatif ini lebih menekankan pada makna. Salah satu jenis penelitian kualitatif yaitu Penelitian Tindakan Kelas‟.

1. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas adalah ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran.

Menurut Rapoport (Wiraatmadja. 2012, hlm. 11) menyatakan bahwa: „Penelitian Tindakan Kelas adalah membantu seseorang untuk mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dalam membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama‟.

Sedangkan menurut Arikunto dkk (2010, hlm. 3) mengemukakan bahwa penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Dengan demikian penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai upaya untuk membantu seseorang dalam mengatasi persoalan yang muncul dan terjadi dalam kegiatan belajar di kelas guna meningkatkan pencapaian pembelajaran. Suharjono (Komalasari, 2012) mengatakan bahwa:

(43)

42

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran di kelas dengan berbagai model yang akan mengaktifkan guru dan siswa, mencoba melakukan penelitian untuk secara reflektif melakukan kriktik terhadap kekurangan dan berusaha memperbaikinya agar pendidikan benar-benar menjadi bidang profesi”.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan menurut Hopskin (Wiriaatmadja. 2012, hlm. 11).

Disamping itu menurut Undang Gunawan (2009, hlm. 3) terdapat tujuan dari PTK selain untuk memecahkan permasalahan konkret di dalam kelas yang dialami langsung oleh guru dan siswa, juga untuk mendorong tumbuhnya budaya akademis dan meningkatkan profesionalisme guru. Dengan demikian merujuk pada pendapat diatas bahwa tujuan dari adanya PTK untuk memperbaiki praktek pembelajaran di kelas guna meningkatkan kualitas pembelajaran serta menumbuhkan budaya akademis bagi guru dan di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran. Jika budaya akademis guru meningkat maka akan ada kecenderungan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas PBM. Dengan tumbuhnya budaya akademis guru maka akan mendorong terhadap jabatan guru sebagai guru professional.

(44)

43

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Baik peneliti maupun guru dapat melihat langsung terhadap siswa dari berbagai aspek dalam proses pembelajaran setelah itu guru dapat menganalisis terhadap apa yang telah dilakukan di dalam kelas. Dalam hal ini dengan melakukan PTK, guru dapat memperbaiki praktik pembelajaran menjadi lebih efektif. Jika sekiranya terdapat teori yang tidak cocok untuk dilakukan di dalalm kelas, maka melalui PTK seorang guru dapat mengadopsi teori lain untuk meningkatkan belajar yang efektif, dan optimal. Pada intinya, PTK merupakan suatu akar permasalahan yang terjadi di dalam kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan. Guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik pembelajaran berdasarkan penelitian yang dilakukan. Dengan PTK harus menunjukan perubahan kearah perbaikan dan peningkatan secaar positif. Kriteria keberhasilan atas tindakan dapat berbentuk kualitatif dalam Arikunto et al. (2010, hlm. 102).

D. Desain Penelitian

(45)

44

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(46)

45

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Reflect

CYCLE 1

Observe

Reflect

CYCLE 2

Observe

Reflect

CYCLE 3

Observe

Gambar 3.2

Desain Model PTK Menurut Kemmis dan Taggart (Wiraatmadja. 2006, hlm. 66)

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan desain model penelitian spiral Kemmis dan Mc. Taggart yang menyatakan bahwa :

Pelaksanaan tindakan mencakup empat langkah, yaitu : a. Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan.

Plan

Revised

Plane

Revised

Plane

Action

Action

(47)

46

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Melaksanakan tindakan dan pengamatan/monitoring. c. Merefleksi hasil pengamatan.

d. Mengubah atau merevisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya. Setiap siklus berdasarkan model spiral di atas dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, dan refleksi kemudian kembali melaksanakan perencanaan jika target yang diharapkan belum tercapai.

Gambar di atas terlihat jelas alur aktivitas dalam penelitian tindakan kelas yang diawali dengan:

a. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Dalam tahap menyusun rancangan tindakan (planning) ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas. Hal yang perlu diingat dalam tahap ini adalah bahwa pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar dan tidak di buat-buat.

c. Pengamatan (Observing)

(48)

47

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ketika tindakan berlangsung. Peneliti juga dapat mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain. catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya rinci sehingga siapa pun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan.

Perencanaan tindakan merupakan kegiatan yang disusun sebelum penerapan pembelajaran IPS di kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung. Di dalamnya berisi bukti yang akan dijadikan indikator keberhasilan pemecahan masalah, tindakan-tindakan untuk memperbaiki program, metode dan alat yang digunakan, serta rencana metode dan teknik pengolahan data.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan berbentuk siklus yang akan dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Dalam penelitian ini, digunakan siklus model spiral dari Kemmis dan Mc. Tagggart. Hasil refleksi pada siklus pertama merupakan bahan pertimbangan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya. Pelaksanaan setiap siklus pada pembelajaran IPS dengan mengembangkan social capital siswa dengan menerapkan metode Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(49)

48

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan data awal peneliti dari hasil observasi awal, maka peneliti menyusun rencana perbaikan terhadap kondisi awal yang dianggap kurang baik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS. Tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki dan mengembangkan social capital siswa dalam pembelajaran IPS melalui modifikasi metode dan model pembelajaran secara bertahap untuk memecahkan kesulitan yang dialami oleh siswa. Dalam perencanaan ini mencakup:

a. Siklus I

1) Berdasarkan hasil wawancara tes observasi yang ada, maka disusun rencana tindakan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode cooperative learning tipe numbered heads together

2) Merancang tindakan dalam bentuk RPP, menentukan bahan dan media pengajaran dan menentukan metode atau model pembelajaran yang sesuai 3) Menyusun instrumen penelitian untuk digunakan dalam pelaksanaan

tindakan yaitu berupa format observasi kinerja guru, format penilaian aktivitas siswa, format penilaian model pembelajaran numbered heads together, format penilaian social capital siswa, format hasil belajar siswa,

serta format wawancara dan catatan lapangan.

4) Memberikan informasi kepada guru dan kepala sekolah untuk bertindak sebagai mitra semua hal tentang tindakan yang dilakukan.

5) Menentukan dan mendesain alat evaluasi b. Siklus II

Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut :

1) Menyusun RPP

(50)

49

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Berkolaborasi dengan mitra untuk mempersiapkan skenario pembelajaran dengan menambahkan beberapa kegiatan atau pendukung dari hasil refleksi siklus I.

4) Mempersiapkan pelaksanaan refleksi siklus I dengan segala perubahan dan pengolahan lapangan dan peraturan permainan yang disederhanakan. 5) Menyusun skenario pembelajaran IPS dalam mengembangkan social

capital siswa.

6) Mempersiapkan lembar observasi yang baru serta instrument yang lain untuk penelitian tindakan siklus II.

c. Siklus III

Berikut langkah-langkan kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan siklus III adalah sebagai berikut :

1) Menyusun RPP

2) Menyiapkan media pembelajaran diantaranya diantaranya power point, topi bernomor, dan blok kertas kelompok.

3) Berkolaborasi dengan mitra mempersiapkan skenario pembelajaran dengan menambahkan beberapa kegiatan atau pendukung dari hasil refleksi siklus II.

4) Mempersiapkan pelaksanaan refleksi siklus II dengan segala perubahan dan pengolahan lapangan dan peraturan yang disederhanakan.

5) Menyusun skenario pembelajaran IPS dalam mengembangkan social capital siswa.

6) Mempersiapkan lembar observasi yang baru serta instrument yang lain untuk penelitian tindakan siklus III.

7) Membuat alat evaluasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa dalam materi yang telah dipelajari dan perkembangan atau peningkatan social capital siswa.

(51)

50

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikut langkah-langkan kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan siklus IV adalah sebagai berikut :

1) Menyusun RPP

2) Menyiapkan media pembelajaran diantaranya diantaranya power point, topi bernomor, dan blok kertas kelompok.

3) Berkolaborasi dengan mitra mempersiapkan skenario pembelajaran dengan menambahkan beberapa kegiatan atau pendukung dari hasil refleksi siklus III.

4) Mempersiapkan pelaksanaan refleksi siklus III dengan segala perubahan dan pengolahan lapangan dan peraturan yang disederhanakan.

5) Menyusun skenario pembelajaran IPS dalam mengembangkan social capital siswa.

6) Membuat alat evaluasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa dalam materi yang telah dipelajari dan perkembangan atau peningkatan social capital siswa.

2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan Penelitian

Pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran IPS dalam mengambangkan social capital siswa dengan penerapan metodl cooperative learning tipe numbered heads together. Apabila pada pelaksanaan siklus pertama,

tujuan pembelajaran belum tercapai maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai target tercapai. Langkah-langkah pembelajaran dan tindakan yang mengacu pada perencanaan yang telah dibuat dan dilaksanakan sesuai dengan

penelitian yang ada. Serta melakukan pengamatan terhadap proses yang sedang

berlangsung mulai dari awal perencanaan sampai seluruh tindakan dilaksanakan.

Adapun langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya

mengembangkan social capital siswa pada siklus I yaitu sebagai berikut:

(52)

51

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Berdo‟a

3) Mengecek kehadiran , serta kerapihan dan kebersihan siswa 4) Mempersiapkan sumber belajar dan media pembelajaran 5) Membangkitkan motivasi siswa

6) Mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran yang diinginkan

7) Menjelaskan kepada siswa tentang tujuan dan langkah-langkah pembelajaran

8) Menstimulus siswa dengan memberikan pertanyaan seputar materi. b. Tahap Kegiatan Inti Pembelajaran (60 menit)

1) Guru menjelaskan materi dengan menggunakan media power point.

2) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok belajar, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa

3) Guru membagi nomor kepada siswa

4) Guru membagikan LKS pada setiap kelompok 5) Guru menjelaskan cara mengerjakan LKS

6) Topi bernomor yang ditunjuk memimpin setiap anggota kelompok dalam mendiskusikan materi.

7) Guru membimbing siswa dalam proses pembelajaran

8) Kelompok yang mengerjakan LKS lebih cepat mendapat urutan pertama mempresentasikan hasilnya

9) Guru memanggil salah satu nomor siswa

10)Siswa yang disebutkan nomornya mempresentasikan hasil diskusinya 11)Kelompok lain mengomentari hasil presentasi yang di depan kelas

12)Guru memberikan point kepada siswa yang bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang dilontarkan dari kelompok lain.

c. Tahap Kegiatan Akhir Pembelajaran (10 menit)

(53)

52

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Tahapan Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan pada proses pelaksanaan tindakan dengan tujuan untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran IPS dalam mengembangkan social capital siswa dengan menerapkan metode cooperative learning tipe numbered heads together, serta untuk mengumpulkan

data dan membuat catatan lapangan yang lengkap mengenai hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.

Adapun fokus pertama yang diamati adalah aspek-aspek social capital siswa dalam pembelajaran IPS. Yang kedua adalah kinerja guru. Pengamatan yang dilakukan berpedoman pada lembar observasi untuk kinerja guru dan lembar observasi untuk aktivitas siswa.

4. Tahap Analisis dan Refleksi

Tahap analisis merupakan tahap dimana peneliti melakukan pemeriksaan

terhadap semua informasi yang telah berhasil dikumpulkan pada tahap observasi

dan wawancara. Sedangkan refleksi merupakan kegiatan untuk menganalisis data yang diperoleh, memahami dan pemberian makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan.

Menurut Kasbolah (1998/1999, hlm. 74-75) mengemukakan bahwa: “refleksi

merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna

terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan

(intervensi) yang dilakukan”.

Adapun langkah-langkah analisis dan refleksi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pengecekan kelengkapan data yang terjaring selama proses tindakan b. Mendiskusikan hasil pengamatan seperti, Analisis, sintesis, dan

(54)

53

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan.

d. Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam sekenario pembelajaran dengan berdasarkan pada analisis data proses dalam tindakan sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan.

F. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi yang objektif dalam pngumpulan data diperlukan adanya instrumen atau alat pengumpul data yang tepat. Dengan penggunaan alat pengumpul data yang tepat, permasalahan yang sebelumnya dirumuskan akan dapat dipecahkan dengan baik. Instrumennya adalah diri peneliti itu sendiri sebagai satu-satunya instrumen karena manusialah yang mengahadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu seperti halnya banyak terjadi di kelas atau diruang manapun (Wiraatmadja. 2010, hlm. 96). Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pedoman Observasi

(55)

54

Deni Widaningsih, 2014

Pengembangan social capital siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe numbered heads together dalam pembelajaran IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada saat kegiatan berlangsung, mengolah dan menafsirkan hasil observasi (Arifin, 2009, hlm. 232).

Lembar atau pedoman observasi dilakukan dalam upaya untuk mengamati hal-hal yang terjadi selama proses pembajaran untuk memperoleh informasi proses pembelajaran IPS yang mengembangkan social capital siswa melalui penerapan metode cooperative learning tipe numbered heads together. Lembar obsevasi digunakan untuk mencatat kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas VII-D SMP Negeri 45 Bandung.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara ialah alat penelitian yang digunakan untuk mengetahui pendapat yang di sampaikan oleh narasumber sehingga wawancara digunakan untuk mengungkapkan data yang diungkapkan secara lisan oleh sumbernya. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh informasi yang semaksimal mungkin dari responden. Pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder).

Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2006, hlm. 117) menyatakan bahwa wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Orang-orang yang diwawancarai dapat termasuk beberapa orang siswa, kepala sekolah, beberapa teman sejawat, pegawai tata usaha sekolah, orang t

Gambar

Gambar 3.1 Peta SMPN 45 Bandung
Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan peran kedua adalah suatu cara yang baik untuk mempengaruhi kinerja filler dengan mempertimbangkan proporsi yang menguntungkan dari komposisi agregat halus,

Pelaksanaan/ actuating sumber belajar dalam rangka meningkatkan kemandirian belajar peserta didik pada dasarnya bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa aktifitas operasional

Dalam melaksanakan Kuliah Kerja Nyata yang dijadikan modal bukan hanya ilmu yang telah dipelajari secara formal di program studi mading-masing, namun juga

Interval of the Difference t-test for Equality

lndikator atau aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian ini adalah: gagasan, ide atau tema, organisasi, kosa kata atau pilihan kata, penggunaan bahasa, dan mekanik

Data dalam penelitian ini adalah nama-nama kendaraan bermotor yang terdiri dari kendaraan sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus, mobil barang, kendaraan

Hasil penelitian bahwa dengan menggunakan model pembelajaran secara kelompok pada mata pelajaran penjasorkes dapat meningkatkan hasil belajar gerak dasar tolak peluru

Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.. HOKLI SIMAMORA Tahun