• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

C. Faktor-Faktor Non-Ekonomi

2.3 Penelitian Sebelumnya

Penelitian Hasyim (2007) yang berjudul “ Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara”. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series) mulai tahun 1987 hingga 2006. Dalam penelitian ini analisis yang dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Alat bantu dalam mengolah sekunder ini adalah program eviews versi 4.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil estimasi dapat diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,993 yang berarti bahwa variasi yang terjadi pada luas panen, harga beras, harga jagung, dan ketersediaan beras tahun sebelumnya dapat menjelaskan ketersediaan beras sebesar 99,3% secara serempak menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel bebas yaitu luas panen, harga beras, harga jagung, dan ketersediaan beras tahun sebelumnya memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap ketersediaan beras. Sedangkan secara parsial variabel luas panen berpengaruh positif dan signifikan , harga beras memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap ketersediaan beras sedangkan kedua variabel yaitu harga jagung berpengaruh negatif dan tidak signifikan dan ketersediaan beras tahun sebelumnya menunjukkan pengaruh positif dan tidak nyata terhadap ketersediaan beras.

Nababan (2006) tentang “Analisis Situasi Ketahanan Pangan ” dengan studi kasus Provinsi Suamtera Utara. Metode yang digunakan adalah metode sampling secara purposive yaitu menentukan daerah dan sampel dipilih berdasarkan pada pertimbangan dan tujuan tertentu. Metode analisis yang digunakan yaitu metode deskriptif. Adapun hasil dari penelitian antara ini adalah jumlah kebutuhan beras sebagai bahan pangan utama di Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2000 – 2004 mengalami peningkatan. Kebutuhan rata–rata sebesar 1.654.834 ton dengan tingkat pertumbuhan 1,35 persen per tahun. Jumlah produksi beras di Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2000-2004 tersedia untuk memenuhi pangan masyarakat. Produksi beras rata–rata sebesar 2.121.120 ton dimana jumlah ini jauh lebih besar daripada kebutuhan rata–rata pangan sebesar 1.654.834 ton. Faktor–faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan dari sisi penawaran antara lain berkurangnya luas panen, masih rendah tingkat penerapan teknologi, nilai tukar petani yang rendah. Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi ketahanan pangan dari sisi permintaan antara lain tingkat pendapatan riil masyarakat, fluktuasi harga.

Penelitian Harahap yang berjudul “ Analisis Permintaan Beras Di Sumatera Utara”. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel mulai tahun 2005 hingga 2010. Pengolahan data sekunder dan penerapan ketiga metode di atasakan menggunakan program (software) statisitik Eviews versi 5.0. Dengan melakukan uji asumsi klasik dan signifikan, yang terdiri dari : uji serempak (F-test), koefisien determinasi (R2), uji parsial (t-test), uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil estimasi dapat diperoleh nilai koefisien determinasi

(R2) sebesar 0,934 yang berarti bahwa variasi yang terjadi pada harga beras, harga jagung, jumlah penduduk, dan PDRB dapat menjelaskan permintaan beras sebesar 93,4%, secara serempak menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel bebas yaitu harga beras, harga jagung, jumlah penduduk, dan PDRB memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap permintaan beras. Sedangkan secara parsial variabel harga beras berpengaruh negatif, jumlah penduduk berpengaruh positif dan PDRB berpengaruh positif dan dari ketiga variabel tersebut memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap permintaan beras sedangkan variabel lain yaitu harga jagung berpengaruh positif dan menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap permintaan beras.

Penelitian Muttaqin dan Drajat yang berjudul “ Konsumsi, Kebutuhan, dan Kecukupan Beras Nasional Tahun 2002-2007”, dengan data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi data konsumsi beras rumah tangga tahun 2002 – 2007, data konsumsi beras pemerintah, yaitu data penyaluran/ realisasi beras miskin tahun 2002 - 2007, dan data ketersediaan beras dimana kecukupan beras nasional diukur menggunakan persen rasio produksi dan ketersediaan beras dalam negeri dengan kebutuhan beras nasional. Hasil dari penelitian konsumsi beras nasional berdasarkan estimasi adalah 28,317,272 ton atau 134.4 Kg/kap (tahun 2002), 28,135,078 ton atau 128.4 Kg/kap (tahun 2005), dan 27,050,183 ton atau 120.2 Kg/kap (tahun 2007). Sedangkan kebutuhan beras nasional berdasarkan estimasi adalah 31,900,529 ton atau 151.5 Kg/kap (tahun 2002), 31,760,865 ton atau 144.9 Kg/kap (tahun 2005), dan 30,618,665 ton atau 136.0 Kg/kap (tahun 2007). Ketersediaan beras dari produksi dalam negeri (tanpa impor) pada tahun

2002 dan 2005 masih mengalami defisit. Ketersediaan beras dalam negeri baru mengalami surplus pada tahun 2007, yaitu sebesar 5.9 persen.

Penelitian Afrianto (2010) yang berjudul “Analisis Pengaruh Stok Beras, Luas Penen, Rata-Rata Produksi, Harga Beras dan Jumlah Konsumsi Beras terhadap Ketahanan Pangan di Jawa Tengah ”, menggunakan rasio ketersediaan beras sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah stok beras, luas panen, rata-rata produksi, harga beras eceran, dan jumlah konsumsi beras. Metode analisis yang digunakan adalah analisis data panel dengan membandingkan prilaku ketersediaan beras di tiap kabupaten/kota di Jawa Tengah. Dari hasil analisis regresi diketahui bahwa stok beras berpengaruh positif namun tidak signifikan tehadap rasio ketersediaan beras, luas panen dan rata-rata produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap rasio ketersediaan beras, sedangkan harga beras berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap rasio ketersediaan beras, dan jumlah konsumsi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap rasio ketersediaan beras. Berdasarkan hasil analisis didapatkan temuan bahwa 22 kabupaten/kota yang memiliki pertumbuhan ketahanan pangan yang lebih baik dari kabupaten Sukoharjo yang menjadi benchmark dalam penelitian ini, sementara sisanya 12 kabupaten/kota di Jawa Tengah memiliki pertumbuhan ketahanan pangan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kabupaten Sukoharjo.

Sagala (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Kabupaten Deli Serdang” yang bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi luar areal panen padi, komsumsi beras, serta harga eceran beras di Kabupaten deli Serdang.

Penelitian ini menggunakan data runtun waktu (time series) tahun 2004 – 2010. Data yang dikumpulkan adalah data per semester. Analisis data yang dilakukan dengan analisis deksriptif dan analisis kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa variabel luas areal irigasi dan harga pupuk urea berpengaruh positif sedangkan harga gabah di tingkat petani dan curah hujan daerah setempat berpengaruh negatif. Secara parsial, hanya variabel luas areal irigasi yang berpengaruh signifkan terhadap luas areal panen di Kabupaten Deli Serdang. Pada persamaan komsumsi beras, variabel pandapatan perkapita dan harga beras berpengaruh signifikan terhadap komsumsi beras di kabupaten deli Serdang. Pada persamaan harga eceran beras, variabel jumlah komsumsi beras dan lag harga eceran beras berpengaruh positif sedangkan lag jumlah produksi beras berpengaruh negatif. Hanya variabel komsumsi beras yang berpengaruh nyata, sedangkan yang lainnya tidak berpengaruh nyata.

Dokumen terkait