• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.2. Saran

1. Kebutuhan air baku terutama air irigasi pada musim kemarau yang terus

meningkat karena beberapa sebab, hal ini menyebabkan pemanfaatan

air tanah juga meningkat, sehingga perlu meningkatkan pemantauan dan

pengawasan terhadap penggunaan air tanah.

2. Perlu diadakan perbaikan pada saluran irigasi Huta Parik sehingga dapat

meningkatkan efisiensi dan efektifitas untuk mengoptimalkan produktifitas

hasil tanaman.

3. Bangunan-bangunan dalam sistem jaringan irigasi air tanah ini selama

operasional dan pemeliharaannya harus memenuhi standar yang telah

ditetapkan sehingga umur pemakaiannya dapat bertahan lama.

4. Sumur-sumur bor air tanah yang telah dikembangkan hendaknya dikelola

dengan manajemen yang baik, sehingga tidak timbul konflik kepentingan

dengan pengguna air yang lain.

5. Mengikutsertakan berbagai bidang disiplin ilmu dalam perancangan ini,

guna melengkapi dan menyempurnakan detail teknis perancangan sistem

jaringan irigasi air tanah , seperti teknik sipil, geologi, hidrologi, dll.

6. Mengajak partisipasi dari semua pihak untuk menjaga daerah resapan

supaya tetap baik kondisinya sehingga kontinuitas debit air tanah relatif

stabil meskipun di musim kemarau baik untuk masa sekarang maupun masa

6

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Hidrologi

Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km3 air yang terdiri

dari 97,5 % adalah air laut, 1,75% berbentuk es, dan 0,73% berada di daratan

sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya. Hanya 0,001%

berbentuk uap di udara. Air di bumi ini mengulangi terus menerus sirkulasi

penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar (outflow). Air menguap ke udara

dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa

proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke perukaan laut atau daratan.

Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan

sebagian tiba ke permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke

permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh

tumbuh-tumbuhan dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh

atau mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan tanah. (Sosrodarsono, S. dan Kensaku T. 1983)

Siklus hidrologi merupakan rangkaian proses berpindahnya air permukaan

bumi dari suatu tempat ke tempat lainnya hingga kembali ke tempat asalnya.

Air naik ke udara dari permukaan laut atau dari daratan melalui evaporasi. Air di

atmosfer dalam bentuk uap air atau awan bergerak dalam massa yang besar di atas

benua dan dipanaskan oleh radiasi tanah. Panas membuat uap air lebih naik lagi

sehingga cukup tinggi dan dingin untuk terjadi kondensasi. Uap air berubah jadi

embun dan seterusnya jadi hujan atau salju. Curahan (precipitation) turun ke

bawah, ke daratan atau langsung ke laut. Air yang tiba di daratan kemudian

mengalir di atas permukaan sebagai sungai, terus kembali ke laut.

(Limantara,L.M., 1986)

8 Hidrologi air tanah adalah cabang hidrologi yang berhubungan dengan air

tanah dan didefinisikan sebagai ilmu tentang keterdapatan, penyebaran, dan

pergerakan air di bawah permukaan bumi. Geohidrologi mempunyai mempunyai

makna yang sama dan hidrogeologi dibedakan hanya oleh penekanannya yang

lebih besar pada aspek kegeologian (Todd, 1980, h,1). Oleh sebab itu uraian mengenai air tanah tidak akan lepas dari ilmu hidrologi, mulai dari kejadian air

tanah, hingga pergerakan air tanah, sampai akhirnya mencapai lajur jenuh di

dalam akuifer.

2.2.1 Daur Hidrologi

Hampir semua air tanah merupakan komponen dalam daur hidrologi,

termasuk air permukaan danatmospheric waters(uap air). Sebagian kecil air tanah dapat masuk ke dalam daur ini dari masing-masing sumbernya (Todd dan Mays, 2005).

2.2.2 Daur Tertutup

Hujan yang jatuh ke bumi baik langsung menjadi aliran maupun tidak

langsung melalui vegetasi atau media lainnya akan membentuk daur aliran air

mulai dari tempat yang tinggi (gunung, pegunungan) menuju ke tempat yang

rendah baik di permukaan tanah maupun di dalam tanah yang berakhir di laut.

Air berubah wujud berupa gas/uap akibat panas matahari dan disebut

dengan proses penguapan atau evaporasi. Uap ini bergerak di atmosfer (udara)

kemudian akibat perbedaan suhu di atmosfer dari panas menjadi dingin maka air

akan terbentuk akibat kondensasi dari uap menjadi keadaan cairan. Bila suhu

berada di bawah titik beku kristal-kristal es terbentuk. Tetesan air kecil tumbuh

oleh kondensasi dan berbenturan dengan tetesan air lainnya dan terbawa oleh

gerakan udara turbulen sampai pada kondisi yang cukup besar menjadi butir-butir

air. Apabila jumlah butir air sudah cukup banyak dan akibat berat sendiri (secara

gravitasi) butir-butir air itu akan turun ke bumi dan proses turunnya butir air ini

disebut dengan hujan. Bila suhu udara turun sampai di bawah 00C, maka butir air akan berubah menjadi salju(Chow dkk., 1988).

Salju jadi persoalan yang penting di tempat atau negara yang mempunyai

perbedaan suhu yang besar. Pada waktu musim panas suhu bisa mencapai + 350C, namun pada waktu musim dingin suhu bisa mencapai–350C (bahkan lebih).

Hujan jatuh ke bumi baik secara langsung maupun melalui media misalnya

melalui tanaman. Di bumi air mengalir dan bergerak dengan berbagai cara. Pada

retensi (tempat penyimpanan) air akan menetap/tinggal untuk beberapa waktu.

Retensi dapat berupa retensi alam seperti daerah-daerah cekungan, danau,

tempat-tempat yang rendah dll., maupun retensi buatan manusia seperti tampungan,

sumur, embung, waduk dll.

Secara gravitasi (alami) air mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah

yang rendah, dari gunung-gunung, pegunungan ke lembah, lalu ke daerah lebih

10 sistem jaringan sungai, sistem danau ataupun waduk. Dalam sistem sungai aliran

mengalir mulai dari sistem sungai yang kecil menuju ke sistem sungai yang besar

dan akhirnya akan menuju mulut sungai atau sering disebut muara yaitu tempat

bertemunya sungai dengan laut.

Sebagian air hujan yang jatuh di permukaan tanah meresap ke dalam tanah

dalam bentuk-bentuk infiltrasi, perkolasi, dan kapiler. Aliran air tanah dapat

dibedakan menjadi aliran air tanah dangkal, aliran air tanah dalam, aliran air tanah

antara dan aliran dasar (base flow). Disebut aliran dasar karena aliran ini merupakan aliran yang mengisi sistem jaringan sungai. Hal ini dapat dilihat pada

waktu musim kemarau, ketika hujan tidak turun untuk beberapa waktu, pada suatu

sistem sungai tertentu masih ada aliran secara tetap dan menerus.

Akibat panas matahari air di permukaan bumi juga akan berubah wujud

menjadi gas/uap melalui proses evaporasi dan bila proses tersebut melalui

tanaman disebut transpirasi. Air akan diambil oleh tanaman melalui akar-akarnya

yang dipakai untuk kebutuhan hidup dari tanaman tersebut, lalu air di dalam

tanaman juga akan keluar berupa uap akibat energi panas matahari. Proses

pengambilan air oleh akar tanaman kemudian terjadinya penguapan dari dalam

tanaman disebut sebagai evapo-transpirasi.

Evaporasi yang lain dapat terjadi pada sistem sungai, danau, embung,

waduk maupun air laut yang merupakan sumber air terbesar. Walaupun laut

adalah tempat dengan sumber air terbesar namun tidak bisa langsung

dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan karena mengandung garam dan dikenal

dengan nama air asin . Uap dan gas mengalir dan bergerak di atmosfer.

Kejadian tersebut membentuk suatu pergerakan berulang dan disebut

daur atau siklus hidrologi. Daur ini merupakan konsep dasar tentang

keseimbangan air secara global di bumi. Daur hidrologi juga menunjukkan semua

hal yang berhubungan dengan air. Bila dilihat keseimbangan air secara

menyeluruh maka air tanah dan aliran permukaan: sungai, danau, penguapan dll.

merupakan bagian-bagian dari beberapa aspek yang menjadikan daur hidrologi

menjadi seimbang sehingga disebut dengan daur hidrologi yang tertutup.

2.3 Air Bawah Tanah

2.3.1 Kejadian Air Tanah

Dua zone bawah – tanah utama dibagi oleh suatu permukaan yang tak

beraturan yang disebut bidang batas air – jenuh (water table). Bidang batas air

jenuh merupakan kedudukan titik-titik (dalam bahan bebas) yang mempunyai

tekanan hidrostatik sama dengan tekanan atmosferik. Di atas bidang batas air

jenuh, yakni di zone kapiler. Pori-pori tanah mungkin terisi udara ataupun air;

oleh karenanya kadang-kadang disebut zone aerasi. Dalam zone freatik , yaitu

dibawah bidang batas air jenuh, celah-celah tanah terisi dengan air,

kadang-kadang zone ini disebut zone air-jenuh. Zone freatik dapat memperpanjang

sampai kedalaman yang cukup besar, tetapi jika kedalamannya bertambah, berat

sendiri tanah bertendensi merapatkan ruang-ruang pori dan relative sedikit saja

air yang dijumpai pada kedalaman-kedalaman yang lebih besar dari 3 km (10.000

ft).( Linsley, Ray K., dkk, 1986)

12 Metode ini dilaksanakan sedemikian rupa sehingga dengan

pengaturan pemberian air dapat diperoleh luas areal yang diari setiap

harinya konstan. Hal ini berarti bahwa debit yang dialirkan melalui canal

harus secara teratur ditambah dari hari ke hari karena kebutuhan akan air

untuk menjaga tinggi air pada petak basin yang sudah selesai diari dan

mngkounter kehilangan air akibat perkolasi dan evaporasi. (Ginting Makmur, 2014)Secara schematis, besarnya debit rencana yang diperlukan

dengan mempergunakan system ini adalah seperti diperlihatkan pada skets

pada gambar 2.2 dibawah ini :

Gambar 2.2.Prinsip Perencanaan Debit pada Constant Area Method

(Ginting Makmur, 2014)

Permasalahan yang dihadapi dengan metode ini adalah :

 Debit rencana yang akan diperoleh mendimensi saluran adalah besar dan hanya dipakai untuk waktu yang pendek; dan

 Debit yang dialirkan berubah-ubah setiap hari sehingga sulit mengoperasikannya atau mengontrolnya.

b. Constant Discharge Method

Dengan metode ini air diberi konstan dari hari kehari, jadi debit

yang mengalir canal adalah konstan. Pada awalnya air dipergunakan

seluruhnya untuk prewatering. Karena hal ini terus diperlukan terus menerus

dan kebutuhan air untuk menjaga muka air di dalam petak basin bertambah

besar dari hari ke hari maka jumlah areal yang dapat diari akan berkurang

dari hari ke hari.(Ginting Makmur, 2014). Secara skematis proses pengairan petak basin diperlihatkan pada gambar 2.3 di bawah ini.

Gambar 2.3.Prinsip perencanaan Pada constant Discharge Method

(Ginting Makmur, 2014)

Debit rencana dengan metode ini lebih kecil bila dibandingkan

14

menghitung ‘Debit Rencana” untuk pengolahan lahan dengan metode

‘Constant Discharge’ :

Misalkan :

I = Kebutuhan air (m/hari)

A = Total areal Irigasi (m2)

T = Lamanya waktu pengolahan (hari)

S = Kebutuhan air untuk prewatering (m/hari)

M = Kebutuhan air untuk penjagaan/maintenance (m/hari) Misalkan suatu

luasan (y) diolah dalam waktu (t) untuk pertambahan waktu yang

sangat kecil (dt) diperoleh :

Penyediaan air = I x A x dt

Pemakaian air = (S x dy) + (M x y x dt)

I x A x dt = (S x dy) + (M x y x dt)

2.3.2 Recharge dan Discharge antara Air Tanah dan Sungai

Hujan yang turun diatas permukaan tanah suatu daerah tangkapan,

sebagian berinfiltrasi masuk kedalam tanah dan sebagian lagi mengalir diatas

permukaan tanah menuju sungai, serta ada sebagian lagi yang tertahan diatas

permukaan tanah yang akhirnya akan menguap kembali ke atmosefer baik secara

direct(evaporasi), maupun penguapan yang dilakukan oleh tanaman (transpirasi). (Kodoatie & Sjarief., 2008.)

Pergerakan air dalam tanah dan permukaan dipengaruhi oleh gaya

gravitasi. Air permukaan maupun air dalam tanah bergerak menuju tempat yang

lebih rendah yang pada akhirnya akan sampai ke laut. Air tanah dan air

permukaan yang sampai ke laut, nantinya akan diuapkan kembali ke atmosfer

menjadi uap air dan setelah terkondensasi akan turun hujan (siklus hidrologi).

Selengkapnya bisa dilihat pada sketsa di bawah ini

Gambar 2.4. Sketsa daerah tangkapan dan daerah pelepasan pada suatu

daerah aliran

Daerah yang lebih tinggi merupakan daerah tangkapan atau pengisian

(recharge area) dan daerah yang lebih rendah merupakan daerah pelepasan atau pengeluaran (discharge area). Aliran air tanah dan aliran permukaan tidaklah dipandang secara parsial, dalam artian air tanah punya jalur sendiri dan air

permukaan punya jalur sendiri. Bisa saja dalam perjalanannya menuju laut ada air

16 sungai apabila dilihat sisirechargedandischarge.

Salah satu hal yang patut digarisbawahi disini, yakni pada pembahasan

sebelumnya mengenai air permukaan dikatakan suatu daerah tangkapan atau

daerah aliran sungai itu dibatasi oleh lereng atau punggung-punggung bukit.

Kalau air tanah batasannya adalah batas hidrogeologis (struktur batuan,

perlapisan,perlipatan, dll). Pada aliran permukan dikenal istilah daerah aliran air

sungai atau DAS, untuk aliran air tanah dikenal istilah CAT atau cekungan air

tanah. Cekungan air tanah (CAT), adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas

hidrogelogis, tempat semua kejadian hidrogeologis, seperti proses pengimbuhan

(recharge), pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung (discharge).

Tanpa gangguan manusia, cekungan air tanah akan mengisi dan

mengeluarkan air yang berlebih melalui beberapa telusuran sampai keseimbangan

semu (quisiequilibrium). Sungai-sungai yang mempunyai muka air lebih rendah dari muka air tanah akan mendapat sumbangan (recharge) dari air tanah. Sungai-sungai yang memotong muka air tanah dan menerima aliran air tanah termasuk

dalam sungai permanen.

Jika sungai yang elevasi muka airnya lebih tinggi dari muka air tanah

(water table), maka sungai tersebut akan menyumbang ke air tanah (discharge). Sungai semacam ini termasuk dalam kategori sungai ephemeral, yakni sungai

yang hanya mengalir pada saat musim penghujan. Jika hujan tidak terjadi dalam

periode yang cukup panjang, sungai ini akan mengering akibat airnya telah

berperkolasi mengisi air tanah.

Gambar 2.5. Sketsa recharge antara air tanah dan sungai

Dischargedanrecharge air tanah bergantung pada letak air tanah (gorund water) dan muka air tanahnya (water table). Pada daerah tangkapan aliran air tanah menjauhi muka air tanah, atau bisa diartikan pada daerah tangkapan muka

air tanahnya terletak pada kedalaman tertentu sedangkan muka air tanah daerah

pengeluaran umumnya mendekati permukaan tanah, salah satu contohnya adalah

daerah pantai. (Kodoatie & Sjarief., 2008.)

Muka air tanah (water table) merupakan kedudukan titik-titik (di dalam tanah yang tidak tertekan) yang tekanan hidrostatiknya sama dengan tekanan

18 Tidak selalu juga pada daerah tinggi yang merupakan daerah tangkapan,

air tanah menjauhi muka air tanah. Terkadang pada daerah yang tinggi terjadi

perubahan kemiringan lereng, disitu muka air tanah bisa saja memotong muka

tanah. Munculnya air tanah ke permukaan bumi karena muka air tanah memotong

muka tanah, inilah yang disebut dengan mata air. Sumber utama aliran air sungai

berasal dari mata air yang berada di daerah hulu ( daerah yang tinggi).

Gambar 2.7.Sketsa mata air di tempat tinggi

Air tanah bisa dipandang sebagai sebuah waduk besar yang berada di

dalam tanah, tempat-tempat pengeluarannya dapat dipandang sebagai sebuah

saluran. Jika air tanahnya tinggi, debit yang melalui saluran ini cenderung

mempertahankan keseimbangan antara aliran masuk dan aliran keluar. Selama

musim kemarau debit alami berkurang karena muka air tanah menurun, dan

bahkan aliran keluar dapat berhenti.

2.3.3 Aquifer

Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan suatu

kesatuan dengan sungai dan anak –anak sungainya, yang berfungsi menampung,

menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke

laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di

laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.

20 berisi air tapi tak dapat dipindahkan cukup cepat untuk melengkapi suplai yang

berarti pada sumur dan mata air. Aguifuge tak mempunyai bukaan yang saling

berhubungan dan tak dapat memegang ataupun memindahkan air. Rasio volume

porinya terhadap volume total formasinya disebut porositas. (Linsley, Ray K.,

dkk, 1986)

Penelitian aliran air di akuifer dan karakterisasi akuifer disebut

hidrogeologi (Kodoatie dan Sjarief, 2005).

1. Akuifer tertekan (confined aquifer)

Merupakan lapisan rembesan air yang mengandung kandungan air

tanah yang bertekanan lebih besar dari tekanan udara bebas/tekanan

atmosfir, karena bagian bawah dan atas dari akuifer ini tersusun dari

lapisan kedap air (biasanya tanah liat). Muka air tanah dalam

kedudukan ini disebut pisometri, yang dapat berada diatas maupun

dibawah muka tanah. Apabila tinggi pisometri ini berada diatas muka

tanah, maka air sumur yang menyadap akuifer jenis ini akan mengalir

secara bebas. Air tanah dalam kondisi demikian disebut artoisis atay

artesis. Dilihat dari kelulusan lapisan pengurunganya akuifer tertekan

dapat dibedakan menjadi akuifer setengah tertekan (semi-confined aquifer) atau tertekan penuh (confined aquifer) dan dapat disebut pula dengan akuifer dalam (Kodoatie dan Sjarief, 2005).

Gambar 2.8.Confined aquifer danUnconfined aquifer(Todd, 1959 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2005).

2. Akuifer bebas/tak tertekan (unconfined aquifer)

Merupakan lapisan rembesan air yang mempunyai lapisan

dasar kedap air, tetapi bagian atas muka air tanah lapisan ini tidak

kedap air, sehingga kandungan air tanah yang bertekanan sama

dengan tekanan udara bebas/tekanan atmosfir. Ciri khusus dari

akuifer bebas ini adalah muka air tanah yang sekaligus juga

merupakan batas atas dari zona jenuh akuifer tersebut, sering

disebut pula dengan akuifer dangkal. Beberapa macam Unconfined Aquifer (Kodoatie dan Sjarief, 2005) :

 Akuifer Terangkat (Perched Aquifer)

Merupakan kondisi khusus, dimana air tanah pada

akuifer ini terpisah dari air tanah utama oleh lapisan

yang relatif kedap air dengan penyebaran tebatas, dan

22  Akuifer Lembah (Valley Aaquifer)

Merupakan akuifer yang berada pada suatu lembah

dengan sungai sebagai batas (inlet atau outlet). Dapat dibedakan berdasarkan lokasinya yaitu di daerah yang

banyak curah hujannya (humid zone), dimana pengisian air sungai yang ada di akuifer ini diisi melalui infiltrasi

dari daerah-daerah yang sama tingginya dengan

ketinggian sungai. Dan juga di daerah gersang (arid zone), dimana pengisian (infiltrasi) ke akuifer tidak ada akibat

dari curah hujan. Pengisian air berasal dari sungai ke

akuifer dengan aliran pada akuifer searah aliran sungai.

Gambar 2.10.Valley Aquiferpada daerah humiddanarid

 Alluvial Aquifer

Merupakan akuifer yang terjadi akibat proses fisik

baik pergeseran sungai maupun perubahan kecepatan

penyimpanan yang beragam dan heterogen disepanjang

daerah aliran sungai atau daerah genangan (flood plains). Akibatnya kapasitas air di akuifer ini menjadi besar dan umumnya air tanahnya seimbang (equillibrium) dengan air yang ada di sungai. Didaerah hulu DAS umumya air

sungai meresap ke tanah (infiltrasi) dan mengisi

akuifer ini. Sedangkan di hilir muka air tanah di akuifer

lebih tinggi dari dasar sungai, dan akuifer mengisi sungai terutama pada musim kemarau.

2.3.4 AquiferAquifer Artesis

Aquifer artesis memperlihatkan sifat dapat-desak (compressibility) yang

patut dipertimbangkan. Banyak kasus-kasus dimana fluktuasi pasang surut,

tekanan barometer, atau bahkan bebab kereta api yang berada diatasnya

mengakibatkan fluktuasi level airdi sumur-sumur yang menembus aquifer. Kalau

dalam tekanan aquifer artesis dihilangakan setempat oleh habisnya air,

pemampatan aquifer dapat terjadi, dengan di iringi penurunan tanah di atanya.

Penurunan-penurunan semacam into teleh diteliti pdad daerah-daerah

pengambilan air tanaha dalam jumlah besar, dengan elevasi-elevasi muka tanah

yang menurun lebih dari 3 m (10 ft). disamping pengaruh-pengaruh gangguan dari

penurunan tanah permukaaan pengujian-pengujian pemompaan pada

24 di daerah yang mengalami penurunan akan dapat disembuhkan bila aquifernya

diberi bertekanan kembali. (Linsley, Ray K., dkk, 1986)

2.4 Permeabilitas

Jamulya dan Suratman Woro Suprodjo (1983), mengemukakan bahwa permeabilitas adalah cepat lambatnya air merembes ke dalam tanah baik melalui pori makro maupun pori mikro baik ke arah horizontal maupun vertikal. Tanah adalah kumpulan partikel padat dengan rongga yang saling berhubungan. Rongga ini memungkinkan air dapat mengalir di dalam partikel melalui rongga dari satu titik yang lebih tinggi ke titik yang lebih rendah. Sifat tanah yang memungkinkan air melewatinya pada berbagai laju alir tertentu disebut permeabilitas tanah. Sifat ini berasal dari sifat alami granular tanah, meskipun dapat dipengaruhi oleh faktor lain (seperti air terikat di tanah liat). Jadi, tanah yang berbeda akan memiliki permeabilitas yang berbeda.

Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih rendah dan pada tanah ini koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka pori. Kalau tanahnya berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar dari pada permeabilitas untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang bercelah lebih besar dari pada lempung yang tidak bercelah (unfissured).

Hukum Darcy menjelaskan tentang kemampuan air mengalir pada rongga-rongga (pori) dalam tanah dan sifat-sifat yang memengaruhinya. Ada dua asumsi utama yang digunakan dalam penetapan hukum Darcy ini. Asumsi pertama menyatakan bahwa aliran fluida/cairan dalam tanah bersifat laminar. Sedangkan

Dokumen terkait