BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dari hasil wawancara yang telah dilakukan, maka peneliti mengemukakan saran sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kegiatan penyiangan (weeding) pada Perpustakaan USU, maka sebaiknya Bagian Pemeliharaan melakukan pengevaluasian bahan perpustakaan baik yang tercetak maupun tidak tercetak dan menjadikan tingkat peminjaman dan penggunaan sebagai salah satu pertimbangannya sehingga bahan perpustakaan yang memang tidak dipergunakan dalam waktu lama tidak memenuhi ruangan Perpustakaan USU.
2. Perpustakaan USU mencoba menggunakan alat bantu, misalnya OPAC dalam proses penyiangan (weeding) agar tidak memakan waktu yang lama.
3. Sebaiknya Perpustakaan USU melakukan penambahan sumber daya
manusia yang dapat mendukung Bagian Pemeliharan melalui perekrutan ataupun pelatihan bagi para staf untuk memperlancar kegiatan penyiangan (weeding) bahan perpustakaan.
4. Peningkatan pembersihan debu dan serangga pada bahan perpustakaan yang ada di rak bagian sirkulasi sehingga masa pakainya bisa bertahan lama terutama pada bahan perpustakaan yang dianggap penting namun belum ada terbitan terbarunya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perpustakaan
Pengertian perpustakaan menurut Sulistyo-Basuki (1991, 3) adalah : “sebuah ruangan, bagian sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku-buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, dan bukan untuk dijual untuk mencari untung”.
Perpustakaan merupakan sistem pengelolaan rekaman gagasan, pemikiran,pengalaman, dan pengetahuan manusia, memiliki fungsiutama untuk melestarikan hasil budaya manusia dalam bentuk karya cetak maupun bentuk rekam lainnya, serta untuk menyampaikan gagasan, pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan manusia kepada generasi-generasi selanjutnya.
Dalam bab kedua ini, peneliti akan memberikan beberapa kajian pustaka yang nantinya akan digunakan sebagai acuan atau pegangan dalam penelitian
tentang penyiangan (weeding) bahan perpustakaan di perpustakaan perguruan
tinggi. Berbicara mengenai perpustakaan perguruan tinggi, penting untuk terlebih dahulu mengetahui tentang seluk beluk perpustakaan perguruan tinggi seperti pengertian, fungsi dan juga bahan perpustakaan yang ada di perpustakaan perguruan tinggi.
2.1.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di lingkungan perguruan tinggi (akademi, sekolah tinggi, perguruan tinggi, institut, atau politeknik) di mana para pemustakanya adalah mahasiswa, dosen, dan karyawan suatu perguruan tinggi.
Sebagai kesatuan dari sebuah perguruan tinggi selaku lembaga induk yang menaungi, maka perpustakaan didirikan untuk menunjang pencapaian visi, misi, dan tujuan perguruan tinggi yang bersangkutan dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Menurut Yulianti (2014) dalam artikel Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang dimaksud dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah :
1. Pendidikan dan Pengajaran. Pendidikan dan pengajaran memiliki
peranan yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. Undang –undang tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Penelitian dan Pengembangan Dari penelitian dan pengembangan maka
mahasiswa mampu mengembangkan ilmu dan teknologi .pada penelitian dan pengembangan mahasiswa harus lebih cerdas, kritis dan
kreatif dalam mejalankan perannya sebagai agent of change.
Mahasiswa harus mampu memanfaatkan penelitian dan pengembangan ini dalam suatu proses pembelajaran untuk memporoleh suatu perubahan–perubahan yang akan membawa Indonesia kearah yang lebih maju dan terdepan.
3. Pengabdian Kepada Masyarakat Menurut undang–undang tentang
pendidikan tinggi, pengabdian kepada masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berdasarkan uraian di atas, Yulianti (2014) juga menyebutkan tujuan pengadaan perpustakaan perguruan tinggi dalam mendukung program Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu:
a) Dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran dilaksanakan
dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan, dan menyebarluaskan informasi bagi mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
b) Dharma kedua yaitu penelitian dilakukan melalui kegiatan
mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan, dan menyebarluaskan informasi bagi para Peneliti.
c) Dharma ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat. Diselenggarakan
melalui kegiatan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menyebarluaskan informasi masyarakat.
2.1.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi mempunyai peran yang cukup strategis dalam mendukung program perguruan tinggi. Keberadaan perpustakaan di lingkungan perguruan tinggi adalah untuk menunjang kegiatan perkuliahan. Dalam hal ini dikatakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan jantung perguruan tinggi. Artinya, dengan keberadaan perpustakaan memungkinkan sivitas akademika memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan dengan membaca bahan perpustakaan yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tanpa perpustakaan, maka proses pelaksanaan pembelajaran kurang optimal.
Dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004,3) dijelaskan bahwa fungsi perpustakaan adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Edukasi Perpustakaan merupakan sumber belajar para civitas
akademika, oleh karena itu bahan perpustakaan yang disediakan adalah bahan perpustakaan yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program
studi, bahan perpustakaan tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
2. Fungsi Informasi Perpustakaan merupakan sumber informasi yang
mudah diakses oleh pencari dan pemustaka informasi.
3. Fungsi Riset Perpustakaan mempersembahkan bahan-bahan primer
dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Bahan perpustakaan pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.
4. Fungsi Rekreasi, Perpustakaan harus menyediakan bahan
perpustakaan rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pemustaka perpustakaan.
5. Fungsi Publikasi Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan
publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non-akademik.
6. Fungsi Deposit Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh
karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.
7. Fungsi Interpretasi Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian
dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pemustaka dalam melakukan dharmanya.
Sementara tugas perpustakaan perguruan tinggi dapat dirinci sebagai berikut:
a) Mengikuti perkembangan kurikulum serta perkuliahan dan
menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran.
b) Menyediakan bahan perpustakaan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka studinya.
d) Mengikuti perkembangan mengenai program-program penelitian yang
diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya dan berusaha menyediakan literatur ilmiah dan bahan lain yang diperlukan bagi para peneliti.
e) Memutakhirkan bahan perpustakaan dengan mengikuti
terbitan-terbitan yang baru baik berupa tercetak maupun non cetak.
f) Menyediakan fasilitas yang memungkinkan pemustaka mengakses
perpustakaan lain maupun data base-data base melalui jaringan lokal (intranet) maupun global (internet) dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi yang diperlukan.
2.1.3 Bahan Perpustakaan
Mengingat perpustakaan sebagai jantung perguruan tinggi, maka untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, perpustakaan perguruan tinggi harus menyediakan bahan perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang bahan pustakanya relevan dengan pemustaka yang dilayani.
Pelayanan sebuah perpustakaan akan dianggap stabil bila suatu perpustakaan memiliki kelengkapan bahan perpustakaan. Bahan perpustakaan merupakan unsur terpenting pada sebuah perpustakaan, karena bahan perpustakaan yang yang dimiliki oleh perpustakaan hanya untuk dimanfaatkan oleh pemustaka jasa perpustakaan.
Dalam UU No. 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa: “koleksi perpustakaan adalah bentuk karya tulis, karya cetak, dan/ atau karya rekam dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan”.
Sutarno (2006) dalam Widodo menyebutkan bahwa, “koleksi perpustakaan merupakan citra perpustakaan, koleksi sebagai daya tarik dari perhatian pemustaka, bahan perpustakaan juga meningkatkan performa kerja”.
Menurut World Encyclopedy of Library and Information Science, “jajaran
bahan perpustakaan perpustakaan umumnya dalam bentuk buku-buku, terbitan berkala, laporan rekaman yang selesai diklipping/film dan CD untuk video kaset
Menurut Soeatminah (1992), disebutkan bahwa :
sebuah perpustakaan harus memiliki apa yang dinamakan bahan perpustakaan, sehingga tidak hanya satu macam, melainkan bermacam-macam jenisnya yang antara lain bahan perpustakaanumum dan bahan perpustakaan khusus.
Dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan Sulistyo-Basuki (1991, 15) berpendapatbahwa :
Perpustakaan pada umumnya menerima bahan pustaka dari pemerintah berupa buku-buku, tetapi ada juga perpustakaan yang melengkapi koleksi dengan cara mencari sumbangan buku-buku kepada penerbit-penerbit dan toko-toko buku menerima sumbangan dari organisasi-organisasi, tukar menukar dengan perpustakaan lain dengan tujuan memperbanyak judul buku dengn jalan mengurangi jumlah eksemplar buku.
Ada empat jenis bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi perpustakaan yangwajib dimiliki oleh setiap perpustakaan. Jika tidak dimiliki secara utuh, terkesan tidak ideal sebagai sebuah perpustakaan. Empat hal tersebutyaitu:
a) Karya cetak,
b) Karya non cetak,
c) Bentuk mikro, dan
d) Karya dalam bentukelektronik.
Sebagaimana dituliskan Elnanda (2015, 25) bahwa perpustakaan memiliki dua jenis koleksi, yakni :
a. Koleksi buku atau bahan tercetak/ tertulis
Bahan pustaka yang berupa buku menggunakan kertas sebagai media untuk mencetak tulisan yang mengandung informasi. Data jumlah buku perpustakaan berdasarkan jurusan/ spesifikasi dan golongan yang tersedia dari golongan umum, golongan khusus, hasil penelitian maupun laporan pengamatan, bahkan terdapat koleksi majalah atau surat kabar yang isinya relevan dengan misi dan visi perpustakaan.
b. Koleksi non cetak (non printed material)
Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa bahan perpustakaan adalah semua bentuk rekaman hasil karya manusia yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disebarluaskan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan
pemakai. Bahan perpustakaan perlu diatur dan ditata secara sistematis, sehingga mudah digunakan, dicari dan ditemukan kembali pada saat dibutuhkan.
Pada umumnya bahan perpustakaan perguruan tinggi terdiri dari:
a) Buku teks yang diperlukan mahasiswa maupun dosen, baik yang diwajibkan
untuk mata kuliah tertentu maupun yang dianjurkan.
b) Buku untuk pengembangan ilmu yang melengkapi dan memperkaya
pengetahuan terutama bidang ilmu yang diajarkan pada perguruan tinggi.
c) Majalah/ jurnal ilmiah dan populer terbitan perguruan tinggi baik terbitan
sendiri, terbitan perguruan tinggi lain, maupun lembaga peneliti lainnya.
d) Penerbitan pemerintah, terutama produk hukum yang berkaitan dengan
perguruan tinggi.
e) Laporan-laporan, baik laporan penelitian ataupun laporan lainnya terutama dari
lembaganya sendiri.
Dalam laporan penelitian berupa skripsi, banyaknya mahasiswa yang akan menyerahkan skripsi tercetak menyebabkan ketidakmampuan Perpustakaan USU untuk menampung. Sehingga perpustakaan hanya menerima skripsi dalam bentuk elektronik sebagai salah satu syarat mahasiswa bebas pustaka, yang kemudian
dilayankan dengan cara diunggah ke e-repository USU.
2.1.3.1 Bahan PerpustakaanTercetak
Bahan perpustakaan bahan cetak berasal dari karya cipta atau hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak.
1. Buku
Bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan yang paling umum terdapat dalam koleksi perpustakaan.Berdasarkan standar dari UNESCO tebal buku paling sedikit 49 halaman.
2. Terbitan berseri
Terbitan berseri merupakan bahan pustaka yang diterbitkan secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Koleksi bahan pustaka berseri meliputi surat kabar, majalah, jurnal, dan laporan yang diterbitkan dalam jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan dan triwulan.
Pendapat lain mengenai penggolongan bahan tercetak menurut Elnanda (2015, 26) antara lain :
a. Koleksi buku
Koleksi buku pada perpustakaan ditentukan berdasar pertimbangan mengenai materi yang disajikan dalam buku mengenai suatu bidang ilmu pengetahuan.
b. Majalah
Perpustakaan tentu memiliki koleksi majalah, yakni terbitan yang mengangkat satu tema mengenai cabang ilmu pengetahuan, namun sifatnya ringan yang berbeda dengan buku
c. Koran dan terbitan lainnya
Penentuaan koran atau terbitan lainnya cara menyeleksi dan memperlakukan sama dengan majalah.
2.1.3.2 Bahan Perpustakaan Tidak Tercetak
Secara harafiah bahan perpustakaantidak tercetak merupakan karya cipta atau hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk yang bukan cetak,
seperti rekaman suara, rekaman video, audio film, CD, microphice, dan bahan
penyimpanan elektronik lainnya.
Bahan perpustakaan non cetak menurut Elnanda (2015, 27) dapat dibagi menjadi :
a. Digital
Semua koleksi tersedia dalam berbagai media (audio, visual, dan teks) berbentuk digital, sehingga dapat disimpan di suatu tempat
berbagai PC dan tersaji dalam layar komputer pemakai, atau diperbanyak, disalin, dan dicetak oleh pemakai. Keseluruhan isi digital dapat diolah secara otomatis sekaligus menjadi bagian yang bersatu dengan sistem temu kembali.
b. Koleksi audio visual
Media audio visual yang sering disebut dengan AVA (Audio Visual
Aids), bisa diartikan alat pembantu atau alat peraga audio visual.
Kemudian istilah ini lazim disebut dengan “media audio visual”. Audio visual dapat dibagi menjadi:
a) Media audio (1) Piringan hitam (2) Tape/ cassette b) Media visual (1)Film (bisu) (2)slide (3)Filmstrips (4)Overhead projection c) Audio visual (1) Televisi (2) VCD/ DVD (3) Film bicara
(4) Tape dan sound slide
2.2 Penyiangan (Weeding)Bahan Perpustakaan
Di dalam sebuah sistem perpustakaan, bahan perpustakaan adalah salah satu unsur penting. Nilai informasi yang dikandung di dalam suatu bahan perpustakaan, serta harga bahan perpustakaan yang relatif cukup mahal, mengharuskan perpustakaan melakukan upaya-upaya pelestarian.
Menurut Sulistyo-Basuki dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan (1991,271-274) disebutkan bahwa:
preservation atau pelestarian mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan perpustakaan dan arsip, termasuk didalamnya kebijakan pengelolaan, keuangan, sumber daya manusia, metode, dan teknik
penyimpannnya. Conservation atau pengawetan terbatas pada kebijakan
serta cara khusus dalam melindungi bahan perpustakaan dan arsip untuk kelestarian bahan perpustakaan tersebut.
Kebijakan pengawetan dan pelestarian bahan perpustakaan suatu perpustakaan berkaitan dengan perencanaan serta kegiatan mengurangi kerusakan bahan perpustakaan. Kegiatan-kegiatan pengawasan lingkungan dan fisik materi dan gedung, pengembangan perencanaan, kesiagaan terhadap kerusakan bahan perpustakaan, usaha alih media/bentuk, serta perawatan preventif dan perbaikan dituangkan dalam program yang terpadu. Harus ditunjuk orang, bagian atau pihak tertentu yang bertanggung jawab atas program pengawetan dan pelestarian ini, yang dapat bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk di dalamnya pihak
administrasi perpustakaan, pengawasan gedung (maintenance), dan pihak atasan
dari instansi induk setempat.
Menurut Qalyubi seperti yang dikutip Elnanda (2015, 25) disebutkan bahwa :
koleksi perpustakaan perlu dikembangkan agar terpenuhi kebutuhan pemakai dan masyarakat akademis atau masyarakat pada umumnya dapat dilayani. Kebijakan yang dikembangkan untuk pengembangan koleksi ini melalui pemilihan, pengadaan, penyiangan, dan evaluasi. Upaya pelestarian bahan perpustakaan di perpustakaan tidak hanya dalam hal fisik, tetapi juga dalam hal informasi yang terkandung di dalamnya. Dengan kata lain upaya pelestarian ini dimaksudkan untuk menjaga bahan perpustakaan yang dimiliki agar tidak cepat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh berbagai macam serangga, rayap, pemakaian oleh pemustaka perpustakaan, cuaca dan kondisi alam (basah, lembab, sinar matahari dan lain-lain).
Dengan demikian upaya pelestarian ini dapat menjaga dan melindungi bahan perpustakaan supaya menjadi lebih awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa
menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Di sinilah peran penyiangan bahan perpustakaan dibutuhkan.
2.2.1 Pengertian Penyiangan (Weeding) Bahan Perpustakaan
Evans yang dikutip Winoto (2004, 11) menyebutkan bahwa : “weeding is
considered as an integral part of the collection development program by authors of standards collection development”. Dengan demikian dapat diartikan bahwa penyiangan merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengembangan koleksi.
Menurut Lasa (2005, 323) disebutkan penyiangan (weeding) adalah :
upaya pengeluaran sejumlah koleksi dari perpustakaan karena dianggap tidak relevan lagi, terlalu banyak jumlah eksemplanya, sudah ada edisi baru, atau koleksi itu termasuk terbitan yang dilarang. Koleksi ini dapat ditukarkan dengan koleksi perpustakaan lainnya, dihadiahkan, atau dihancurkan untuk pembuatan kertas lagi.
Bahan perpustakaan perlu disiangi secara berkala agar bahan perpustakaan yang sudah tidak sesuai lagi dapat diganti dengan bahan perpustakaan yang baru. Pemilihan bahan perpustakaan yang dikeluarkan dari sirkulasi sebaiknya dilakukan oleh petugas perpustakaan, kemudian dipisahkan atau dipindahkan, dihibahkan atau dimusnahkan. Keputusan tersebut berdasarkan pertimbangan kemuktakhiran, kesesuaian, dan kondisi fisik dokumen.
Akbar (2013) berpendapat bahwa:
Pada perpustakaan perguruan tinggi penyiangan tetap dilakukan, walaupun bertujuan menyediakan secara lengkap pengetahuan manusia, kembali pada alasan klasik bahwa tidak mungkin bagi sebuah perpustakaan untuk menyimpan semua terbitan yang ada di dunia. Oleh karena itu, sebesar apapun ruangan perpustakaanya, seberapa besarpun dananya, pustakawannya harus mengelola koleksi dengan baik. Dan penyiangan merupakan salah satu cara untuk menjaga agar koleksi yang
dibutuhkan pengguna dapat diakses dengan mudah dan cepat, tanpa dikacaukan oleh koleksi yang tidak terpakai.
2.2.2 Tujuan dan Fungsi Penyiangan (weeding) Bahan perpustakaan
Adapun tujuan dari penyiangan adalah untuk memperoleh tambahan
tempat (shelf space) untuk bahan perpustakaan yang baru, membuat bahan
perpustakaan lebih bisa dimanfaatkan sebagai sumber informasi yang akurat,
relevan, up to date dan menarik, memberikan kemudahan pada pemakai bahan
perpustakaan, dan memungkinkan staf perpustakaan untuk mengelola bahan perpustakaan lebih efektif dan lebih efisien.
Tujuan dari kegiatan konservasi dan preservasi sebagai upaya pengawetan dan pelestarian bahan perpustakaan adalah sebagai berikut:
1) Menyelamatkan nilai informasi suatu dokumen
2) Menyelamatkan fisik dari suatu dokumen
3) Mengatasi kendala kekurangan ruang
4) Mempercepat proses temu balik informasi
Sedangkan fungsi dari kegiatan konservasi dan preservasi sebagai upaya pengawetan dan pelestarian bahan perpustakaan adalah sebagai berikut:
1) Fungsi melindungi, adalah untuk melindungi bahan perpustakaan supaya
terjaga kelestariaannya sehingga dapat digunakan lebih lama.
2) Fungsi pengawetan, untuk membuat bahan perpustakaan menjadi lebih awet
dan tahan lama.
3) Fungsi kesehatan, adalah terjaga kebersihannya sehingga petugas maupun
4) Fungsi pendidikan, adalah melatih atau mendidik pemustaka untuk lebih memperhatikan penggunaan dan perlakuan terhadap bahan perpustakaan
5) Fungsi kesabaran, adalah melatih kesabaran karena untuk merawat bahan
perpustakaan diperlukan kesabaran yang besar
6) Fungsi sosial, adalah mampu menciptakan komunikasi dan hubungan dengan
pihak luar.
7) Fungsi ekonomi, adalah menghemat anggaran dalam kegiatan
pemeliharaanbahan perpustakaan
8) Fungsi keindahan, karena dengan kerapian dan kebersihan bahan
perpustakaan maka akan tercipta keindahan sehingga pemustaka akan merasa senang.
Menurut Marry Peacock Douglas dalam Winoto (2004, 11) disebutkan beberapa kriteria dalam penyiangan bahan perpustakaan berupa buku, yaitu:
1) Buku yang sangat rusak yang tidak bisa diperbaiki
2) Buku yang lembarannya tidak lengkap lagi
3) Buku yang isinya sudah out of date
4) Buku yang jumlah salinannya terlalu banyak
5) Buku yang kurang bermanfaat bagi masyarakat yang dilayani
6) Buku yang telah ada edisi baru atau ada edisi revisi
7) Buku yang dilarang beredar oleh pemerintah.
Sedangkan HF McGraw dalam Evans, (2000) disebutkan beberapa hal yang dapat menjadi kriteria penyiangan, yaitu:
1) Memiliki duplikasi eksemplar yang terlalu banyak (melebihi
ketentuan)
2) Merupakan bahan perpustakaan sumbangan dan bahan
perpustakaan kurang dibutuhkan atau kurang sesuai dengan visi dan misi perpustakaan
3) Buku-buku yang sudah using (out of date) kuno terutama untuk
kategori ilmu pengetahuan
5) Buku yang sangat kotor, lusuh, lapuk, sobek dan lain-lain.
6) Buku-buku yang dicetak dengan huruf-huruf yang terlalu kecil
dengan kualitas kertas yang rendah (mudah patah atau sobek) dan banyak halaman yang hilang
7) Volume yang sudah tidak dibutuhkan atau digunakan lagi oleh
pemustaka
8) Terbitan berkala yang tidak disertai indeks.
2.2.3 Kebijakan Penyiangan(Weeding) Bahan Perpustakaan
Menurut Rahayuningsih dalam Akbar (2013), disebutkan bahwa :
Kebijakan khusus diperlakukan untuk menjaga kesinambungan antara tempat, koleksi yang selalu bertambah dengan koleksi yang dibutuhkan oleh pengguna. Kebijakan tersebut diwujudkan melalui kegiatan penyiangan. Penyiangan merupakan pemindahan koleksi dari koleksi aktif perpustakaan dengan tujuan menyingkirkan atau mengirim ke tempat peyimpanan. Koleksi yang jarang digunakan dapat dikirim ke tempat penyimpanan sehingga dapat mengurangi masalah tempat dan membuat pelayanan koleksi menjadi lebih mudah. Koleksi perpustakaan disiangi karena faktor isi yang sudah tidak menarik, atau kuno, kondisi fisik yang secara umum tidak sempurna, misalnya robek, dicoret-coret. Selain itu, pola pemakaian koleksi yang kecil frekuensinya atau menurun dapat menjadi alasan mengapa sebuah koleksi disiangi. Atau bisa juga kombinasi dari ketiga faktor tersebut menjadi alasan penyiangan koleksi.
Kebijakan merupakan landasan atau pedoman untuk menyusun kebutuhan. Ada beberapa kebijakan yang perlu diperhatikan. Adapun kriteria penyiangan bahan perpustakaan menurut jenis bahan perpustakaan yang disiangi yaitu sebagai berikut:
1. Buku (monograft)
Dalam melakukan penyiangan bahan perpustakaan yang berupa buku atau monografi, yaitu sebagai berikut:
a) Bidang kajian. Bidang kajian yang sudah tidak sesuai dengan kebijakan
b) Usia atau umur bahan perpustakaan dapat dipertimbangkan agar bahan perpustakaan tersebut dapat diganti dengan bahan perpustakaan baru
c) Cakupan duplikasi. Jumlah bahan perpustakaan yang memiliki duplikasi
yang banyak dalam jajaran rak sebaiknya dikurangi dan disisihkan ke tempat lain
d) Sumber alternatif. Dengan adanya kerjasama antar perpustakaan maka
bahan perpustakaan yang kurang bermanfaat dapat dikurangi dengan mengakses kepada perpustakaan lain yang memiliki informasi yang dibutuhkan.
e) Kondisi fisik, buku-buku yang sobek, lapuk dan jilidnya rusak sebaiknya
di-weeding untuk dilakukan perbaikan.
f) Tingkat perlakuan, buku-buku yang berisi prinsip-prinsip dasar
mempunyai manfaat yang lebih tinggi dan bersifat lama jika dibandingkan dengan buku-buku yang bersifat manual yang akan cepat out of date