• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.2 Saran

Peneliti melihat masih banyak penelitian mengenai kata serapan terutama tentang makna, termasuk dalam kajian ini. Sehingga memungkinkan mahasiswa bahasa Arab lainnya melanjutkan penelitian makna kata serapan dari segi dari segi gramatikal. Akhirnya, semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya kepada peneliti sendiri dan umumnya kepada seluruh masyarakat Indonesia terutama menambah referensi guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menunjang proses belajar mengajar di program studi bahasa Arab seluruh Indonesia.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang kata serapan yang pernah dilakukan oleh Aufa (2005), yakni meneliti kata serapan yang berkategori nomina dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia yang mengalami perubahan makna dan bentuk-bentuk perubahan makna kata serapan yang berkategori nomina dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Teori yang digunakan adalah teori Samsuri (1987) yang mengatakan perubahan makna terjadi dalam bentuk penambahan, pengurangan penggantian. Contohnya : Dalam bahasa Indonesia ada kata gapura artinya „Pintu gerbang‟. Kata ini berasal dari bentuk adjektiva غ/gafūr/amat mengampuni. Asal usulnya, konon, pada zaman walisanga di Jawa berlaku kepercayaan bahwa siapa saja yang mau melewati gerbang ke mesjid Demak dengan sendirinya memperoleh pengampunan dosa-dosa atas agama yang dipeluk sebelumnya.

Selanjutnya, Ritonga (2014) dalam penelitiannya membahas mengenai kosakata yang diserap dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan juga menjelaskan perubahan makna suatu kata tersebut dengan objek penelitiannya adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Republik Indonesia yang disusun oleh Soesilo (1993). Teori yang digunakan adalah Chaer (1996) dan Tarigan (1985). Teori tersebut menggunakan Perubahan makna adalah penambahan makna, pengurangan makna, penggantian makna dan makna tetap.Contohnya : Kata niat merupakan berasal dari kata bahasa Arab yakni “

11

qaṣṣadahu wa’azzama ‘alaihi/„tempat menyimpan harta‟, sedangkan ketika diserap ke dalam bahasa Indonesia kata niat mempunyai makna maksud atau tujuan suatu perbuatan, berkaul dan bernazar. Jadi, kata niat terjadi penambahan makna dilihat dari makna leksikal.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Semantik

Semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa : fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer,2006:2). Semantik adalah studi tentang makna, semantik merupakan bagian dari linguistik dan makna sebagai objek kajian yang merupakan bagian dari bahasa (Aminuddin, 2001:15), sedangkan Pateda (2001:7) menyatakan bahwa semantik adalah subdisiplin linguistik yang mengkaji sistem makna.

Semantik dalam bahasa arab disebut ا /‘ilmu ad dilālah/. Menurut Husaini (2007:10) menyatakan bahwa :

و ىاثلا و لادلا و لوأا ئشلا و رخأ ئشب ملعلا هب ملعلا نم مزلي ةلاح ئشلا نوك ي ةلادلا ملع

لولدما

/’ilm ad-dilālah hiya kawnu asy-syai’un biālati yalzamu minal ‘ilmi bihi al-‘ilmi bisyai’in akhiri wa asy-syain al-awwalu huwa ad-dāl wa a-ānī huwa al-madlūl/ Semantik adalah kenyataan kondisi yang diperlukan satu hal dari lambang dengan lambang sesuatu yang lain dan hal pertama adalah penanda dan yang kedua adalah yang ditandai‟.

12

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan, semantik adalah struktur bahasa yang berhubungan dengan makna, selain itu semantik juga membahas atau meneliti tentang makna.

Berdasarkan sifat hubungan antara kata dan maknanya, makna kata dapat dibagi menjadi dua macam yakni makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referensinya dan sesuai dengan hasil observasi alat indra. Dengan kata lain ia adalah makna yang melekat pada suatu kata atau juga sering disebut makna kamus. (Hidayatullah, 2012 : 110)

Semantik leksikal menekankan kajian makna pada tingkat kata. Kata merupakan momen kebahasaan yang bersama-sama dalam kalimat menyampaikan pesan dalam suatu komunikasi. Kata berwujud dalam berbagai-bagai bentuk (Pateda, 2001 : 133)

2.2.2 Pengertian Kata Serapan

Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain (bahasa daerah/bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk memperkaya kosakata. (http://bahasa.kompasiana.com/2013/04/05/kata-serapan--548488.html)

Kata Serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah diintegrasikan ke dalam suatu bahasa dan diterima pemakaiannya secara umum. (1stfauzi.blogspot.com/2012/11/kata-serapan.html)

Menurut Kridalaksana (1991 : 8) memahami kata serapan adalah

“pinjaman” yaitu bunyi, fonem, unsur gramatikal atau unsur leksikal yang diambil

13

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain dan kemudian dimasukkan ke dalam bahasa penerima yang disesuaikan dengan penutur bahasa penerima untuk memperkaya kosakata.

Tidak ada dua bahasa yang sama persis apalagi bahasa yang berlainan rumpun. Dalam proses penyerapan dari bahasa pemberi pengaruh kepada bahasa penerima pengaruh akan terjadi perubahan-perubahan. Ada proses penyerapan yang terjadi secara utuh, ada proses penyerapan yang terjadi dengan beberapa penyesuaian itu akan terjadi, pergeseran baik dalam ucapan maupun ejaan antar bahasa pemberi dan penerima pengaruh maupun pergeseran sistematis. Pengambilan kata dari suatu bahasa oleh bahasa yang lain merupakan perkara atau hal yang lumrah, baik pada masa yang lalu maupun pada masa kini bagi dua bahasa yang bertemu. (Fauziah, 2008 : 5)

2.3 Konsep-konsep

2.3.1 Jenis-Jenis Perubahan Makna

Menurut Chaer dan Agustina (2004 : 141), perubahan semantik yang paling sering terjadi adalah berupa perubahan pada makna butir-butir leksikal yang mungkin meluas, menyempit, atau berubah total, sedangkan menurut Fauziah (2008 : 44-50) perubahan makna terjadi adalah makna yang kekal, makna yang berubah, makna yang meluas, makna yang menyempit dan makna yang menghilang.

14 2.3.1.1Perubahan Makna Meluas

Menurut Chaer (2006 : 140) perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena beberapa faktor menjadi memiliki makna-makna baru.

Menurut Tarigan (1985 : 86) perluasan makna adalah suatu proses perubahan makna kata dari yang lebih khusus ke yang lebih umum, atau dari yang lebih sempit ke yang lebih luas. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa cakupan makna pada masa kini lebih luas daripada makna pada masa lalu.

Makna meluas dalam istilah bahasa Arab yaitu “عساوم ىنعم/ma’na mawāsi’un”.

Contoh :

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 terdapat pada

pasal 23E ayat 1 yang berbunyi : “Untuk memeriksa pengelolaan dan

tanggungjawab tentang keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri”. Dalam kalimat tersebut terdapat kata badan yang berasal dari bahasa Arab yaitu

ندب /

badanun.

Kata dalam BI

Arti dalam BI Kata dalam BA

Arti dalam BA Kategori semantik leksikal Badan - Tubuh - Batang tubuh manusia - Sekumpulan

ندب

/

badanun

-ناسناا دسج

/

jasadu al-insani/ jasad manusia‟ Meluas

15 orang yang merupakan kesatuan untuk mengerjakan sesuatu (Depdiknas, 2007 : 87-88)

Tabel 1 Contoh perubahan makna meluas

Dilihat dari tabel di atas bahwa kata /badanun dalam bahasa Arab mempunyai makna ا ج/ jasadu al-insani/ ‘jasad manusia‟. Kata badan dalam bahasa Indonesiamempunyai makna tubuh, batang tubuh manusia dan sekumpulan orang yang merupakan kesatuan untuk mengerjakan sesuatu. Jadi, kata badan mengalami perubahan makna meluas.

2.3.1.2Perubahan Makna Menyempit

Penyempitan makna sebuah kata adalah sebuah proses yang dialami sebuah kata dimana makna lama lebih luas cakupannya dari makna yang baru.

Menurut Chaer (2006:142) perubahan makna menyempit adalah gejala yang terjadi pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja.

Makna menyempit dalam istilah bahasa Arab yaitu “رسحنم ىنعم/ma’na

munhasarun”.

Contoh :

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 terdapat pada

pasal 16 yang berbunyi : “Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang

16

selanjutnya diatur dalam undang-undang”. Dalam kalimat tersebut terdapat kata

nasihat yang berasal dari bahasa Arab yaitu

ةحيصن /

naṣȋhatun/. Kata dalam

BI

Arti dalam BI Kata dalam BA

Arti dalam BA Kategori semantik leksikal Nasihat Nasehat (Depdiknas, 2007 : 775) /naṣȋhatun/ اخا / al-ikhlāşu wa at-taşfiyat/ „ikhlas dan petuah‟ (Ma‟luf, 2008 : 812) Menyempit

Tabel 2 Contoh perubahan makna menyempit

Dilihat dari tabel di atas bahwa kata /naṣȋhatun/ dalam bahasa Arab mempunyai makna اخا/ al ikhlāşu wa at-taşfiyat/‘ikhlas dan petuah‟. Kata nasihat dalam bahasa Indonesia mempunyai makna nasehat. Jadi, kata nasihat mengalami perubahan makna menyempit.

2.3.1.3Perubahan Makna Berubah Total

Menurut Chaer (2006:142) yang dimaksud perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dan makna asalnya.

Makna berubah total dalam istilah bahasa Arab yaitu “

ا/tatawwarun dalāliyyun/”.

Contoh :

Dalam UUD RI 1945 terdapat pada pasal 19 ayat 1 yang berbunyi :

17

kalimat tersebut terdapat kata dewan yang berasal dari bahasa Arab yaitu

/dīwānun. Kata dalam BI Arti dalam BI Kata dalam BA Arti dalam BA Dewan Majelis atau badan

yang terdiri dari beberapa orang anggota yang pekerjaannya memberi nasihat (Depdiknas, 2007 : 260) /dīwānun/ ف

/mujtami’u aṣ-ṣuḥufi /kumpulan-kumpulan mushaf (Ma‟luf, 2008 : 230)

Tabel 3 Contoh perubahan makna berubah total

Dilihat dari tabel di atas kata /dīwānun/ dalam bahasa Arab mempunyai makna ف /mujtami’u aṣ-ṣuḥufi/ ‘kumpulan-kumpulan

mushaf‟ (Ma‟luf, 2008 : 230) sedangkan kata dewan dalam bahasa Indonesia mempunyai makna majelis atau badan yang terdiri dari beberapa orang anggota yang pekerjaannya memberi nasihat (Depdiknas, 2007 : 260). Jadi, kata

/dīwānun yang diserap ke dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan makna berubah total.

Disini peneliti memakai teori Chaer dan Agustina (1995:186) yang mengatakan perubahan makna ada tiga yaitu meluas, menyempit dan berubah total.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh setiap kelompok masyarakat. Setiap bahasa biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya yang sejenis. Oleh karena itu wajar apabila manusia dalam komunitas tertentu tidak dapat mengetahui bahasa dari komunitas yang lain. Meski demikian, pada lingkungannya yang sejenis, setiap orang dapat berkomunikasi secara baik. Hal ini menunjukkan pada dasarnya bahasa adalah alat komunikasi antara individu dengan lingkungannya. Secara umum, bahasa kemudian disimbolkan dengan lafal atau ujaran. (Ma‟ruf, 2009:1)

Menurut Al Ghulayayni (2013:1) :

أ : غ /al lugatu : alfāẓun yu’abbiru biha kullu qaumin ‘an maqasidihim/‘bahasa adalah ucapan-ucapan yang digunakan setiap kaum untuk mengemukakan maksud mereka‟.

Setiap bahasa yang digunakan, memiliki kosakata yang beragam dan bersifat arbitrer. Artinya, hubungan antar lambang dan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, tetapi bisa berubah dan tidak bisa dijelaskan mengapa lambang tersebut mengandung makna tertentu.

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik.Semantik mengandung pengertian studi tentang makna dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik. Menurut Chaer (1994 : 2) Semantik merupakan bidang studi dalam linguistik

2

yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Sementara, menurut Hidayatullah (2012:108) menjelaskan bahwa semantik mempelajari makna satuan-satuan lingual bahasa.

Semantik dalam bahasa arab disebut ا /‘ilmu ad dilālah/.Menurut Umar, (1998:11)‘ilm ad-dilalah adalah sebagai berikut:

غ ف

ى

/yu‘arrifuhu ba‘duhum bi`annahu dirāsatu al-ma‘nā au al-‘ilmu al-lażī yadrusu

al-ma`nā au żalika al-far‘u min ‘ilmi al-lugati al-lażī yatanāwalu na‘riyata al

-ma‘nā/ „didefenisikan sebagian mereka dengan studi tentang makna atau ilmu

yang memepelajari tentang makna, atau merupakan cabang linguistik yang

mengkaji tentang teori makna‟.

Makna terbagi dua macam yakni makna kata atau makna leksikal dan makna unit sintaksis yang lebih besar daripada kata atau disebut makna gramatikal.

Adapun Pateda (2001:119) mengatakan makna leksikal adalah makna yang ketika kata itu berdiri sendiri, dalam bentuk leksem atau bentuk imbuhan yang maknanya kurang lebih tetap. Seperti yang dibaca dalam kamus. Makna yang bersifat leksikal merupakan sebagian besar dari pungutan dari satu bahasa ke bahasa yang lain.

Kata serapan adalah mengambilalih kata-kata dari bahasa lain. Pungutan kata dapat bersifat gramatikal dan bersifat leksikal. Pungutan leksikal ialah pungutan yang berupa kata-kata. (Cahyono, 1995:107)

Soal kata serapan dalam bahasa atau lebih tepatnya antar bahasa adalah merupakan suatu hal yang lumrah. Setiap kali ada kontak bahasa lewat

3

pemakainya pasti akan terjadi serap menyerap kata. Unit bahasa dan struktur bahasa itu ada yang bersifat tertutup dan terbuka bagi pengaruh bahasa lain.

Bahasa Indonesia menyerap beberapa kata dari bahasa lain yang tidak sekeluarga dengannya. Dengan menyerap kosakata bahasa sumber yang tidak satu rumpun dengan bahasa Indonesia. Ada lima bahasa yang terkenal sebagai bahasa sumber bagi peminjaman kata dalam bahasa Indonesia yaitu bahasa Yunani, bahasa Latin, bahasa Sanskrit, bahasa Cina dan bahasa Arab. (Fauziah, 2008 : 5)

Bahasa Arab dan bahasa Indonesia adalah dua bahasa yang sangat berbeda karena kedua bahasa tersebut memiliki kudrat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang paling mendasar adalah perbedaan ras bangsa dan bahasa dimana bahasa Arab berasal dari rumpun bahasa Semith (Assamiyah) dan bahasa Indonesia dari rumpun bahasa Austronesia. (Zuhriah, 2004:65)

Meskipun demikian, bahasa Arab mempunyai peranan yang sangat penting dalam menambah perbendaharaan kata bahasa Indonesia di samping bahasa yang lain, hal ini disebabkan oleh adanya hubungan antara orang-orang Arab dengan orang-orang Indonesia baik hubungan dagang maupun hubungan penyebaran agama, yang pada akhirnya membawa pengaruh terhadap perkembangan bahasa Indonesia.

Selain itu, bahasa Indonesia mempunyai sifat yang terbuka sehingga memungkinkan untuk menerima unsur bahasa lain yang diperlukan, termasuk bahasa Arab. Unsur serapan bahasa Arab dalam bahasa Indonesia lebih banyak terarah kepada unsur leksikal (perbendaharaan kata ).

4

Oleh karena itu, tidak ada dua bahasa yang sama persis apalagi bahasa yang berlainan rumpun. Dalam proses penyerapan dari bahasa pemberi pengaruh kepada bahasa penerima pengaruh akan terjadi perubahan-perubahan. Dari proses penyerapan itu, dapat menghasilkan perubahan makna. Dimana perubahan makna merangkum baik makna leksikal atau makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai kamus.Setiap kata atau leksem mempunyai makna leksikal, yakni makna yang secara inheren terdapat di dalam kata atau leksem itu. Perubahan semantik yang umum adalah berupa perubahan pada makna butir-butir leksikal yang mungkin berubah total, meluas, atau juga menyempit. (Chaer dan Agustina, 2004: 141).

Menurut Ullman (1992:198), diantara penyebab terjadinya perubahan makna adalah karena pengaruh asing. Hal inilah yang terjadi dengan kosakata dalam bahasa Indonesia, yaitu ada beberapa kosakata dalam bahasa Indonesia yang menggunakan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari seperti akal, adil, amanah, dll.

Dari penjelasan di atas peneliti akan meneliti kosakata serapan bahasa Arab yang diserap bahasa Indonesia dalam Kitab Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia dengan membandingkannya dengan bahasa sumber yaitu bahasa Arab, sehingga dapat melihat perubahan-perubahan makna yang terjadi setelah bahasa Arab itu diserap ke dalam bahasa Indonesia dalam tinjauan makna leksikal.

Pada tahun 18 Agustus 1945 diterbitkannya sebuah peraturan atau undang-undang yang dibukukan yaitu Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

5

yang disahkan dan ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pembahasan Undang-Undang Dasar dilakukan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), sidang pertama pada 29 Mei-1 Juni 1945 kemudian sidang kedua pada 10-17 Juli 1945. Dalam sidang pertama dibahas tentang dasar negara sedangkan pembahasan rancangan Undang-Undang Dasar dilakukan pada sidang kedua, dalam sidang kedua itu dibentuklah Panitia Hukum Dasar yang bertugas membuat rancangan Undang-Undang Dasar, Panitia tersebut beranggotakan 19 orang yang diketuai oleh Soekarno.

Panitia ini kemudian membentuk Panitia kecil yang bertugas membuat rumusan rancangan dasar dengan memperhatikan hasil-hasil pembahasan dalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) serta rapat-rapat Panitia Hukum Dasar.

Setelah Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) menyelesaikan tugasnya, Pemerintah Tentara Jepang membentuk kembali kepanitiaan yaitu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang bertugas menyiapkan segala sesuatu tentang kemerdekaan. Sejak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 pada 18 Agustus 1945, penyelenggaraan negara didasarkan pada ketentuan-ketentuan menurut Undng-Undang Dasar 1945. Dengan berjalannya sebuah Undang-Undang Dasar 1945 banyak sekali ketidakcocokkan dalam suatu kondisi tertentu banyak sekali perubahan nama Undang-Undang Dasar 1945 dan akhirnya kembali lagi pada Undang-Undang Dasar 1945.

6

Perubahan Undang-Undang Dasar Repubik Indonesia 1945 telah terjadi 4 kali amandemen yakni pada tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002. Setelah Perubahan, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 terdiri atas dua bagian yakni :Pembukaan dan Pasal-Pasal. Dengan demikian, Undang-Undang Dasar merupakan sumber hukum tertinggi yang menjadi pedoman dan norma hukum yang dijadikan sumber hukum bagi peraturan perundangan yang berada di bawahnya.Peneliti memfokuskan pada pembukaan UUD 1945 dan semua pasal dalam UUD 1945 yang berjumlah 37 pasal.

Alasan peneliti memilih judul ini adalah dikarenakan terdapat kata serapan bahasa Indonesia dari bahasa Arab pada Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. UUD RI 1945 merupakan hukum dasar negara Indonesia pastinya memiliki pendayagunaan kata dan ketepatan pilihan kata dalam penyusunan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 tentu dipaparkan dengan bahasa yang lugas, efektif, jelas, dan mempunyai makna. Bahasa yang digunakan dalam bahasa Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 juga terdiri dari beberapa bahasa yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, sehingga kata-kata serapan tersebut membutuhkan ketepatan makna dalam memahami isi kandungan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 tersebut. Dengan penjelasan di atas terlihat yang mengkaitkan antara ilmu semantik dengan kata serapan yang peneliti jadikan sebagai pokok permasalahan dalam kajian ini.

7 1.2Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berapa jumlah kosakata bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Arab

pada Naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 ?

2. Bagaimanakah jenis perubahan makna yang terjadi pada kosakata bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Arab pada Naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui jumlah kosakata bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Arab pada Naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

2. Untuk mengetahui jenis perubahan makna yang terdapat dalam kosakata bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Arab pada Naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis

Mengembangkan ilmu semantik melalui penelitian kata serapan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dalam Naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

8 2. Secara Praktis

Memberi kontribusi bagi Departemen Sastra Arab mengenai kata serapan dari Bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan memperkaya bahan ajar tentang ilmu semantik terutama tentang kata serapan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.

1.5 Metode Penelitian

Metode berasal dari bahasa Yunani, methods- secara sederhana adalah suatu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran yang bersangkutan. (Suyanto dan Sutinah : 2007). Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan mengambil data dari Kitab Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 yang disusun oleh Sekretariat Jenderal MPR RI.

Metode yang peneliti gunakan adalah metode deskriptif analisis kualitatif. Penelitian deskriptif analisis bertugas menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan. Tujuan metode deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu. (Azwar, 2005 : 6-7)

Adapun tahap-tahap penelitian ini dilakukan sebagai berikut :

1. Mengumpulkan buku, rujukan atau referensi yang berhubungan dengan judul 2. Data yang telah terkumpul diidentifikasi, dan diklasifikasi

3. Selanjutnya, data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan Kamus Al

Munjid Fi al Lugha Wa al A’lam (Ma‟luf : 2008) dan Kamus Besar Bahasa

9

4. Akhirnya disusun secara sistematis dalam sebuah laporan.

Dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan latin, peneliti menggunakan sistem transliterasi Arab Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543/U/1987 tertanggal 22 januari 1988.

xiv

ABSTRAK

Suprianto Saragih, 110704022. Analisis Kata Serapan Bahasa Indonesia Dari Bahasa Arab Pada Naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (Tinjauan Makna Leksikal). Medan : Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kosakata bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Arab dan jenis perubahan maknanya yang terdapat pada Naskah Undang-Undang Dasar Republik indonesia 1945. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chaer dan Agustina (2004:141). Peneliti menggunakan metode deskriptif analisis kualitatif. Adapun penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan mengambil data dari Kitab Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 yang disusun oleh Sekretariat Jenderal MPR RI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kosakata serapan bahasa Indonesia dari bahasa Arab pada Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 terdapat 82 kosakata, diantaranya 47 kosakata yang mengalami perubahan makna meluas, 17 kosakata yang mengalami perubahan makna menyempit dan 17 kosakata yang mengalami perubahan makna berubah total dan 1 kosakata yang tidak mengalami perubahan makna.

Dokumen terkait