• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanaman Modal Asing Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 2007 Pemerintah melakukan satu kegiatan usaha yang memerlukan modal

KESIMPULAN DAN SARAN

B. Penanaman Modal Asing Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 2007 Pemerintah melakukan satu kegiatan usaha yang memerlukan modal

dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusianya (SDM) untuk memperoleh hasil yang maksimal guna meningkatkan perekonomian nasioanl. Modal tersebut didapat dari para penanam modal yang menanamkan modalnya. Pada perkembangan ekonomi dunia saat ini, penanaman modal menjadi salah satu altenatif yang dianggap baik bagi pemerintah untuk memecahkan kesulitan modal dalam melancarkan pembangunan nasional, sebab salah satu fungsi penanaman modal, khususnya penanaman modal asing adalah untuk memanfaatkan modal, teknologi, skill atau kemampuan yang dimiliki oleh penanaman modal guna mengelola potensi-potensi ekonomi "(economic

recourcess)" yang sangat memerlukan modal yang besar, teknologi yang canggih,

skill dan kemampuan yang profesional yang belum sepenuhnya mampu tertangani oleh pihak swasta nasional maupun pemerintah sendiri.20

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, menciptakan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang

20

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2007), hlm. 185.

berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.

Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, keberadaan penanaman modal dalam negeri diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Menurut ketentuan undang-undang tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan modal dalam negeri (yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-haknya dan benda-benda baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan /disediakan guna menjalankan usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam Pasal 2 UU No. 1 Tahun 1967) bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya.21

21Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta: PT RadjaGrafindo Persada, 2007), hlm.122-123.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970, pada awalnya merupakan dasar hukum bagi kegiatan penanaman modal di Indonesia. Sejak diundangkannya kedua undang-undang tersebut, kegiatan penanaman modal baik modal asing maupun dalam negeri telah berkembang dan memberikan kontribusi dalam mendukung pencapaian sasaran pembangunan ekonomi nasional, namun untuk mempercepat perkembangan ekonomi nasional

diperlukan mengganti kedua undang-undang tersebut.22

Undang-Undang Penanaman Modal No.25 Tahun 2007 tidak mengadakan pembedaan antara penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Oleh karena itu, undang-undang tersebut mengatur mengenai kegiatan penanaman modal, baik penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri dan tidak mengadakan pemisahaan undang-undang secara khusus, seperti halnya undang-undang penanaman modal terdahulu yang terdiri dari dua undang-undang, yaitu Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri.

Undang-undang ini mengatur secara komprehensif berbagai hal mengenai kegiatan penanaman modal secara langsung di Indonesia untuk menetapkan iklim investasi yang kondusif tetapi tetap mengedepankan kepentingan nasional. Dasar pemikiran undang-undang penanaman modal ini adalah bahwa investasi merupakan instrumen penting pembangunan nasional dan diharapkan dapat menciptakan kepastian hukum bagi penanam modal dalam dan luar negeri untuk meningkatkan komitmennyaberinvestasi di Indonesia.

23

Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 menyebutkan bahwa penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.24

22 Rahayu Hartini, Mengkritisi Undang-Undang Penanaman Modal, Published Oktober 5, 2009, Artikel Bagian 1.

23 Ibid, hlm 121.

24

Menurut Komaruddin, yang dikutip oleh Pandji Anoraga merumuskan penanaman modal dari sudut pandang ekonomi dan memandang investasi sebagai salah satu faktor produksi disamping faktor produksi lainnya, pengertian investasi dapat di bagi menjadi tiga,yaitu:25

1. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau suatu penyertaan lainnya; 2. Suatu tindakan memberi barang-barang modal;

3. Pemamfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan di masa mendatang

Selain pembagian penanaman modal yang di kenal dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yaitu yang membagi penanaman modal dengan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri, kegiatan penanaman modal pada hakikatnya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Investasi langsung (direct invesment) atau penanaman modal jangka panjang Investasi lansung di Indonesia saat ini diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang memperbaharui ketentuan perundang-undangan yang menyangkut investasi asing sebelumnya. UU tersebut mengatur baik investasi yang dilaksanakan oleh investor dalam negeri maupun investasi yang dilaksanakan oleh investor asing.26

Ketentuan Undang-Undang Penanaman Modal, pengertian penanaman modal hanya mencakup penanaman modal secara langsung. Penanaman modal adalah ”segala bentuk kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanam modal

25 Pandji Anoraga, Perusahaan Multi Nasional Penanaman Modal Asing, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995), hlm 57

26

dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.”Investasi secara langsung ini karena dikaitkan dengan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal.27

2. Investasi Tak Langsung (Indirect Invesment) atau Portofolio Invesment

Investasi tak langsung pada umumnya merupakan penanaman modal jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Penanaman modal ini disebut dengan penanaman modal jangka pendek karena pada umumnya, jual beli saham atau mata uang dalam jangka waktu yang relatif singkat tergantung kepada fluktuasi nilai saham dan/atau mata uang yang hendak mereka jualbelikan.

Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal juga telah ditentukan pengertian penanaman modal asing. Penanaman modal asing adalah “Kegiatan menanam untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.”

Penanaman Modal asing juga merupakan transfer modal baik yang nyata maupun yang tidak nyata dari suatu negara ke negara lain tujuannya untuk digunakan di negara tersebut agar menghasilkan keuntungan di bawah pengawasan dari pemilik modal, baik secara total atau sebagian.28

27 Ida Bagus Rahmadi Supanca, Kerangka Hukum &Kebijakan Investasi Lansung di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), hlm. 53

28Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) hlm. 148 – 149.

Pasal 1 angka 8 Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal memaparkan, konstruksi modal asing dalam ketentuan ini, hanya difokuskan kepada kepemilikan modal. Kepemilikan modal asing ini dikategorikan menjadi lima macam, yaitu:

1. Negara asing;

2. Perseorangan warga negara asing; 3. Badan usaha asing;

4. Badan hukum asing; dan/atau

5. Badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruhnya modalnya dimiliki oleh pihak asing.29

Investor asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Investor Asing berupa:

1. Perseorangan warga negara asing; 2. Badan usaha asing; dan/atau 3. Pemerintah asing30

Bagi investor asing, hukum dan UUPM menjadi salah satu tolok ukur untuk menentukan kondusif tidaknya iklim investasi di suatu negara. Dalam tiga dekade belakangan ini, pelaku usaha yang menanam modal di negara berkembang sangat mempertimbangkan kondisi hukum di negara tersebut. Infrastruktur hukum bagi investor menjadi instrumen penting dalam menjamin investasi mereka. Hukum bagi mereka memberikan keamanan, certainty dan predictability atas

29 Ibid, hlm. 151-152.

30

investasi mereka. Semakin baik kondisi, hukum dan undang-undang yang melindungi investasi mereka semakin dianggap kondusif iklim investasi dan negara tersebut.31

Politik hukum mencakup proses pembuatan dan pelaksanaan hukum yang dapat menunjukkan sifat dan arah kemana hukum akan dibangun dan ditegakkan; terjadinya perubahan struktur sosial, politik hukum harus mengarah pada upaya penyesuaian dengan struktur baru, sebab hukum bukan bangunan yang statis melainkan bisa berubah karena fungsinya melayani masyarakat.

32

31 Hikmahanto, Juwana, Arah Kebijakan Pembangunan Hukum di Bidang Perekonomian dan Investasi, Makalah, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2010), hlm. 10-11.

32

Ibid., hlm 10

Dalam rangka menciptakan produk hukum yang berfungsi melayani masyarakat maka pembentukan undang-undang harus dapat melahirkan produk yang berkarakter responsif atau populistik yaitu produk hukum yang mencerminkan rasa keadilan dan mencerminkan harapan masyarakat. Dalam proses pembuatannya memberikan peranan yang besar dan partisipasi penuh kelornpok-kelompok sosial atau individu. Untuk mengkualifikasi apakah suatu produk hukum tersebut bersifat responsif, indikator yang dipakai adalah proses pembuatan hukum, sifat fungsi hukum dan kemungkinan penafsiran atas produk hukum.

Produk hukum yang karakternya responsif, proses pembuatannya bersifat partisipatif yakni mengundang sebanyak-banyaknya partisipasi masyarakat. Dilihat dari fungsinya maka hukum yang berkarakter responsif bersifat aspiratif yaitu: memuat materi-materi yang secara umum sesuai dengan aspirasi atau kehendak masyarakat yang dilayaninya.

Masuknya modal asing dalam perekonomian Indonesia merupakan tuntutan keadaan baik ekonomi maupun politik. Penghimpunan dana pembangunan perekonomian Indonesia melalui investasi modal secara langsung sangat baik dibandingkan dengan penarikan dana internasional lainnya seperti pinjaman luar negeri.33 Modal asing yang dibawa oleh investor merupakan hal yang penting sebagai alat untuk mengintegrasikan ekonomi global. Selain itu, kegiatan ekonomi akan memberikan dampak positif bagi negara penerima modal seperti mendorong pertumbuhan bisnis, adanya suplai teknologi dan investor baik dan bentuk proses produksi maupun permesinan dan penciptaan lapangan kerja.34

Kepastian hukum itu sendiri bagi investor adalah tolok ukur untuk menghitung risiko. Bagaimana risiko dapat dikendalikan dan bagaimana penegakan hukum terhadap risiko. Jika penegakan hukum tidak mendapat kepercayaan dari investor maka hampir dapat dipastikan investor tidak akan berspekulasi di tengah ketidakpastian. Berbagai peraturan perundang-undangan tidak akan berarti tanpa ada jaminan legal certainty atau kepastian hukum atas keputusan yang ditetapkan. Dalam dunia usaha, pelaku usaha memerlukan syarat esensial ketika berbisnis; dan prasyarat bagi setiap transaksi bisnis, yaitu adanya kepastian hukum (legal certainty).35

33

DeiissaA., Ridgway, & MariyaA., Talib, Spring, Globalization and Development: Free Trade, Foreign Aid, Investment and The Rule of Law, daiam California Western InternationalLawJournal, 2003 Vol, 33, hlm. 335.

34

Yulianto, Syahyu, Pertumbuhan Investasi Asing di Kepulauan Batam:Antara Dualisme Kepemimpinan dan Ketidakpastian Hukum, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22-No. 5 (Jakarta: Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2003), him. 46.

35 Ningrum Natasya, Sirait, Mencermati Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 Dat am Memberikan Kepastian Hukum Bagi Pelaku Usaha, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 (Jakarta: Yayasan Perigembangan Hukum Bisnis, 2003), him. 60.

Ketidakpastian hukum dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Kebijakan atau peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan peraturan di atasnya, atau aturan yang dibuat tidak mengindahkan peraturan atau tidak mencabut peraturan sebelumnya untuk aspek yang sama. Terkadang juga peraturan dibuat berlaku surut, proses pengambilan keputusan pejabat negara yang tidak konsisten dan tidak transparan. Semua hal tersebut membuat pengusaha atau

investor merasa berada di persimpangan jalan, menimbulkan perasaan tidak

adanya kepastian hukum dan ketidakpastian usaha.36

Kepastian hukum dalam hukum investasi positif yang dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal berkaitan erat dengan kebijakan dasar penanaman modal yang menempatkan pemerintah agar:37

1. memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanaman modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional;

2. menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

3. membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi.

36 Ridwan, Khairandy, Peranan Perusahan Penanaman Modal Asing Joint Venture dalam Ahli Teknologi di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 Nomor 5, (Jakarta: Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2003), hlm. 51.

37

Di dalam UUPM, asas kepastian hukum ditentukan dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, dalam penjelasannya: asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundangundangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.

Kewajiban dan Hak Serta Tanggung Jawab Penanaman Modal Asing 1. Kewajiban penanam modal asing (PMA)

Kewajiban penanam modal asing berdasarkan UUPM yang tercantum dalam Pasal 15, yaitu setiap penanam modal berkewajiban:38

a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan

c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal

e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. f. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik

Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, yang dimaksud pengolahan perusaan yang baik adalah struktur dan proses yang digunakan dan diterapkan organ perusahaan untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan nilai perusahaan bagi seluruh pihak yang berkaitan dan berlandaskan peraturan dan perundang-undangan serta nila-nilai etika. Ada tiga

komponen penerapan tata kelola perusahaan yang baik yaitu kinerja ekonomi, kepatuhan hukum dan kesesuaian dengan norma etika.39

Berdasarkan Pasal 37 UUPM mengenai ketentuan peralihan,

“undang-undang yang lama dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diatur dengan peraturan pelaksanaan yang baru”. Sehingga dengan

adanya Pasal tersebut di dalam UU No.1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing tetap berlaku mengenai kewajiban-kewajiban PMA. Di antaranya yaitu:

Setiap penanaman modal di Indonesia mewajibkan penanam modal untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal dan mematuhi semua ketentuan perundang-undangan.

Dalam melakukan usahanya perusahan tidak hanya mempunyai kewajiban yang bersifat ekonomis dan legal, namun juga memiliki kewajiban yang bersifat etis. Etika bisnis merupakan tuntunan perilaku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan oleh komunitas dunia usaha.

40

a. Memenuhi kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warga negara Indonesia, kecuali dalam hal yang diatur dalam Pasal 11 (Pasal 10 UU PMA)

b. Melakukan kerjasama antara modal asing dan modal Indonesia

39 Satriya Nugraha, “ Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas”,

40Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo offset, 2008) hlm 209.

c. Mengurus dan mengendalikan perusahaanya sesuai dengan asas-asas ekonomi perusahaan dengan tidak merugikan kepentingan negara (Pasal 26 UU PMA) d. Memberikan kesempatan partisipasi bagi modal Nasional secara efektif

setelah jangka waktu tertentu menurut imbangan yang ditetapkan pemerintah (Pasal 27 UU PMA)

e. Wajib menyelenggarakan dan/atau menyediakan fasilitas latihan dan pendidikan di dalam dan atau di luar negeri secara teratur dan terarah bagi warga negara Indonesia. Tujuannya adalah agar tenaga kerja warga negara asing dapat diganti oleh tenaga kerja warga negara Indonesia (Pasal 12 UU PMA)

Kewajiban lain dalam PMA, yang telah disebutkan dalam UU Nomor 1 Tahun 1967 seperti di atas. Perusahaan-perusahaan dengan modal asing, wajib mengurus dan mengendalikan perusahaanya sesuai dengan asas-asas ekonomi perusahaan tanpa merugikan kepentingan Negara Indonesia. Di samping itu, perusahaan-perusahaan modal asing yang bersangkutan wajib menyediakan fasilitas di bidang latihan dan pendidikan. Terdapat pula kewajiban lain yaitu memberikan kesempatan modal nasional untuk ikut berpartisipasi dalam perusahaan tersebut.41

41 Zudan Arif Fakrulloh dan Hadi Wuryan, Hukum Ekonomi (Surabaya: Karya Abditama, 1997), hlm 8

Apabila seorang usahawan, baik usahawan asing maupun usahawan dalam negeri akan menanamkan modalnya, maka bukan hukum atau perundang-undangan yang pertama-tama dilihatnya.

Banyak faktor-faktor lain yang akan dipelajari terlebih dahulu untuk mnentukan sikap dalam menanamkan modalnya tersenut. Setiap penanaman modal asing terutama akan dipengaruhi oleh:42

1. Sistem politik dan ekonomi negara yang bersangkutan

2. Sikap rakyat dan pemerintahnya terhadap orang asing dan modal asing 3. Stabilitas politik, stabilitas ekonomi dan stabilitas keuangan

4. Jumlah dan daya beli pendududk sebagai calon konsumennya

5. Adanya bahan mentah atau bahan penujang untuk digunakan dalam pembuatan hasil produksi

6. Adanya tenaga buruh yang terjangkau untuk roduksi 7. Tanah untuk tempat usaha

8. Struktur perpajakan, pabean, dan cukai

9. Kemudian perundang-undangan dan hukum yang mendukung jaminan usaha Jika diperhatikan tentang perundang-undangan dalam negara-negara berkembang di Asia yang kini berlomba-lomba untuk menarik penanam modal asing, maka dengan perundang-undang tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian/kelompok sebagai berikut:

a. Bersifat membatasi (restrictive), yaitu:

1. Membatasi batas minimm dari modal yang ditanam

2. Membatasi lapangan usaha yang boleh ditanam modal asing 3. Membatasi daerah-daerah yang boleh dimasuki usaha PMA 4. Membatasi jangka waktu berdirinya perusahaan PMA

42 Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal di Indonesia (Bandung; Mandar Maju. 1999) hlm 226

5. Membatasi masuknya tenaga asing

b. Bersifat memberi perangsang (incentive), yaitu: 1. Perundang-undangan yang lunak dan mudah

2. Perundang-undangan Agraria yang cukup terang dan menjamin kepastian hukum dalam hak-hak atas tanah

3. Perundang-undangan buruh yang menjamin ketenangan perburuhan 4. Peraturan devisa yang menjamin kebebasan untuk repatriasi modal

yang ditanam dan keuntungan yang diperoleh

5. Perangsang perpajakan dan bea cukai bagi industri-industri diprioritaskan atau yang besar resikonya

6. Peraturan bea masuk untuk proteksi hasil-hasil dalam negeri tertentu terhadap saingan luar negeri.

2. Hak Penanaman Modal Asing (PMA)

Hak dan kewajiban penanaman modal asing telah ditentukan dalam Pasal 10,12,14,19,26 dan Pasal 27 Undang-undang No 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Adapun Hak penanaman modal asing meliputi:

a. Pemakaian atas tanah, seperti hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai (Pasal 14 UU PMA)

b. Hak untuk mendatangkan atau menggunakan tenaga-tenaga pimpinan dan tenaga kerja ahli warga Negara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat diisi dengan tenaga warga Negara Indonesia (Pasal 9 UU PMA) c. Hak transfer dalam valuasi asli dari modal atas dasar nilai tukar yang

1) Keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak dan kewajiban pembayaran lain di Indonesia.

2) Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja yang dipekerjakan di Indonesia.

3) Biaya-biaya lain yang ditentukan lebih lanjut. 4) Penyusutan atas alat-alat perlengkapan tetap.

5) Kompensansi dalam hal nasionalisasi (Pasal 19 UU PMA)

Hak dan kewajiban penanaman modal, khususnya penanaman modal asing telah ditentukan dalam Pasal 8, 10, 14, 15 dan 18 UUPM Hak Investor asing, disajikan berikut ini:

a. Mengalihkan asset yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkannya.

b. Melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing. Hak transfer merupakan suatu perangsang untuk menarik penanaman modal asing. Repatriasi (pengiriman) dengan bebas dalam bentuk valuta asing, tanpa ada penundaan yang didasarkan pada perlakuan diskriminasi, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak transfer dan repatriasi ini meliputi:

1) Modal;

2) Keuntungan, bunga bank, dividen, dan pendapatan lain; 3) Dana-dana yang diperlukan, untuk:

a) Pembelian bahan baku dan penolong barang setengah jadi atau barang jadi; atau

b) Penggantian barang modal dalam rangka untuk melindungi kelangsungan hidup penanaman modal.

c) Tambahan dana yang diperlukan bagi pembayaran penanaman modal; d) Dana-dana untuk pembayaran kembali pinjaman

e) Royalty atau biaya yang harus dibayar;

f) Pendapatan dari perseorangan warga Negara asing yag bekerja dalam perusahan penanaman modal

g) Hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal; h) Kompensasi atas kerugian;

i) Kompensasi atas pengambilalihan;

j) Pembayaran yang dilakukan dalam rangka; 1) Bantuan teknis;

2) Biaya yang harus dibayar untuk jasa teknis dan manajemen; 3) Pembayaran yang dilakukan di bawah kontrak proyek;; dan 4) Pembayaran hak atas kekayaan intelektual.

l. Hasil penjualan asset

Hak ini tidak mengurangi kewenangan pemerintah untuk :

a. Memberlakukan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mewajibka pelaporan pelaksanaan transfer dana; dan

b. Hak pemerintah untuk mendapatkan pajak dab/atau royalty dan/atau pendapatan pemerintah lainnya dari penanaman modal.

c. Menggunakan tenaga ahli warga Negara asing untuk jabatan dan keahlian tertentu;

d. Mendapatkan kepastian hak, hukum, dan perlindungan.

e. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya. f. Hak pelayananan.

g. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan.43

3. Tanggung Jawab Penanaman Modal Asing (PMA)

Tanggung jawab penanaman modal dalam Pasal 16 yang menyatakan bahwa setiap penanaman modal bertanggung jawab untuk:

a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan UUPM disebutkan bahwa modal adalah segala asset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang oleh penanaman modal yang mempunyai nilai ekonomis.44

Adapun sumber dari modal adalah:

(1) Modal dalam negeri yaitu modal yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, perseorangan warga Negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.45

(2) Modal Asing adalah modal yang dimiliki oleh Negara asing, badan usaha