• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Perlu dilakukan optimasi formula untuk mendapatkan penampakan gel yang

baik ditinjau dari stabilitas dan acceptability sediaan.

2. Perlu dilakukan uji iritasi sediaan gel dengan menggunakan uji iritasi,

contohnya uji sesuai pedoman dari OECD (Organization for Economic

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, R., 2008, Buku Pintar Tanaman Obat: 431 Jenis Tanaman Obat

Penggempur Aneka Penyakit, Cet. 1, Agromedia Pustaka, Jakarta, pp.

218-219.

Allen, L.V.Jr., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical

Compounding, 2nd ed, American Pharmaceutical Association, Washington

D.C., pp 301-305.

Ara, K., Masakatsu H., Syunichi A., Kenzo K.,Koichi O., Toyoki H., et al., 2006, The Odor Due to Microbial Metabolism and its Control, Can. J.

Microbiol,52, 357-364.

Bensouilah J., and Philippa B., 2006, Aromadermatology Aromatherapy in the

Treatment and Care of Common Skin Conditions, Radcliffe Publishing Ltd,

Abingdon, pp.125-128.

Boesro S., Taofik R., dan Riza R., 2007, Formulasi Gel Antioksidan dari Ekstrak Umbi Wortel (Daucus carota L.) dengan Menggunakan Aquapec HV-505,

Makalah Kongres Ilmiah, Universitas Padjajaran, Bandung.

Departemen Kesehatan RI, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, pp.105-125.

Desai, A., and Mary L., 2007, Gibaldi’s Drug Delivery Systems in

Pharmaceutical Care, American Society of Health-System Pharmacists,

Bethesda, pp. 48-49.

Devine, K.M., 2000, Bacillus subtilis, Genetics, Encyclopedia of Microbiology, 1, 373.

Dewi, P. D., 2008, Pemisahan Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Secara Kromatografi Lapis Tipis dan Aktivitasnya Terhadap Massezia

furfur In Vitro, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Dzulkarnain B. dan Wahjoedi B., 1996, Informasi Ilmiah Kegunaan Kosmetika Tradisiolnal, Cermin Dunia Kedokteran, No. 108, pp. 21-26.

Elsevier, 1997, New Cosmetic Science, Elsevier Science B.V., Amsterdam, p 466.

Endarti, Yulinah E., dan Soediro I., 2002, Kajian Aktivitas Asam Usnat terhadap

Bakteri Penyebab Bau Badan, http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._

PEND._BIOLOGI/196611031991012-YANTI_HAMDIYATI/JURNAL_

PENELITIAN_yanti-kusnadi-IRMAN_R..pdf, diakses tanggal 10 April

2012.

Guenther, E., 2006, Minyak Atsiri, Jilid I, diterjemahkan oleh Ketaren S., UI Press, Jakarta, pp.131-140.

Gupta, C., Amar P.G., Ramesh C.U., and Archana, K., Comparative Analysis of the Antimicrobial Activity of Cinnamon Oil and Cinnamon Extract on Somefood-borne Microbes, AJMR, 2 (9), 247-251.

Hadipoentyanti E., dan Sri W., 2008, Keseragaman Selasih (Ocimum Spp.) Berdasarkan Karakter Morfologi, Produksi dan Mutu Herba, Jurnal Littri, 14 (4), 141-148.

Hariana, H. A., 2008, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya 2, Penebar Swadaya, Jakarta, pp. 26-27.

Hasyim, N., Faradiba, dan Gina, A.B., 2011, Formulasi Gel Sari Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.), Majalan Farmasi dan Farmakologi, 15 (1), pp. 5-9.

Jacknin, J., 2001, Smart Medicine for Your Skin: A Comprehensive Guide to Understanding Conventional and Alternative Therapies to Heal Common

Skin Problems, Penguin Putnam Inc, New York, p 137.

Jawetz, E. J. I., Melnick and Adelberg, E.A., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, diterjemahkan oleh Nugroho, E., dan Maulany, EGC, Jakarta, pp. 234-240.

Kardinan, A., 2005, Mengenal Lebih Dekat Selasih Tanaman Keramat

Multimanfaat, Agromedia Pustaka, Jakarta, pp. 17-20.

Kardinan, A., 2005, Tanaman Penghasil Minyak Atsiri, Agromedia Pustaka, Jakarta, pp.1.

Kartesz, J.T., 2013, Ocimum basilicum L. Sweet Basil,

http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=OCBA, diakses pada 30 Juli 2013.

Khare, C.P., 2004, Indian Herbal Remedies, Springer, Germany, pp 334-336.

Lertsatitthanakorn P., and Bhuddhipong S., 2012, Antibacterial Activity of an Effective Spice Essential Oil Formulated in Foot Deodorant Gel against

Bacillus subtilis, J. Biol. Sci., 1-6.

Leyner, M. dan Goldberg, B., 2006, Why Do Men Fall Asleep After Sex?, Random House, Inc., New York, pp. 176.

Mars, B., 2007, The Desktop Guide to Hebral Medicine: The Ultimate Multidiciplinary Reference to the Amazing Realm of Healing Plants, in a

Quick-study, One-stop Guide, Basic Helath Publications, Inc., Laguna

Beach.

Maryati, Ratna, S.F., Triastuti, R., 2007, Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Terhadap Staphylococcus aureus

dan Eschericia coli, Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Volume 8, No.1,

30-38.

McGuire, K., 2012, Holy Basil, Ocimum sanctum, http://earthfairysdream. vpweb.com/2012/09/10/Matera-Medica-Holy-Basil-OCIMUM-sanctum. aspx, diakses tanggal 17 Mei 2013.

McKane, L., and J. Kandel, 1996, Microbology: Essentials and Applications, Mc Graw Hill Inc., New York, pp. 396-398.

Pommerville, J. C., 2011, Fundamentals of Microbiology, 10th edition, Jones and Bartlett Learning, Burlington, p 427.

Prabowo, Agus, Aniska, C.S., Annisa, G.I., Deasy R.N., Dwi, R.A., Istianah, 2012,

Laporan SGD 3 Blok 6 LBM 4 “Dental, Head, Neck”,

http://www.scribd.com/doc/90533819/Laporan-Sgd-3-Blok-6-Lbm-4,

diakses pada 20 April 2012.

Putriyanti, D., dkk, 2009, 100% Cantik Rahasia di Balik Buah & Sayur, Best Publisher, Jakarta, pp. 45.

Radji, M., 2010, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan

Kedokteran, EGC, Jakarta.

Ratner, B.D., 2004, Biomaterials Science: an Introduction to Materials in

Medicine, 2nd ed., Elsevier Academic Press, London,pp. 104-105.

Robinson, T., 1995, The Organic Constituens of Higher Plants, 6th edition, diterjemahkan oleh Padmawinata, Kosasih, hal 134, ITB, Bandung.

Sastroamidjojo, S., 2001, Obat Asli Indonesia, edisi 6, Dian Rakyat, Jakarta, pp. 141.

Seidemann, J., 2005, World Spice Plants, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, New York, p 256.

Steenis, C.G.G.J van, 1975, Buku Acuan Flora untuk Sekolah di Indonesia, PT. Pradnya Pramita, Jakarta, pp. 35-37, 63-67, 354-355, 359-360.

Syahbana, R., 2010, Sukses Memproduksi Minyak Atsiri, Agromedia Pustaka, Jakarta, pp. 2.

Tierno, P. M., 2001, The Secret Life of Germs: Observations and Lessons from a

Microbe Hunter, Pocket Books, New York, pp 58-59.

Toller, S. van and G. H. Dodd, 1992, Fragrance The Psychology and Biology of

Perfume, Elsevier Science Publishers Ltd, England, pp. 74.

Toselli, L., 2005, A Complete Guide to Manicure and Pedicure, diterjemahkan oleh Elviere, Maria, hal. 90, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Troy, D.B., 2006, Remington: The Science and Practice of Pharmacy, 21st ed., Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp. 770-771.

Tyler, B., R. L., Robbers, S. J., 1988, Pharmacognosy, 9th edition, Lean Febiger, pp. 103-126.

Varcoe, J.S., 2001, Clinical Biochemistry: Techniques and Instrumentation: A

Practicak Course, World Scientific Publishing, London, p. 14-21.

Voigt, R., 1995, Lehrbruch der Pharmazeutischen Tecnologie, diterjemahkan oleh Soewandhi, S.N. dan Widianto, M. B., hal. 141-142, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Winarsih, S., Onggung, MH.N., dan Septiana, A.W., 2010, Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Selasih (Ocimum basilicum L.) Sebagai Antibakteri Terhadap

Eschericia coli Secara In-Vitro, Jurnal Penelitian FKUB.

Yuliani, S.H., 2005, Formulasi Gel Repelan Minyak Atsiri Tanaman Akar Wangi

(Vetivera zizanioidesi (L) Nogh): Optimasi Komposisi Carbopol 3%

LAMPIRAN

Lampiran 4. Data rendemen destilat minyak atsiri daun kemangi Percobaan Berat daun

kemangi segar (g) Volume destilat (ml) Rendemen (% v/b) Replikasi 1 3500 6,8 0,19 Replikasi 2 1000 2,6 0,26 Replikasi 3 1000 2,5 0,25 Rata-rata 0,23 SD 0,038

Lampiran 5. Data karakterisasi minyak atsiri daun kemangi A. Pengujian organoleptis minyak atsiri daun kemangi

Pemeriksaan Hasil

Bau Aromatik

Warna Kuning muda kemerahan Kejernihan Jernih

B. Penetapan indeks bias minyak atsiri daun kemangi

Indeks bias

= Nt + 0,0003 (t-20ºC) = Nt + 0,0003 (28ºC - 20ºC) = Nt + 0,0003 (8)

= Nt + 0,0024

Replikasi Nt Indeks Bias

1 1,480 1,4824 2 1,480 1,4824 3 1,478 1,4804 4 1,480 1,4824 Rata-rata ± SD 1,4819 ± 0,001

C. Penetapan bobot jenis minyak atsiri daun kemangi

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Bobot piknometer (g) 24,2790 24,7270 24,3400

Bobot piknometer + air (g) 34,4741 34,8620 34,5110

Bobot air (g) 10,1951 10,1350 10,1710

ρ air (25ºC) (g/ml) 0,99707 0,99707 0,99707

Volume air (ml) 10,2251 10,1648 10,2009

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Bobot piknometer (g) 24,2519 24,7044 24,3440

Bobot piknometer + minyak kemangi (g)

33,3159 33,7479 33,3932

Bobot minyak kemangi (g) 9,0640 9,0435 9,0492

Volume minyak (air) (ml) 10,2251 10,1648 10,2009

ρ minyak kemangi (g/ml) 0,8864 0,8897 0,8871

Lampiran 6. Uji Daya Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi terhadap

Staphylococcus epidermidis

Konsentrasi (%) Diameter zona antibakteri (mm) ± SD Diameter zona hambat (mm) Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

2,5 4 4 4 4,0 ± 0,0 5 7 8 8 7,7 ± 0,6 10 12 12 11 11,7 ± 0,6 15 15 13 13 13,7 ± 1,2 20 15 12 9 12,0 ± 3,0 50 12 11 12 11,7 ± 0,6 100 9 11 11 10,3 ± 1,2 Kontrol pelarut (etanol 96%) 0 0 0 0

Lampiran 7. Uji Daya Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi terhadap

Bacillus subtilis

Konsentrasi (%) Diameter zona antibakteri (mm) ± SD Diameter zona hambat (mm) Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

2,5 9 10 8 9,0 ± 1,0 5 10 8 11 9,7 ± 1,6 10 11 10 9 10,0 ± 1,0 15 12 13 12 12,3 ± 1,0 20 13 12 10 11,7 ± 1,5 50 12 12 12 12,0 ± 0,0 100 10 11 10 10,3 ± 0,6 Kontrol pelarut (etanol 96%) 0 0 0 0

Lampiran 8. Penentuan Nilai KHM dan KBM Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis Kontrol sterilisasi media B. subtilis konsentrasi 1% B. subtilis konsentrasi 1,5% B. subtilis konsentrasi 2% B. subtilis konsentrasi 2,5% B. subtilis konsentrasi 3%

B. subtilis konsentrasi 3,5% B. subtilis konsentrasi 4% Kontrol pertumbuhan bakteri B. subtilis S. epidermidis konsentrasi 1% S. epidermidis konsentrasi 1,5% S. epidermidis konsentrasi 2% S. epidermidis konsentrasi 2,5% S. epidermidis konsentrasi 3% S. epidermidis konsentrasi 3,5%

S. epidermidis konsentrasi 4%

Kontrol pertumbuhan bakteri S. epidermidis

Konsentrasi minyak atsiri 2% terhadap

S. epidermidis (KHM)

Konsentrasi minyak atsiri 2% terhadap

B. subtilis (KHM)

Konsentrasi minyak atsiri 2,5% terhadap S. epidermidis (KBM)

Konsentrasi minyak atsiri 2,5% terhadap B. subtilis (KBM)

Lampiran 9. Sediaan Gel Anti Bau Kaki Minyak Atsiri Daun Kemangi

Replikasi I

Replikasi II

Replikasi III

Lampiran 10. Uji aktivitas antibakteri gel anti bau kaki minyak atsiri daun kemangi

Hasil pengukuran diameter zona hambat terhadap Staphylococcus epidermidis

Bahan Replikasi I (mm) Replikasi II (mm) Replikasi III (mm) ± SD (mm) Kontrol (-) etanol 96% 0 0 0 0 Sediaan gel 12 13 13 12,7 ± 0,6 Minyak atsiri 15% 11 9 13 11,0 ± 2,0 Kontrol basis gel 0 3 0 1,0 ± 1,7 Kontrol (+) gel Clindamycin 29 25 29 27,7 ± 2,3

Hasil pengukuran diameter zona hambat terhadap B. subtilis

Bahan Replikasi I (mm) Replikasi II (mm) Replikasi III (mm) ± SD (mm) Kontrol (-) etanol 96% 0 0 0 0 Sediaan gel 12 12 10 11,3 ± 1,2 Minyak atsiri 15% 9 13 11 11,0 ± 2,0 Kontrol basis gel 0 0 0 0 Kontrol (+) gel Clindamycin 17 17 18 17,3 ± 0,6

Uji daya antibakteri sediaan gel anti bau pada kaki terhadap S. epidermidis

Uji daya antibakteri sediaan gel minyak atsiri daun kemangi terhadap B. subtilis

Keterangan nomor: (1) Minyak atsiri daun kemangi konsentrasi 15%; (2) Sediaan gel replikasi I; (3) Sediaan gel replikasi II; (4) Sediaan gel replikasi III; (5) Kontrol basis gel; (6) Kontrol negatif [pelarut etanol 96%]; (7) Kontrol positif [Clyndamicin sulphate 1,2%].

Lampiran 11. Pengukuran pH Sediaan Gel Anti Bau Kaki Minyak Atsiri Daun Kemangi

Replikasi Kontrol Basis Gel Gel Anti Bau Kaki

I 6 6

II 6 6

III 6 6

± SD 6 ± 0 6 ± 0

Lampiran 12. Pengukuran Uji Sifat Fisik Sediaan Gel Minyak Atsiri Daun Kemangi

a. Viskositas

Replikasi Kontrol Basis Gel (dPa.s)

Gel Anti Bau Kaki (dPa.s) I 260 250 II 300 245 III 250 250 � ± SD 270 ± 26,5 248,3 ± 2,8 b. Daya Sebar

Replikasi Kontrol Basis Gel (cm)

Gel Anti Bau Kaki (cm)

I 4,3 4,8

II 4 4,3

III 4,4 5,2

± SD 4,2 ± 0,2 4,8 ± 0,5

Lampiran 13. Hasil perhitungan-perhitungan statistik

- Kenormalan diameter zona hambat Staphylococcus epidermidis

b. Konsentrasi 5% c. Konsentrasi 10% d. Konsentrasi 15% e. Konsentrasi 20% f. Konsentrasi 50% g. Konsentrasi 100% h. Kontrol (-) i. Uji Kruskal-Wallis

- Post hoc 2,5% dan 5% - 2,5% dan 10% - 2,5% dan 15% - 2,5% dan 20% - 2,5% dan 50% - 2,5% dan 100% - 2,5% dan Kontrol (-)

- 5% dan 10% - 5% dan 15% - 5% dan 20% - 5% dan 50% - 5% dan 100% - 5% dan K (-) - 10% dan 15%

- 10% dan 20% - 10% dan 50% - 10% dan 100% - 10% dan K(-) - 15% dan 20% - 15% dan 50% - 15% dan 100%

- 15% dan K(-) - 20% dan 50% - 20% dan 100% - 20% dan K(-) - 50% dan 100% - 50% dan K(-) - 100% dan K(-)

- Kenormalan data zona hambat gel minyak kemangi terhadap

Staphylococcus epidermidis

a. Kontrol (-) b. Sediaan gel

c. Minyak atsiri 15%

d. Kontrol basis gel

e. Kontrol (+)

f. Kruskal-Wallis

Post hoc test

Kontrol (-) dan sediaan gel

Kontrol (-) dan kontrol basis gel

Kontrol (-) dan kontrol (+)

Sediaan gel dan minyak atsiri 15%

Sediaan gel dan kontrol basis gel

Sediaan gel dan kontrol (+)

Minyak atsiri 15% dan kontrol basis gel

Kontrol basis gel dan kontrol (+)

- Gel dan minyak 15%

- Kenormalan data diameter zona hambat Bacillus subtilis

a. Konsentrasi 2,5%

b. Konsentrasi 5%

c. Konsentrasi 10%

e. Konsentrasi 20% f. Konsentrasi 50% g. Konsentrasi 100% h. Kontrol (-) i. Uji Kruskal-Wallis - 2,5% dan 5% - 2,5% dan 10%

- 2,5% dan 15%

- 2,5% dan 20%

- 2,5% dan 50%

- 2,5% dan 100%

- 5% dan 10%

- 5% dan 15%

- 5% dan 20%

- 5% dan 50%

- 5% dan K(-)

- 10% dan 15%

- 10% dan 20%

- 10% dan 50%

- 10% dan K(-)

- 15% dan 20%

- 15% dan 50%

- 15% dan 100%

- 20% dan 50%

- 20% dan 100%

- 20% dan K(-)

- 50% dan 100%

- 100% dan K(-)

- Kenormalan zona hambat gel minyak kemangi terhadap Bacillus subtilis

a. Kontrol (-) b. Sediaan gel

c. Minyak atsiri 15%

d. Kontrol basis gel

e. Kontrol (+)

Post hoc tes

Kontrol (-) dan sediaan gel

Kontrol (-) dan minyak atsiri 15%

Kontrol (-) dan kontrol basis gel

Kontrol (-) dan kontrol (+)

Sediaan gel dan minyak atsiri 15%

Sediaan gel dan kontrol basis gel

Minyak atsiri 15% dan kontrol basis gel

Minyak atsiri 15% dan kontrol (+)

Kontrol basis gel dan kontrol (+)

j. Statistik uji fisik gel minyak atsiri Viskositas

BIOGRAFI PENULIS

Marsela Lotjita Parahita. Penulis lahir pada tanggal 30 Oktober 1991 di Pringsewu, Lampung, merupakan anak ketiga dari pasangan suami-istri Ignatius Sukasworo (Alm.) dan Caecilia Sartini. Penulis memiliki dua kakak perempuan bernama Melania Chrisma Widyawarantini dan Agatha Piscesia Paskalin; dan satu adik perempuan Theresia Galuh Wandita. Penulis telah menempuh pendidikan di TK Xaverius Pringsewu tahun 1995-1997, SD Fransiskus Asisi tahun 1997-2003, SMP Xaverius Pringsewu tahun 2003-2006, SMA Xaverius Pringsewu tahun 2006-2009, dan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Selama menjadi mahasiswa penulis menjadi koordinator sie konsumsi panitia paskah tahun 2010, sie DDU panitia PPnEC tahun 2010, dan sie humas panitia PP tahun 2011. Penulis mendapatkan pengalaman sebagai asisten praktikum Farmasi Fisika dan praktikum Biofarmasetika pada tahun 2013.

xviii INTISARI

Minyak kemangi (Ocimum basilicum L.) memiliki daya antibakteri terhadap bakteri penyebab bau pada kaki. Eugenol adalah senyawa di daun kemangi yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya antibakteri minyak kemangi dan gel minyak kemangi dalam menghambat bakteri Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Tahapan penelitian meliputi uji daya antibakteri minyak atsiri daun kemangi terhadap beberapa variasi konsentrasi dengan difusi sumuran; dilanjutkan dengan penentuan nilai KHM dan KBM dengan dilusi padat, dan pengujian daya antibakteri gel minyak kemangi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji normalitas Shapiro Wilk, dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Wilcoxon menggunakan program R 2.14.1.

Berdasarkan hasil penelitian, minyak kemangi mempunyai kemampuan menghambat bakteri Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis. Nilai KHM dan KBM minyak atsiri daun kemangi terhadap Staphylococcus

epidermidis berturut-turut adalah 2% v/v dan 2.5% v/v, dan terhadap Bacillus

subtilis, yaitu berturut-turut 2%v/v dan 2.5% v/v. Daya antibakteri gel minyak

kemangi dan minyak kemangi 15% tidak berbeda bermakna.

Kata kunci: minyak kemangi, Staphylococcus epidermidis, Bacillus subtilis, gel, antibakteri

xix

ABSTRACT

Basil oil (Ocimum basilicum L.) has antibacterial power against odor-causing bacteria on the feet. Eugenol in basil leaves is compound that has an activity as an antibacterial antibacterial activity. The aim of this study was to determine the antibacterial gel basil oil and basil oil in inhibiting the bacteria

Staphylococcus epidermidis and Bacillus subtilis.

This study was an experimental study design which had one way complete random design. Research began with a study of antibacterial activity of essential oils of basil leaves on some variation of the concentration with diffusion wells; followed by determination of MIC and MBC values with solid dilution; gel of basil leave oils has also tested in terms of antibacterial activity against

Staphylococcus epidermidis and Bacillus subtilis. Data were analyzed using the

Shapiro Wilk normality test, followed by Kruskal-Wallis test and Wilcoxon test by using R 2.14.1 program.

The research result of basil oil had the ability to inhibit the bacteria Staphylococcus epidermidis and Bacillus subtilis. MIC and MBC values of basil essential oils against Staphylococcus epidermidis that are 2% v/v and 2.5% v/v, and against Bacillus subtilis that are 2% v/v and 2.5% v/v. Antibacterial activity of gel basil oil and 15% basil oil was not significantly different.

Keywords: basil oil, Staphylococcus epidermidis, Bacillus subtilis, gel, antibacteria

Dokumen terkait