• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

Sesuai dengan hasil penelitian dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Dalam proporsi agregat sebaiknya dilakukan secara teliti, suhu pada saat pencampuran dan pemadatan juga perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan standar yang ada agar mendapatkan hasil yang baik.

2. Dalam proses ektraksi seperti pencarian kadar aspal pada bongkaran aspal lama, sebaiknya menggunakan alat refluk dalam proses ektraksi karena hasil yang di dapatkan lebih teliti dari pada menggunakan mesin sentrifuge.

DAFTAR PUSTAKA

British Standard, 2012, Bituminous mixtures – Test methods for hot mix asphalt, Part 26:Stiffness, BS EN 12697-26:2012.

Departemen Pekerjaan Umum, 1990, Badan Penelitian Dan Pengembangan PU, Standar Nasional Indonesia. 1990. Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar. SNI 03-1969-1990.

Departemen Pekerjaan Umum, 1990, Badan Penelitian Dan Pengembangan PU, Standar Nasional Indonesia. 1990. Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus. SNI 03-1970-1990.

Departemen Pekerjaan Umum, 1990, Badan Penelitian Dan Pengembangan PU, Standar Nasional Indonesia, Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar. SNI 03-1968-1990.

Departemen Pekerjaan Umum, 1991, Badan Penelitian Dan Pengembangan PU, Standar Nasional Indonesia. 1991. Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal. SNI 03-2439-1991.

Departemen Pekerjaan Umum, 1991, Badan Penelitian Dan Pengembangan PU, Standar Nasional Indonesia, Metode Pengujian Keusan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angles. SNI 03-1968-1990.

Dep. PU, RI-Ditjen Bina Marga. 2010 revisi 2. Dokumen Pelelangan Nasional Penyediaan Pekerjaan Konstruksi (Pemborongan) Untuk Harga Satuan, Spesifikasi Umum, Campuran Beraspal Panas.

Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian Dan Pengembangan PU, Standar Nasional Indonesia. 2004. Cara uji ekstraksi kadar aspal dari campuran beraspal mengunakan tabung refluks gelas. RSNI M-05-2004.

Radika, I.G., 2013, Analisis Peningkatan Kekuatan Campuran Aspal Emulsi Dingin (CAED) Yang Mempergunakan Agregat Hasil Garukan Aspal Lama Dengan Dan Tanpa Semen. (Tugas Akhir yang tidak dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, 2013).

Suarjana I P., 2013, Analisis Karakteristik Campuran Aspal Emulsi Dingin (CAED) Yang Mempergunakan Hasil Garukan Perkerasan Aspal Lama Dengan Penundaan Pemadatan. (Tugas Akhir yang tidak dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana,2013).

Thanaya, I N.A., Suparsa, I G.P., Putra, I M.D.S.A. 2015, Kinerja Stiffness, Fatigue Dan Creep Campuran Aspal Panas Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC), Laporan Penelitian Ketekniksipilan, Program Studi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Widayanti, A.A.A. 2009.Studi Sifat-Sifat Campuran Aspal Panas Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) Yang Mempergunakan Agregat Bekas. (Tugas Akhir Sarjana S1 yang tidak dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, 2009).

Wirahadi, A.A.G., 2011, Analisis Sifat-Sifat Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Yang Mempergunakan Bekas Bongkaran Aspal Beton Sebagai Bahan Dasar Campuran. (Tugas Akhir Sarjana S1 yang tidak dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, 2011).

Lampiran 1. Personalia dan Kualifikasinya

I. Pembimbing Tim Peneliti

A. Identitas Diri Pembimbing Tim Peneliti

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Prof. Ir. I Nyoman Arya Thanaya, ME, PhD. L

2 Jabatan Fungsional Guru Besar

3 Jabatan Struktural Ketua Jurusan Teknik Sipil FT Unud

4 NIP 19601108 198803 1 002

5 NIDN 0008116002

6 Tempat dan Tanggal Lahir Singaraja-Bali, Indonesia, 8 Nopember 1960

7 Alamat Rumah Jalan Badak Sari III No. 2, Renon, Denpasar 80235,

Bali Indonesia

8 Nomor Telepon/Faks /HP 0361 703385/ 081 338 982 948

9 Alamat Kantor Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas

Udayana, Kampus Bukit Jimbaran

10 Nomor Telepon/Faks 0361 703385

11 Alamat e-mail aryathanaya@ymail.com

12 Lulusan yang telah dihasilkan S1= 34org; S2= 5 org; S3= - org.

13 Mata Kuliah yg Diampu 1. Perkerasan Jalan

2. Praktikum Bahan Perkerasan Jalan

3. Teknologi Perkerasan dan Pemeliharaan Jalan

4. Metode Penelitian

5. Bahasa Inggris

B. Spesialisasi : Material dan Perkerasan Jalan

C. Kualifikasi :

Program S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi Universitas Udayana Auckland

Univerity, New

Zealand

Leeds Univesity, UK

Bidang Ilmu Teknik Sipil Civil Engineering Civil Engineering

Tahun Masuk 1980 1994 1999

Tahun Lulus 1986 1996 2003

Judul

Skripsi/Thesis/Disertasi Laporan Kerja Praktek Pada Proyek

PLTA Sengguruh

Proyek Induk

Pengembangan

Sungai Brantas Jawa

Timur

Laboratory

Evaluation of

Material

Properties for

Pavement Design

Improving the

Performance of Cold

Bituminous Emulsion

Mixtures Incorporating

Waste Materials

Nama

II. Biodata Ketua Tim Peneliti

A. Identitas Diri Anggota Tim Peneliti Dosen

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Ir. I Gusti Raka Purbanto, MT L

2 Jabatan Fungsional Asisten Ahli

3 Jabatan Struktural Penata Muda

4 NIP 196207111998031001

5 NIDN 0011076204

6 Tempat dan Tanggal Lahir Surakarta, 11 Juli 1962

7 Alamat Rumah Jl Gambuh No 10B Denpasar

8 Nomor Telepon/Faks /HP 0361420268; 08123827072

9 Alamat Kantor Kampus Bukit Jimbaran

10 Nomor Telepon/Faks 0361703385

11 Alamat e-mail rakapurbanto@gmail.com

12 Lulusan yang telah dihasilkan S1= 10 org; S2= - org; S3= - org.

13 Mata Kuliah yg Diampu 1. Statika

2. Teknik Bandar Udara

3. Teknik Lalulintas

4. Kalkulus 1

5. Fisika Dasar

B. Spesialisasi : Transportasi

C. Kualifikasi

Program S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi Unud Unud -

Bidang Ilmu Teknik Sipil Teknik

Transportasi -

Tahun Masuk 1982 2005 -

Tahun Lulus 1988 2009 -

Judul

Skripsi/Thesis/Disertasi Pembangunan Kampus

AKUBANK

Semarang

Studi Kelayakan

Pembangunan

Jalan Tol

Beringkit-Purnama

-

Nama

Pembimbing/Promotor Ir. I Wayan Pudja, MT Dr. Ir. I Wayan Suweda, MiHt

MPhil

III. Biodata Anggota Tim Peneliti

A. Identitas Diri Anggota Tim Peneliti Dosen

1 Nama Lengkap (dengan gelar)

I Nyoman Karnata Mataram, ST, MT.

L

2 Jabatan Fungsional Lektor / IIId

3 Jabatan Struktural -

4 NIP 19650404 199702 1 001

5 NIDN

0004046511

6 Tempat dan Tanggal Lahir Peliatan, 4-4-1965

7 Alamat Rumah Jalan Ngurah Rai Gg VI, No 1, Bangli.

8 Nomor Telepon/ HP 081338662729

9 Alamat Kantor Kampus Bukit Jimbaran

10 Nomor Telepon/Faks 0361703385

11 Alamat e-mail karnatamataram@yahoo.co.id

12 Lulusan yang telah dihasilkan S1= 6 org; S2= org; S3= - org.

13 Mata Kuliah yg Diampu 1. Perkerasan Jalan

2. Praktikum Perkerasan Jalan

3. Menggambar Teknik

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi Unud Unud -

Bidang Ilmu Teknik Sipil Teknik Transportasi -

Tahun Masuk 1990 2000 -

Tahun Lulus 1995 2002 -

Skripsi/Thesis/Disertasi

Tanah Kohesive di Sekitar Ruas Jalan Bypass Tabanan sebagai Subgrade

Armada ANggkutan Kotya pada Trayek Ubung-Sanglah di Kota Denpasar Berdasarkan Permintaan Yg ada

Nama Pembimbing

/Promotor

Ir. W. Reti Adnyana Ir. AA.Ngr. Kt. Tjerita, MSc

Ir. Wahyu Heriyantho, MT

Ir. Dudung Purwadi, MSc.

-

IV. DATA ANGGOTA PENELITI MAHASISWA

N a m a : Pande Gde Pradnya P.M.

NIM : 1004105046

Tempat/tgl lahir : Jakarta, 31 Agustus 1992

No HP : 085737923383

Judul Tugas Akhir : Studi Sifat Campuran Asphalt Concrete Wearing Course

(AC-WC) Dengan Bahan Utama Bongkaran Aspal Beton Lama Dan

Lampiran 2.

Naskah publikasi ilmiah untuk Konferensi nasional Teknik Sipil (KoNTekS) ke 9, tanggal 7-8

Oktober 2015 di Grand Clarion Hotel, Makassar.

Konferensi Nasional Teknik Sipil (KoNTekS) 9 7-8 Oktober 2015, Grand Clarion Hotel & Convention Makassar

48

STUDI SIFAT CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

DENGAN BAHAN UTAMA BONGKARAN ASPAL BETON LAMA DAN

AUTOCLAVED AERATED CONCRETE (AAC) SEBAGAI FILLER

I Nyoman Arya Thanaya1, I Gusti Raka Purbanto2, Pande Gde Pradnya P.M3

1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana, Denpasar Email: aryathanaya@ymail.com

2Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana, Denpasar Email: rakapurbanto@gmail.com

3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana, Denpasar Email: pandepradnya93@gmail.com

ABSTRAK

Keberadaan agregat alam semakin terbatas, karena itu perlu diupayakan penggunaan material bekas sebagai alternatif dalam perkerasan jalan seperti bongkaran dinding, bongkaran lantai,

beton struktur bangunan, dan bongkaran aspal beton lama atau Reclaimed Asphalt Pavement

(RAP). Dalam penelitian ini digunakan bongkaran aspal lama sebagai bahan dasar dengan perekat

aspal keras penetrasi Esso 60/70 untuk campuran perkerasan Asphalt Concrete Wearing Course

(AC-WC) Halusdan Autoclaved aerated Concrete (AAC) yang digunakan sebagai filler. Adapun

tujuan penelitian ini adalah menentukan kadar aspal optimum campuran AC-WC Halus,

menganalisis karakteristik campuran pada kadar aspal optimum, menganalisis keausan cantabro

campuran. Untuk mengetahui kadar aspal RAP, dilakukan uji ekstraksi dengan reflux. Dalam

rangka memperoleh gradasi yang ditentukan RAP ditambah agregat alam sejumlah tertentu. Material dicampur secara panas dengan variasi kadar aspal, dan dipadatkan 2x75 tumbukan Marshall. Diperoleh hasil, kadar aspal optimum campuran sebesar 6,275%. Nilai stabilitas yang

diperoleh adalah 3743,61 kg (spesifikasi ≥ 800kg) dengan nilai flow 5,47 mm (spesifikasi ≥ 3,0

mm), nilai marshall quotient 703,28 kg/mm (spesifikasi ≥ 250 kg/mm), nilai VIM marshall

4,579% (spesifikasi 3,0-5,0 %),nilai VIM PRD <3% terhadap VIM Marshall, nilai VMA 15,670%

(spesifikasi ≥ 15%) dan nilai VFB 70,779% (spesifikasi ≥ 65%). Nilai Cantabro abration loss

(CAL) dari campuran AC - WC Halus pada kadar aspal optimum adalah sebesar 3,66%. (< nilai

maks 20%). Nilai kekakuan tarik tak langsung (indirect tensile stiffness modulus) pada suhu 20 ºC

sebesar 8245 MPa.

Kata kunci: AC - WC Halus, RAP, AAC, cantabro, stiffness.

1. PENDAHULUAN

Lapisan permukaan jalan adalah lapisan yang terletak pada bagian atas dan mempunyai sifat kedap air, memiliki stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama. Lapisan permukaan di Indonesia yang umum digunakan dibagi menjadi dua jenis yaitu yang bersifat nonstruktural dan struktural. Ada beberapa jenis lapisan yang bersifat nonstruktural antara lain Burtu (Laburan Aspal Satu Lapis), Burda (Laburan aspal dua lapis), Latasir (Lapis Tipis Aspal Pasir), Buras (Laburan Aspal), Latasbum (Lapis Tipis Asbuton Murni), Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton) dan lapis permukaan yang bersifat struktural antara lain Lapen (Lapis Penetrasi Macadam), Lasbutag (Lapis Aspal Buton Agregat), Laston (Lapis Aspal Beton).

Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) merupakan Laston sebagai lapisan aus permukaan.yang berfungsi untuk menyebarkan beban lalu lintas ke lapisan di bawahnya disamping itu menyediakan permukaan yang mempunyai karakteristik yang kesat dan rata sehingga diperlukan suatu komposisi campuran yang memiliki

kekuatan yang cukup. Untuk mendapatkan campuran AC-WC (Asphalt Concrete Wearing Course) yang memenuhi

mutu yang diharapkan, maka diperlukan suatu pengetahuan sifat, pengadaan, dan pengolahan bahan yang

diperlukan. Secara umum, campuran AC-WC (Asphalt Concrete Wearing Course) terdiri atas aspal, agregat kasar,

agregat halus, dan bahan pengisi (filler).

Agregat alam yang tidak dapat diperbaharui dan banyaknya penggunaan agregat alam yang digunakan sebagai bahan perkerasan jalan akan membuat semakin sedikitnya agregat di alam, dalam hal ini material bekas dapat digunakan sebagai alternatif dalam perkerasan jalan seperti bongkaran dinding , bongkaran lantai , beton struktur

Konferensi Nasional Teknik Sipil (KoNTekS) 9 7-8 Oktober 2015, Grand Clarion Hotel & Convention Makassar

49 yang berpotensi digunakan adalah bongkaran aspal beton lama atau RAP yang dapat diperoleh dari perbaikan jalan berupa galian bongkaran perkerasan jalan lama. Secara umum bahan bekas lama bersifat tidak homogen karena ketersediaan bahan bekas yang belum terkoordinasi dengan baik, dimana jenis material bongkaran aspal lama dapat berasal dari jenis campuran yang berbeda-beda.

Sejauh ini penelitian dengan menggunakan agregat bekas dalam campuran perkerasan jalan sudah pernah dilakukan oleh : Widayanti (2009), yang menggunakan agregat bekas dari bongkaran aspal beton lama sebagai agregat kasar dan bongkaran bangunan sebagai agregat halus dalam campuran aspal panas lataston, dengan hasil stabilitas > 800 kg. Wirahadi ( 2011 ) yang menggunakan bekas bongkaran aspal beton sebagai bahan dasar campuran lapisan tipis aspal pasir (Latasir ), dengan hasil yang memuaskan.

Umumnya RAP sudah mengandung kadar aspal bervariasi antara 3-7% tergantung dari jenis campuran sebelumnya. Aspal pada RAP relatif sudah mengeras dimana bagian yang encer sudah ada yang menguap atau mengalami degradasi, karenanya diperlukan penambahan aspal baru yang lebih encer dalam campuran. Untuk mendapatkan

hasil yang optimal, untuk campuran yang bersifat structural, jumlah bongkaran perkerasan lama bisa digunakan

terbatas 10-30%, sedangkan untuk perkerasan non structural seperti daerah bahu jalan, jalan dengan lalu lintas

ringan , dan untuk pejalan kaki bisa memakai presentase yang lebih dai 30% bahkan sepenuhnya dapat memakai

hasil bongkaran aspal lama dengan penambahan peremaja (Federal Highway Administration, 2004 ).

Dalam penelitian ini akan digunakan bongkaran aspal lama atau RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) sebagai

bahan dasar dengan menggunakan aspal keras penetrasi Esso 60/70 untuk campuran perkerasan AC – WC (Asphalt

Concrete Wearing Course) Halusdan AAC (Autoclaved aerated Concrete) yang digunakan sebagai filler. AAC biasanya dipakai sebagai dinding bangunan. Sisa potongan AAC biasanya dipakai sebagai bahan urugan atau

menjadi limbah bahan bangunan. AAC bisa ditemukan di berbagai proyek konstruksi. Ketersediaan filler abu batu

saat ini masih cukup memadai tetapi untuk pemanfaatan limbah bekas agar bernilai ekonomis dan sebagai alternatif

penyediaan filler selain abu batu, maka dalam penelitiaan ini maka digunakan abu AAC (Autoclaved Aerated

Concrete) sebagai filler.

Dengan aktifitas jalan yang semakin meningkat ,beban kendaraan mulai dari beban ringan hingga beban berat yang melintas di jalan serta cuaca yang berubah – ubah tentu jalan akan mengalami abrasi , maka dalam penelitian ini

akan dilakukan pengujian cantabro untuk mengetahui ketahan terhadap pelepasan butir akibat benturan beban roda,

dengan menggunakan mesin Los Angles tanpa bola baja dengan kecepatan 30-33 rpm sebanyak 300 putaran.

Spesifikasi pengujian kehilangan berat yang disyaratkan yaitu maksimal 20 % dari berat awal sebelum dilakukan

pengujian cantabro dengan menggunakan mesin Los Angeles, Vivi ( 2010 ).

Pada penelitian ini yang ditinjau adalah besar kadar aspal optimum yang digunakan pada campuran AC-WC

(Asphalt Concrete-Wearing Course) Halus dengan menggunakan hasil bongkaran aspal beton lama sebagai bahan

dasar dan abu AAC (Autoclaved aerated Concrete) sebagai filler, karakteristik campuran AC-WC (Asphalt

Concrete-Wearing Course) Haluspada kadar aspal optimum dan nilai (CAL) Cantabro Abration Loss.

2. MATERIAL DAN METODE

Material

Penelitian ini dilakukan terhadap material perkerasan AC –WC (Asphalt Concrete Wearing Course) halus berupa

bongkaran aspal beton lama atau RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) yang diambil dari jalan Desa Petang, Kec.

Petang, Kab. Badung, Propinsi Bali, yang sebelumnya sudah di overlay dalam 3 tahun yang diperoleh dari PT.

Harapan Jaya. Agregat kasar, agregat halus dan aspal keras pen 60/70 ( Aspal Esso ) diperoleh dari PT. Adi Murti. Filler (abu AAC) yang diperoleh dari PT. Waringin. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat reflux extractor diperoleh dari PT. Adi Murti dan alat – alat Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Bukit Jimbaran. Sifat-sifat agregat yang dipergunakan disajikan pada Tabel 1.

Konferensi Nasional Teknik Sipil (KoNTekS) 9 7-8 Oktober 2015, Grand Clarion Hotel & Convention Makassar

50

Pengujian Agregat Lama Tambahan Agregat Filler Aspal

Kasar Halus Kasar Halus Pengujian Hasil

Berat jenis 1,8 Berat jenis 1,11

Berat jenis bulk 2,54 2,53 2,76 2,56 Penetrasi 66,45

Berat jenis SSD 2,56 2,55 2,85 2,63 Titik Nyala 319,5

Berat jenis apparent 2,6 2,58 3,01 2,75 Titik Lembek 51

Penyerapan 0,85 0,83 2,91 2,68 Daktilitas 250

Angularitas 100 51,61 Kehilangan berat 0,445

Kadar lumpur 0,31 0,4

Soundness test 5,124

Keausan agregat 33,04

Kelekatan agregat thd aspal 97,9

Sand Equivalent 9,

Metode

Dalam penelitian ini yang perlu dilakukan adalah membuat urutan kerja yang akan dilakukan, prosedur penelitian, alat-alat yang dipergunakan, dan bagaimana cara melaksanakan penelitian tersebut. Prosedur penelitian memberikan urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan oleh penelitian dalam suatu penelitian, sedangkan metode penelitian memandu penelitian tentang urutan-urutan bagaimana penelitian itu dilakukan.

Hal awal yang dilakukan dalam penelitian adalah persiapan material dan alat, seperti bongkaran aspal lama, agregat

halus, filler (abu AAC) dan aspal keras pen 60/70. Setelah itu dilakukan pengujian laboraturium, pertama dilakukan

pengujian ekstraksi pada bongkaran aspal lama untuk mengetahui kadar aspalnya. Setelah itu dilakukan pengayakan terhadap agregat hasil ekstraksi untuk mengetahui gradasinya dan dicari berat jenis agregatnya. Setelah itu dilakukan modifikasi agregat untuk mendapatkan proporsi agregat sesuai dengan spesifikasi AC – WC halus.

Kemudian dilakukan pengujian untuk bahan tambahan agregat halus dan filler (abu AAC). Aspal yang dipergunakan

yaitu aspal Esso pen 60/70. Selanjutnya berdasarkan gradasi bongkaran aspal lama, tentukan penambahan proporsi

bahan tambahan berupa agregat halus dan filler agar sesuai dengan spesifikasi AC – WC halus seperti pada Gambar

1, berdasarkan perhitungan tambahan agregat pada Tabel 2.

Berdasarkan nilai kadar aspal dari bongkaran aspal lama dicari persentase kadar aspal tambahan untuk masing- masing variasi kadar aspal dalam campuran seperti pada Tabel 3.

Gambar 1. Gradasi RAP Yang Sudah Sesuai Dengan Spesifikasi AC –WC Halus

Konferensi Nasional Teknik Sipil (KoNTekS) 9 7-8 Oktober 2015, Grand Clarion Hotel & Convention Makassar

51 Tabel 3. Proporsi Kadar Aspal Tambahan

Target Kadar Aspal Berat RAP Berat Agregat Tambahan Berat RAP + bahan Tambahan Kadar Aspal (KA) RAP Berat Aspal

RAP Penambahan KA coba - coba terhadap c

Berat Campuran Total Kadar Aspal Akhir a b c = a+b d e = ( a x d) tambahan f= KA dlm % g = KA tambahan dalam gr h = c + g ((e+g)/h)*1 00 (%) (gr) (gr) (gr) (%) (gr) (%) (gr) (gr) (%) 5.0 500 700 1200 6,13 30,65 2,57 30,84 1230,84 5,00 5.5 500 700 1200 6,13 30,65 3,12 37,44 1237,44 5,50 6,00 500 700 1200 6,13 30,65 3,67 44,04 1244,04 6,00 6.5 500 700 1200 6,13 30,65 4,22 50,64 1250,64 6,50 7,00 500 700 1200 6,13 30,65 4,78 57,36 1257,36 7,00

Setelah benda uji terbentuk lanjutkan dengan pengujian Marshall. Dari pengujian Marshall didapat data yang

kemudian didapat kadar aspal optimum, kemudian didapatkan data yang dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan.

Selanjutnya dilakukan Cantabro Test, pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui persentase kehilangan berat

dari benda uji setelah dilakukan test abrasi dengan mesin Los Angeles. Selain itu dilakukan juga uji Kekuatan Tarik

Tidak Langsung (Indirect Tesnsile Stiffness Modulus), dengan memakai Uinersal Tesing Machine 30 (UTM30),

buatan Perusahaan Controls dari Italy, dengan set up parameter: loading pulse 250 millisecond (ms), pulse repetition

3000 ms, conditioning pulse 5, poisson’s ratio 0.35, contact force 20 N, dan target horz deformation 5 microstrain.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian awal bongkaran aspal beton lama / RAP ( reclaimed asphalt pavement )

( gram ) ( % ) Komulatif lolos (%)

1" 25 3/4" 19 0.00 0.00 100.00 0 0 100.00 1/2" 12.5 43.44 8.69 91.31 16.56 60.00 5.00 95.00 3/8" 9.5 51.77 10.35 80.96 116.23 168.00 14.00 81.00 #4 4.75 132.85 26.57 54.39 95.15 228.00 19.00 62.00 #8 2.36 68.98 13.80 40.59 123.02 192.00 16.00 46.00 #16 1.18 45.70 9.14 31.45 74.30 120.00 10.00 36.00 #30 0.6 31.71 6.34 25.11 76.29 108.00 9.00 27.00 #50 0.3 30.27 6.05 19.06 65.73 96.00 8.00 19.00 #100 0.15 29.36 5.87 13.19 54.64 84.00 7.00 12.00 #200 0.075 19.18 3.84 9.35 40.82 60.00 5.00 7.00 46.76 9.35 37.24 84.00 7.00 0.00 500.0 100.00 700 1200.0 100.00 58.3 Persentase terhadap jumlah 41.7

JUMLAH Pan

Tertahan (%)

A B C D E

Jumlah Pada Tiap Ayakan

F=B+E G=(F/total F)x100% H Ukuran Saringan (mm) Komulatif lolos Aspal Lama (%) No. Saringan Tertahan dari 500 gr RAP Tambahan agregat (modifikasi grad) dengan

Konferensi Nasional Teknik Sipil (KoNTekS) 9 7-8 Oktober 2015, Grand Clarion Hotel & Convention Makassar

52 Tes ekstraksi dilakukan untuk mengetahui kadar aspal dari bongkaran aspal lama. Dari pengujian yang dilakukan didapatkan kadar aspal yaitu 6,13 %. Pengujian analisa saringan agregat hasil ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan gradasi dari bongkaran aspal lama (Gambar 1), selanjutnya bongkaran aspal lama ditambahkan dengan

sejumlah agregat kasar, agregat halus dan filler agar sesuai dengan spesifikasi campuran AC – WC halus.

Pengujian marshall test nilai stabilitas dan flow

Nilai stabilitas campuran AC – WC halus pada kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7% berturut-turut adalah 1002,98 kg, 1336,30 kg, 1509,69 kg, 1454,84 kg, 1328,58 kg. Nilai stabilitas meningkat dari kadar aspal 5%, 5,5% sampai 6% dan kemudian menurun pada kadar aspal 6,5% dan 7% seperti Gambar 2, dimana dapat dilihat nilai stabilitas campuran menurun pada kadar aspal 6,5% dan 7% ini disebabkan karena kandungan aspal yang cukup tinggi sehingga aspal tidak efektif lagi menyelimuti agregat. Semakin tebal selimut aspal, sifat saling kunci antar agregat menjadi semakin berkurang.

Flow (kelelehan plastis) menunjukkan tingkat kelenturan dari suatu campuran. Dari alat Marshall dapat dilihat hasil

pemeriksaan flow dari campuran. Untuk campuran AC – WC halus ,nilai Flow mempunyai spesifikasi menurut

Departemen Pekerjaan Umum (DPU) 2010 rev.2 minimal 3 mm. Nilai Flow untuk campuran AC - WC Halus pada

kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 7%, 7,5% berturut-turut adalah 2,78 mm, 3,27 mm, 3,59 mm, 4,08 mm, 4,61mm dapat dilihat pada Gambar.3

Pada Gambar 3 dapat dilihat nilai flow yang diperoleh meningkat sesuai dengan bertambahnya kadar aspal. Hal ini

terjadi karena rongga udara dalam campuran yang terisi aspal semakin banyak sehingga ruang udara dalam campuran semakin kecil. Dengan bertambahnya jumlah aspal yang menyelimuti agregat, waktu kelelehannya bertambah panjang sehingga pada saat diberikan beban akan lebih mampu mengikuti perubahan bentuk akibat pembebanan.

Gambar 2. Hasil Pengujian Stabilitas Gambar 3. Hasil Pengujian Nilai Flow

Nilai marshall quotient dan VIM marshall

Marshall Quotient (MQ) merupakan perbandingan nilai stabilitas campuran dengan flow yang menunjukkan sifat lentur campuran. Untuk campuran AC – WC halus mempunyai spesifikasi menurut Departemen Pekerjaan Umum

(DPU) 2010 rev.2 mimimal 250 kg/mm. Nilai Marshall Quotient (MQ) untuk campuran AC – WC halus pada kadar

aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7% berturut-turut adalah 363,34 kg/mm, 408,70 kg/mm, 421,31 kg/mm, 357,94 kg/mm, 293,80 kg/mm dapat dilihat pada Gambar 4.

Pada Gambar 4 dapat dilihat pada kadar aspal 6,5% dan 7% nilai Marshall Quotient (MQ) menurun, ini disebabkan

karena bertambah besarnya nilai pelelehan dan berkurangnya stabilitas. Faktor kekakuan sangat penting untuk mendapatkan campuran yang fleksibel. Bila campuran tidak cukup kaku maka akan mudah mengalami deformasi, sebaliknya bila campuran terlalu kaku maka campuran akan menjadi getas sehingga mudah retak.

Nilai VIM marshall standar untuk campuran AC – WC halus pada kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7% berturut-turut adalah 10,772%, 8,035%, 5,352%, 4,557%, 3,918% . Syarat spesifikasi VIM Marshall untuk campuran AC – WC halus munurut Departemen Pekerjaan Umum (DPU) 2010 rev.2 memiliki standar miminum 3,0 % dan maksimum 5,0 %. Grafik VIM dapat dilihat pada Gambar 5.

Konferensi Nasional Teknik Sipil (KoNTekS) 9 7-8 Oktober 2015, Grand Clarion Hotel & Convention Makassar

53

Gambar 4. Hasil Pengujian Marshall Quotient Gambar 5. Hasil Pengujian Nilai VIM

Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa bertambahnya kadar aspal, nilai VIM semakin menurun, hal ini disebabkan karena rongga – rongga udara dalam campuran terisi oleh aspal secara keseluruhan. Nilai VIM Marshall Standar yang memenuhi spesifikasi dalam Departemen Pekerjaan Umum (DPU) 2010 rev.2 adalah nilai VIM dengan kadar aspal 6,5% dan 7%.

Nilai VIM PRD dan VMA

Hasil pengujian VIM-PRD kemudian disatukan ke dalam grafik hubungan antara VIM-Marshall dengan kadar aspal. Perbedaan nilai VIM benda uji yang dipadatkan dengan Marshall standar dengan yang dipadatkan sampai dengan mencapai kepadatan mutlaknya tidak boleh lebh besar dari 3% dan standar nilai VIM PRD sesuai spesifikasi DPU 2010 rev.2 yaitu min 2%. Dalam pembuatan benda uji PRD, kadar aspal yang dipergunakan adalah kadar aspal

yang memberikan nilai VIM Marshall 6% dan 0,5% di atas dan di bawah dari kadar aspal tersebut. Untuk

masing-masing kadar aspal dibuatkan 3 benda uji. Hubungan antara VIM marshall dengan VIM PRD dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hasil Pengujian Nilai VIM PRD Gambar 7. Hasil Pengujian Nilai VMA

Pada Gambar 6 dapat diketahui bahwa dari hasil pengujian VIM PRD kemudian disatukan ke dalam grafik hubungan antar VIM Marshall, didapatkan perbedaan nilai VIM benda uji yang dipadatkan dengan Marshall standar dengan yang dipadatkan sampai mencapai kepadatan mutlaknya tidak lebih besar dari 3% sehingga masuk

Dokumen terkait