• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Dari fakta-fakta yang diuraikan dalam bab-bab terdahulu dan kesimpulan seperti disebut di atas, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Dalam membuat perjanjian kredit dengan jaminan deposito, sebelumnya pihak debitur haruslah memiliki kemampuan yang cukup untuk mengembalikan pinjaman kredit kepada pihak kreditur agar tidak mengakibatkan terjadinya wanprestasi.

2. Terhadap pihak bank atas deposito yang dijadikan sebagai jaminan dalam pemberian kredit, haruslah diperiksa keasliannya, legalitasnya serta kebenaran dari pada isi bilyet deposito tersebut.

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI SIMPANAN DEPOSITO

A. Pengertian Deposito

Deposito merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Pemilik deposito disebut dengan deposan. Kepada setiap deposan akan diberikan setiap imbalan bunga atas depositonya. Bagi bank, bunga yang diberikan kepada para deposan merupakan bunga yang tertinggi, jikan dibandingkan dengan simpanan giro atau tabungan, sehingga deposito oleh sebagian bank dianggap sebagai dana yang mahal.32

Penarikan hanya dapat dilakukan padawaktu tertentu maksudnya adalah jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu 3 bulan, maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir dan sering disebut tanggal jatuh tempo.

Keuntungan bagi bank dengan menghimpun dana lewat deposito adalah uang yang tersimpan relatif lama, mengingat deposito memiliki jangka waktu yang relatif panjang dan frekuensi penarikan yang juga jarang. Dengan demikian, bank dapat dengan leluasa untuk menggunakan kembali dana tersebut untuk keperluan penyaluran kredit.

Pengertian deposito menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah “ simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank “.

33

Sarana atau alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito sangat tergantung dari jenis depositonya. Artinya setiap jenis deposito mengandung

32

Kasmir, 2002, Dasar-Dasar Perbankan, P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 93.

33

beberapa perbedaan sehingga diperlukan sarana yang berbeda pula. Sebagai contoh untuk deposito berjangka, penarikannya menggunakan bilyet giro, sedangkan untuk sertifikat deposito menggunakan sertifikat deposito.

Sekarang ini sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 22/65/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 22/135/UPG tertanggal 1 Desember 1989, yang merupakan salah satu kebijaksanaan dari paket Desember 1989, maka semua bank dibebaskan untuk mengatur sendiri ketentuan dan suku bunga bagi deposito masing-masing sesuai dengan kebutuhan.

B. Jenis-Jenis Simpanan Deposito

Dalam praktiknya deposito yang ditawarkan terdiri dari beragam jenis, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Masing-masing jenis deposito memiliki keunggulan tersendiri, sehingga deposan dapat memilih sesuai dengan selera mereka. Saat ini jenis-jenis deposito yang ditawarkan oleh bank dan ada dimasyarakat adalah sebagai berikut :

1. Deposito Berjangka

Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu. Dalam hal ini deposito berjangka mempunyai tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan, dibuktikan secara tertulis, dan menghasilkan bunga yang etap bagi nasabah selama usia kontrak.34

34

Muhammad Djumhana, 2006, Hukum Perbankan di Indonesia, P.T Cira Adiya Bakti, Bandung, hlm. 357.

Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun lembaga. Artinya di dalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau lembaga.

Kepada setiap deposan diberikan bunga yang besarnya sesuai dengan berlakunya bunga pada saat deposito berjangka dibuka. Pencairan bunga deposito dapat dilakukan setiap bulan atau setelah jatuh tempo (jangka waktu) sesuai jangka waktunya.

Penarikan dapat dilakukan secara tunai maupun non tunai (pemindahbukuan). Kepada setiap deposan dikenakan pajak terhadap bunga yang diterimanya. Penarkan deposito sebelum jatuh tempo untuk bank tertentu dikenakan penalty rate (denda).35

Untuk menarik minat para deposan biasanya bank menyediakan berbagai insentif atau bonus. Bonus diberikan untuk jumlah nominal tertentu biasanya dalam jumlah yang besar. Bonus dapat berupa,

special rate (bunga lebih tinggi dari bunga yang berlaku umum)

maupun bonus lainnya seperti, hadiah atau cenderamata lainnya.

Jumlah nominal deposito berjangka yang diinginkan biasanya dalam bentuk bulat misalnya Rp. 5000.000,- (lima juta rupiah). Deposito berjangka juga memiliki batas-batas minimal yang harus disetor yang besarnya tergantung bank yang mengeluarkannya.

35

Bonus juga dapat diberikan kepada nasabah yang loyal terhadap bank tersebut.36

Perhitungan penerbitan, pencairan dan bunga dilakukan menggunakan kurs devisa umum. Penerbitan deposito berjangka dalam valuta asing biasanya diterbitkan dalam valuta asing yang kuat seperti US Dollar, Yen Jepang atau DM Jerman.

Disamping diterbitkna dalam mata uang rupiah deposito berjangka juga diterbitkan dalam mata uang asing. Deposito berjangka yang diterbitkan dalam valuta asing (vallas), biasanya diterbitkan oleh bank devisa. Disamping diterbitkna dalam mata uang rupiah deposito berjangka juga diterbitkan dalam mata uang asing. Deposito berjangka yang diterbitkan dalam valuta asing (vallas), biasanya diterbitkan oleh bank devisa.

37

2. Sertifikat Deposito

Pengertian menurut Pasal 1 ayat (8) Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, “sertifikat deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan’.

Maksud dipindahtangankan, yaitu dapat diperdagangkan karena berbentuk atas tunjuk sehingga lebih likuid, berbeda dengan deposito berjangka yang diterbitkan atas nama sehingga tidak mudah dialihkan.

36

Ibid., hlm. 95.

37

Dari pengertian di atas maka dapat diperbandingkan bentuk deposito berjangka dengan sertifikat deposito tersebut, diantaranya adanya kelebihan-kelebihan sertifikat deposito , yaitu bunga diberikan secara diskonto atau dibayarkan di muka oleh bank bank penerbitnya dan dapat diperdagangkan.

Adapun di Indonesia sertifikat deposito tersebut semula diatur penerbitannya harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/2/UPUM dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 17/44/KEP/DIR tertanggal 22 Oktober 1984. Namun, sejak dikeluarkannya Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 21/27/UPG dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 21/27/KEP/DIR tertanggal 27 Oktober 1988 tentang penerbitan sertifikat deposito oleh bank dan lembaga keuangan bukan bank, maka persetujuan tersebut tidak diperlukan lagi.

3. Deposit On Call

Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah yang besar misalnya 50 juta rupiah (tergantung bank yang bersangkutan).38

Pencairan bunga dilaukan pada saat pencairan deposit on call dan sebelum deposit on call dicairkan terlebih dahulu 3 hari sebelumnya

38

nasabah sudah memberitahukan bank penerbit. Besarnya bunga biasanya dihitung per bulan dan biasanya untuk menentukan bunga dilakukan negosiasi antara nasabah dengan pihak bank.

C. Peranan Lembaga Penjamin Simpanan Terhadap Simpanan Deposito

Dengan ditutupnya kegiatan usaha bank telah memberikan dampak kurang kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan. Salah satu upaya untuk tetap mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan, yaitu melalui asuransi deposito yang dalam pengertia Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 disebut sebagai Lembaga Penjamin Simpanan.

Lembaga ini merupakan suatu badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan penjaminan atas simpanan nasabah penyimpan, melalui skim asuransi, dana penyangga, atau skim lainnya. Melihat tujuannya maka lembaga tersebut sangat diperlukan dalam rangka melidungi kepentingan nasabah serta usaha untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan.

Di Indonesia Lembaga Penjamin Simpanan ini baru dikenal pada tahun 1973 dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1973 tentang Jaminan Simpanan Uang pada bank. Latar belakang dikeluarkannya peraturan tersebut, yaitu :39

1. Untuk meningkatkan minat masyarakat berhubungan dengan lembaga perbankan.

2. Memperluas lalu lintas pembayaran giral.

39

3. Juga untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan lembaga perbankan.

Adapun jumlah yang dijamin terbatas, setinggi-tingginya Rp. 1000.000,-, tetapi dewan moneter dapat mengubah jumlah besarnya yang dijamin tersebut, sedangkan premi jaminan ditentukan sebesar 5 per mil/tahun dengan diperhitungkan terhadap seluruh jumlah simpanan pada bank terjamin. Namun, sayangnya ketentuan mengenai jaminan simpanan (asuransi deposito) belum pernah dilaksanakan.40

1. Setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan.

Sejalan dengan program perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan dilandasi kesadaran begitu pentingnya sandaran hukum mengenai Lembaga Penjamin Simpanan (asuransi deposito), maka pada Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 diatur adanya kewajiban setiap bank untuk menjamin dana masyarakat.

Ketentuan Pasal 37 B mengatur :

2. Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan.

3. Mekanisme penjaminan dana masyarakat dan kelembagaannya akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

Sedangkan yang menjadi fungsi dari Lembaga Penjamin Simpanan, yaitu menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Dengan fungsi seperti itu Lebaga Penjamin Simpanan mempunyai tugas, yaitu merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan, merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan penyelesaian bank gagal (bank resolution) yang tidak berdampak sistemik, serta melaksanakan pananganan bank gagal yang berdampak sistemik.41

40

Ibid.

41

Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana di atas, Lembaga Penjamin Simpanan mempunyai wewenang :42

1. Menetapkan dan memungut premi penjaminan.

2. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta.

3. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS.

4. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank.

5. Melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank dan laporan hasil pemeriksaan bank.

6. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim.

7. Menunjuk. Menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan sebagian tugas tertentu.

8. Melakukam penyuluhan kepada bank dan masyarakat tentang penjaminan simpanan.

9. Menjatuhkan sanksi administratif.

Dengan demikian Lembaga Penjamin Simpanan mempunyai peran dalam menjamin simpanan nasabah yang dalam hal ini termasuk di dalamnya yakni simpanan deposito sebagaimana dari fungsi Lembaga Penjamin Simpanan.

42

Lihat ketentuan Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

D. Deposito Merupakan Suatu Bentuk Perjanjian Simpanan

Definisi dari suatu perjanjian menurut Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH ialah, “ Perjanjian diartikan sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan, antara dua pihak dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan sesuatu, sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu “.43

Sedangkan Prof. R. Soebekti mengemukakan bahwa, “ Suatu persetujuan adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana dua orang lain saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal ”.44

1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri.

Pada Pasal 1313 KUH Perdata yang menyatakan, “ Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih “.

Dikatakan bahwa suatu deposito merupakan suatu bentuk perjanjian simpanan karena dalam deposito adanya persyaratan dalam perjanjian yang dibuat oleh pihak bank dengan nasabah, sebagaimana dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu :

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. 3. Adanya suatu hal tertentu.

4. Adanya suatu sebab yang halal.

Selain itu, dalam perjanjian yang dibuat terdapat prinsip-prinsip hukum perjanjian. Prinsip-prinsip yang dimaksud ialah :

1. Asas Kebebasan Berkontrak

43

Dikutip T. Darwini dalam diktatnya, 2008, Hukum Pembiayaan Perbankan, hlm.14.

44

Dimana bahwa setiap orang boleh mengadakan perjanjian apa saja dan dengan siapa saja.

Ketentuan tentang asas ini disebutkan dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa, “Semua perjanjian yang sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya “.

2. Asas Konsensualitas

Ketentuan ini disebut pada Pasal 1458 KUH Perdata yang berbunyi, “ Jual beli ini dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar “.

Maksudnya adalah, bahwa perjanjian itu ada sejak tercapainya kata sepakat, antara para pihak yang mengadakan perjanjian. Maka perjanjian tersebut telah dinyatakan sah jika dalam perjanjian tersebut selain telah memenuhi tiga syarat, tetapi yang paling utama dan pertama adalah telah terpenuhi kata sepakat dari mereka yang membuatnya.

3. Asas Kelengkapan

Maksud dari asas ini adalah apabila para pihak yang mengadakan perjanjian, berkeinginan lain, mereka dapat menyingkirkan Pasal-Pasal yang ada dalam Undang-Undang. Akan tetapi, jika tidak secara tegas ditentukan dalam suatu perjanjian, maka ketentuan yang ada dalam Undang-Undanglah yang dinyatakan berlaku.

Contoh mengenai ketentuan ini adalah terdapat pada Pasal 1477 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa, “ Penyerahan harus terjadi ditempat

dimana barang yang terjual berada pada waktu penjualan, jika tentang itu tidak telah diadakan persetujuan lain “.

Setiap pihak yang membuat perjanjian, terutama pihak kreditur sangat menghendaki agar pelaksanaan perjanjian diusahakan dengan sempurna secara “suka rela” sesuai dengan isi ketentuan perjanjian. Akan tetapi, tentu tidak semua berjalan sebagaimana mestinya. Boleh jadi debitur ingkar secara “suka rela” menepati pelaksanaanya. Keingkaran inilah yang memberi hak kepada kreditur untuk memaksa debitur melaksanakan prestasi.45

45

Ibid., hlm. 21.

BAB I PENDAHULUAN

Kesejahteraan masyarakat yang kian meningkat tampaknya akan dapat memberikan kesempatan yang lebih besar kepada masyarakat tersebut untuk menyisihkan sebagian daripada penghasilannya dalam bentuk tabungan dan lain sebagainya. Namun demikian kita juga mengetahui bahwa tidak semua masyarakat mempunyai uang yang berlebih dalam kesehariannya, selain itu banyak pula masyarakat yang memiliki uang yang berlebih, akan tetapi kurang produktif.

Namun bila dilihat bahwa suatu keberhasilan dari suatu individu yang merupakan bagian dari kelompok masyarakat ialah dengan adanya kemampuannya dalam memanfaatkan uang yang dimilikinya sebagai suatu modal. Dalam hal ini kita harus melihat situasi dan kondisi suatu sistem perekonomian.yang sedang berlangsung. Penyimpanan dapat pula berupa investasi yang sifatnya lebih menguntungkan.

Sehubungan dengan itu, kita harus melihat tingkat suku bunga dalam lingkungan perbankan, yakni apakah tingkat suku bunga tersebut tinggi atau tingkat suku bunga itu sendiri rendah atau turun. Pada umumnya ketika tingkat suku bunga tersebut mengalami peningkatan, biasanya masyarakat lebih banyak melakukan investasi terhadap uang yang dimiliki yang dirasa akan lebih menguntungkan baginya.

Oleh karenanya, akan lebih baik jika uang yang dimilikinya dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga lebih produktif. Salah satu upaya sebagai suatu bentuk dari investasi yang sifatnya produktif ialah dengan melakukan penyimpanan uang di bank sebagai suatu tabungan. Dalam hal ini, bentuk tabungan yang dilakukan akan memperoleh keuntungan selain unsur keamanan yang diperoleh unsur keuntungan lainnya ialah bunga. Berkaitan dengan hal tersebut tabungan dapat ditarik sewaktu-waktu atau pada waktu tertentu pula tabungan dapat diambil.

Sebagaimana kita ketahui bentuk-bentuk simpanan pada bank antara lain ialah giro, deposito, sertifikat, dan lain sebagainya yang sipersamakan dengan tabungan. Deposito merupakan salah satu kegiatan perbankan dalam mengumpulkan dana dari masyarakat. Deposito sebagai salah satu sumber dana bagi bank ialah salah satu hal yang merupakan pilihan bagi para pemilik dana (nasabah), dikarenakan bahwa dengan suatu deposito tidak membawa resiko apapun, bahkan akan membawa keuntungan tersendiri bagi sinasabah dengan memperoleh bunga dari simpanan deposito tersebut.

A. Latar Belakang

Deposito sudah dikenal oleh kalangan perbankan dan masyarakat, karena merupakan sarana bagi anggota masyarakat untuk menyimpan kelebihan dana yang dimilikinya (uang yang belum dimanfaatkan). Selain faktor tingkat suku bunga yang ditawarkan, alasan bagi para nasabah ialah untuk pengamanan dan fasilitas kredit. Hal inilah yang melatarbelakangi dan menjadi alasan bagi penulis untuk membahas masalah pelaksanaan deposito pada bank. Faktor lainnya adalah

kemungkinan bahwa setiap manusia akan menghadapi suatu risiko akibat suatu pristiwa yang tidak terduga, dan dalam hal ini dapat berlaku pada suatu deposito seperti, bilyet deposito yang hilang, tidak ditariknya deposito sesudah jatuh tempo, ditariknya deposito sebelum jatuh tempo, dan masalah perubahan suku bunga dan meningkatnya nilai tukar rupiah, serta keadaan-keadaan lainnya yang timbul akibat pelaksanaan deposito. Seperti dalam hal perpanjangan deposito oleh pihak bank tanpa sepengetahuan atau izin dari sinasabah, lalainya bank untuk membayar kembali deposito nasabah yang telah jatuh tempo.

Suatu deposito juga dapat dijadikan sebagai jaminan ke bank untuk memperoleh kredit dari suatu bank. Deposito sebagai jaminan ini bersifat Liquid (mudah dicairkan) dan prosedur penerimaan kreditnyak tidak melalui tahap-tahap yang berbelit-belit dibandingkan jaminan lainnya seperti tanah dan bangunan maka bank dalam waktu yang singkat akan menyetujui kredit tersebut dengan jaminan deposito. Dengan kata lain bahwa deposito tersebut tetap mendapatkan pembayaran bunga dan dapat dicairkan guna pemenuhan prestasi kredit.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka yang menjadi permasalahannya yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut :

1. Apakah yang menyebabkan terjadinya hubungan antara pihak bank dengan nasabah ?

2. Bagaimana suatu wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian kredit dengan jaminan deposito ?

3. Bagaimana penyelesaian kredit bermasalah melalui jalur hukum ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Secara umum tujuan penulis melakukan pembahasan dan menguraikannya dalam skripsi ini adalah untuk menjawab permasalahan yang timbul dari skripsi ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui apakah yang menyebabkan terjadinya hubungan antara pihak bank dengan nasabah.

2. Untuk mengetahui bagaimana suatu wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian kredit dengan jaminan deposito.

3. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian kredit bermasalah melalui jalur hukum.

2. Manfaat Penulisan

Secara teoritis, dari hasil pembahasan ini penulis mengharapkan dapat memperoleh penjelasan mengenai hak dan kewajiban para pihak, dalam hal ini yang dimaksud ialah pihak bank dengan nasabah (deposan).

Selain itu, pembahasan ini bermanfaat untuk menambah wawasan penulis dalam bidang ilmu hukum khususnya dalam bidang hukum perdata BW, dimana penulis berusaha melakukan pembahasan tentang deposito yang dijadikan sebagai suatu jaminan untuk memperoleh kredit pada lembaga yang bergerak di bidang keuangan yang dalam hal ini ialah bank.

Secara praktis, manfaat dari pembahasan yang penulis lakukan selain menambah pengetahuan penulis sendiri tentang hak dan kewajiban para pihak (pihak bank dengan nasabah), pembahasan yang penulis lakukan juga dapat bermanfaat sebagai bahan acuan ataupun literatur bagi masyarakat pada umumnya dan juga mahasiswa yang khusus ingin membahas dan menganalisis masalah- masalah perkreditan di Indonesia.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan di kepustakaan lingkungan Universitas Sumatera Utara, belum ada penulisan skripsi yang membahas tentang “Deposito Sebagai Jaminan Kredit Pada Bank (Riset Pada Bank Sumut Cabang Binjai)” sampai dengan penulisan ini dilakukan. Hal ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan pada kepustakaan keperdataan khususnya perdata BW, sehingga dapat dikatakan isi penulisan ini adalah asli, dan dapat dipertanggungjawabkan. Skripsi ini disusun berdasarkan referensi buku-buku, media cetak dan elektronik, serta bantuan dari berbagai pihak.

E. Tinjauan Kepustakaan

Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati antara pihak kreditur dan debitur maka wajib dituangkan dalam perjanjian kredit secara tertulis. Dalam praktek perbankan bentuk dan format dari perjanjian kredit diserahkan sepenuhnya kepada bank yang bersangkutan.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan deposito adalah “simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank”.28

Sedangkan pengertian jaminan adalah “tanggungan yang diberikan oleh debitur atau pihak ketiga kepada kreditur karena pihak kreditur mempunyai suatu kepentingan bahwa debitur harus memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan”.29

Pengertian kredit adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.30

Serta yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.31

1. Library Research (Studi Kepustakaan)

F. Metode Penulisan

Adapun yang menjadi metode penulisan untuk skripsi ini adalah :

1

Lihat UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Amandemen dari UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada Pasal 1 (Ketentuan Umum) butir 7.

29

Hasanuddin Rahman, 1997, Aspek- Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan Indonesia, P.T. CITRA ADITYA BAKTI, Bandung, hlm. 162.

30

UU No. 10 Tahun 1998, op. cit., butir 12.

31

Yaitu dengan cara melakukan penelitian atas sumber bacaan tertulis dari pendapat para sarjana, bahan-bahan kuliah dari dosen, perundang-undangan serta bahan- bahan yang diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan dalam tulisan ini.

2. Field Research ( Studi Lapangan)

Yaitu dengan melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh data-data ini digunakan sistem wawancara dan memberikan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk mempermudah penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur dan terbagi dalam bab perbab yang saling berangkaian satu sama lain.

Adapun yang merupakan sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab pertama ini diuraikan tentang hal-hal yang bersifat umum dan dibagi

Dokumen terkait