• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti memberikan bebebrapa saran terkait fakta dan hasil data untuk beberapa pihak terkait untuk menjadi lebih baik, di antaranya:

1. Tabloid SI hendaknya terus mempertahankan eksistensinya sebagai media yang membela umat Islam dan mempertajam kualitas berita yang diturunkan.

2. Adanya tabloid SI semoga dapat mengimbangi informasi yang khalayak terima. Khalayak dapat mengetahui informasi yang disembunyuikan oleh media lain terutama terkait informasi mengenai umat Islam.

3. Masyarakat hendaknya kritis terhadap informasi yang diberikan oleh media massa. Terlebih mencari informasi atau peristiwa yang sama di media yang berbeda.

4. Tabloid SI hendaknya menurunkan berita harus breimbang (cover bothside). Dalam mewawancarai isu suap sertifikasi juga melakukan konfirmasi kepada pihak majalah Tempo.

A, AA Kunto. Cara Gampang Jadi Wartawan. Tangerang: Indonesia Cerdas, 2006.

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Konamala Erdinaya. Komunikasi Massa: Suatu pangatar. Bandung: Simbiosa, 2005.

Badara, Aris. Analisi Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta: Kencana, 2012.

Chaer, Abdul. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Cengara, Hafied. Pengatar ilmu komunikasi. Jakarta: Persada, 1998.

Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Poltik Media. Yogyakarta: LKIS, 2007.

Erianto. Anasis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Jakarta:LKIS 2011. Heryanto, Gun Gun. Dinamika Komunikasi Politik. Jakarta: Lasswell, 2011. Jorgensen, Melirianne W. dan Louse J. Philips. Analisis Wacana: Teori dan

Praktek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Junaedhie, Kurniawan. Ensiklopedi Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005

Kriyanto, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. 2006. M., Mahi Hikmat. Metode Penelitian: dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan

Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Merianne W. Jorgensen dan Louse J. Philips. Analisis Wacana: Teori dan Praktek. Yogyakarta:Pustaka Pelajar 2007.

Purwoko, Herudjati. Discourse Analysis: kajian Wacana Bagi Semua Orang. Jakarta: Indeks, 2008.

Rakhmat, Jalaludin. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda karya. 2005.

Sarwono, Jonathan. Strategi Penelitian di Internet. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006 Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan wacana. Yogyakarta: LkiS, 2009. Sumadiria, AS Haris, Jurnalistik Indonesia: Menulis berita dan feature panduang

Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006. Sumadiria, AS Haris. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2011.

Tashakkori, Abbas dan Charles Teddie. Mixed Methodology: Mengombinasikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010 Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana 2008.

Yosef, Jani. To Be A Journalist: Menjadi Jurnalis Tv, Radio dan Surat Kabar yang Profesional, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

NON BUKU

Tabloid Suara Islam edisi 176, Tanggal 12-26 Juamdil Awwal 1435 H/ 14-28 Maret 2014 M

Majalah Tempo edisi 24 Februari-2 Maret 2014 Majalah Tempo Edisi 3 Maret-9 Maret 2014

--- Pesan asli ---

Dari: Andy Myh <andy.comyh@gmail.com> Tanggal: 13/05/2014 10:48 (GMT+07:00) Ke: redaksi_suaraislam@yahoo.com Subjek: Izin Penelitian

Kepada Yth.

Redsaksi Tabloid Suara Islam di

Tempat

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya Andy Syaiful Fahmi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermaksud akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangka penulisan skripsi berjudul "Analisis Wacana Kritis Berita "Tempo Anti Islam: Membusukkan MUI Menyerang Islam" di Tabloid Suara Islam"

Sehubung dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/Sdr. dapat menerima/mengizinkan saya untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Demikian, atas kerjasama dan bantuannya saya ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Andy Syaiful fahmi

Pada 13 Mei 2014 14.36,

redaksi_suaraislam<redaksi_suaraislam@yahoo.com> menulis: Waalaikumsalam wr wb.

Terimakasih atas rencana saudara meneliti tabloid suara islam. Selanjutnya silahkan menghubungi sdr shodiq ramadhan 081 218 933 633 untuk wawancara.

Ada baiknya anda mengirim draft proposal dan daftar pwrtanyaannya. Syukran

Pada Selasa, 13 Mei 2014 15:40, Andy Myh <andy.comyh@gmail.com> menulis: Alhamdulillah terima kasih pak atas izinnya.

maaf pak sebelum melakukan wawancara boleh saya minta profil perusahaan Suara Islam untuk kepentingan bab III. yang diperlukan seperti sejarah atau latar belakang berdirinya tabloid Suara Islam, Visi dan Misi, Struktur redaksi Suara Islam.

berikut saya lampirkan proposal skripsi saya.

Pada 15 Mei 2014 10.33, Suara Islam <redaksi_suaraislam@yahoo.com>menulis:

Suara Islam Media Group Latar Belakang

Suara Islam Media Group adalah media komunikasi dan informasi yang bertujuan untuk mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan bernegara.

Berdiri sejak Juli 2006 lalu, Suara Islam lahir atas prakarsa para tokoh, kyai, ulama dan habaib serta pimpinan ormas Islam yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI). Di antara tokoh Islam yang merintis lahirnya media ini adalah KH Yusuf Hasyim (alm), KH Hussein Umar (alm), Dr H Ahmad Sumargono (alm) dan HM Cholil Badawi.

Suara Islam dengan tagline "Memperjuangkan Aspirasi dan Hak-hak Umat" lahir dari sebuah keprihatinan saat itu tidak adanya media yang pro terhadap perjuangan umat Islam. Berbagai agenda perjuangan yang dilakukan umat Islam baik dalam lingkup nasional maupun daerah tidak dapat tersampaikan dengan baik kepada umat Islam. Aspirasi dan hak-hak mereka terbengkalai.

Sebaliknya, berbagai fitnah dilancarkan oleh media-media sekuler untuk menghantam umat Islam, ormas Islam dan tokoh-tokohnya. Nyaris, umat Islam tanpa pembelaan sedikit pun dari sisi media massa.

NKRI Bersyariah". Dasar Pendirian:

1. Amal Rasul yang terus-menerus sejak di Makkah hingga akhir hayat di Madinah sebagai penyampai risalah Islam (Qs. An Nuur 54).

2. Pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan (Qs. Al Ahzab 45-47). 3. Perintah Allah untuk Kelompok Dakwah Dakwah (Qs. Ali Imron 104) Visi Suara Islam:

1. Media penyampai risalah Islam

2. Media penjaga Islam dan pembela umat Islam

3. Media penyeru kepada terwujudnya kehidupan Islam 4. Media penerang sistem ajaran Islam

5. Media silaturrahmi umat Islam 6. Media penyeimbang informasi

Misi Suara Islam:

1. Menyampaikan risalah Islam

2. Menjaga Islam dari rongrongan pihak manapun

3. Membela nasib umat Islam di dalam maupun luar negeri

4. Menyerukan terwujudnya sistem Islam dalam kehidupan masyarakat dalam seluruh aspeknya

5. Menerangkan sistem ajaran Islam secara kaffah

6. Meningkatkan kesadaran umat Islam secara luas terhadap realitas kehidupan dan ajaran Islam sebagai solusi seluruh persoalan kehidupan

7. Memfasilitasi silaturrahmi Umat Islam dan lembaga-lembaga yang dimiliki oleh umat Islam

8. Menyeimbangkan Informasi media sekuler yang senantiasa miring kepada Islam dan umat Islam

Untuk Susunan Redaksi Tabloid Suara Islam silahkan dilihat di box tabloid. Syukran

On 1 Jul 2014 10:29, "Andy Myh" <andy.comyh@gmail.com> wrote: Kepada Yth.

Redaksi Tabloid Suara Islam di

Tempat

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya ucapkan terimakasih kepada redaksi Tabloid Suara Islam yang telah

mengirimkan profil Tabloid Suara Islam beberapa waktu lalu. selanjutnya saya akan mengirim draft pertanyaan mengenai penelitian saya "Analisis Wacana kritis berita "Tempo Anti Islam: Membusukkan MUI Menyerang Islam" di tabloid Suara Islam edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28 Maret 2014 M.

Narasumber : Shodiq Ramadhan

Jabatan : Sekretaris Redaksi Tabloid Suara Islam

Tempat : Kantor Redaksi Tabloid Suara Islam, Jakarta Selatan Hari/Tanggal : Senin/14 Juli 2014

1. Apa latar belakang penulis seperti pendidikan, jabatan dalam media serta pengalaman kerjanya?

Nama Shodiq Ramadhan sekeretaris redaksi. Untuk edisi ini kebetulan penulis utamanya saya, jadi saya di Suara Islam itu secara resmi sejak 2008, sudah 6 tahun. Dari dulu bertahan di sekretaris redaksi. Saya dulu S1 dari Fakultas Ekonomi UIN Malang. Pengalaman kerja sebelum di Suara Islam saya pernah kerja di indosat di Malang di cabang. Kemudian pindah ke Jakarta, di Jakarta saya nggak kerja tapi saya mengabdi di Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) 2006-2008 (hitungannya organisasi bukan pekerjaan khusus). Sebenarnya dari tahun 2006 sudah menulis untuk Suara Islam Cuma belum resmi. Di tahun 2008 saya baru resmi menjadi penulis di Suara Islam. Jadi basic kepenulisan saya itu kebetulan dari sejak SMA. Saya sudah beberapa kali ikut lomba menulis karya tulis ilmiah, tapi belum mendapat hasil kemudian ketika di bangku kuliah saya beberapa kali menulis gak berhasil. Kemudian ikut pelatihan-pelatihan menulis sama pelatihan jurnalistik, jadi itu ilmu jurnalistiknya otodidak jadi dapat dari pelatihan dapat dari langsung terjun sambil belajar dari senior-senior disini kebetulan di Suara Islam itu ada

ekstra gitu dan kita nerbitin buletin. Pernah jadi penanggung jawab buletin untuk sebuah organisasi di sekitar kampus.

2. Menurut bapak pemberitaan sertifikasi label halal ini seperti apa?

Jadi gini, ini kan keluarnya tabloid ini karena reaksi jawaban atas saya sebut langsung saja fitnah. Jadi Tempo itu mengeluarkan suatu laporan “astaga label

halal” nah ini ada covernya. Covernya ini menyakitkan, jadi ini kan sarden, halal tapi capnya babi, jadi halal cap babi. Nah ini didalamnya terutama menuding pak Amidan ini bermain di sertifikasi halal ada tudingan-tudingan bahwa dia ini menerima uang dari Australia kemudian dari Belgia. Ketika kita konfirmasi ke MUI itu gak bener. Jadi cerita tentang sertifikasi halal permainan sertifikasi halal yang di Australia itu gak bener. Jadi Tempo itu memperoleh data dari orang lain yg punya masalah secara teknis yang ada nama-namanya di dalam. Kemudian semua itu menyerang MUI begini begitu. Termasuk ada uang berapa milyar itu ya termasuk beliau dapat bulanan, itu kemudian beliau mengakunya dikonfirmasi dijadikan media itu setelah dia dapat data dia mengklarifikasi. Wawancaralah si Tempo ini ke pak Amidan sama pak ketua LPPOM itu Lukmanul Hakim di sebuah hotel kawasan bundaran HI. Panjang, panjang itu wawancaranya panjang tapi yang di muat

itu sepotong sepotong. Jadi ada kalimat misalnya “saya ini bukan pejabat negara kok, jadi boleh menerima gratifikiasi”. Gak begitu kalimatnya jadi

ada permainan karena disertifikasi itu kan ada biaya. Jadi mana ada sekarang kalo kita sertifikasi apa gitu, gak bayar kan gak ada. Karena kan dia juga punya staf yg demikian banyak. Intinya bahwa melalui penerbitan itu kita melihat Tempo sedang – bukan hanya sekedar menyerang MUI tapi ini menyerang Islam. Jadi dari karena sisi covernya dan isinya ini meruntuhkan salah satu lembaga. Kalo MUI itu kan di sebut pak kyai Maruf Amin itu lembaga pelindung umat. Kalo lembaga pelindung umatnya sudah diserang dan dirobohkan ya roboh lah. Suara Islam karena kita itu adalah diterbitkan oleh, dulu ya latar belakang Suara Islam itu yang saya sebut itu ada Forum Umat Islam (FUI) ini kan berarti memang kepentingannya kepentingan umat. Kepentingan Islam sesuai taglinenya memperjuangkan aspirasi hak-hak umat, makanya kita lawan. Jadi apa yg dilakukan Tempo ini kita lawan kita sebut itu untuk membusukkan MUI menyerang Islam. Nah satu edisi sebelum ini sebenarnya kita sudah muat juga satu halaman siapa sebenarnya Goenawan Muammad yang dia tak lebih dari penulis yang waktu itu Cuma dihargai 50 dollar kalau sekarang sekitar 600.000, cuma segitu. Nah itu dia latar belakangnya kemudian kenapa Suara Islam mengangkat itu lalu kita terima data-datanya wawancara pak Amidhan kemudian konferensi pers wawancara khusus dengan pak Lukman Hakim. Dijelaskanlah duduk permasalahannya. Jadi tabloid Suara Islam waktu itu mereka (MUI) dibagi-bagi ke daerah kan ini menggoyahkan. Jadi laporan Tempo ini bahaya kalo ditangkap oleh orang

dengan LPPOM itu sudah dua tahun terakhir jadi saya ini punya tabloid kita punya online. Jadi yang di online itu hampir semua kegiatan-kegiatan yang terakhir halal itu selalu ada jadi setiap LPPOM ada kegiatan biasanya Suara Islam ada. Tapi kalo soal khusus menanggapi Tempo sekali ini dan ini langsung jadi cover story jadi gak main-main gitu loh rencananya waktu itu hanya laporan khusus tapi ternyata persoalan yang serius jadi laporan utama. Ini ada 10 halaman ada laporan khusus ada wawancara ada suara utama bearti semua ini kan ada 32 halaman bearti 30% lebih dari isi ini. Jadi ini serius. Edisi berikutnya tidak diangkat lagi karena sudah selesai meski Tempo masi memberitakan sampai lima edisi. Jadi kalau sudah begini begitu kita sudah jawab berarti sudah selesai. Misalnya ada serpihan-serpihan sudah kita gak angkat lagi karena jawabannya ini sudah tuntas jadi kalo masi diberitakan itu biasanya ditanggapi lagi berita-berita ringan gitu mas straight news hard news. Bagi kita persoalannya sudah selesai jawabannya.

3. Bagaimana proses pembentukkan berita di meja redaksi Suara Islam, pola dan rutinitasnya?

Berita itu begini, saya ceritakan dari proses-proses bagaimana Suara Islam bisa sampai begini: satu,kita ada rapat redaksi rutin untuk menentukan topik Jumat besok kita mau mengeluarkan apa. Biasanya kita itu rapatnya pada hari

biasanya. Dua, topiknya yang sedang in kita list nah penentuan topik itu berdasarkan apa berdasarkan kedekatan masalah itu dengan umat berdasarkan ideologi. Ini yg paling ideologi apa. Bukan sekedar in, in kalo ternyata isu tentang artis ya gak kita angkat, Kita angkat terus kemudian pada saat rapat itu menentukan judulnya begini kemudian covernya begini kemudian kita susun random suara utama ini, suara nasional ini, terus laporan khusus ini, tema-tema ini. Kisi-kisi kita buat juga sama penulis, penulisnya sudah ditetapkan dulu artinya langkah itu sudah selesai hari itu juga kepada penulis itu diberikan waktu berapa hari sampai yang kita sebut deadline. Nah penulis itulah beliau bertanggung jawab mendapatkan bahan. Penulis itu ya misalkan pas saya, saya yang nulis saya yang cari bahan, tapi ada penulis lain yang punya referensi misalnya disini punya beberapa reporter dari reporter-reporter itu kita mendapatkan bahan atau kalau misalnya kita kesulitan menjangkau reporter ya biasanya kita mengutip dari kantor berita resmi kaya Antara, nah itu prosesnya. Jadi begitu rundown dikirim ke jurnalis, maka jurnalis bekerja mencari bahan selama seminggu kemudian bahan mentah tadi diolah. Karena rata-rata penulis itu kan disini senior mereka bisa mengolah sendiri memilih dan memilah sendiri, sesuai misi kita kepentingan kita. Jadi unsur subjektifitas individunya itu saya katakan kecil unsur pengaruh pemodal gak ada karena gak ada pemodalnya Suara Islam itu donasi dari umat jadi dipastikan pengaruh dari mendanai tidak ada apalagi iklan tidak ada iklan

perusahaan-kepentingan umat jadi penulisnya diarahkan disitu jadi warna ideologinya itu kental. Suara Islam warna keberpihakannya kental, kalo ini Islam Islam kalo Tempo kita anggap liberal hantam. Itu dari dulu gak soal Tempo gak soal Jokowi gak soal apa begitu lihat liberal hantam. Itu sudah soal ideologi, penulis pilah pilih kemudian ditulis. Ketika sebelum deadline hari Kamis atau Jumat itu sudah kirim email ke redaksi. Pada saat itulah editor dalam hal ini dijalankan oleh pemimpin redaksi mengoreksi naskah biasanya ada salah ketik ada judul yg perlu diubah isi yang gak tepat biasanya kan penulis itu nulis aja tapi gak bisa datanya keliru nih dicoret atau apa kemudian setelah dikoreksi masuk ke layout setelah itu kemudian dikoreksi lagi abis itu sudah final masuk cetak jadi teknisnya begitu. Kalo rapat hampir semuanya dari pemimpin umum, pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi, redaktur semuanya hadir sebagian dewan redaksi sesekali hadir misalnya KH. Abdul Rasyid hadir , KH. Khalil Ridwan hadir kemudian ustad Bernad dan pak Munarman hadir sama jajaran kebawah itu hadir.

4. Pertimbangan apa yang dipakai untuk menurunkan berita, terlebih dijadikan laporan utama?

Kedekatan isu dan dari idologinya. Ini kepentingan umat bukan? terkait dengan umat tidak? itu yang utama. Suara Islam cetak terkahir 18.000 eksemplar sekali edisi.

5. Bagaimana berita isu suap sertifikasi MUI di dapat, dari press release ataukah dengan wawancara?

Datanya premare jadi begitu Tempo ngeluarin itu, kan MUI membuat sikap MUI mengundang kita nah satu kita dapat dari konferensi pers. Di konferensi pers itukan ada tokohnya tuh kita wawancara pak Amidhan dengan tokoh MUI yang lain. Kemudian saya juga bertemu direktur LPPOM bicara khusus, karena ini posisinya tinggal menjawab tudingan ya sudah apa yang ditudingkan oleh Tempolah yang kita jawab kita gak perlu lagi menanyakan Tempo kenapa Tempo menurunkan itu kalo soal itu sudah ideoologi ya ialah Tempo liberal memusuhi/menusuk Islam kita nggak perlu tanya dalam hal ini subyektif posisinya ngapain kita nanya pertanyaannya gak jelas, Tempo mengeluarkan laporan selalu begitu FPI selalu salah MUI selalu salah, kita yang jawab.

6. Secara sosial masalah ini akan berdampak seperti apa?

Secara sosial persoalan halal ini berpengaruh terhadap umat kalo kita arahkan kesini. Maka pertimbangan kita mengangkat ini juga itu ini untuk menjaga kepercayaan umat terhadap majelis ulama. Jadi yang memengaruhi itu kalo sampai misalnya topik ini tema ini oleh Tempo berhasil memengaruhi umat dan sebagian terpengaruh. Maka itu akan berdampak tidak baik dimasyarakat

dapat stigma kan kasus haji dan sebagainya artinya MUI nya juga “wah

ternyata umat-umat Islam/orang-orang Islam kyai-kyainya banyak yang mau duitnya juga itu kan kondisi sosial ditengah masyarakat yang berpengaruh yang opini itu berpengaruh pada kita. Kalo tadi terkait dengan opini media Islam itu jelas iya terhadap umat Islam sudah pasti saya nggak mengatakan ini obyektif, ini subyektif itu kita berpihak, media yang tidak berpihak wong Jakarta Post juga terang-terangan berpihak sama Jokowi, Tempo terang-terangan berpihak sama Jokowi maka Suara Islam juga terang-terangan berpihak pada umat. Nah itu kondisi sosialnya begitu .

7. Bagaimana teks diterima dan dikosumsi khalayak?

Selama ini media itu kalau bicara kita media dengan masyarakat itu bicara, memengaruhi siapa apakah keinginan masyarakat itu yang kemudian ditangkap oleh media kemudian kita memenuhi harapan mereka atau keinginan media yang ingin merubah umat. Nah kita di yang kedua jadi kita ini ingin mengubah umat paradigma umat yang kita ubah informasi yang kita berikan kita ubah untuk mereka bukan informasi mentah tetapi informasi yang sudah ideologis sudah ada muatannya, muatan Islam untuk jadi panduan bagi mereka umat Islam. Suara Islam kalo di baca orang dipercaya loh, jadi wah begini ya begini yaa rata-rata orang kan kalo udah percaya begitu kan kecuali, apa itu Suara Islam yang begitu nggak tetapi kita pada posisi itu jadi kita

teruskan.

8. Situasional teks tersebut diproduksi dalam suasana apa?

Jadi selalu kasustik, jadi gak ada dong cerita kalo gak ada api kalo gak ada asap. Jadi kalo yang model-model begini, kalo Tempo diem aja gak nyerang kita ya kita nggak nyerang Tempo. Ya dia buat masalah kita jawab, jadi kita selalu dalam hal ini ya ini ada aksi ada reaksi. Tetapi kalo Suara Islam sedang tidak ada begitu (reaktif) ya edukatif kita, sifatnya kalo ini kan reaktif tapi kalo misalnya gak ada apa-apa ya kita edukatif. Misalnya calon kasus halal gak ada masalah nih atau tiba-tiba memang biasanya ada masalah bakso dan sebagainya apalah lalu kita keluarkan gini loh kasus ini bagaimana panduan edukasi halal edukatif atau kasus lain misalnya umat menghadapi dalam kasus lain bagaimana memilih pemimpin Indonesia ke depan, nah ini kan edukatif perlu ada kasus dulu kan. Islam bagaimana memandang kepemimpinan bagaimana syarat-syarat kepemimpinan siapa kemudian yang cenderung dekat dengan syarat-syarat kepempinan Islam, nah itu yang kita arahkan. ada yang reaktif memang tapi ada yang edukatif juga, edukatif ini kan kita mengarahkan ke umat bagaimana kita harapkan perubahan di masyarakat, media itu kan fungsinya juga sebagai perubahan sosial juga bukan mahasiswa aja ya. Media itu penting sekarang ya katakanlah nanti tanggal 22 Juli 2014 ditetapkan pemenangnya adalah Jokowi-Jk itu peran siapa, peran media itu

di beritain itu heheh. Nah itu namanya media alat memeprihal itu media walau gak sosial.

9. Bagaimana pengaruh institusi organisasi dalam praktik produksi?

pengiklan khalayak persaingan media intervensi institusi ekonomi/pemilik media dan politik ?

saya katakan untuk Suara Islam gak ngaruh itu. satu-satunya yang berpengaruh di Suara Islam itu adalah ini keberpihakan kepada umat. Iklan atau pemodal terus kemudia apa gitu sama sekali gak ngaruhin kita. Saya menulis itu selama saya kerja di Suara Islam tidak pernah saya menulis dibawah tekanan kamu harus nulis ini nulis itu nggak. Nggak ada. Kita menulis ya menulis, makanya saking galaknya menulis pengiklan takut. Kalo

Dokumen terkait