• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dominasi Ideologi Islam di Media (Studi Kritis Berita Isu Suap Sertifikasi Mui di Tabloid Suara Islam)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dominasi Ideologi Islam di Media (Studi Kritis Berita Isu Suap Sertifikasi Mui di Tabloid Suara Islam)"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

MUI DI TABLOID

SUARA ISLAM

)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Andy Syaiful Fahmi

NIM: 1110051100105

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

MUI DI TABLOID

SUARA ISLAM

)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Andy Syaiful Fahmi

NIM: 1110051100105

Pembimbing

Dr. Tantan Hermansah, S.Ag, M.Si

NIP. 19760617 200501 1 006

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 05 Januari 2015

(5)

Dominasi Ideologi Islam di Media (Studi Kritis Berita Isu Suap Sertifikasi MUI di Tabloid Suara Islam)

Tabloid Suara Islam merupakan media cetak dwimingguan yang menurunkan berita yang dekat dengan permasalahan Ummat Islam. Media ini berusaha membangun isu atau citra mengenai kebaikan-kebaikan Islam, dan juga mengcounter isu-isu yang merugikan umat Islam. Salah satunya dari isu yang dipandang menjelekkan Islam adalah isu suap sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh MUI, yang disorot oleh Majalah Tempo. Sebagai counter atas pemberitaan tersebut, Suara Islam mengangkat isu ini pada edisi 176 14-28 Maret 2014.

Penelitian ini berupaya mengetahui bagaimana tabloid Suara Islam mengonstruksi berita isu suap sertifikasi MUI?, bagaimana proses produksi dan konsumsi berita isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara ISLAM? dan bagaimana sosio-kultural teks berita isu suap sertifikasi MUI di tabloid Suara Islam?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian analisis wacana kritis oleh Norman Fairclough. Fairclough membagi analisis wacana ke dalam tiga bagian yaitu text, discourse practice dan sociocultural practice. Kerangka analisis teks wacana yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisisi framing oleh Gamson dan Modigliani. Analisis discourse practice merupakan proses produksi dan konsumsi teks. Sedangkan analisis sociocultural practice merupakan konteks sosial yang berada di luar media yang memengaruhi wacana yang muncul dalam teks.

Tabloid Suara Islam mengonstruksikan berita isu suap sertifikasi MUI sebagai perbuatan anti Islam. Dalam pemberitaan mengenai isu suap sertifikasi MUI, tabloid Suara Islam merepresentasikan MUI sebagai korban atas laporan majalah Tempo. Laporan majalah Tempo ini dilabeli dengan kata-kata yang buruk

seperti “sangatlah serius dan berbahaya”. Kata-kata ini seolah mengasosiasikan laporan Tempo sebagai laporan yang mengancam kepercayaan masyarakat kepada MUI. Proses produksi dan konsumsi teks Suara Islam ini sangat dipengaruhi oleh ideologinya, yang dipraktikkan dalam bentuk keberpihakan kepada umat Islam. Pada sosio-kultural konteks yang memengaruhi wacana ini muncul karena reaksi dari laporan majalah Tempo mengenai suap sertifikat MUI. Tabloid Suara Islam berusaha mengcounter informasi dari media lain yang merugikan umat Islam. Karena bagi Suara Islam, MUI adalah representasi dari Ummat Islam.

(6)

Assalamualaikim Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji serta syukur bagi Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia yang telah diberikan-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Dominasi Ideologi Islam di Media (Studi Kritis Berita Isu

Suap Sertifikasi MUI di Tabloid Suara Islam). Shalawat dan salam selalu tertuju kepada manusia pembawa berita kebenaran yakni Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penyelesaian skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terimaksih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D., selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si, selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, M.Ag., selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

3. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Kholis Ridho, M.Si. dan Sekretaris Konsetrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A.

(7)

yang diberikan kepada peneliti.

6. Kedua orangtua tercinta, Abdul Mukti Nur (Alm.) dan Nur Khotimah (Almh.) atas kasih sayang dan didikannya selama ini dan saudaraku Laila Faridah, Taufik, Rahmat Mukti, Neneng Marlina, Husammudin, dan Ahmad Zacky atas perhatiannya kepada peneliti.

7. Sri Adyanti Sudharmono, atas doa dan sumbangsihnya kepada peneliti. 8. Kekasih tersayang Dira Astirindi, yang selalu memberi motivasi dan doa

kepada peneliti.

9. Shodiq Ramadhan, selaku Sekretaris Redaksi tabloid Suara Islam yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

(8)

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ciputat, 05 Januari 2015

Peneliti

(9)

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ……….….. v

DAFTAR TABEL ……… viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ………. 4

C. Tujuan Penelitian ………. 5

D. Manfaat Penelitian ………... 5

E. Metodologi Penelitian ……….. 6

1. Paradigma Penelitian ………..…... 6

2. Pendekatan Penelitian ……… 6

3. Metode Penelitian ...………... 7

4. Subjek dan Objek Penelitian ……….. 8

5. Teknik Pengumpulan Data ……….... 8

6. Teknik Analisis Data ………... 10

(10)

G. Sistematika Penelitian ……… 13

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Analisis Wacana ………... 15

1. Pengertian Wacana ………... 15

2. Analisis Wacana Kritis ……… 20

3. Karakteristik Wacana Kritis ……….... 21

4. Varian Analisis Wacana ……….. 23

5. Model Analisis Wacana Norman Fairclough ……….. 25

B. Analisis Framing ……….... 30

1. Pengertian Analisis Framing …………..………... 30

2. Framing model William A. Gamson ………... 32

C. Ruang Lingkup Tentang Media Cetak ………... 34

1. Pengertian Media Cetak ………... 34

2. Majalah ………... 36

3. Tabloid ………... 38

4. Berita ………... 40

(11)

A. Profil Tabloid Suara Islam ... 47

1. Sejarah Berdirinya Tabloid Suara Islam ... 47

2. Visi dan Misi Tabloid Suara Islam ... 49

3. Struktur Redaksional ... 50

BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN DATA A. Analisis Teks ...………... 54

B. Analisis Discourse Practice ……….. 85

C. Analisis Sociocultural Practice ………. 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 95

(12)

1. Tabel 1.1 Kerangka Analisis Norman Fairclough ... 10

2. Tabel 2.1 Definisi Wacana ... 17

3. Tabel 2.2 Analisis Teks Norman Fairclough ... 27

4. Tabel 2.3 Perangkat Framing dan Penalaran ... 33

5. Tabel 4.1 Perangkat Framing dan Penalaran ... 65

6. Tabel 4.2 Perangkat Framing dan Penalaran ... 72

7. Tabel 4.3 Perangkat Framing dan Penalaran ... 80

(13)

A. Latar Belakang Masalah

Sejak munculnya media elektronik (televisi) ada ramalan yang mengatakan bahwa media cetak (koran, tabloid, majalah) akan mati atau gulung tikar karena kalah persaingan oleh televisi. Televisi memberikan hal yang baru yakni audio dan visual. Dibanding koran yang memberikan visual saja dan radio yang memberikan audio saja. Namun ramalan ini belum terbukti sepenuhnya di Indonesia, meski televisi sudah banyak dimiliki masyarakat namun koran, majalah, dan tabloid masih terbit. Masyarakat masih mengonsumsi berita dari media cetak meski telah memiliki televisi dirumahnmya. Para pengiklan pun masih memasang bisnisnya di media cetak.1

Tak hanya di situ saja memasuki media baru yakni media siber di mana masyarakat dapat mengakses informasi yang dibutuhkan dengan cepat melalui internet.2 Semua informasi yang dicari akan langsung keluar, bahkan peristiwa yang baru saja terjadi bisa langsung dikirim ke internet dan

1

Bila dilihat pertumbuhan menurut jenis media, di kuartal pertama tahun ini belanja iklan televisi tumbuh sebesar 19%, surat kabar tumbuh sebesar 9% - dengan kontribusi terbesar juga dari organisasi politik dan pemerintahan - sementara majalah dan tabloid justru mengalami penurunan sebesar 1%. Artikel diakses pada November 2014 dari http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2014/nielsen-pertumbuhan-belanja-iklan-berjalan-perlahan.html

2

Internet merupakan sekumpulan jaringan yang berskala global”, dalam Jonathan Sarwono.

(14)

masyarakat pun dapat melihatnya. Dari kelebihan media siber tersebut media cetak tetap eksis sampai saat ini.

Tabloid produk media cetak yang masih terbit sampai saat ini. Bentuk tabloid memang hampir sama dengan surat kabar harian/koran, namun yang membedakannya tabloid biasanya terbit seminggu sekali atau dua minggu sekali bahkan sebulan sekali. Berita yang diturunkan tabloid lebih mendalam dibanding surat kabar harian.

Tabloid merupakan surat kabar yang terbit seminggu sekali atau dua minggu sekali bukan harian. Berita tabloid berbeda dengan koran harian, biasanya tabloid mengulas berita lebih dalam dibanding berita harian. Karena terbit seminggu sekali atau dua minggu sekali perkembangan berita dapat diinformasikan secara tuntas. Tabloid mengandung konotasi rendahan untuk koran yang menampilkan judul-judul yang mentereng dan menarik, tetapi orang-orang koran menggunakan kata itu dalam pengertian netral untuk menyebut koran separuh ukuran yang nyaman untuk dipegang.3

Terkadang kita menyaksikan peristiwa yang sama namun kita memperoleh informasi yang berbeda. Hal ini dikarenakan media berbeda pula dalam melihat peristiwa yang terjadi. Misalnya mahasiswa demo atas kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM),

3

(15)

dapat kita peroleh informasi yang berbeda pula seperti kerusuhan demo, macet akibat demo, dan kontra dengan kenaikan BBM.

Tabloid Suara Islam salah satu media cetak yang bernuasa Islam di Indonesia. Tabloid Suara Islam rutin terbit dalam dua pekan sekali pada hari Jumat atau sebulan dua kali di pekan pertama dan ketiga, terbit sejak tahun 2006. Tabloid ini berdiri dibawah Yayasan Amal Media Suara Islam, dengan pemimpin umumnya oleh Muhammad Al-Khaththath. Tabloid Suara Islam banyak memberitakan pembelaan terhadap umat Islam atas ketidak berimbangan media lain.

Salah satu contohnya pada edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28 Maret 2014 Tabloid Suara Islam memberitakan soal laporan majalah TEMPO yang mengatakan kalau Majelis Ulama Indonesia (MUI) terima suap 820 Miliar. Tabloid Suara ISLAM menanggapi laporan tersebut dengan menurunkan berita dengan judul cover ‘TEMPO Anti Islam: MEMBUSUKKAN MUI MENYERANG ISLAM’ berita tersebut diangkat oleh

tabloid Suara Islam atas pemberitaan majalah TEMPO edisi 24 Februari-2 Maret 2014 dengan judul cover „ASTAGA! LABEL HALAL‟ serta gambar

kaleng bertuliskan „Halal‟ dan ada gambar babi serta logo MUI.

(16)

KRITIS BERITA ISU SUAP SERTIFIKASI MUI DI TABLOID SUARA

ISLAM).

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti membatasi penelitian ini pada berita isu sertifikasi MUI di rubrik suara utama Tabloid Suara ISLAM edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28 Maret 2014.

2. Rumusan Masalah

Dari batasan tersebut, maka masalah pada penilitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana Tabloid Suara Islam mengonstruksi wacana di level teks yang terdapat dalam pemberitaan isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara ISLAM edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28 Maret 2014?

2. Bagaimana proses produksi dan konsumsi teks berita isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara ISLAM?

(17)

C. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu kepada permasalahan sebagaimana peneliti rumuskan di sebelumnya, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, diantaranya:

1. Untuk mengetahui bagaimana konstruksi wacana di level teks yang terdapat dalam pemberitaan isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara ISLAM edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28 Maret

2014.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses produksi, konsumsi teks dan sosio-kultural pada teks berita isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara ISLAM”.

3. Untuk mengetahui sosio-kultural pada teks berita isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara ISLAM”.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan tambahan untuk mengkaji teori-teori yang sudah ada dan bermanfaat untuk memberikan kontribusi pada disiplin ilmu jurnalistik, khususnya analisis wacana kritis pada Tabloid Suara Islam.

2. Secara Praktis

(18)

1) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi praktisi Komunikasi, terlebih mahasiswa jurusan Jurnalistik baik yang berada di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta maupun di universitas lain. 2) Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelusuran koleksi

skripsi pada perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma bisa diartikan sebagai cara pandang atau sistem yang menjadi pedoman peneliti. Menurut Thomas Kuhn dalam buku Mixed Methodology: Mengombinasikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif karya Tashakkori, konsep paradigma selalu ada dalam ilmu apa saja, muncul secara simultan, terlebih dalam ilmu yang masih belum matang.4 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma kritis. Paradigma ini melihat bahwa media bukanlah saluran yang bebas dan netral. Media justru dimiliki oleh kelompok tertentu dan digunakan untuk mendominasi kelompok yang tidak dominan.5

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini yakni dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitataif bertujuan

4

Abbas Tashakkori dan Charles Teddlie, Mixed Methodology: Mengombinasikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 3-4.

5

(19)

untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.6 Pendekatan kualitatif lebih menekankan persoalan kedalaman data bukan banyaknya data.

Metotde kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati.7 Penelitian kualitatif bersifat dinamis (mudah berubah), karena disusun sesuai dengan kenyataan di lapangan.

3. Metode Penelitian

Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.8 Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis wacana kritis. Dalam analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis/CDA), wacana disini tidak dipahami semata sebagai studi

bahasa. Bahasa dianalisis disini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dianalisis dari aspek kebahasaan dan juga menghubungkan dengan konteks.9

6

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 56.

7

Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian: dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 37.

8

Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 24.

9

(20)

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Tabloid Suara Islam. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah teks berita isu suap sertifikasi MUI di rubrik suara utama tabloid Suara Islam dan redaksi tabloid Suara Islam.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam (depth interview) dan dokumentasi.

a. Observasi

Menurut Karl Weick dalam buku Metode Penelitian Komunikasi10 mendefinisikan observasi sebagai “pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme in situ, sesuai dengan tujuan-tujuan

empiris”. Dari definisi itu kita melihat tujuh karakteristik

observasi: pemilihan (selection), pengubahan (provocation), pencatatan (recording), pengodean (encoding), rangkaian perilaku dan suasana (tests of behaviors and setting), in situ, dan untuk tujuan empiris.Secara sederhana observasi dapat diartikan sebagai pengamatan. Dari observasi atau pengamatan itulah kita mendapatkan informasi dari yang kita amati. Fungsi dari observasi adalah deskripsi, maksudnya berguna untuk menjelaskan,

10

(21)

memeriksa dan merinci gejala yang terjadi. Mengisi data maksudnya observasi dilakukan untuk memperoleh data yang dapat diperoleh dengan teknik-teknik penelitian lainnya. Memberikan data yang lebih dapat digeneralisasikan maksudnya ancaman terhadap validitas eksternal. Ancaman ini paling sering dialamatkan pada penelitian eksperimental. Berbagai penelitian membuktikan bahwa dalam penelitian, orang bereaksi pada peneliti.11

b. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam dilakukan secara langsung terhadap seorang nik dalam responden dengan menggunakan model

probing (pembuktian)” oleh seorang pewawancara.12 Tujuan dari

depth interview ini mengetahui berbagai hal yang belum terungkap oleh responden seperti gerak gerik, perilaku, motivasi, kepercayaan, perasaan mengenai topik tertentu sehingga diperoleh data untuk di analisis. Menurut Rahmat Kriyantono dalam bukunya Teknik Praktis: Riset Komunikasi13 mengatakan wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informasi agar mendapatkan data lengkap dan medalam.Wawancara itu

11

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007). h. 84-85.

12

M. Aziz Firdaus, Metode Penelitian, (Tanggerang: Jelajah Nusa, 2012), h. 37.

13

(22)

sendiri merupakan kegiatan mendapatkan informasi dari sumber yang berkaitan dengan objek yang diteliti.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah instrument pengumpulan data yang sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data. Dokumentasi bertujuan untuk menggali data-data masa lampau secara sistematis dan objektif dan untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data.14 Dokumentasi perlu dilakukan untuk memperkuat analisis yang dilakukan, dengan adanya dokumen memperkuat pengumpulan data. Pengumpulan data observasi dan wawancara biasanya dilengkapi dengan dokumentasi.

6. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis wacana kritis model Norman Fairclough, yakni bagaimana menghubungkan teks yang mikro dengan konteks masyarakat yang makro. Bahasa secara sosial dan historis adalah bentuk tindakan, dalam hubungan dialektik dengan struktur sosial. Oleh karena itu, analisis harus dipusatkan pada bagaimana bahasa itu terbentuk dan dibentuk dari relasi sosial dan konteks tertentu.15

14

Rakhmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group, 2007). h. 120.

15

(23)

Tabel 1.1

Kerangka analisis Norman Fairclough:16

TINGKATAN METODE

Teks Critical linguistics

Discourse practice Wawancara mendalam dan news room Sosiocultural Studi pustaka, penelusuran sejarah

Pada tingkatan teks Peneliti akan memperhatikan teks-teks berita isu suap sertifikasi di tabloid Suara Islam dan di majalah Tempo kemudian akan ditafsirkan oleh peneliti menggunakan analisis framing model Gamson. Pada tingkatan produksi dan konsumsi teks (discourse practice) peneliti akan mewawancarai wartawan. Dan pada tingkatan sosio-kultural peneliti akan menelurusi penyebab teks tersebut muncul. Hal ini sesuai dengan kerangka analisis wacana kritis model Norman Fairclough.

7. Waktu dan Tempat Penelitian

Kantor redaksi Tabloid Suara Islam: Jalan Kalibata Tengah No. 3A Jakarta Selatan. Telepon/fax: 021-7942240. Website: www.suara-islam.com E-mail: redaksi_suaraislam.yahoo.com. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari Maret 2014 sampai penelitian ini selesai.

8. Pedoman Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku pedoman penulisan karya Ilmiah (Skripsi, Tesisi dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and

16

(24)

Assurance) Universitas Islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

F. Tinjauan Pustaka

Analisis ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku yang membahas tentang wacana kritis. Ada beberapa penulisan skripsi terdahulu, yang pembahasannya terkait dengan penulisan dan sebagai referensi penulis, ini adalah:

Skripsi karya Ruslan, mahasisa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2009 dengan judul “Analisis Wacana Islam

Liberal dalam Majalah Syir‟ah Edisi Oktober 2005”. Skripsi yang ditulis

Ruslan membahas tentang pengaruh Islam Liberal pada majalah Syir‟ah.

Peneliti memilih skripsi tersebut untuk dijadikan rujukan maupun perbandingan karena adanya kesamaan dalam teknis data dan teori yang digunakan. Tentunya terdapat perbedaan antara skripsi tersebut dengan skripsi peneliti, yakni mengenai kasus yang diangkat, media massa yang dijadikan objek penelitian, konsep yang digunakan, dan temuan analisa data.

(25)

Umam ini juga membahas mengenai analisis wacana, hal ini tentunya juga bisa menjadi bahan rujukan peneliti. Perbedaanya terletak pada kasus yang diangkat, media massa yang dijadikan objek penelitian, konsep yang digunakan,dan temuan dana analisa data.

Skripsi karya Ida Nurul Huda, mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2010 dengan judul

“Bangunan Wacana Menghadapi Musibah Di Media Cetak (Analisis Wacana

Kritis dalam Rubrik Renungan Tabloid Robithoh Edisi 1-30 Safar 1431 H). Skripsi tersebut juga membahas mengenai analisis wacana, hal ini tentunya juga bisa dijadikan rujukan peneliti. Perbedaanya terletak pada kasus yang diangkat, konsep yang digunakan dan temuan analisis data.

Dari tinjauan di atas, maka belum ditemukan adanya penelitian yang membahas tentang DOMINASI IDEOLOGI ISLAM DI MEDIA (STUDI

KRITIS BERITA ISU SUAP SERTIFIKASI MUI DI TABLOID SUARA

ISLAM). Inilah yang mendasari peneliti untuk meneliti hal ini.

G. Sistematika Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

(26)

BAB II KERANGKA TEORI

Bab ini akan menguraikan kajian teoritis mengenai wacana kritis, analisis wacana kritis model Norman Fairlough, teori ideologi media, media cetak, tabloid, dan berita.

BAB III GAMBARAN UMUM

Pada bab ini menjelaskan gambaran umum mengenai tabloid Suara Islam, Sejarah serta perkembangannya, Visi dan Misi serta Tujuan didirikan

Tabloid Suara Islam, dan Struktur Redaksional Tabloid Suara Islam.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang temuan dan analisa mengenai konstruksi wacana yang terdapat dalam teks isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara Islam edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28 Maret 2014,

proses pra produksi dan konsumsi dan konsep sociocultural practice yang diterapkan Suara Islam.

BAB V PENUTUP

(27)

A. Tinjauan Tentang Analisis Wacana

1. Pengertian Wacana

Dalam kamus Inggris-Indonesia karya Echols dan Shadily yang diterbitkan pertama kali oleh Cornell University Press tahun 1975, penjelasan untuk entri kata discourse (wacana) adalah sebagai berikut: (kata benda) pidato atau tulisan, percakapan, ceramah; scientific discourse: wacana ilmiah; (kata kerja intransitif) to discourse on:

bercakap-cakap mengenai.1 Dari pengertian ini menggambarkan pengertian umum tentang wacana yang sekarang dipahami kebanyakan masyarakat di Indonesia.

Menurut Faucault dalam buku Teknik Praktis Riset Komunikasi karya Kriyantono mengatakan wacana sebagai bidang dari semua pernyataan (statement), kadang sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang sebagai sebuah praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan.2 Pemerintah, masyarakat, media, kelomok yang memberikan pernyataan terhadap suatu isu atau fenomena disebut wacana.

1

Herudjati Purwoko, Discourse Analysis: kajian Wacana Bagi Semua Orang, (Jakarta: Indeks, 2008), h. 1.

2

(28)

Sedangkan menurut Riyono Praktikto dalam buku Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, karya Sobur 2009, merupakan proses berpikir seseorang sangat erat kaitannya dengan ada tidaknya kesatuan dan koherensi dalam tulisan yang disajikannya. Makin baik cara atau pola berpikir seseorang, pada umumnya makin terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu.3 Sebuah tulisan adalah wacana, namun wacana tak hanya sebuah tulisan saja sebuah pidato pun merupakan wacana juga. Jadi ada wacana tulis dan wacana lisan. Ini sesuai dengan pernyataan Henry Guntur Tarigan bahwa istilah wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan serta upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon.4

“Dari pendapat di atas Alex Sobur merangkum pengertian wacana menjadi rangkaian ujar atau rangkaian tindakan tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa.”5

Senada dengan yang lain menurut Cook wacana adalah suatu penggunaan bahasa dalam komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.6 Pada dasarnya semua setuju bahwa wacana berbentuk lisan maupun tulisan.

3

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 10.

4

Alex Sobur, Analisis Teks Media ..., h. 10.

5

Alex Sobur, Analisis Teks Media ..., h. 11.

6

(29)

Namun terdapat perbedaan definisi mengenai wacana, perbedaan ini dikarenakan oleh perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memaknai istilah wacana tersebut. Berikut tabel yang menjelaskan perbedaan definisi wacana:

Tabel 2.1 Definisi wacana7

Wacana: 1. Komunikasi verbal, ucapan, percakapan; 2. Sebuah perlakuan formal dari subjek dalam ucapan atau tulisan; 3. Sebuah unit teks yang digunakan oleh linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat. (Collins Concise English Dictionary, 1988)

Wacana: 1. Sebuah percakapan khusus yang alamiah formal dan pengungkapannya diatur pada ide dalam ucapan dan tulisan; 2. Pengungkapan dalam bentuk sebuah nasihat, risalah, dan sebagainya; sebuah unit yang dihubungkan ucapan atau tulisan.

(Longman Dictionary of the English Language, 1984)

Wacana: 1. Rentan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu; 2. Kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis.

(J. S. Badudu 200)

Analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana seperti percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan.

(Cristal 1987)

Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana dibentuknya oleh tujuan sosialnya.

(Hawthorn 1992)

Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman.

(Roger Fowler 1977)

7

(30)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua setuju kalau wacana berbentuk lisan dan tulisan. Tetapi di sisi lain ada perbedaan penekanannya menurut Collins Concise English Dictionary menekankan kalau wacana sebuah unit teks untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat. Sementara Longman Dictionary menekankannya pada pengungkapannya diatur pada ide dalam ucapan dan tulisan. J.S. Badudu lebih menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya membentuk satu kesatuan. Cristal memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat pada lisan. Hawthorn memfokuskan pada sebuah aktivitas dibentuknya oleh tujuan sosialnya. Roger Fowler memusatkan pada komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari pandangan kepercayaan.

(31)

Karena bahasa aspek sentral dari pendeskripsian subjek, dan lewat bahasa ideologi terserap didalamnya.8

Analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa. Menurut A. S. Hikam dalam buku Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Eriyanto, 2012, mengatakan ada tiga

pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana yakni positivism-empiris, konstruktivisme, dan kritis.9

Positivism-empiris, memandang bahasa sebagai jembatan antara

manusia dengan objek di luar dirinya. Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Analisis wacana disini dimaksudkan untuk mengambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Sementara konstruktivisme bahasa dipandang tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan. Analisis wacana disini dimaksud sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Wacana suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari yang subjek mengemukakan suatu pernyataan. Sedangkan kritis memandang bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu

8

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 3.

9

(32)

analisis wacana bertujuan untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa. Dengan kata lain wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam membentuk subjek, dan tindakan representasi dalam masyarakat. Pandangan ini mengoreksi pandangn konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional.10

2. Analisis Wacana Kritis

Analisis Wacana kritis menyediakan teori dan metode yang bisa digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan anatara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam domain-domain sosial yang berbeda.11 Pendekatan kritis memandang bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam membentuk subjek serta berbagai tindakan representasi yang terdapat di masyarakat. Oleh sebab itu analisis wacana kritis yang juga menggunakan pendekatan kritis menganalisis bahasa tidak dari aspek kebahasaan saja tapi juga menghubungkan dengan konteks.12

Dari pemaparan tersebut dapat dirumuskan suatu pengertian analisis wacana yang bersifat kritis yaitu suatu pengkajian secara

10

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 3-6.

11

Merianne W. Jorgensen dan Louse J. Philips, Analisis Wacana: Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 114.

12

(33)

mendalam yang berusaha mengungkapkan kegiatan, pandangan, dan identitas berdasarkan bahasa yang digunakan wacana.

3. Karakteristik Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritis, wacana tidak dipahami semata sebagai studi bahasa. Sebab, analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks13. Konteks tersebut dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk praktik kekuasaan.

“Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana sebagai bentuk dari praktik sosial. Hal ini menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi: ia dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas melalui perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan.”14

Berikut ini karakteristik analisis wacana kritis menurut Van Dijk, Fairclough, dan Wadok:15

a. Tindakan

Seseorang berbicara, menulis, dan menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Dari pemahaman ini muncul konsekuensi bagaimana wacana di

13

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 7.

14

Aris Badara, Analisi wacana: Teori, Metode, dan penerapannya pada Wacana media, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 28-29.

15

(34)

pandang. Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mendebat, membujuk, menyangga, dan berinteraksi. Kedua wacana dipahami sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu di luar kesadaran.

b. Konteks

Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam proses komunikasi.

c. Historis

Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu. Misal kita melakukan analisis wacana teks selembaran mahasiswa menentang Soeharto. Pemahaman teks ini diperoleh dari konteks historis teks itu diciptakan. Saat melakukan analisis ini perlu tinjauan untuk mengerti mengapa wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu.

d. Kekuasaan

(35)

bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat.

e. Ideologi

Ideologi konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Ideologi dibangun kelompok yang dominan dengan tujuan untuk memproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Pendekatan ini dipandang sebagai medium kelompok yang dominan mempersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar.

4. Varian Analisis Wacana

Analisis wacana dalam perkembangannya terdapat beberapa model dengan berbeda pendekatan:

a. Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew pendekatan mereka terkenal dengan critical linguistics. critical linguistics memandang bahasa sebagai praktik sosial, melalui mana suatu kelompok memantapkan dan menyebarkan ideologinya.16 Mereka menganggap bahwa ideologi dapat memengaruhi tata bahasa atau grammar yang digunakan.

b. Theo Van Leeuwen terkenal dengan model analisis wacana untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang

16

(36)

dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana.17 Biasanya kelompok yang dominan lebih memegang kendali kekuasaan terhadap pemaknaan suatu peristiwa, sementara kelompok yang posisinya rendah cenderung menjadi objek pemaknaan yang buruk. Disini ditekankan antara wacana dan kekuasaan. Kekuasaan berperan penting dalam suatu wacana.

c. Sara Mills titik perhatiannya pada wacana mengenai feminism atau perspektif feminis. Bagaimana wanita ditampilkan dalam teks, baik novel, gambar, foto ataupun berita.18 Wanita sering dimunculkan sebagai objek pemberitaan buruk seperti berita pemerkosaan, pelecehan, perselikuhan. Titik perhatian dari analisis ini adalah bagaimana wanita digambarkan dan dimarjinalkan dalam teks berita dan bagaimana bentuk dan pola pemarjinalan itu.

d. Teun A. Van Dijk, model yang dipakainya sering disebut “kognisi sosial”. Menurutnya penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang juga harus diamati. Tetapi dilihat juga suatu teks diproduksi.19 Contoh bila ada teks yang memarjinalkan buruh, dibutuhkan penelitian yang melihat bagaimana produksi teks itu bekerja, kenapa teks tersebut memarjinalkan buruh. Proses produksi itu melibatkan suatu proses yang disebut kognisi sosial.

17

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 171.

18

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 199.

19

(37)

e. Norman Fairclough, model yang dikemukakannya disebut sebagai model perubahan sosial (social change). Analisisnya memusatkan pada bahasa, bagaimana bahasa itu terbentuk dan dibentuk dari relasi sosial dan konteks sosial tertentu.20 Titik perhatiannya adalah melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Pada penelitian ini menggunakan wacana model Norman Fairclough karena Fairclough lebih tertarik dengan faktor struktur dan praktik kerja dari media yang di dalamnya menyertakan kepentingan ekonomi dan politik pengelolanya.

5. Model Analisis Wacana Norman Fairclough

Analisis Norman Fairclough didasarkan pada pertanyaan besar, bagaimana menghubungkan teks yang mikro dengan konteks masyarakat yang makro. Fairclough berusaha membangun suatu model analisis wacana yang mempunyai kontribusi dalam analisis sosial dan budaya, sehingga mengkombinasikan tradisi analisis tekstual yang selalu melihat bahasa dalam ruang tertutup dengan konteks masyarakat yang lebih luas.21 Untuk Mengetahui pamakai bahasa membawa nilai ideologis tertentu dibutuhkan analisis yang menyeluruh.

Fairclough membagi analisis wacananya ke dalam tiga dimensi: teks, discourse practice, dan sociocultural practice.

20

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 285-286.

21

(38)

a. Teks

Teks dianalisis secara linguistik, dengan melihat kosa kata, semantik, tata kalimat, koherensi dan kohesivitas. Bagaimana antarkata atau kalimat tersebut digabung sehingga membentuk pengertian. Fairclough melihat teks dalam berbagai tingkatan. Sebuah teks bukan hanya menampilkan bagaimana suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antar objek didefinisikan. Ada tiga elemen dasar dalam model Fairclough, setiap teks dapat diuraikan dan dianalisis dari ketiga unsur tersebut.22

“Representasi pada dasarnya ingin melihat bagaimana sesorang, kelompok, tindakan, kegiatan ditampilkan dalam teks. Fairclough membagi representasi menjadi dua hal, yakni bagaimana sesorang, kelompok, dan gagasan ditampilkan dalam anak kalimat,

22

(39)

kombinasi anak kalimat, dan gabungan atau rangkaian antarkalimat.”23

Representasi dalam anak kalimat, menurut Fairclough pada dasarnya pemakai bahasa dihadapkan pada paling tidak dua pilihan. Pertama pada tingkat kosakata (vocabulary): kosakata apa yang dipakai untuk menampilkan dan menggambarkan sesuatu, yang menunjukkan bagaimana sesuatu tersebut dimasukkan dalam satu set kategori. Kedua pada tingkatan tata bahasa (grammar).24

Representasi dalam kombinasi anak kalimat, gabungan antara satu kalimat dengan anak kalimat yang lain dapat membentuk suatu pengertian yang dimaknai. Pada dasarnya realitas pun terbentuk dari gabungan anak kalimat tersebut. Gabungan anatara anak kalimat juga akan membentuk koherensi lokal, yakni pengertian yang didapat dari gabungan anak kalimat satu dengan yang lain, sehingga kalimat itu mempunyai arti.25

Representasi dalam rangkaian antarkalimat, bagaimana dua kalimat atau lebih disusun dan dirangkai. Representasi ini berhubungan dengan bagian mana dalam kalimat yang lebih menonjol dibandingkan dengan bagian yang lain.salah satu aspek penting adalah apakah partisipan

23

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 290.

24

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar …, h. 290.

25

(40)

dianggap mandiri ataukah ditampilkan memberikan reaksi dalam teks berita.26

Relasi, berhubungan dengan bagaimana partisipan dalam media berhubungan dengan bagaimaana partisipan dalam media berhubungan dan ditampilkan dalam teks. Media disini dipandang sebagai suatu arena sosial, di semua kelompok, golongan, dan khalayak yang ada dalam masyarakat saling berhubungan dan menyampaikan versi pendapat dan gagasannya.27

Identitas, bagi Fairclough aspek ini melihat bagaimana identitas wartawan ditampilkan dan dikonstruksi dalam teks pemberitaan. Yang menarik menurut Fairclough bagaimana wartawan menempatkan dan mengidentifikasi dirinya dengan masalah atau kelompok sosial yang terlkibat: ia mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari kelompok mana? Apakah sebagai khalayak ataukah menampilkan dirinya secara mandiri?.28

b. Discourse Practice

Discourse practice, berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks.29 Setiap media memiliki pola kerja, bagan kerja, dan rutin dalam menghasilkan berita yang berbeda, sehingga teks yang dihasilkan berbeda juga. Praktik wacana inilah yang menentukan bagaimana teks

26

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 296.

27

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 300.

28

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 304. 29

(41)

terbentuk. Pada tingkatan ini terdapat tiga faktor aspek penting. Pertama, sisi individu wartawan. Faktor ini berhubungan dengan latar belakang pendidikan wartwan tersebut, perkembangan profesionalitasnya, dan keterampilan wartawan dalam menghasilkan berita yang akurat. Kedua, hubungan antara wartawan dengan struktur organisasi media. Dan ketiga, praktik kerja/rutin kerja mulai dari pencarian berita, penulisan, editing sampai siap cetak.30

c. Sosiocultural Practice

Sosiocultural practice, berhubungan dengan konteks di luar teks. Konteks disini memasukkan banyak hal, seperti konteks situasi, lebih luas adalah konteks dari praktik institusi dari media sendiri dalam hubungannya dengan masyarakat atau budaya dan politik tertentu. Mislanya politik media, ekonomi media, atau budaya media tertentu yang berpengaruh terhadap teks yang dihasilkannya. Fairclough membuat tiga level analisis pada sociocultural practice: level situsional, institusional, dan social.31

Situsional, tingkatan ini teks dihasilkan dalam suatu kondisi atau suasana ang khas, unik, sehingga satu teks bisa jadi berbeda dengan teks yang lain. Institusional, pengaruh institusi organisasi dalam praktik produksi wacana. Institusi organisasi ini bisa berasal dari dalam diri media

30

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 317-319.

31

(42)

sendiri atau dari luar media seperti ekonomi media dan politik. Sosial, wacana muncul dalam media ditentukan oleh perubahan masyarakat. Di sini dapat dilihat dari sistem politik, sistem ekonomi atau sistem budaya masyarakat keseluruhan yang memengaruhi teks. Teks berita yang dibuat wartawan dari Sistem politik otoriter dan demokrasi pasti berbeda. Wartwan dari sistem politik otoriter akan menghasilkan teks yang tidak mengkritik pemerintahan. Sedangkan wartawan dari sistem politik demokrasi akan menghasilkan teks yang mengkritik pemerintahan.32

B. Analisis Framing

1. Pengertian Analisis Framing

Dalam melakukan analisis pada jenjang teks, penelitian ini menggunakan teknik analisis framing. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengonstruksi fakta.33 Dalam penelitian framing yang menjadi titik persoalan adalah bagaimana realitas / peristiwa dikonstruksi oleh media. Lebih spesifik, bagaimana media membingkai peristiwa dalam konstruksi tertentu. Sehingga yang menjadi titik perhatian bukan apakah media memberitakan negatif atau positif, melainkan bagaimana bingkai yang

32

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 322-326

33

(43)

dikembangkan oleh media.34 Peristiwa atau isu yang sama bisa jadi dibingkai secara berbeda oleh media. Perbedaan ini karena media yang satu dengan yang lain berbeda dalam memaknai, memahami peristiwa atau isu tersebut.

Menurut Gamson dan Modigliani frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa berkaitan dengan objek suatu wacana.35 Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar

pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “cara melihat”

ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Ada dua esensi utama dari framing, pertama bagaiamana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung gagasan.36 Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau

34

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi, dan Poltik Media, (Yogyakarta: LKIS, 2007), h. 7.

35

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 162-163.

36

(44)

lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.37

2. William A. Gamson

Peneliti menggunakan analisis framing model William A. Gamson karena analisisnya lebih ke bagaimana media memframing isu. Gagasan Gamson terutama menghubungkan wacana media di suatu sisi dengan pendapat umum di sisi lain. Dalam pandangan Gamson, wacana media adalah elemen yang penting untuk memahami dan mengerti pendapat umum yang berkembang atas suatu isu atau peristiwa.38 Data survei khalayak tidak bisa dijadikan pendapat umum. Data-data itu perlu dihubungkan dan diperbandingkan dengan konstruksi oleh media. Sebab, konstruksi media menentukan pemahaman suatu isu oleh khalayak. Wacana media adalah saluran individu mengonstruksi makna, dan pendapat umum adalah bagian dari proses media membangun dan mengkonstruksi realitas yang disajikan dalam berita.

Frame merupakan inti sebuah unit besar wacana publik yang disebut kemasan (package).39 Keberadaan dari suatu kemasan terlihat adanya gagasan sentral yang kemudian didukung oleh perangkat-perangkat wacana seperti kata, kalimat, pemakaian gambar atau grafik

37

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 162

38

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi, dan Poltik Media, h. 253.

39

(45)

tertentu dan sebagainya. Perangkat framing yang dikemukakan oleh Gamson dan Moldigliani dapat digambarkan sebagai berikut:40

Tabel 2.3

Perangkat framing dan penalaran

Frame

Central organizing idea for making sense of relevant events, suggesting what is at issues

Gamson memahami framing sebagai seperangkat gagasan atau ide sentral ketika sesorang atau media memahami dan memaknai suatu isu.

40

(46)

Ide sentral ini, akan didukung oleh perangkat wacana lain sehingga anatara satu bagian wacana dengan bagian lain saling kohesif – saling mendukung.41 Dalam peristiwa demonstrasi buruh, media membuat suatu kemasan, misalnya kekerasan dan anarkisme buruh, maka dalam teks berita itu kita bisa melihat bagaimana frame ini akan didukung oleh perangkat wacana lain. Misalnya dari pemakaian kalimat, kata, metafora, dan sebagainya, yang kesemua elemen tersebut saling dukung, saling mengisi menuju satu titik pertemuan: ide sentral dari suatu berita.

Gamson membagi dua perangkat untuk menerjemahkan ide sentral ini dalam teks. Pertama, framing devices (perangkat framing). Ini berhubungan dan berkaitan langsung dengan ide sentral atau bingkai yang ditekankan dalam teks berita. Hal ini ditandai dengan pemakaian kata, kalimat, grafik/gambar dan metafora tertentu. Kedua, reasoning devices (perangkat penalaran). Ini berhubungan dengan kohesi dan koherensi dari teks tersebut ang merujuk pada gagasan tertentu.42

C. Ruang Lingkup Tentang Media Cetak

1. Pengertian Media Cetak

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia,

41

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi, dan Poltik Media, (Yogyakarta: LKIS, 2007), h. 263.

42

(47)

media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindera manusia, seperti mata dan telinga.43 Mata, mulut dan telingga alat atau sarana yang kita gunakan untuk berkomunikasi. Tanpa pancaindera tersebut kita sulit melakukan komunuikasi bahkan tidak mungkin. Sementara arti harfiah bahasa Indonesia “cetak” ialah cap, acuan. Dalam bahasa Inggris, cetak, yang berkaitan dengan produksi media cetak ialah press. Press berarti mesin untuk mencetak buku, media, surat kabar.44

Menurut Kurniawan Junaedhi dalam bukunya Ensiklopedi Pers Indonesia mengatakan Media cetak adalah media massa atau penerbitan pers yang dicetak seperti surat kabar, majalah, poster, pamplet, iklan, dan lain-lain.45 Sebagaimana namanya media ini menyajikan berita jurnalistik dengan menggunakan media cetak. Baik tulisan, foto, maupun gambar yang ditampilkan, semua berupa hasil cetak.46

Media cetak atau jurnalistik cetak ialah proses mencari, mengumpulkan, menyeleksi, menulis dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak melalui media massa cetak, seperti surat kabar, majalah dan tabloid.47

43

Hafied Cengara, Pengatar ilmu komunikasi, (Jakarta: Persaada, 1998), h. 123.

44

R. Masri Sareb Putra, Media Cetak: Bagaimana Merancang dan Memproduksi (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 5.

45

Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedi Pers Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1991), h.162.

46

AA Kunto A, Cara Gampang Jadi Wartawan, (Tangerang: Indonesia Cerdas, 2006), h. 41-42

47

(48)

2. Majalah

Menurut Kurniawan Junaedhie dalam Ensiklopedi Pers Indonesia majalah adalah penerbitan pers berkala yang menggunakan kertas sampul. Memuat bermcam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto.48 Dalam buku Teori Komunikasi Massa karya John Vivian mengatakan majalah telah mengungguli media lain dengan inovasi yang signifikan dalam jurnalisme, advertising dan sirkulasi. Inovasi itu mencakup laporan investigasi, profil tokoh secara lengkap, dan fotojurnalisme.49

Keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai pada masa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja pimpinan Markoem Djojohadisoeparto dengan prakata dari Ki Hajar Dewantoro selaku Menteri Pendidikan pertama RI.50 Majalah merupakan media yang paling simpel organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Majalah mempunyai karakteristik tersendiri yakni:51

48

Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedi Pers, h. 154-155

49

John Vivian, Teori Komunikasi Massa, ed. 8 penerjemah TrioWibowo B.S (Jakarta: Kencana, 2008) h. 109.

50

Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu pengantar, (Bandung: Simbiosa, 2005), h. 110.

51

(49)

a. Penyajian lebih dalam

Majalah pada umumnyaterbit mingguan, atau dwi mingguan bahkan ada yang bulanan. Majalah berita biasanya terbit seminggu sekali, sehingga para reporternya mempunyai banyak waktu untuk memahami dan mempelajari isu yang sedang berkembang. Hal ini juga yang dimanfaatkan reporter majalah untuk menganalisis peristiwa yang bersangkutan. Sehingga reporter dapat mengupas secara dalam peristiwa yang terjadi.

b. Nilai aktualitas lebih lama

Apabila nilai aktualitas surat kabar satu hari, maka nilai aktualitas majalah bisa satu minggu.

c. Gambar/foto lebih banyak

Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian beritanya yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar/foto yang lengkap dengan ukuran besar dan berwarna. Daya tarik majalah selain beritanya lebih dalam majalah juga menyajikan foto-foto berita yang menarik dan banyak.

d. Cover (sampul) sebagai daya tarik

(50)

bagus dengan gamabar dan warna yang menarik pula.52 Gambar pada cover biasanya mewakili isi laporan utama atau menjadi fokus pemberitaan pada edisi tersebut.

3. Tabloid

Menurut Elvinaro dan Lukiati Komala, surat kabar ditinjau dari bentuknya ada bentuk surat kabar biasa dan tabloid.53 Tabloid adalah surat kabar yang terbit dengan ukuran setengah dari ukuran surat kabar biasa. Umumnya disajikan dengan gaya jurnalistik khas. Di kalangan pers Barat, tabloid juga sering diartikan sebagai surat kabar sensasi yang menyajikan seks, kriminal, dan key hole atau berita-berita seputar dapur dan kamar tidur orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan umum. Jelasnya, sebuah surat kabar kuning.54 Di Indonesia, tabloid lebih diartikan pada pengertian ukuran atau format, bukan dalam pengertian pers Barat. Sejak 1940-an, banyak surat kabar Indonesia terbit dalam ukuran tabloid. Tabloid pertama yang populer adalah Mutiara, yang diterbitkan Sinar Harapan pada 1964.

Menurut AA kunto A dalam bukunya Cara Gampang jadi Wartawan menyebutkan pengertian tabloid sebagai media yang sifatnya berbeda dengan koran. Tabloid tampil lebih ringan dengan berita-berita yang disampaikan secara lebih segar. Isi di tabloid tidak mengejar

52

Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu pengantar, (Bandung: Simbiosa, 2005), h. 144.

53

Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa, h. 106.

54

(51)

aktualitas karna terbit seminggu sekali atau seminggu dua kali. Seorang wartawan tabloid harus cerdik mencari angle yang lebih awet untuk disajikan tidak segera, agar berita yang disajikan berbeda dengan koran harian sehingga memberikan nilai tambah isi berita di tabloid.55

Tabloid mengandung konotasi rendahan untuk Koran yang menampilkan judul-judul yang mentereng dan menarik, tetapi orang-orang koran menggunakan kata itu dalam pengertian netral untuk menyebut koran separuh ukuran yang nyaman untuk dipegang.56 New York Daily News sebuah tabloid penuh foto, yang berdiri pada 1919. Tabloid ini lebih menekankan berita kejahatan, seks dan bencana. Hal ini pula yang membuatnya cepat meraup sukses dan mendpat penggemarnya. Karena pembaca menyukai berita-berita sensasional dan pembaca lebih suka bacaan yang pas ditangan untuk dibaca selama di bis atau kereta menuju tempat kerja. Dari kesuksesan tabloid New York Daily News beberapa koran beralih ke ukuran tabloid, seperti Christian Science Monitor, San Fransisco Examiner.

55

AA Kunto A, Cara Gampang Jadi Wartawan, (Tangerang: Indonesia Cerdas, 2006), h. 44.

56

(52)

4. Berita

Berita adalah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi (aktual) yang disampaikan oleh wartawan dalam media massa.57 Dalam menyusun berita antara fakta kejadian dengan pendapat (opini) harus dibedakan. Jangan dicampurbaurkan yang yang satu dengan yang lain untuk mencegah berita-berita yang diputar balikan. Di dalam media cetak anatara berita dan opini dibedakan tempatnya. Opini mempunyai tempat khusus yakni dalam rubrik opini.

Secara sosiologis, berita adalah semua hal yang terjadi di dunia. Dalam gambaran yang sederhana, berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio, dan apa yang ditayangkan televise.58 Meski saat ini tak semua apa yang di tulis surat kabar itu berita seperti tajuk rencana, opini, surat pembaca, iklan. Namun sebagian besar isi surat kabar adalah berita. Begitu pun radio dan televisi apa yang disiarkan dan ditayangkan tidak semuanya berita ada hiburannya.

Paul De Massenner dalam bukunya here‟s The News: Unesco Associate mengatakan, berita adalah sebuah informasi yang penting dan

57

Kurniawan Junaedhie, Ensiklopedi Pers Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1991), h. 6.

58

(53)

menarik perhatian serta minat khalayak pendengar.59 Sesuatu yang penting dan menarik dapat mengubah perhatian khalayak pada hal tersebut. Senada dengan Paul De massenner, Charnley dan Jemes M. Neal menuturkan berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak. Pada umumnya khalayak mengingkan hal yang baru, oleh karena itu peristiwa yang baru saja terjadi sangat menarik untuk diketahui khalayak.

a. Jenis-jenis Berita

A.S haris Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia: Menulis berita dan Feature Panduan praktis jurnalis Profesional

membagi jenis berita kedalam 3 kelompok yakni: elementary, intermediate, advance. Berita elemtary mencakup pelaporan berita

langsung (straight news) berita mendalam (depth news report), dan berita menyeluruh (comprehensive news report). Berita intermediate meliputi pelaporan berita interpretatif (interpretative

news report) dan pelaporan karangan-khas (feature strory report). Sedangkan untuk kelompok advance menunjuk pada laporan mendalam (depth reporting), pelaporan penyelidikan (investigative reporting) dan penulisan tajuk rencana (editorial writing).60

59

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis berita dan feature panduang Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 64.

60

(54)

1. Straight news report atau berita langsung adalah berita yang disusun untuk menyampaikan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang secepatnya harus diketahui oleh pembaca atau anggota masyarakat.61 Jenis berita ini prinsip penulisannya adalah piramida terbalik, maksudnya unsur-unsur penting terdapat di awal berita atau mencakup what, who, when, where, why, dan how (5W + 1H) di bagian

pembuka.

2. Depth news report merupakan laporan yang menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan.62 Misalnya reporter akan mengangkat berita pidato calon presiden, reporter akan memasukkan pidato tersebut dan menambahkannya penyatan-pernyataan sebelumnya yang pernah di ucapkan oleh calon presiden tersebut. Jenis laporan ini memerlukan pengalihan informasi, bukan laporan reporter.

3. Comprehensive news menurut A.S Haris Sumadiria merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh mencoba menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya

61

Abdul Chaer, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 16.

62

(55)

terlihat dengan jelas.63 Berita menyeluruh berbeda dengan berita langsung, karena berita langsung hanya melaporkan fakta yang terjadi pada saat peristiwa itu berlangsung sedangkan berita menyeluruh mengkaitan dengan peristiwa atau aspek lainnya untuk member penjelasan lebih terhadap pertiwa tersebut.

4. Interpretative report biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian, fokus laporan beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini.64 Laporan ini mempertimbangkan nilai dan fakta, sebab itulah jurnalis harus menganalisis dan menjelaskan terlebih dahulu.

5. Feature story adalah berita yang dapat menyentuh perasaan ataupun menambah pengetahuan.65 Jenis berita ini membuat pembaca tidak bosan membacanya meski teks berita panjang. Karena penulisan berita ini mengisahkan suatu situasi, peritiwa, atau tokoh. Feature story biasanya memberitakan masalah yang riang namun penting untuk dibaca.

63

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis berita dan feature panduang Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 69-70.

64

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia ..., h. 70.

65

(56)

6. Depth reporting menurut A.S Haris Sumadiria adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau actual.66 Pelaporan mendalam di tulis oleh tim, disiapkan dengan matang, memerlukan waktu beberapa hari atau minggu, dan membutuhkan biaya peliputan cukup besar. 7. Investigative reporting berita jenis ini biasanya

memusatkan pada masalah dan kontroversi.67 Laporan ini mengulas masalah yang tersembunyi yang tak banyak orang ketahui. Dalam pelaporan investigasi diperlukannya penyelidikan agar memperoleh fakta tersembunyi dan benar.

8. Editorial writing atau tajuk rencana diartiakan sebagai opini redaksi berisi aspirasi, pendapat dan sikap resmi media pers terhadap persoalan potensial.68 Jenis laporan ini berisikan tanggapan media terhadap isu yang sedang berkembang. Penulis editorial biasanya pemimpin redaksi atau redaktur senior, orang yang membuatnya haruslah orang yang sangat dipercaya oleh media karena editorial

66

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis berita dan feature panduang Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 70-71.

67

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia ..., h. 71.

68

(57)

adalah sikap media terhadap sebuah isu bukan sikap perorangan tetapi koletif.

D. Ideologi Media

Menurut Jorge Larrin istilah ideologi memang mempunyai dua pengertian yang bertolak belakang. Pertama secara positif, ideologi dipersepsi sebagai suatu pandangan dunia (worldview) yang menyatakan nilai-nilai kelompok sosial tertentu untuk membela dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka. Kedua secara negatif, ideologi dilihat sebagai suatu kesadaran palsu, yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara memutarbalikkan pemahaman orang mengenai realitas sosial.69

“Ada banyak pengertian ideologi, dengan kata lain ideologi dipergunakan dalam arti yang berbeda-beda. Dalam pengertian umum ideologi adalah pikiran yang terorganisir, yakni nilai, orientasi, dan kecenderungan yang saling melengkapi sehingga membentuk perspektif-perspektif ide yang diungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan komunikasi antarpribadi”.70

Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Greek, terdiri atas kata idea dan logia. Idea berasal dari kata idein yang berarti melihat. Sedangkan logia berarti pengetahuan atau teori. Dalam dunia jurnalistik

ungkapan-ungkapan seperti “ideologi kapitalis” dan “ideologi sosial” dapat digunakan

sebagai sinonim dari “kapitalisme” dan “sosialisme”.71

Ideologi di sini diartikan sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai individu untuk melihat realitas dan bagaimana

69

Alex Sobur, Analisis Teks Media:Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 61.

70

Alex Sobur, Analisis Teks Media ..., h. 64.

71

Gambar

GAMBARAN UMUM
Kerangka analisis Norman Fairclough:Tabel 1.1 16
Definisi wacanaTabel 2.1 7
Tabel 2.2 Analisis Teks Model Norman Fairclough
+7

Referensi

Dokumen terkait

Predikat Kelulusan SKEM merupakan predikat yang diberikan kepada lulusan yang terdiri dari empat tingkatan yiatu cukup, cukup baik, baik dan sangat baik.Namun dalam

Antaranya adalah pelajar lepasan matrikulasi sinonim dengan mata pelajaran bukan kejuruteraan seperti Bahasa Inggeris, Matematik, Fizik dan Kimia kerana mereka

Dari beberapa pengertian di atas, maka yang di maksud dengan akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling adalah perwujudan kewajiban konselor/guru

Dwi Mahardika, Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dengan metode resitasi terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 1 Boyolangu tahun

Dengan menerapkan sistem pembelajaran berbasis otak (Brain Based Learning/BBL) , perhatian siswa akan terfokus pada materi yang diawali dengan emosional siswa yang

Dalam tahap awal ini penulis merumuskan masalah yang di angkat yaitu masalah apa saja yang dialami pihak Gereja GKPI Palmerah Jambi untuk menemukan kekurangan yang

Narasumber : Banyak suka duka yang saya alami sebagai guru BK salah satu sukanya adalah kita bisa mempelajari berbagai karakter siswa dan ada perasaan bahagia apabila

username dan password dan klik button login jika berhasil login maka admin akan masuk pada halaman home admin,b. di halaman home terdapat beberapa menu navigasi