BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
Dari hasil evaluasi yang telah di lakukan ada beberapa saran yang penulis berikan untuk mengoptimalkan perangkat lunak Openbiblio untuk aspek
reliability, ada baiknya untuk memperbaiki menu laporan yang ada pada perangkat lunak Openbiblio, sehingga menu laporan itu secepatnya bisa digunakan, untu aspek Maintainability ada baiknya perangkat lunak Openbiblio menambahkan peringatan yang menjelaskan penyebab kesalahan yang terjadi sehingga itu akan memudahkan pengguna jika perangkat lunak Openbiblio terjadi
error, aspek Portability, sebaiknya perangkat lunak Openbiblio melakukan penambahan memory sehingga bisa berbagi sumber daya dalam satu lingkungan berdampingan perangkat lunak lainnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaluasi Perangkat Lunak
Melihat jumlah perpustakaan yang menggunakan perangkat lunak, sehingga timbul pertanyaan apakah perangkat lunak memiliki kualitas yang baik sehingga banyak perpustakaan yang menggunakannya, maka dengan itu perlu dilakukan suatu evaluasi perangkat lunak.
2.1.1 Pengertian Evaluasi Perangkat Lunak
Evaluasi sangat penting dilakukan dalam suatu lembaga atau badan seperti perpustakaan, karena evaluasi merupakan kegiatan untuk intropeksi diri dalam suatu lembaga untuk mencapai suatu titik kepuasan dalam mencapai tujuan. Menurut Djali dan Pudji (2008, 1) evaluasi merupakan “proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang dievaluasi”
Pendapat lain mengenai evaluasi disampaikan oleh Arikunto (2009, 222) bahwa:
Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa evaluasi sebuah perangkat lunak perlu dilakukan untuk menilai sebuah perangkat lunak dengan
sejauhmana kualitas perangkat lunak yang dibuat dapat dijalankan oleh pengguna nantinya.
Dalam mengevaluasi sebuah perangkat lunak otomasi perpustakaan diperlukan standar-standar yang relevan untuk menyeleksi kualitas perangkat lunak. Pressman (2012, 486) menyatakan bahwa :
Kualitas perangkat lunak adalah konfirmasi terhadap kebutuhan fungsional dan kinerja yang dinyatakan secara eksplisit, standar perkembangan yang didokumentasikan secara eksplisit dan karateristik implisit yang diharapkan bagi semua perangkat lunak yang dikembangkan secara profesional.
Sedangkan El-Ahmadi (2006, 5) menyatakan bahwa:
Kualitas perangkat lunak dapat memiliki arti bergantung dari siapa yang memandangnya. Bila dilihat dari sudut pandang customer. Perangkat Lunak yang baik adalah perangkat lunak yang memuaskan kebutuhan
customer. Lain halnya dengan dilihat dari sudut pengembang. Pengembang perangkat lunak akan melihat produk perangkat lunak dari dalam perangkat lunak itu sendiri. Pengembang yang menggunakan pemikiran berorientasi objek memiliki tujuan pada terpenuhinya karakteristik tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kualitas perangkat lunak adalah kesesuaian antara fungsionalitas dan kinerja sistem terhadap kebutuhan
customer, standar dokumentasi pengembangan sistem yang telah ditentukan, dan karakteristik implisit yang diharapkan pengembang perangkat lunak.
2.1.2 Perangkat Lunak
2.1.2.1 Pengertian Perangkat Lunak
Dalam menjalankan komputer, diperlukan perangkat yang dapat mengintruksi kegiatan komputer sehingga bisa berjalan sesuai perintah, disebut perangkat lunak (software). Kadir (2015, 202) menyatakan bahwa:
perangkat lunak Komputer tidak akan berguna tanpa keberadaan perangkat lunak (software). Komputer bekerja atas dasar intruksi.Sekumpulan instruksi diberikan untuk mengendalikan perangkat keras komputer.Sekumpulan instruksi inilah yang dikenal dengan sebutan program atau program komputer.Secara lebih umum, program komputer inilah yang disebut perangkat lunak.
Sedangkan Scott (1999, 21) menyatakan bahwa “software atau perangkat
lunak adalah program komputer yang fungsinya mengarahkan kegiatan pemrosesan dari komputer”.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pengertian mengenai perangkat lunak adalah sekumpulan instruksi yang mengarahkan kegiatan pemrosesan dari komputer untuk mengendalikan perangkat keras computer.
2.1.2.2 Pengelompokkan Perangkat Lunak
Perangkat lunak biasa dikelompokkan menjadi 2 yaitu program sistem (system program), program aplikasi (aplication program) sebagaimana dinyatakan oleh Kadir (2015,179).
1. Program Sistem (system program)
Program sistem (sering disebut perangkat lunak pendukung atau
support software) adalah program yang digunakan untuk mengontrol sumber daya komputer, seperti CPU dan peranti masukan/ keluaran.Kedudukan program ini adalah sebagai perantara antara program aplikasi dan perangkat keras komputer.Itulah sebabnya, peran program sistem sering kali tidak terlihat secara langsung.Program sistem dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu program pengendali sistem, program pendukung sistem, dan program pengembangan sistem.
a. Program Pengendali Sistem
Program yang mengendalikan pemakaian perangkat keras, perangkat lunak dan data pada komputer selama program ini dijalankan. Misalnya, sistem operasi.
b. Program pendukung sistem
Program yang mendukung operasi, manajemen, dan pemakai sistem komputer dengan menyediakan bermacam-macam layanan.Termasuk dalam kelompok ini adalah program utilitas,
c. Program pengembangan sistem
Program yang ditujukan untuk membantu pemakai dalam membuat/ mengembangkan program.Termasuk dalam kategori ini yaitu kompailer dan interpreter.
2. Program aplikasi (aplication program)
Program aplikasi (sering disebut aplikasi saja) adalah program yang dibuat oleh pemakai yang ditujukan untuk melakukan tugas khusus.Program seperti ini biasa dikelompokkan menjadi dua yaitu program aplikasi serba guna dan program aplikasi spesifik.
a. Program aplikasi serbaguna
Program aplikasi yang dapat digunakan oleh pemakai untuk melaksanakan hal-hal yang bersifat umum (misalnya untuk membuat dokumen atau untuk mengirim surat secara elektronis) serta mengotomasikan tugas-tugas individual yang bersifat berulang (minsalnya melakukan perhitungan-perhitungan yang bersifat rutin). Termasuk untuk kategori ini antara lain adalah DBMS sederhana, Web Browser, surat elektronis, pengolah kata (word processor), lembar kerja (spreadsheet) dan program presentasi. Program aplikasi serbaguna seringkali disebut perangkat lunak pemakai akhir (end-user software).
b. Program aplikasi spesifik
Program yang ditujukan untuk menangani hal-hal yang sangat spesifik.Minsalnya, program pada sistem POS (point-of-scale) dan ATM. Termasuk dalam kategoriini adalah program yang disebut sebagai paket aplikasi atau perangkat lunak paket.Contohnya Deac Easy Accounting (DEA) yang dipakai untuk menangani masalah akuntasi.
Ada beberapa jenis perangkat lunak yang harus menggunakan biaya untuk mendapatkannya. Sebagaimana dinyatakan oleh Kadir (2015, 209) pelangkat lunak menggunakan biaya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Perangkat lunak komersial
Perangkat lunak komersial adalah perangkat lunak yang harus dibeli kalau pemakai bermaksud menggunakannya.Perangkat lunak seperti Microsoft Office merupakan contoh perangkat lunak komersial.Beberapa vendor menyediakan versi “tril”.Perangkat lunak seperti ini diedarkan secara gratis dan memungkinkan pemakai dapat melaukan percobaan terlebih dahulu.Namun, pemakaiannya hanya dalam jangka waktu tertentu, misalnya 30 hari, dan setelah itu perangkat lunak tersebut tak dapat digunakan lagi.Versi trial biasanya juga tidak selengkap versi komersialnya.
2. Shareware
Shareware adalah perangkat lunak yang bisa digunakan oleh pemakai dengan tujuan untuk evaluasi selama masa tertentu tanpa membayar sama sekali dan jika sesudah masa tersebut berlalu pemakai bermaksud tetap menggunakannya maka ia perlu membayar ke pembuat perangkat lunak tersebut. Berbeda dengan versi trial, shareware tidak memiliki masa kadaluwarsa.Artinya, pemakai tetap dapat menggunakan perangkat lunak tersebut walaupun batas uji coba telah berakhir.
Umumnya pembuat shareware menyediakan layanan untuk konsultasi manual tercetak, pemutakhiran ke versi yang lebih baru secara gratis, dan terkadang memberikan bonus berupa perangkat lunak yang lain.
3. Freeware
Freeware adalah perangkat lunak yang dapat dipakai oleh siapa pun tanpa perlu membayar sama sekali.Pada saat ini juga muncul kecendrungan yang tidak terbatas hanya pada penggunaan perangkat lunak dalam bentuk binernya yang gratis, tetapi pemakai juga disodori bentuk kode sumbernya tanpa perlu membayar apa pun. Istilah open source unutk menyatakan keadaaan seperti ini cukup populer pada dewasa ini.
4. Open source
Sebelum istilah open source populer digunakan, perangkat lunak yang tersedia dalam bentuk biner maupun kode sumber biasa disebut free software. Menurut Stallman (1999), sebuah program dikatakan free software bagi pemakai jika:
1) Pemakai memiliki kebebasan untuk menjalankan program tersebut untuk tujuan apa saja.
2) Pemakai memiliki kebebasan untuk mengubah program sesuai dengan kebutuhannya. (Untuk mewujudkan kebebasan ini secara efektig dalam praktek, pemakai harus memiliki akses terhadap kode sumber, karena membuat perubahan dalam tanpa memiliki kode sumber sangatlah sulit.
3) Pemakai memiliki kebebasan untuk mendistribusikan kembali salinannya baik secara gratis atau dengan biaya.
4) Pemakai memiliki kebebasan untuk mendistribusikan versi hasil modifikasi dari program sehingga komunitas dapat memperoleh manfaat dari pengembangan pemakai.
Dari uraian di atas dapat di ketahui bahwa pengertian “free” pada free software cenderung kearah kebebasan (freedom) dan bukannya free dalam arti gratis. Stallman bersama rekan-rekannya mendirikan Free Software Foundation
sourcesebenarnya menyatakan keadaan yang sama terhadap perangkat lunak, tetapi memiliki perbedaan pandangan. Dapat dinyatakan bahwa open source menekankan pada kebebasan dari pengontrolan oleh pihak lain.
Istilah open source dicanangkan oleh Eric Raymond pada tahun 1998 dan
dimaksudkan untuk menghilangkan makna “free” dalam bahasa inggris yang
sangat membingungkan karena memiliki arti yang bermacam-macam.
Open source timbul dari ide bahwa seandainya setiap orang dapat berpartisipasi dalam megembangkan suatu perangkat lunak tentu perangkat lunak tersebut akan segera berevolusi menuju tingkat kesempurnaan. Dengan cara seperti ini, perangkat lunak dapat dikembangkan tanpa membutuhkan wadah berupa perusahaan. Sebagaimana dinyatakan oleh Momjian (2000, 14), open source memberikan keuntungan:
1) Tak perlu struktur perusahaan, sehingga tak ada biaya maupun batasan ekonomis.
2) Pengembangan program tak di batasi oleh staf pemrograman yang digaji, tetapi memanfaatkan kemampuan dan pengalaman kelompok pemrograman yang berada di internet.
3) Umpan balik pemakai difasilitasi sehingga memungkinkan pengujian berupa program oleh banyak pemakai dalam waktu yang singkat. 4) Pengembangan program dapat didistribusikan oleh pemakai dengan
cepat.
Definisi resmi open source tercantum pada situs
http://www.opensource.org/osd.html. Secara prinsip, open source
memperkenankan siapa saja untuk mendistribusikan perangkat lunak yang tergolong sebagai open source secara gratis atau dengan bayaran dan tak ada royalti atau kompensasi yang diberikan.Prinsip penting lainnya adalah bahwa sekiranya terdapat orang yang mengubah kode sumber, referensi terhadap pencipta asalnya tetap perlu dituliskan, sebagai bentukpenghargaan.
Berdasarkan pengelompokkan jenis-jenis perangkat lunak dapat dinyatakan bahwa Program aplikasi yang dapat digunakan oleh pemakai untuk
melaksanakan hal-hal yang bersifat umum dan bertujuan untuk menangani hal-hal yang sangat spesifik.Ada juga perangkat lunak yang digunakan sebagai pengontrol, kedudukannya sebagai perantara antara program aplikasi dan perangkat keras.Perangkat lunak berdasarkan biaya yaitu perangkat lunak komersial, shareware, freeware dan open source.
2.1.3 Standar Evaluasi Perangkat Lunak
Evaluasi perangkat lunak sangat penting dilakukan dalam suatu lembaga atau badan seperti perpustakaan, karena evaluasi merupakan kegiatan untuk intropeksi diri dalam suatu lembaga untuk mencapai suatu titik kepuasan dalam mencapai tujuan.
Ada beberapa standar yang biasa digunakan dalam mengevaluasi perangkat lunak yaitu:
2.1.3.1Teori McCall
Teori McCall yang memiliki 11 karakteristik dalam menilai kualitas suatu perangkat lunak. Adapun karakteristik dari Teori McCall yang dikutip oleh Pressman (2012, 487) sebagai berikut:
1. Kebenaran yaitu kemampuan perangkat lunak mampu memenuhi spesifiasi dan misi kebutuhan pengguna.
2. Reliabilitas yaitu kemampuan sebuah perangkat lunak dapat melaksanakan fungsinya dengan tingkat ketelitian yang diperlukan. 3. Efisiensi yaitu sumber data komutasi yang diperlukan oleh perangkat
lunak untuk melakukan fungsinya.
4. Integrasi yatu tingkat kemampuan kontrol akses ke perangkat lunak atau data oleh orang yag berhak.
5. Usabilitas yaitu usaha yang dibutuhkan untuk mempelajari, mengoperasikan, menyiapkan input dan menginterpretasikan output suatu perangkat lunak.
6. Maintababilitas yaitu kemampuan perangkat lunak untuk mencari dan membetulkan kesalahan pada sebuah perangkat lunak.
7. Fleksibilitas yaitu kemampuan perangkat lunak untuk memodifikasi perangkat lunak operasional.
8. Testabilitas yaitu kemampuan yang diperlukan untuk menguji perangkat lunak dan untuk memastikan apakah perangkat lunak telah melakukan fungsi-fungsi yang dimaksudkan.
9. Portabilitas yaitu kemampuan yang dimiliki perangkat lunak migrasi perangkat lunak dari suatu perangkat keras atau lingkungan sistem perangkat lunak ke perangkat keras atau lingkungan sistem perangkat lunak yang lain.
10.Reubilitas yaitu kemampuan suatu perangkat lunak untuk dipergunakan ulang pada aplikasi lain.
11.Interoperabilitas yaitu kemampuan perangkat unak untuk dihubungkan dengan perangkat lunak lain.
Indrajit (2012, 1-2) menyatakan bahwa, pada dasarnya, McCall menitik beratkan faktor-faktor tersebut menjadi tiga aspek penting, yaitu yang berhubungan dengan:
1. Sifat-sifat operasional dari software (Product Operations)
Sifat-sifat operasional suatu software berkaitan dengan hal-hal yang harus diperhatikan oleh para perancang dan pengembang yang secara teknis melakukan penciptaan sebuah aplikasi. Hal-hal yang diukur di sini adalah yang berhubungan dengan teknis analisa, perancangan, dan konstruksi sebuah software. Faktor-faktor McCall yang berkaitan dengan sifat-sifat operasional software adalah:
1. Correctness – sejauh mana suatu software memenuhi spesifikasi dan mission objective dari users;
2. Reliability – sejauh mana suatu software dapat diharapkan untuk melaksanakan fungsinya dengan ketelitian yang diperlukan;
3. Efficiency – banyaknya sumber daya komputasi dan kode program yang dibutuhkan suatu software untuk melakukan fungsinya; 4. Integrity – sejauh mana akses ke software dan data oleh pihak yang
tidak berhak dapat dikendalikan; dan
5. Usability – usaha yang diperlukan untuk mempelajari, mengoperasikan, menyiapkan input, dan mengartikan output dari
software.
2. Kemampuan software dalam menjalani perubahan (Product Revision) Setelah sebuah software berhasil dikembangkan dan diimplementasikan, akan terdapat berbagai hal yang perlu diperbaiki berdasarkan hasil uji coba maupun evaluasi. Sebuah software yang dirancang dan dikembangkan dengan baik, akan dengan mudah dapat direvisi jika diperlukan. Seberapa jauh software tersebut dapat diperbaiki merupakan faktor lain yang harus diperhatikan.
Faktor-faktor McCall yang berkaitan dengan kemampuan software untuk menjalani perubahan adalah:
1. Maintainability – usaha yang diperlukan untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan (error) dalam software;
2. Flexibility usaha yang diperlukan untuk melakukan modifikasi terhadap software yang operasional
3. Testability – usaha yang diperlukan untuk menguji suatu software
untuk memastikan apakah melakukan fungsi yang dikehendaki atau tidak.
3. Daya adaptasi atau penyesuaian software terhadap lingkungan baru
(Product Transition)
Setelah integritas software secara teknis telah diukur dengan menggunakan faktor product operational dan secara implementasi
telah disesuaikan dengan faktor product revision, faktor terakhir yang harus diperhatikan adalah faktor transisi – yaitu bagaimana software tersebut dapat dijalankan pada beberapa platform atau kerangka sistem yang beragam. Faktor-faktor McCall yang berkaitan dengan tingkat
adaptibilitas software terhadap lingkungan baru:
1. Portability – usaha yang diperlukan untuk mentransfer software
dari suatu hardware dan/atau sistem software tertentu agar dapat berfungsi pada hardware dan/atau sistem software lainnya
2. Reusability – sejauh mana suatu software (atau bagian software) dapat dipergunakan ulang pada aplikasi lainnya
3. Interoperability – usaha yang diperlukan untuk menghubungkan satu software dengan lainnya
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa teori McCall memiliki 11 karakteristik dalam menilai kualitas suatu perangkat lunak yaitu: kebenaran, reabilitas, efisiensi, intgritas, usabilitas, maintanabilitas, fleksibilitas, testabilitas, portabilitas, reubilitas dan interoperbilitas.
2.1.3.2 Teori Boehm
Teori Boehm menambahkan beberapa karakteristik pada teori McCall dengan penekanan pada pemeliharaan produk perangkat lunak. Pertimbangan tentang apa yang terlibat dalam evaluasi produk perangkat lunak sehubungan dengan kegunaan program juga termasuk dalam model ini. Teori Boehm serupa dengan teori McCall dalam merepresentasikan struktur hirarkis karakteristik, yang
masing-masing memberikan kontribusi terhadap kualitas keseluruhan. Gagasan dari model Boehm mencakup kebutuhan pengguna, seperti pada teori McCall, namun teori Boehm hanya memuat diagram tanpa adanya saran tentang pengukuran karakteristik kualitas .
Berikut ini karakteristik dari teori kualitas Boehm yang dikutip dari Al-Qutaish (2010, 168):
1. Portabilitas: perangkat lunak dapat dioperasikan dengan mudah dan juga pada konfigurasi komputer selain yang satu saat.
2. Reabilitas: perangkat lunak dapat diharapkan melakukan fungsinya dimaksudkan memuaskan.
3. Efisiensi: perangkat lunak memenuhi tujuannya tanpa pemborosan sumber daya.
4. Usability: perangkat lunak yang handal, efisien dan manusia-rekayasa. 5. Testability:perangkat lunak memfasilitasi pembentukan kriteria
verifikasi dan dukungan evaluasi kinerjanya. 6. Understandability: tujuan perangkat lunak jelas.
7. Fleksibilitas: perangkat lunak memfasilitasi penggabungan perubahan, setelah sifat perubahan yang diinginkan telah ditentukan.
Sedangkan menurut Dubey (2012, 112) menyatakan bahwa:
Model kualitas Boehm menyajikan karakteristik perangkat lunak pada skala yang lebih besar sebagai dibandingkan dengan model Mc Call. Dalam model ini menjelaskan cara mudah, handal dan efisien produk perangkat lunak dapat digunakan, pemeliharaan menjelaskan bagaimana mudah dimodifikasi dan tes ulang produk perangkat lunak, dan menggambarkan bagaimana produk perangkat lunak dapat digunakan bahkan ketika lingkungan telah berubah. Karakteristik dari model kualitas Boehm ada tiga yaitu:
1. Portability: perangkat lunak dapat dioperasikan dengan mudah dan juga pada konfigurasi komputer selain yang satu saat
2. Reliability: perangkat lunak dapat diharapkan melakukan fungsinyadimaksudkan memuaskan
3. Efficiency: perangkat lunak memenuhi tujuannya tanpa pemborosan sumber daya.
4. Usability: perangkat lunak yang handal, efisien dan manusia-rekayasa 5.Maintainability: Kemampuan perangkat lunak untuk membuat
perubahan.
6.Testability: perangkat lunak memfasilitasi pembentukan kriteria verifikasi dan dukungan evaluasi kinerjanya
7.Understandability: tujuan perangkat lunak jelas
8.Modifiability: perangkat lunak mampu di modifikasi secara tertentu Uraian di atas dapat diketahui bahwa karakteristik dari model kualitas Boehm ada 8 karakteristik yaitu: portability, reliability, efficiency, usability, maintainability, testability, understanability, dan modifiability.
2.1.3.3 Teori FURPS/FURPS
Teori FURPS merupakan suatu standar evaluasi perangkat lunak dalam suatu lembaga seperti perpustakaan . Parwita (2012, 91) menyatakan bahwa:“teori FURPS diusulkan oleh Robert Grady dan Hewlett-Packard Co”. Teori ini menguraikan karakteristik dalam dua kategori yang berbeda dari persyaratan (requirement) , yaitu:
1. Fuctional Requirement (F): Ditetapkan oleh input dan output yang diharapkan.
2. Non-Fungsional Requirements (URPS): Kegunaan (usability), kehandalan (reliability), kinerja (performance), daya dukung (supportability).
Terdapat lima persyaratan yang tercakup dalam dua kategori karakteristik tersebut. Function meliputi himpunan fitur yang diharapkan serta kemampuan dan keamanan. Usability meliputi faktor manusianya, seperti estetika, konsistensi dalam user interface, bantuan yang sifatnya online dan “context-sensitive”, wizards dan agen, dokumentasi untuk pengguna, dan materi pelatihan. Reability mencakup frekuensi dan tingkat keparahan kegagalan (failure), pemulihan (recovery), akurasi, prediksi dan waktu rata-rata antar terjadinya kegagalan (Mean Time Between Failure).
Peformance menekankan pada kondisi persyaratan fungsional seperti kecepatan, efisiensi, ketersediaan, akurasi, throughput, waktu respon, waktu pemulihan, dan pemanfaatan sumber daya. Supportability meliputi kemampuan untuk dapat diuji, dapat dikembangkan, kemampuan adaptasi, pemeliharaan, kompatibilitas, dapat dikonfigurasi, servis, kemampuan instalasi, localizability (internationalization?). Model FURPS kemudian diperluas oleh Rational Software - sekarang IBM Rational Software - menjadi FURPS +. Perluasan (+) yang dilakukan meliputi persyaratan untuk batasan desain, persyaratan implementasi, persyaratan antarmuka Salah satu kelemahan dari model FURPS adalah model ini tidak
Sedangkan menurut Panovski (2008, 19-20) menyatakan bahwa ”Model FURPS telah diusulkan oleh Robert Grady dan Hewlett-Packard Co [Grady]. Model ini menggunakan lima karakteristik:Functionality Usability, Reliability, Performance, dan Supportability.
Model karakteristik menjadi dua kategori persyaratan:
1. Persyaratan -Functional: Ditetapkan oleh input dan output yang diharapkan.
2. persyaratan -Non-functional: Usability, Reliability, Performance, danSupportability
Model FURPS harus diterapkan dalam dua langkah: pertama,prioritas harus ditetapkan, di mana atribut kualitas diukur harus didefinisikan. [Grady] mencatat bahwa menetapkan prioritas penting mengingat implisit trade-off antara karakteristik (meningkatkan satu karakteristik kualitas dapat memburuk kualitas lain ciri). Salah satu kelemahan dari model ini adalah bahwa hal itu gagal untuk mempertimbangkan perangkat lunak portabilitas produk.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa ada lima karakterisik yang ada pada teori FURPS yaitu Functionality Usability, Reliability, Performance, dan Supportability.
2.1.3.4 Teori Dromey
Teori Dromey berusaha untuk meningkatkan pemahaman tentang hubungan antara atribut (karakteristik) dan sub-attribut (sub-karakteristik) dari kualitas. Lapisan-lapisan model ini didefinisikan sebagai atribut level atas dan atribut bawahan. Ide utama dalam pembuatan teori baru ini adalah untuk mendapatkan teori yang dapat bekerja dalam lingkup yang luas dalam sistem yang berbeda. Dromey mengakui bahwa evaluasi untuk setiap produk adalah berbeda sehingga diperlukan ide yang lebih dinamis untuk memodelkan proses evaluasi tersebut. Kekurangan dari teori ini adalah tidak diberikan kriteria yang jelas untuk melakukan pengukuran kualitas perangkat lunak .
Ada tiga unsur pada model generic Dromey yang dikutip oleh Parwita (2012, 91):
1) Sifat produk yang mempengaruhi kualitas 2) Atribut kualitas level atas
3) Sarana yang menghubungkan sifat produk dengan atribut kualitas.
Quality model Dromey lebih lanjut dapat disusun dalam 5 langkah proses : 1) Memilih satu set atribut kualitas level atas yang diperlukan untuk
evaluasi.
2) Daftar komponen/modul dalam sistem.
3) Mengidentifikasi sifat pembawa kualitas untuk komponen/modul (kualitas komponen yang memiliki pengaruh paling
besar pada sifat produk dari daftar di atas).
4) Tentukan berapa masing-masing sifat mempengaruhi atribut kualitas. 5) Mengevaluasi model dan mengidentifikasi kelemahan.
Berikut ini karakteristik dari teori kualitas dromey yang dikutip dari Al-Qutaish (2010, 170) sebagai berikut:
2. Portabilitas: perangkat lunak dapat dioperasikan dengan mudah dan juga pada konfigurasi komputer selain yang satu saat.
3. Reabilitas: perangkat lunak dapat diharapkan melakukan fungsinyadimaksudkan memuaskan.
4. Efisiensi: perangkat lunak memenuhi tujuannya tanpa pemborosan sumber daya.
5. Usability: perangkat lunak yang handal, efisien dan manusia-rekayasa