• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

1. Ibu menyusui sebaiknya tidak mudah terpengaruh dengan sosial budaya yang ada di masyarakat dan memiliki komitmen untuk tidak memberikan MP-ASI terlalu dini kepada bayinya dan mencari informasi yang lebih tentang ASI eksklusif dan informasi tersebut lebih baik ditanyakan kepada petugas kesehatan. Karena ASI bukan hanya untuk kepentingan bayi, tapi juga bagi ibu.

2. Perlunya dukungan dari keluarga agar ibu tidak memberikan MP-ASI terlalu dini dan tetap memberikan ASI eksklusif, dengan memenuhi kebutuhan zat gizi selama laktasi sehingga menghasilkan produksi air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup.

3. Perlu ditingkatkan peranan dan dukungan dari petugas kesehatan melalui penyuluhan kepada ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui serta keluarga terdekat (suami, mertua, orang tua, teman sebaya) tentang cara menyusui yang benar, manfaat ASI serta pentingnya menjaga kondisi psikis selama proses menyusui. 4. Bagi Dinas Kesehatan diharapkan berkeja sama dengan pihak Puskesmas untuk

meningkatkan frekuensi penyuluhan ASI eksklusif di masyarakat dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat sehingga program pemberian ASI eksklusif dapat dipahami dengan baik untuk diterapkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI Eksklusif

2.1.1 Defenisi ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih,sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai bayi berumur 2 tahun (Dinas Kesehatan Pamekasan, 2007).

Menurut WHO (2006), defenisi ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat sebagai pemenuhan zat gizi (Purnamasari, 2005). Secara klasik zat gizi dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Zat gizi bagi bayi kurang dari 6 bulan sudah tercukupi hanya dengan ASI saja (Almatsier, 2004).

Dalam surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia menetapkan Pertama: Keputusan menteri kesehatan tentang pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi di Indonesia, Kedua: Menetapkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir

sampai dengan bayi berumur 6 (enam) bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai, Ketiga: Semua tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan agar menginformasikan kepada semua Ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Hal ini juga ditekankan dalamPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif pada pasal 6 menyatakan bahwasannya setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).Pemberian ASI eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan si bayi, memang tidak mudah karena sang ibu harus memberikannya selama 6 bulan, masa 6 bulan inilah yang disebut ASI eksklusif. Pada masa 6 bulan bayi memang belum diberi makanan selain susu untuk itu ibu harus memberikan perhatian yang ekstra pada bayi.

Namun sering kali kesalahan yang terjadi adalah setelah masa ASI eksklusif pada saat si bayi sudah bisa mengonsumsi makanan lain selain ASI maka ibu tidak memberikan ASI lagi. Padahal menurut standar kesehatan WHO bayi sebaiknya disapih setelah 2 tahun usianya. Permasalahan ASI eksklusif juga terjadi pada ibu yang bekerja di kantoran, untuk itu pemerintah mencoba memberikan keleluasaan pada ibu yang pada masa pemberian ASI eksklusif boleh membawa anak ikut serta bekerja atau mengijinkannya memberi jam khusus untuk menyusui bayinya.

Pemberian ASI secara mutlak, penting dilakukan, mengingat manfaat yang akan diperoleh si bayi. Menurut WHO hal ini untuk menghindari alergi dan menjamin kesehatan bayi secara optimal. Karena di usia ini, bayi belum memiliki enzim pencernaan sempurna untuk mencerna makanan atau minuman lain. Meski begitu kebutuhan si buah hati akan zat gizi akan terpenuhi jika mengonsumsi ASI.

Selain itu ASI jauh lebih sempurna dibandingkan susu formula manapunyang biasanya berbahan susu sapi. Kandungan protein dan laktosa pada susu manusia dan susu sapi itu berbeda. Susu sapi kadar proteinnya lebih tinggi, yakni 3,4% sedangkan susu manusia hanya 0,9%. Kadar laktosa susu manusia lebih tinggi yakni 7% sedangkan susu sapi hanya 3,8%.

Fungsi dari kedua zat gizi ini bertolak belakang. Laktosa sangat penting dalam proses pembentukan myelin otak. Myelin atau pembungkus saraf ini bertugas mengantarkan rangsangan yang diterima si bayi. Saat menyusu, rangsangan yang diterima oleh si bayi seperti mencium bau ibunya serta mendengar dan merasakan napas sang bunda. Sementara susu sapi, kandungan protein yang tinggi diperlukan untuk membantu pembentukan otot. Sapi memang butuh otot kuat untuk melakukan pekerjaan berat, seperti menarik gerobak.

Hasil penelitian dari Oxford University dan Institute for Social and Economic

Research sebagaimana dilansir Daily Mail, menyebutkan bahwa anak bayi yang

mendapat ASI eksklusif akan tumbuh menjadi anak yang lebih pintar dalam membaca, menulis, dan matematika. Salah satu peneliti, Maria Iacovou

mengemukakan asam lemak rantai panjang (long chain fatty acids) yang terkandung di dalam ASI membuat otak bayi berkembang (Anonim, 2013).

2.1.2 Komposisi ASI

Dalam harian kompas hari selasa 13 agustus 2013 yang berjudul “ASI Eksklusif, Zat Gizi Seimbang untuk Bayi” dengan penulis Widiyani (2013) dan editor Asep Chandra menyatakan bahwasannya komposisi ASI dari waktu ke waktu ternyata berbeda. Komposisi ASI dibedakan menjadi tiga macam yang masing- masing memiliki kandungan dan manfaat berbeda terhadap tubuh si kecil. Sebagai informasi juga, komposisi ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (prematur)berbeda dengan ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan (matur). Komposisi tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing bayi. Adapun ketiga komposisi ASI tersebut adalah:

1. Kolostrum

Kolostrum adalah air susuyang pertama kali keluar. Inilah ASI yang diproduksi atau disekresi oleh kelenjar payudara ibu sejak hari pertama hingga ketiga atau keempat usai melahirkan. Adapun jumlahnya mencapai 1-10 mililiter setiap kali dikeluarkan, produksinya bahkan bisa mencapai 50-100 mililiter per hari.

Kolostrum berupa cairan kental berwarna kekuningan serta konsentrasinya agak kasar sebab mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel. Kolostrum merupakan zat penting yang tak bisa tergantikan, meskipun komposisi dari kolostrum ini selalu berubah dari hari ke hari.

Pada masa awal kelahiran, bayi lebih banyak membutuhkan zat-zat pembangun (protein) untuk pembentukan sel-sel tubuhnya serta sangat rentan mengalami infeksi dari lingkungan sekitar.

Di masa ini, tubuh bayi memang belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Kolostrum mengandung kadar protein yang tinggi. Pada kolostrum protein yang utama adalah globulin (gamma Globulin), imunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM), sekretorik (IgAs), laktoferin, lizosin, makrofag, neutrofil dan limfosit.

Protein tersebut berguna sebagai zat antibodi atau kekebalan untuk pertahanan tubuh bayi mencegah, menetralisir atau melawan berbagai jenis penyakit yang disebabkan bakteri, virus, jamur dan parasit.Kolostrum sebanyak 0,2 mililiter ternyata kaya dengan antibodi untuk kekebalan. Misal, antibodi IgAs berfungsi melapisi mukosa saluran cerna, mencegah menempelnya bakteri pada permukaan epitel dan mencegah kolonisasi bakteri. Singkat kata, kolostrum merupakan cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi (Widiyani, 2013).

Selain itu, kolostrum juga mengandung rendah lemak dan laktosa mineral, garam, vitamin A, nitrogen, dan sel darah putih. Selain sebagai sumber protein dengan beragam faedahnya serta sebagai asupan gizi bayi yang terbaik, kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi atau mekonium sekaligus memersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi pada tahapan usia selanjutnya.

Perlu diketahui pula, air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Konsentrasi foremilk lebih encer. Foremilk mempunyai kandungan tinggi protein laktosa, gula, protein, mineral dan air tapi rendah lemak. Nah, selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan gizi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Tentunya bayi membutuhkan keduanya, baik foremilk maupun hindmilk.

2. ASI Transisi/Peralihan

ASI transisi atau peralihan merupakan air susu yang keluar atau diproduksi sejak hari keempat hingga hari kesepuluh atau keempat belas usai melahirkan. Ini merupakan masa peralihan dari kolostrum hingga menjadi ASI yang matur atau matang.

Pada masa ini, volume ASI makin melimpah, berubah warna serta komposisinya. Akan tetapi kadarimunoglobulin dan protein relatif menurun atau berkurang, sedangkan kadar karbohidrat, lemak dan laktosa meningkat.

3. ASI Matang/Matur

ASI matang umumnya terjadi pada minggu ketiga hingga minggu kelima. Di masa ini, komposisi ASI relatif konstan. Cairan ASI berwarna putih kekuning- kuningan karena warna garam Ca-caseinat, riboflavin, dan kariten yang terdapat di dalamnya. ASI matur juga tidak menggumpal jika dipanaskan. Kadar karbohidrat dan lemak lebih tinggi dan kadar protein lebih rendah dibandingkan kolostrum dan ASI transisi.

Tabel 2.1 Kandungan ASI Pada Komposisi Kolostrum dan ASI Matur

Kandungan (per 100 ml) Kolostrum ASI Matur

Energi (kkal) 58 70 Laktosa (gr) 5,3 7,3 Protein Total (gr) 2,3 0,9 IgA (mg) 364 142 Lemak (gr) 2,9 4,2 Vitamin A (µg) 89 67 Vitamin D (µg) - 0,05 Vitamin E (µg) 1280 315 Vitamin K (µg) 0,23 0,21 Thiamin (µg) 15 21 Riboflavin (µg) 25 35 Niacin (µ g) 75 150 Asam Folat (µ g) - 8,5 Vitamin B6 (µg) 12 93 Vitamin B12 (ng) 200 26 Vitamin C (mg) 4,4 4,0 Kalsium (mg) 23 28 Natrium (mg) 48 18 Kalium (mg) 74 58 Fosfor (mg) 14 15 Zat Besi (µ g) 45 40 Selenium (µg) - 2,0 Magnesium (µ g) - 0,6 Zinc (µg) 540 120

Sumber: Harian Kompas tanggal 13 agustus 2013 2.1.3 Manfaat ASI Eksklusif

MenurutBadan Perlindungan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Grobongan (2011) manfaat dari pemberian ASI eksklusif bagi bayi adalah sebagai berikut:

a. Sebagai sumber gizi yang lengkap.

c. Meningkatkan kecerdasan otak serta emosional dan spiritual bayi. d. Menyusui merupakan hak bayi.

e. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.

f. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang mengonsumsi ASI secara eksklusif akan lebih cepat berjalan.

MenurutBadan Perlindungan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Grobongan (2011) manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibuyaitu:

a. Mencegah perdarahan.

b. Mempercepat pengecilan rahim setelah melahirkan. c. Mengurangi pengeroposan tulang.

d. Mengurangi risiko kanker payudara. e. Mudah dan praktis serta hemat.

f. Bagi ibu bekerja akan jarang bolos karena bayi sakit. g. Mengecilkan perut sehingga ibu bisa menjadi langsing. h. Mengurangi kemungkinan untuk terkena kanker.

i. Memberikan kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi ibu. Menurut Roesli (2007) keuntungan ASI bagi negara adalah: a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.

b. Mengurangi subsidi biaya perawatan ibu dan anak. c. Membantu program keluarga berencana.

2.2 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) 2.2.1 Defenisi MP-ASI

MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6 bulan sampai 24 bulan. Semakin meningkat umur bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena tumbuh kembang sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke menu makanan keluarga. Pengenalan MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi atau anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak dimasa depannya (Padang, 2007).

Sesudah bayi berumur lebih dari 6 bulan maka perlu makanan pendamping seperti makanan lumat (bubur susu), buah, makanan lunak (nasi tim saring), kuning telur, susu formula, makanan lunak (nasi tim cincang). Adapun tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah:

1. Melengkapi zat gizi ASI yang kurang.

2. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima macam-macam makanan dan berbagai rasa dan bentuk.

3. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.

Selain itu pemberian makanan pendamping ASI untuk bayi sebaiknya memenuhi nilai energi dan kandungan protein yang tinggi, dapat diterima dengan

baik, harganya relatif murah, dapat diproduksi dari bahan-bahan olahan yang tersedia secara lokal. Makanan pendamping ASI bagi bayi hendaknya bersifat padat gizi (Muchtadi, 2004).

Pada usia 6 bulan sistem pencernaan bayi sudah mulai kuat dan mampu menerima makanan selain ASI. Namun pemberian makanan pendamping ASI (MP- ASI) yang diberikan terlalu dini dimana umur bayi kurang dari 6 bulan akan membuat bayi enggan untuk mengonsumsi ASI dan bayi mudah mengalami gangguan sistem pencernaan seperti diare.

Untuk meningkatkan kemandirian dalam meningkatkan status gizi masyarakat dengan program keluarga sadar gizi (kadarzi), dilakukan sosialisasi untuk membuat makanan pendamping ASI dngan menggunakan bahan lokal. Hal ini bertujuan untuk penganekaragaman konsumsi makanan, namun biasanya ibu menggunakan makanan bayi yang siap saji dalam bentuk kemasan/produk industri walaupun sesungguhnya hal ini diperbolehkan (Sartono, 2006).

Makanan tambahan untuk bayi yang berupa makanan setengah jadi yang dijual ditoko-toko/hasil olahan teknologi yang komposisinya juga telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan kesehatan yang optimal.Makanan tambahan yang terdiri dari berbagai campuran bahan makanan dapat memberikan mutu yang lebih tinggi dari pada mutu masing-masing bahan yang disusunnya. Dengan bercampurnya beragam bahan makanan tersebut, maka bahan yang kurang dalam zat-zat gizi tertentu dapat ditutupi oleh bahan makanan yang

mengandung lebih banyak zat-zat yang bersangkutan. Dengan demikian masing- masing bahan makanan memiliki efek komplementer yang berakibat meningkatkan mutu gizi makanan (Notoatmojdo, 2007).

2.2.2 Persyaratan MP-ASI

Pemberian makanan pendamping ASI untuk bayi sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Nilai energi dan kandungan protein yang tinggi.

2. Memiliki suplementasi yang baik, mengandung vitamin dan mineraldalam jumlah yang cukup.

3. Dapat diterima dengan baik. 4. Harganya relatif murah.

5. Dapat diproduksi dari bahan-bahan olahan yang tersedia secara lokal. Makanan pendamping ASI bagi bayi hendaknya bersifat padat gizi (Padang, 2007).

2.2.3 Tanda-Tanda Bayi Sudah Siap Menerima MP-ASI

Tanda-tanda bayi telah siap menerima makanan pendamping ASI, walaupun bayi belum melakukan semuanya, yakni:

1. Bayi dapat duduk untuk mempertahankan kepalanya dengan baik tanpa bantuan. 2. Bisa melakukan gerakan mengunyah.

3. Berat badan terlihat meningkat 2 kali lipat dari berat badan ketika lahir. 4. Terlihat tertarik pada makanan.

6. Bisa memindahkan makanan dari mulut bagian depan ke bagian belakang.

7. Bisa menggerakkan lidah dan tidak lagi mendorong makanan keluar menggunakan lidah dan mulai tumbuh gigi.

2.2.4 Cara Memberikan MP-ASI

Agar makanan pendamping ASI atau makanan tambahan dapat diberikan dengan efisien sebaiknya diperhatikan cara-cara pemberiannya sebagai berikut:

1. Diberikan secara hati-hati, sedikit demi sedikit dari bentuk encer secara bertahap ke bentuk yang lebih kental.

2. Makanan baru diperkenalkan satu per satu dengan memperhatikan bahwa makanan betul-betul dapat diterima dengan baik.

3. Makanan yang menimbulkan alergi, yaitu sumber protein hewani diberikan terakhir. Urutan pemberian makanan tambahan biasanya adalah buah-buahan, tepung-tepungan, sayuran dan daging.

4. Cara memberikan makanan bayi dipengaruhi oleh perkembangan emosional bayi, makanan jangan dipaksakan sebaiknya diberikan pada waktu bayi lapar.

2.2.5 Hal yang Perlu di Perhatikan Ibu Saat Memberikan MP-ASI

1. MP-ASI adalah makanan pendamping ASI, bukan pengganti ASI

ASI tetap gizi terbaik untuk si kecil, saat memberikan makanan padat di usia lebih dari 6 bulan, ibu tetap harus memberikan ASI pada si kecil. Berikan berbagai variasi makanan dan cita rasa. Selain untuk mendeteksi apakah si kecil

alergi terhadap bahan makanan tertentu, dengan mengenalkan variasi makanan sedini mungkin, si kecil akan tumbuh jadi anak yang tidak pemilih dalam hal makanan (picky eater).

2. Mulai beri MP-ASI di usia 6 bulan, jangan terlalu cepat atau terlambat

MP-ASI baru bisa diperkenalkan di usia lebih dari 6 bulan untuk menunggu kesiapan sistem pencernaan dan organ lain seperti hati dan ginjal, kesiapan sistem syaraf dan motorik bayi. Pemberian MP-ASI terlalu dini dapat meningkatkan risiko gangguan pencernaan, malnutrisi, infeksi pencernaan, obesitas dan alergi, termasuk eksim, asma dan alergi makanan.Pemberian MP- ASI terlalu lambat akan meningkatkan risiko kekurangan energi, gangguan tumbuh kembang, lambatnya kemampuan adaptasi terhadap makanan.

3. Berikan MP-ASI sesuai perkembangan usia 4. Jangan makan sambil tidur

Dudukkanlah si kecil di pangkuan atau di kursi makan bayi (high chair). Jangan biarkan si kecil makan/minum sambil tiduran karena dapat meningkatkan risiko infeksi telinga basah.

5. Beri makan secara bertahap dan perlahan

Letakkan makanan di ujung sendok dan lihat reaksinya apakah si kecil menunjukkan rasa suka atau tidak suka dengan makanan yang diberikan. Beri jarak 3-4 hari sebelum memperkenalkan bahan makanan baru berikutnya.

6. Perhatikan reaksi si kecil

Lihat seksama tiap reaksi si kecil terhadap bahan makanan tertentu, seperti muntah, diare, gatal-gatal atau sesak napas. Bila timbul gejala alergi, segera hentikan pemberian bahan makanan tersebut.

7. Tepat waktu

Berikan MP-ASI tepat pada waktunya dan beri cemilan di antara jam makan. 8. Jangan dulu memberi garam dan gula

Bayi tidak membutuhkan garam dan gula bahkan akan menambah berat kerja ginjal sang bayi.

9. Tak perlu kapsul multivitamin

Ibutidak perlu memberikan multivitamin dalam bentuk kapsul atau sirup, karena kebutuhan vitamin si kecil bisa dipenuhi dari bahan makanan sehari-hari. Pastikan menu hariannya sehat seimbang sesuai tahap perkembangannya. Ibu juga bisa terus memberikan ASI hingga 2 tahun sesuai permintaan si kecil (Pujiarto,2012).

10. Jangan beri madu hingga usia 2 tahun

Karena ini dapat menimbulkan risiko penyakit infantile botulisme, yaitu gangguan pencernaan karena racun dari bakteriClostridium botulinum (Pujiarto, 2012).

Pemberian madu pada bayi dibawah satu tahun saat ini masih menjadi kontroversi. Sebuah lembaga kesehatan dunia yang berpusat di Amerika menyatakan bahwa pemberian madu tidak diperkenankan diberikan kepada anak dibawah usia satu tahun, sementara itu sebagian masyarakat beranggapan bahwa madu boleh-boleh saja diberikan kepada anak dibawah usia satu tahun.Pemanis alami yang didapat dari lebah ini diduga memiliki kandungan bakteriClostridium

botulinum yang diperoleh ketika lebah mengambil makanan dari tanah atau

tumbuhan. BakteriClostridium botulinumtermasuk bakterigram positif, anaerob obligat (tidak bisa hidup bila terdapat oksigen), motil (dapat bergerak), dan menghasilkan sporayang terdapat pada madu,Clostridium botulinumakan dapat bertahan hidup pada usus dan mengeluarkan racun botulinum.

Madu adalah sumber potensial dari spora ini.Pada dasarnya, senyawa botulinum tidak berbahaya untuk orang dewasa. Hal ini dikarenakan sistem pencernaan orang dewasa memiliki tingkat keasaman yang cukup tinggi untuk menghilangkan efek racun dari senyawa botulinum. Hanya saja, lain halnya yang terjadi pada bayi dengan usia kurang dari satu tahun, organ pencernaan bayi diusia ini masih belum matang, termasuk kadar asam dalam usus yang masih begitu lemah sehingga belum cukup kuat dalam menangkal efek dari racun

botulinum yang ada pada madu.Adapun pemberian madu diperkenankan jika usia

bayi telah lebih dari satu tahun, sebab diusia ini sistem pencernaan bayi akan cukup matang dalam mencerna madu dan menangkal racun dari senyawa

botulinum yang ada pada madu, sehingga senyawa ini tidak akan dapat bertahan

hidup serta berkembang biak pada usus bayi (Kompas, 2015).

2.2.6 Pemberian Makanan Bayi Umur 0-12 Bulan yang Baik dan Benar

Sesuai dengan bertambahnya umur bayi, perkembangan dan kemampuan bayi menerima makanan, maka makanan bayi untuk umur 0-12 bulan,dibagi menjadi 3 tahap yakni:

1. Makanan bayi umur 0-6 bulan a. Hanya ASI saja(ASI eksklusif)

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama setelah kelahiran.Pada periode ini ASI saja sudah mencukupi kebutuhan gizi bayi. ASI adalah makanan terbaik untuk bayi,danproses menyusui akan membina hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.

b. Berikan kolostrum

Kolostrum adalah air susu ibu yang keluar pada hari pertama kelahiran,warnanya kuning dan kental. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan tubuh yang sangat baik bagi tubuh bayi.

Berikan ASI dari kedua payudara ibu, dan berikan ASI pada bayi kapan pun dan dimanapun jika bayi memintanya. ASI diberikan 8-10 kali setiap harinya. 2. Makanan bayi umur 6-7 bulan

a. Pemberian ASI diteruskan

b. Pada umur 6 bulan sistem pencernaan bayi sudah kuat untuk menerima makanan selain ASI dengan jenis makanan yang lumat.

3. Makanan bayi umur 9-12 bulan a. Pemberian ASI diteruskan

b. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap dengan jenis makanan lunak.

c. Berikan makanan selingan 1 kali sehari seperti bubur kacang hijau, buah, dan lain-lain.

d. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan seperti sayuran, lauk pauk, buah-buahan secara bergantian.

2.2.7 Dampak Pemberian MP-ASI Terlalu Dini

1. Dapat menyebabkan diare atau susah buang air besar (BAB)

Sebelum 6 bulan fungsi saluran pencernaan bayi belum siap atau mampu mengolah makanan. Ketika ada makanan masuk maka saluran pencernaannya akan mengalami gangguan yang ditandai dengan diare atau susah buang air besar (BAB).

Ketika bayi lebih dini diperkenalkan pada MP-ASI, selanjutnya pola makan bayi

Dokumen terkait