• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Melanosis

2.2.3. Jenis Hipermelanosis

2.2.3.1. Melasma 1. Definisi

Melasma adalah gangguan kulit yang umum diperoleh yang ditandai dengan bercak hiperpigmntasi lokal pada kulit yang terpapar sinar matahari. Penyebaran melasma melibatkan wajah dengan bagian tersering di dahi, pipi, dan bibir (Fauci, et al., 2008). Sedangkan pada bagian leher dan lengan lebih jarang. Gangguan kulit ini ditandai dengan warna coklat, dapat pula makula atau patch biru abu-abu (Taylor, 2007).

2. Epidemiologi dan Insidens

Melasma dapat mengenai semua ras terutama penduduk yang tinggal di daerah tropis. Melasma terutama dijumpai pada wanita, meskipun didapat pula pada pria (10%). Di Indonesia perbandingan kasus wanita dan pria adalah 24:1. Terutama tampak pada wanita usia subur dengan riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari. Insidens terbanyak pada usia 30-44 tahun (Soepardiman, 2010).

3. Etiopatogenesis

Meskipun melasma memiliki banyak faktor etiologi yang diakui namun patogenesis pastinya tidak diketahui (Soepardiman, 2010). Bukti menunjukkan bahwa faktor internal dan lingkungan mungkin bertanggung jawab untuk memicu, mempertahankan, dan membuat kambuh lesi melasma (Tadokoro, et al., 2002). Faktor-faktor tersebut seperti pengaruh genetik, disfungsi tiroid, kosmetik, dan obat-obatan seperti obat anti kejang dan fototoksik (Im, et al., 2002).

4. Faktor Resiko

Faktor kausatif yang dianggap berperan pada patogenesis melasma adalah (Soepardiman, 2010) : Sinar ultra violet, hormon, obat, genetik, ras, kosmetik dan idiopatik.

5. Gejala Klinis

Lesi melasma berupa makula berwarna coklat muda atau coklat tua berbatas tegas dengan tepi tidak teratur, sering pada pipi, dan hidung yang disebut pola malar. Pola mandibular terdapat pada dagu, sedangkan pola sentrofasial di

pelipis, dahi, alis, dan bibir atas. Warna keabu-abuan atau kebiru-biruan terutama pada tipe dermal (Soepardiman, 2010).

Gambar 2.1. Melasma (Dikutip dari: Andrew, 2014)

6. Diagnosis

Diagnosis melasma ditegakkan hanya dengan pemeriksaan klinis. Untuk menentukan tipe melasma dilakukan pemeriksaan sinar Wood, sedangkan pemeriksaan histopatologik hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu (Soepardiman, 2010).

Soepardiman (2010) menjelaskan bahwa pemeriksaan pembantu diagnosis pada melasma diantaranya :

a) Pemeriksaan histopatologik b) Pemeriksaan mikroskop elektron c) Pemeriksaan dengan sinar wood

7. Penatalaksanaan

Pengobatan melasma memerlukan waktu yang cukup lama, kontrol yang teratur serta kerja sama yang baik antara penderita dan dokter yang menanganinya. Kebanyakan penderita berobat untuk alasan kosmetik. Pengobatan dan perawatan kulit harus dilakukan secara teratur dan sempurna karena melasma bersifat kronis residif. Pengobatan yang sempurna adalah yang kausal, maka penting dicari etiologinya (Soepardiman, 2010).

Adapun jenis pengobatan yang diberikan (Soepardiman, 2010) Pengobatan topikal

a) Hidrokinon

b) Asam retinoat (retinoic acid/tretinoin) c) Asam azeleat (Azeleic acid)

Pengobatan sistemik a) Asam arkobat/Vitamin C. b) Glutation

Tindakan khusus (Soepardiman, 2010) a) Pengelupasan kimiawi

b) Bedah laser

2.2.3.2. Hiperpigmentasi pasca inflamasi 1) Definisi

Hiperpigmentasi pasca inflamasi (HPI) adalah kelainan pigmen yang didapat akibat terakumulasi pigmen setelah terjadinya proses peradangan akut atau kronik

2) Epidemiologi

Semua tipe kulit terutama tipe kulit gelap baik pria maupun wanita segala usia dapat mengalami HPI

3) Etiologi

Keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya sintesis melanin sebagai respon peradangan dan inkontinensia pigmenti yaitu terperangkapnya pigmen melanin di dalam makrofag di bagian atas dermis

4) Patogenesis

Hiperpigmentasi pasca inflamasi terjadi akibat kelebihan produksi melanin atau tidak teraturnya produksi melanin setelah proses inflamasi. Jika HPI terbatas pada epidermis, terjadi peningkatan produksi dan transfer melanin ke keratinosit sekitarnya. Meskipun mekanisme belum diketahui secara pasti peningkatan

produksi dan transfer melanin dirangsang oleh prostanoids, sitokin, kemokin, dan mediator inflamasi yang dilepaskan selama inflamasi.

5) Gejala Klinis

Proses inflamasi awal pada HPI biasanya bermanifestasi sebagai makula atau bercak yang tersebar merata. Tempat kelebihan pigmen pada lapisan kulit akan menentukan warnanya. Hipermelanosis pada epidermis memberikan warna coklat dan dapat hilang berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tanpa pengobatan. Sedangkan hipermelanosis pada dermis memberikan warna abu-abu dan biru permanen atau hilang selama periode waktu yang berkepanjangan jika dibiarkan tidak diobati.

Distribusi lesi hipermelanosis tergantung pada lokasi inflamasi. Warna lesi berkisar antara warna coklat muda sampai hitam dengan penampakan warna lebih ringan jika pigmen dalam epidermis dan penampakan warna abu-abu gelap jika pigmen dalam dermis.

6) Diagnosis

Anamnesis yang dapat mendukung diagnosa HPI adalah riwayat penyakit sebelumnya yang mempengaruhi kulit seperti infeksi, reaksi alergi, luka mekanis, reaksi obat, trauma (misalnya luka bakar), dan penyakit inflamasi seperti akne vulgaris, liken planus, dan atopi.

7) Penatalaksanaan

Ada beberapa obat dan prosedur disamping fotoprotektif dapat secara aman dan efektif mengobati pasien HPI yang berkulit gelap. Agen depigmentasi topikal seperti hidrokuinon, asam azelat, asam kojik, ekstrak permen hitam, dan asam retinoik 0,1-0,4%

2.2.3.3. Efelid 1) Definisi

Makula hiperpigmentasi berwarna coklat terang yang timbul pada kulit yang sering terkena sinar matahari (Soepardiman, 2010).

2) Insidens

3) Etiologi

Diturunkan secara dominan autosomal (Soepardiman, 2010).

4) Gejala Klinis

Biasanya efelid timbul pada umur lima tahun, berupa makula hiperpigmentasi terutama pada daerah kulit yang sering terkena sinar matahari. Pada musim panas jumlahnya akan bertambah, lebih besar, dan lebih gelap.

Kadang-kadang efelid ini tidak begitu berarti, tetapi terkadang merupakan problem kosmetik (Soepardiman, 2010).

Gambar 2.2 Efelid (Dikutip dari: Rudi, 2015)

5) Pembantu diagnosis

Pada pemeriksaan histopatologik didapatkan tidak adanya penambahan jumlah melanosit, tetapi melanosom panjang dan berbentuk bintang seperti yang didapatkan pada orang berkulit hitam. Pembentukan melanin lebih cepat setelah penyinaran matahari. Jumlah melanin di epidermis juga bertambah (Soepardiman, 2010).

6) Penatalaksanaan

Dapat dicoba dengan obat pemutih atau dikelupas dengan fenol 40% kemudian dinetralkan dengan alkohol. Sunscreen diberikan untuk pencegahan (Soepardiman, 2010).

2.2.3.4. Lentigo 1) Definisi

Lentigo adalah makula coklat atau coklat kehitaman berbentuk bulat atau polisiklik. Lentiginosis adalah keadaan timbulnya lentigo dalam jumlah yang banyak atau dengan distribusi tertentu (Soepardiman, 2010).

2) Etiologi

Disebabkan karena bertambahnya jumlah melanosit pada taut dermo-epidermal tanpa adanya poliferasi fokal (Soepardiman, 2010)

3) Klasifikasi (Soepadirman, 2010)

a) Lentiginosis generalisata

Lesi lentigo umumnya multipel, timbul satu demi satu dalam kelompok kecil sejak masa kanak-kanak.

b) Lentiginosis sentrofasial

Distribusi terbatas pada garis horisontal melalui sentral muka tanpa mengenai membran mukosa.

c) Sindrom Peutz-Jegher

4) Gejala klinis

Lesi berupa makula hiperpigmentasi yang timbul sejak lahir dan berkembang pada masa anak-anak. Makula tersebut selalu mengenai selaput lendir mulut berbentuk bulat, oval, atau tidak teratur berwarna coklat kehitaman berukuran 1-5 cm (Soepardiman, 2010).

Gambar 2.3 Lentigo (Dikutip dari: Robert, 2015)

5) Pembantu diagnosis

Pada pemeriksaan histopatologik dari makula hiperpigmentasi didapatkan jumlah melanosit bertambah di lapisan sel basal dan makrofag berisi pigmen di dermis bagian atas. Diseluruh epidermis terdapat banyak granula melanin (Soepardiman, 2010).

6) Penatalaksanaan

Terapi pembedahan untuk mengurangi gejala saja. Polip yang meluas dan sifatnya jinak merupakan kontraindikasi untuk tindakan radikal, kecuali kalau lambung, duodenum, atau kolon terkena, maka reseksi profilaksis dapat dianjurkan (Soepardiman,2010).

7) Prognosis

Prognosis pada lentigo bervariasi bergantung pada tipe lentigo dan pengobatannya. Tetapi pada umumnya prognosis baik kecuali pada tipe sindrom lentigo yang tidak diterapi dengan baik (Schwatz & James, 2012).

Dokumen terkait