• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

1. Menjadi masukan bagi manajemen hotel yang internasional dan lokal agar dapat memasukkan bantuan hidup dasar kedalam kurikulum pembelajarannya dengan harapan terjadinya peningkatan tingkat pengetahuan dari pekerja hotel, mengingat bantuan hidup dasar merupakan tindakan darurat yang dapat

dilakukan oleh siapa saja khususnya bidang kesehatan.

2. Menjadi masukan bagi pekerja hotel agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang bantuan hidup dasar yang dapat diperoleh dari seminar atau buku-buku tentang bantuan hidup dasar.

3. Bagi pemerintah dan dinas kesehatan hendaklah mengadakan promosi dan pelatihan tentang Bantuan Hidup Dasar untuk masyarakat umum agar pengetahuan masyarakat tentang Bantuan Hidup Dasar menjadi baik dan masyarakat dapat melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan nyawa dengan tepat.

Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan memperbanyak responden dan melakukan penelitian di hotel lain untuk mengetahui tingkat pengetahuan pekerja hotel di hotel lain serta membandingkan hasilnya.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bantuan Hidup Dasar (Basic life support) 2.1.1. Definisi

Istilah basic life support mengacu pada mempertahankan jalan nafas dan sirkulasi. Basic life support ini terdiri dari beberapa elemen: penyelamatan pernapasan (juga dikenal dengan pernapasan dari mulut ke mulut) dan kompresi dada eksternal. Jika semua digabungkan maka digunakan istilah Resusitasi Jantung Paru (RJP) (Handley, 1997).

2.1.2. Tujuan

Tujuan utama dari bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan oksigenasi darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah yg dioksigenasi ke jaringan tubuh (Alkatiri, 2007).

Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal (Latief, 2009).

2.1.3. Tindakan

Gambar 2.1. Algoritma Bantuan Hidup Dasar (Sumber: European Resuscitation

Pastikan anda, korban dan setiap pengamat aman. Pemeriksaaan kesadaran dilakukan untuk menentukan pasien sadar atau tidak dengan cara kocok perlahan bahu dan bertanya dengan keras: "Apakah anda baik-baik saja?”. Jika pasien respon, biarkan sahaja di dalam posisi yang membuatnya merasa nyaman, disediakan tidak ada bahaya yang lebih lanjut dan bila perlu lakukan kembali penilaian kesadaran setelah beberapa menit. JIka pasien tidak sadar, segera meminta bantuan dengan cara berteriak “TOLONG!” atau dengan memberitahu dimana posis anda dengan alat komunikasi (ERC Guidelines, 2010).

Gambar 2.2. Pemeriksaan kesadaran korban (Sumber: European Resuscitation

Council Guidelines for Resuscitation 2010).

2.1.3.2. Pembebasan Jalan Napas

Airway adalah upaya untuk mempertahankan jalan napas yang dapat dilakukan secara non invasif maupun invasif (Mansjoer, 2009).

Teknik-teknik mempertahankan jalan napas (airway) dengan cara non invasif :

b. Tindakan dagu diangkat (chin lift)

Gambar 2.3. Head-tilt, chin-lift maneuver (sumber: European Resuscitation

Council Guidelines for Resuscitation 2010).

c. Tindakan mendorong rahang bawah (jaw-thrust)

Membuka jalan napas dengan mengangkat rahang (jaw-trust) dilakukan bila dicuriga ada trauma kepala (Fraktur vertebra servikal) (Mansjoer, 2009).

Gambar 2.4. Jaw-thrust maneuver (sumber: European Resuscitation Council

Guidelines for Resuscitation 2010).

2.1.3.3. Bantuan Napas dan Ventilasi (Breathing Support)

Oksigen sangat penting bagi kehidupan. Pada keadaan normal, oksigen diperoleh dengan bernafas dan diedarkan dalam aliran darah ke seluruh tubuh (Smith, 2007).

Breathing support merupakan usaha ventilasi buatan dan oksigenasi dengan inflasi tekanan positif secara intermitten dengan menggunakan udara ekshalasi dari mulut ke mulut, mulut ke hidung, atau dari mulut ke alat (S-tube masker atau bag valve mask) (Alkatri, 2007).

Breathing support terdiri dari 2 tahap : 1. Penilaian Pernapasan

Menilai pernapasan dengan memantau atau observasi dinding dada pasien dengan cara melihat (look) naik dan turunnya dinding dada, mendengar (listen) udara yang keluar saat ekshalasi, dan merasakan (feel) aliran udara yang menghembus dipipi penolong (Mansjoer, 2009).

Gambar 2.5. Look, listen, and feel (sumber: European Resuscitation Council

Guidelines for Resuscitation 2010).

2. Memberikan bantuan napas

Bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut (mouth-to mouth), mulut ke hidung (mouth-to-nose), mulut ke stoma trakeostomi atau mulut ke mulut via sungkup (Latief, 2009).

a. Pada bantuan napas mulut-ke-mulut (mouth-to-mouth) jika tanpa alat, maka penolong menarik napas dalam, kemudian bibir penolong ditempelkan ke bibir pasien yang terbuka dengan erat supaya tidak bocor dan udara ekspirasi dihembuskan ke mulut pasien sambil menutup kedua lubang hidung pasien dengan cara memencetnya.

Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010).

b. Pada bantuan napas mulut-ke-hidung (mouth-to-nose), maka udara ekpsirasi penolong dhembuskan kehidung pasien sambil menutup mulut pasien. Tindakan ini dilakukan kalau mulut pasien sulit dibuka (trismus) atau pada trauma maksilo-fasial.

c. Pada bantuan napas mulut-ke-sungkup pada dasarnya sama dengan mulut. Bantuan napas dapat pula dilakukan dari mulut-ke-stoma atau lubang trakeostomi pada pasien pasca bedah laringektomi. Frekuensi dan besar hembusan sesuai dengan usia pasien apakah korban bayi, anak atau dewasa. Pada pasien dewasa, hembusan sebanyak 10-12 kali per menit dengan tenggang waktu antaranya kira-kira 2 detik. Hembusan penolong dapat menghasilkan volum tidal antara 800-1200 ml (Latief, 2009).

2.1.3.4. Sirkulasi (Circulation Support)

Merupakan suatu tindakan resusitasi jantung dalam usaha mempertahankan sirkulasi darah dengan cara memijat jantung, sehingga kemampuan hidup sel-sel saraf otak dalam batas minimal dapat dipertahankan (Alkatri, 2007).

Dilakukan dengan menilai adanya pulsasi arteri karotis. Penilaian ini maksimal dilakukan selama 5 detik. Bila tidak ditemukan nadi maka dilakukan kompresi jantung yang efektif, yaitu kompresi dengan kecepatan 100 kali per menit, kedalaman 4-5 cm, memberikan kesempatan jantung mengembang (pengisian ventrikel), waktu kompresi dan relaksasi sama, minimalkan waktu terputusnya kompresi dada. Rasio kompresi dan ventilasi 30:2 (Mansjoer, 2009).

Tempat kompresi jantung luar yang benar ialah bagian tengah separuh bawah tulang dada. Pada pasien dewasa tekan tulang dada kebawah menuju tulang

punggung sedalam 3-5 cm sebanyak 60-100 kali per menit.tindakan ini akan memeras jantung yang letaknya dijepit oleh dua bangunan tulang yang keras yaitu tulang dada dan tulang punggung. Pijatan yang baik akan menghasilkan denyut nadi pada karotis dan curah jantung sekitar 10-15% dari normal (Latief, 2009).

Gambar 2.7. Posisi penolong pijat jantung (sumber: European Resuscitation

Council Guidelines for Resuscitation 2010)

Periksa keberhasilan tindakan resusitasi jantung paru dengan memeriksa denyut nadi arteri karotis dan pupil secara berkala. Bila pupil dalam keadaan konstriksi dengan reflex cahaya positif, menandakan oksigenasi aliran darah otak cukup. Bila sebaliknya yang terjadi, merupakan tanda kerusakan otak berat dan resusitasi dianggap kurang berhasil (Alkatiri, 2007).

2.1.3.5. Posisi Pemulihan (Recovery Position)

Recovery position dilakukan setelah pasien ROSC (Return of Spontaneous Circulation). Urutan tindakan recovery position meliputi:

a. Tangan pasien yang berada pada sisi penolong diluruskan ke atas

b. Tangan lainnya disilangkan di leher pasien dengan telapak tangan pada pipi pasien

arah penolong, sekaligus memiringkan tubuh korban ke arah penolong Dengan posisi ini jalan napas diharapkan dapat tetap bebas (secure airway) dan mencegah aspirasi jika terjadi muntah. Selanjutnya, lakukan pemeriksasn pernapasan secara berkala (Resuscitation Council UK, 2010).

Gambar 2.8. Recovery position (sumber: European Resuscitation Council

Guidelines for Resuscitation 2010).

2.2. Indikasi Bantuan Hidup Dasar

Tindakan RJP sangat penting terutama karena 40% korban henti jantung mendadak mengalami fibrilasi ventrikuler (VF) saat pertama kali diperiksa. VF merupakan depolarisasi dan repolarisasi yang cepat dan tidak teratur di mana jantung kehilangan fungsi koordinasi dan tidak memompa jantung secara efektif. Banyak korban henti jantung dapat ditolong jika penolong segera bertindak saat masih terdapat VF (Mansjoer, 2009).

Pada beberapa keadaan, tindakan resusitasi tidak dimulai bila pasien memilki keterangan DNAR (do not attempt resuscitation), pasien memiliki tanda kematian yang irreversible (seperti rigormotaris, dekapitasi, dekomposisi, atau pucat), atau tidak ada manfaat fisiologis yang dapat diharapkan karena fungsi vital telah menurun walau telah diberi terapi maksimal (seperti syok septik atau syok kardiogenik yang progresif).

RJP dihentikan bila sirkulasi dan ventilasi spontan secara efektif telah membaik, perawatan dilanjutkan oleh tenaga medis di tempat rujukan atau di tingkat perawatan yang lebih tinggi (Mansjoer, 2009).

2.2.1.Henti Napas (Respiratory Arrest)

Henti napas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal, misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi asap/uap/gas, obstruksi jalan napas oleh benda asing, tersengat listrik, tersambar petir, serangan infark jantung, radang epiglottis, tercekik (suffocation), trauma dan lain-lain (Latief dkk, 2009).

Pada awal henti nafas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi, pemberian O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai beberapa menit. Kalau henti napas mendapat pertolongan dengan segera maka pasien akan terselamatkan hidupnya dan sebaliknya kalau terlambat akan berakibat henti jantung yang mungkin menjadi fatal (Latief, 2009).

2.2.2.Henti Jantung (Cardiac Arrest)

Henti jantung adalah keadaan terhentinya alran darah dalam system sirkulasi tubuh secara tiba-tiba akibat terganggunya efektifitas kontraksi jantung saat sistolik (Mansjoer, 2009).

(82,4%); penyebab internal non jantung (8,6%) seperti akibat penyakit paru, penyakit serebrovaskular, penyakit kanker, perdarahan saluran cerna obstetrik/pediatrik, emboli paru, epilepsi, diabetes mellitus, penyakit ginjal; dan penyebab eksternal non jantung (9,0%) seperti akibat trauma, asfiksisa, overdosis obat, upaya bunuh diri, sengatan listrik/petir (Mansjoer, 2009).

Henti jantung biasanya terjadi beberapa menit setelah henti napas. Umumnya walaupun kegagalan pernapasan telah terjadi, denyut jantung dan pembuluh darah masih dapat berlangsung terus sampai kira-kira 30 menit. Pada henti jantung dilatasi pupil kadang-kadang tidak jelas. Dilatasi pupil mulai terjadi 45 detik setelah aliran darah ke otak berhenti dan dilatasi maksimal terjadi dalam waktu 1 menit 45 detik. Bila telah terjadi dilatasi pupil maksimal, hal ini menandakan sudah 50% kerusakan otak irreversible (Alkatiri, 2007).

Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba (karotis, femoralis, radialas), disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali, pernapasan berhenti atau satu-satu (gasping, apnu), dilatasi pupil tak bereaksi dengan ranngsang cahaya dan pasien dalam keadaan tidak sadar (Latief, 2009).

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan pada saat pasien ditemukan dalam keadaan tiba-tiba tidak bergerak, tidak sedar, atau tidak bernapas (Mansjoer, 2009). Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal (Latief, 2009). Tindakan bantuan hidup dasar sangat penting pada pasien trauma terutama pada pasien dengan henti jantung yang tiga perempat kasusnya terjadi di luar rumah sakit (Alkatiri, 2007). Cedera merupakan salah satu penyebab kematian. Pada tahun 1990, 3,2 juta kematian dan 312 juta orang mengalami cedera di seluruh dunia. Pada tahun 2000 kematian akan mencapai 3,8 juta dan pada tahun 2020 diperkirakan cedera/trauma akan menyebabkan penyebab kematian ketiga atau kedua untuk semua kelompok umur (IKABI, 2004).

Dari hasil penelitian Chandrasekaran pada tahun 2010 di India menunjukkkan bahwa 31% kalangan medis, mahasiswa keperawatan, mahasiswa kedokteran gigi dan mahasiswa kedokteran tidak mengetahui singkatan BLS yang merupakan Basic life support, 51% gagal malakukan usaha penyelamatan sebagai langkah awal dalam bantuan hidup dasar, dan 74% tidak mengetahui lokasi yang tepat untuk kompresi dada pada tindakan bantuan hidup dasar (Chandrasekaran, 2010).

Beberapa waktu yang lalu, di Indonesia terjadi kematian beberapa artis akibat serangan jantung yang tidak segera mendapat pertolongan bantuan hidup dasar contohnya seperti Adjie Massaid dan Basuki. Hal ini menegaskan bahwa pengetahuan masyarakat tentang bantuan hidup dasar masih kurang. Oleh karena itu, di Kota Medan sendiri akan dilakukan beberapa penelitian terpisah yang

bantuan hidup dasar. Beberapa yang telah dilakukan, seperti contohnya yang dilakukan oleh Dewi Felayati (2011) kepada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU). Penelitian – penelitian tersebut nantinya akan digabungkan hasilnya dan akan dilihat seberapa besar tingkat pengetahuan masyarakat Kota Medan tentang bantuan hidup dasar.

Seiring dengan perkiraan peningkatan kejadian trauma di dunia dan pentingnya tindakan bantuan hidup dasar pada pasien trauma (Alkatiri, 2007) maka setiap orang seharusnya terlatih dalam pemberian pertolongan pertama atau bantuan hidup dasar. Termasuk kalangan pekerja hotel pada manajemen internasional maupun lokal yang perlu mengetahui tentang bantuan hidup dasar. 1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan hal di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengenal pasti gambaran pengetahuan bantuan hidup dasar pada pekerja hotel di antara manajemen internasional dan lokal di kota Medan pada tahun 2013.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pekerja-pekerja hotel di antara manajemen internasional dan lokal tentang bantuan hidup dasar.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Diketahuinya gambaran pengetahuan pekerja hotel tentang pengertian bantuan hidup dasar.

2. Diketahuinya gambaran pengetahuan pekerja hotel tentang tujuan bantuan hidup dasar.

3. Diketahuinya gambaran pengetahuan pekerja hotel tentang urutan pelaksanaan (algoritma) bantuan hidup dasar.

4. Diketahuinya gambaran pengetahuan pekerja hotel tentang indikasi melakukan bantuan hidup dasar

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian maka disusun manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Manfaat bagi manajemen hotel: Data atau informasi hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi manajemen hotel untuk lebih memberikan perhatian terhadap keterampilan kurang maju dalam hal bantuan hidup dasar dalam penanganan kegawatdaruratan.

2. Data atau informasi hasil penelitian ini dapat menjadi bahan untuk melakukan penelitian lain yang berkaitan dengan bantuan hidup dasar.

Seiring dengan perkiraan peningkatan kejadian henti jantung mendadak di dunia dan pentingnya tindakan bantuan hidup dasar pada pasien trauma, maka setiap orang seharusnya terlatih dalam pemberian bantuan hidup dasar. Termasuk kalangan non medis, salah satunya pekerja hotel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan pekerja hotel pada manajemen internasional dan lokal tentang bantuan hidup dasar.

Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan desain penelitian cross

sectional study. Penelitian dilakukan pada pekerja hotel. Pengambilan sampel

pada penelitian ini dilakukan dengan cara consecutive sampling dengan besar sampel sebanyak 80 responden, dimana data diambil dengan menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan.

Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan sebanyak 73 responden (91,25%) dari 80 responden memiliki pengetahuan sedang, dengan responden laki-laki sebanyak 43 responden dan perempuan sebanyak 30 responden.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan pengetahuan pekerja hotel tentang bantuan hidup dasar tergolong ke dalam tingkat pengetahuan sedang. Pengetahuan pekerja hotel di Hotel Danau Toba Internasional dan Grand Swiss-Belhotel mengenai pengertian bantuan hidup dasar adalah baik dan pengetahuan kedua hotel mengenai tujuan bantuan hidup dasar adalah baik. Pada penelitian ini juga dapat dilihat bahwa pengetahuan pekerja hotel mengenai urutan pelaksanaan bantuan hidup dasar adalah sedang dan pengetahuan mengenai indikasi melakukan bantuan hidup dasar adalah baik.

Kata Kunci: Bantuan Hidup Dasar, Pengetahuan, pekerja hotel, Hotel Danau Toba Internasional dan Grand Swiss-Belhotel

ABSTRACT

Due to an estimated increase in number of trauma in the world and the importance of basic life support for trauma patients, everyone should be trained in giving first aid or basic life support, including hotel staffs. The objective of this research is to measure the level of knowledge of hotel staffs under an International and Local Management regarding Basic Life Support.

This research used a descriptive method with cross sectional design. The sampling method was consecutive sampling, with 80 respondents from the hotel staffs from both hotels. The instrument of this research is a questionnaire with 20 questions.

The result of the descriptive statistics shows that 73 respondents (91.25% with 43 male and 30 female) from 80 respondents have an average level of knowledge.

The conclusion of this research shows that hotel staffs have an average level of knowledge about basic life support. They also have a good level of knowledge about the definition of basic life support and an average level of knowledge about the purpose of basic life support. Furthermore, they also have an average level of knowledge about the sequence of basic life support. Moreover, the hotel staffs have a good level of knowledge about the indication of basic life support.

Gambaran Pengetahuan Pekerja Hotel pada Manajemen

Internasional dan Lokal tentang Bantuan Hidup Dasar

Oleh :

DARIEL R SELVARAJAH

100100316

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

Seiring dengan perkiraan peningkatan kejadian henti jantung mendadak di dunia dan pentingnya tindakan bantuan hidup dasar pada pasien trauma, maka setiap orang seharusnya terlatih dalam pemberian bantuan hidup dasar. Termasuk kalangan non medis, salah satunya pekerja hotel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan pekerja hotel pada manajemen internasional dan lokal tentang bantuan hidup dasar.

Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan desain penelitian cross

sectional study. Penelitian dilakukan pada pekerja hotel. Pengambilan sampel

pada penelitian ini dilakukan dengan cara consecutive sampling dengan besar sampel sebanyak 80 responden, dimana data diambil dengan menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan.

Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan sebanyak 73 responden (91,25%) dari 80 responden memiliki pengetahuan sedang, dengan responden laki-laki sebanyak 43 responden dan perempuan sebanyak 30 responden.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan pengetahuan pekerja hotel tentang bantuan hidup dasar tergolong ke dalam tingkat pengetahuan sedang. Pengetahuan pekerja hotel di Hotel Danau Toba Internasional dan Grand Swiss-Belhotel mengenai pengertian bantuan hidup dasar adalah baik dan pengetahuan kedua hotel mengenai tujuan bantuan hidup dasar adalah baik. Pada penelitian ini juga dapat dilihat bahwa pengetahuan pekerja hotel mengenai urutan pelaksanaan bantuan hidup dasar adalah sedang dan pengetahuan mengenai indikasi melakukan bantuan hidup dasar adalah baik.

Kata Kunci: Bantuan Hidup Dasar, Pengetahuan, pekerja hotel, Hotel Danau Toba Internasional dan Grand Swiss-Belhotel

ABSTRACT

Due to an estimated increase in number of trauma in the world and the importance of basic life support for trauma patients, everyone should be trained in giving first aid or basic life support, including hotel staffs. The objective of this research is to measure the level of knowledge of hotel staffs under an International and Local Management regarding Basic Life Support.

This research used a descriptive method with cross sectional design. The sampling method was consecutive sampling, with 80 respondents from the hotel staffs from both hotels. The instrument of this research is a questionnaire with 20 questions.

The result of the descriptive statistics shows that 73 respondents (91.25% with 43 male and 30 female) from 80 respondents have an average level of knowledge.

The conclusion of this research shows that hotel staffs have an average level of knowledge about basic life support. They also have a good level of knowledge about the definition of basic life support and an average level of knowledge about the purpose of basic life support. Furthermore, they also have an average level of knowledge about the sequence of basic life support. Moreover, the hotel staffs have a good level of knowledge about the indication of basic life support.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Pekerja Hotel pada Manajemen Internasional dan Lokal tentang Bantuan Hidup Dasar”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis, yang selalu memberikan doa, dukungan serta semangat kepada penulis selama pembuatan proposal penelitian ini. Selanjutnya, terima kasih kepada dosen pembimbing penulisan karya tulis ilmiah ini, dr. Erjan Fikri, M.Ked(Surg), Sp.B, Sp.BA, yang telah meluangkan waktu untuk mendukung, membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari awal penyusunan proposal penelitian ini hingga memberikan rekomendasi yang sangat berguna saat pelaksanaan penelitian ini di lapangan nantinya.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan proposal penelitian ini.

Medan, Disember 2013 Penulis

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERSETUJUAN ... i ABSTRAK ... ii KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 2 1.3. Tujuan Penelitian ... 2 1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) ... 4

2.1.1. Definisi ... 4

2.1.2. Tujuan ... 4

2.1.3. Tindakan ... 5

2.1.3.1. Periksa Respon dan Layanan Kedaruratan Medis ... 6

2.1.3.2. Pembebasan Jalan Napas (Airway Support)... 6

2.1.3.3. Bantuan Napas dan Ventilasi (Breathing Support) ... 8

2.1.3.4. Sirkulasi (Circulation Support) ... 10

2.1.3.5. Posisi Pemulihan (Recovery Position) ... 11

2.2. Indikasi Bantuan Hidup Dasar ... 12

2.2.1. Henti Napas (Respiratory Arrest) ... 13

2.2.2. Henti Jantung (Cardiac Arrest)... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .... 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15

3.2. Definisi Operasional ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

4.3.1. Populasi ... 17

4.3.2. Sampel ... 17

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 20

4.6. Pengolahan dan Analisis Data ... 20

4.7. Etika Penelitian ... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 22

5.1 Hasil Penelitian ... 22

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22

5.1.2 Karakteristik Responden ... 22

5.1.3 Hasil Analisis Data ... 23

5.1.3.1 Distribusi Jawaban Responden Menurut Pertanyaan .... 23

5.1.3.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden ... 25

5.2 Pembahasan ... 27

5.2.1 Analisis Karakteristik Responden ... 27

5.2.2 Gambaran Pengetahuan ... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1 Kesimpulan ... 29

6.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Gambar 5.1. Distribusi Frekuensi Responden ... 22 Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 5.2. Distribusi Frekuensi Responden ... 22 Berdasarkan Hotel

Gambar 5.3. Distribusi Jawaban Responden ... 23 Berdasarkan Usia

Gambar 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan ... 24 Tiap Pertanyaan Tentang Bantuan Hidup Dasar

Gambar 5.5. Distribusi Pengetahuan Responden ... 25

Dokumen terkait