BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.2 Saran
Setelah membahas upacara-upacara penyucian agama Shinto di Jepang, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada para pembaca agar lebih melihat sisi positif dari bentuk- bentuk upacara penyucian yang dilakukan bangsa Jepang atas dasar: kebersihan/kesucian adalah hal utama; kekotoran sangat dibenci oleh kami; kekotoran membuat mereka merasakan sesuatu yang tidak bahagia, sesuatu yang jahat atau bersalah.
2. Diharapkan kepada pembaca agar memperhatikan dan menjaga kebersihan baik jasmani maupun hati dan pikiran karena agama manapun sangat memegang prinsip kebersihan tersebut.
3. Kepada mahasiswa Jurusan Sastra Jepang diharapkan dapat mempelajari upacara-upacara penyucian agama Shinto karena dari upacara penyucian tersebut kita dapat mengetahui nilai-nilai religius dan nilai-nilai simboliknya, bahwa orang Jepang sangat menjaga kebersihan/kesucian apalagi ketika berkomunikasi dengan
kami. Kita juga dapat mempelajari bangsa Jepang yang tetap mempertahankan
upacara-upacara penyucian tradisional yang menjadi tradisi dalam Shinto walaupun masyarakat mereka sangat maju dan sudah terpengaruh oleh budaya asing.
DAFTAR PUSTAKA
Anesaki, Masaharu. 1963. History of Japanese Religion. Tokyo: Charles E Tuttle Company
Aoki, Eiichi. 1994. JAPAN, Profile of A Nation. Tokyo: Kodansha International Ltd
Bellah, Robert N. 1992. Religi Tokugawa Akar-akar Budaya Jepang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Bunce, William. K. 1955. Religions in Japan Buddhism, Shinto,
Christianity. Japan: Charles E. Tuttle Company
Danandjaja, James. 1997. Foklor Jepang Dilihat Dari Kacamata
Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
Hatakeyama, Yasuo D. Theol. Tanpa Tahun. The Notion of Purity /
Impurity in Japanese Foklore and Religions.
www.cca.org.hk/resources/ctc/ctc01-04/ctc0104g.htm
Hersom, Ron. 2004. Nagoshi no Oharai: A Traditional Ritual.
Hiro, Sachiya. 1987. Bukkyou to Shinto. Japan.
Holtom, D. C. 1938. The National Faith of Japan. Tokyo: Kegan Paul, Trench, Trubner & Co, Ltd
Joya, Mock. 1960. Quaint Customs and Manners of Japan. Tokyo: Tokyo News Service, Ltd
Katō, Genchi. 1973. A Historical Study of the religious Development of Shinto, terj. Shōyū Hanayama. Japan: Japan Society for the
Promotion of Science
Kazuhiko, Nishioka,. Tanpa Tahun. Kegare.
Koentjaraningrat. 1976. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia
Kodansha Ltd. 1983. Kodansha Encyclopedia of Japan. Tokyo: Kodansha Ltd
Kodansha. 1989. Nihongo Dai Jiten. Tokyo: Kodansha Ltd
Luxemburg, Jan Van, Mieke Bal, William G. Weststeijn. 1992. Pengantar
Ilmu Sastra, terj. Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia
Masinambow, E. K. M. 1997. Koentjaraningrat dan Antropologi di
Indonesia. Jakarta: Asosiasi Antropologi Indonesia
Ono, Sokyo. 1962. Shinto The Kami Way. Japan: Charles E. Tuttle Company
Picken, Stuart D. B. 1980. Shinto Japan’s Spiritual Roots. Japan: Kodansha International Ltd
Picken, Stuart D. B. 1994. Essential of Shinto. London: Greenwood Press Rochayah, Machali. 2000. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: PT.
Grasindo
Rahmadayani, Heni. 2005. Pernikahan Secara Shinto Di Jepang (skripsi). Medan: Program Studi Sastra Jepang USU
Ross, Floyd Hiatt. 1965. Shinto The Way of Japan. United State of America: Greenwood Press
Seiroku, Noma. 1967. The Heritage of Japanese Art. Tokyo: Kokusai Bunka Shinkokai
Situmorang, Hamzon. 2005. Telaah Pranata Masyarakat Jepang I (diktat). Medan: Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
Situmorang, Hamzon. 2005. Telaah Pranata Masyarakat Jepang II (diktat). Medan: Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Situmorang, Hamzon. 2006. Ilmu Kejepangan 1. Medan: USU Press Yanagawa, Keiichi. 1992. Religion in Japan Today. Tokyo: Foreign Press
Center, Japan
______. 1993. JAPAN: An Illustrated Enclyclopedia. Jepang: Kodansha
DAFTAR ISTILAH
Akafujō : Kekotoran yang dikarenakan darah
Amatsu Tsumi : Dosa-dosa surgawi (yang dilakukan di surga) dalam agama Shinto
Chinowa : Lingkaran besar yang sakral yang terbuat dari alang- alang yang disimpul dengan tidak terlalu kuat, dibangun di depan honden
dan dipakai pada saat Nagoshi no ōharai
Engi Shiki : Kitab pranata yang berjumlah 50 jilid yang dibuat pada awal jaman Heian (794 – 1192)
Fundoshi : Celana dalam tradisional untuk laki-laki dewasa yang dipakai saat ritual keagamaan
Gohei : Kayu dengan kertas terlipat berbentuk zigzag tergantung di tiap sisi. Digunakan sebagai objek penyembahan, atau untuk menyucikan tempat sakral dalam upacara penyucian seperti onusa.
Gūji : Kepala Pendeta Shinto
Haiden : Ruang tempat berdoa
Hamaya : Anak panah pengusir setan
Harae / Harai : Upacara penyucian agama Shinto
Haraigushi : Alat penyucian yang digunakan saat harae
Hatsumiyamairi : Kunjungan pertama kali seorang bayi ke kuil Shinto setelah dilahirkan
Honden : Kuil utama sebagai tempat tinggal kami
Imi : Penyucian dengan mentaati larangan, menghindari tabu, dan mengucilkan diri
Jinja : Tempat ibadah / kuil agama Shinto
Kami : Tuhan / dewa dalam agama Shinto
Kami Hachiman : Dewa Perang
Kamidana : Altar Shinto, “meja dewa”
Kannushi : Pendeta Shinto
Kegare : Kekotoran
Kojiki : Buku sejarah Jepang tertua yang berisi penciptaan langit dan bumi, lahirnya para dewa, terjadinya negara Jepang dan keagungan keluarga kaisar.
Koma Inu : Sepasang patung binatang yang diletakkan di depan
Honden (kuil utama) Kunitsu Tsumi : Dosa-dosa duniawi
Kurofujō : Kekotoran yang dikarenakan kematian
Matsuri : Upacara keagamaan
Michihiko : Seorang yang memimpin upacara misogi
Miko : Gadis yang melayani sebagai asisten pendeta Shinto saat ritual dan menampilkan tarian sakral (kagura)
Nakoodo : Perantara pernikahan, orang yang menjodohkan
Nihon Shoki : Buku sejarah Jepang yang berasal dari jaman Nara, terdiri dari 30 jilid + 1 jilid berisi bagan silsilah (genealogi) yang hilang
Norito : Doa yang dipanjatkan dalam upacara Shinto
Ofuda : Jimat yang terbuat dari kertas atau kayu bertuliskan nama seorang dewa yang didistribusikan kuil untuk peziarah dan dibawa pulang supaya memperoleh pertolongan dewa
Omochi : Makanan tradisional dari beras yang ditumbuk dan dibolak-balik dalam sebuah lesung kayu dan diisi kacang merah olahan.
Onusa : Sebuah ranting kecil pohon sakaki yang ditempeli potongan kertas atau kain, dipakai saat upacara keaagamaan
Sakaki : Cleyera Ochnacca, tanaman yang digunakan dalam upacara Shinto
Shimenawa : Tali yang diikat bersilang sebagai penanda daerah suci
Tamagushi : Bentuk persembahan kepada kami
Torii : Gerbang kuil Shinto
Tsumi : Dosa / kekotoran
Ujigami : Leluhur yang dipuja sebagai kami
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar II. Tahapan Jichinsai Barai
Gambar V. Misogi Shuhō
Gambar VII. Chinowa
Gambar VIII. Tamagushi