• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

Selama dalam proses penelitian ini, dapat diungkapkan beberapa saran dari penulis yang mungkin dapat bermanfaat.

Adapun saran tersebut adalah :

1. Dalam penelitian ini ditemukan kesulitan untuk mendapatkan data sampel penelitian yang dikarenakan tidak lengkapnya data rekam medis. Sebaiknya data ini dilengkapi dengan baik agar mempermudah proses penelitian berikutnya

2. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan skala yang lebih luas untuk mengidentifikasi faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi ekspresi kadar CA-125.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Histologi Ovarium

Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Sebagian kecil ovarium berada di dalam ligamentum latum, disebut hilus ovarii. Pada bagian hilus ini masuk pembuluh darah dan saraf ke ovarium. Lapisan yang menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium.xi

Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel selapis kubik-silindrik, disebut epitelium germinativum. Di bawah epitel ini terdapat tunika albuginea dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel – folikel primordial. Tiap bulan satu folikel, kadang – kadang dua folikel, berkembang menjadi folikel de Graaf. Folikel – folikel ini merupakan bagian ovarium terpenting dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam, dan juga dalam tingkat – tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel saja sampai folikel de Graaf matang. Folikel yang matang ini terisi dengan likuor follikuli yang mengandung estrogen, dan siap untuk berovulasi.11

Pada waktu dilahirkan bayi perempuan mempunyai sekurang – kurangnya 750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel – folikel. Pada umur 6-15 tahun ditemukan 439.000, pada 16-25 tahun 159.000, antara umur 26-35 tahun menurun sampai 59.000, dan antara 34-45 hanya 34.000. Pada masa menopause semua folikel sudah menghilang.11

Ovarium dilapisi oleh satu lapisan sel kuboid rendah atau gepeng yaitu epitel germinal, yang bersambungan dengan mesotelium peritoneum viscerale. Di bawah epitel germinal adalah lapisan jaringan ikat padat yang disebut tunika albuginea.xii

Ovarium memiliki korteks di tepi dan medula di tengah, tempat ditemukannya banyak pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe. Selain folikel,

korteks mengandung fibrosit dengan serat kolagen dan retikular. Medula adalah jaringan ikat padat tidak teratur yang bersambungan dengan ligamentum mesovarium yang menggantungkan ovarium. Pembuluh darah besar di medula membentuk pembuluh darah yang lebih kecil yang menyebar di seluruh korteks ovarium. Mesovarium dilapisi oleh epitel germinal dan mesotelium peritoneum.12

Di stroma korteks terlihat banyak folikel ovarium, terutama jenis yang lebih kecil, dalam berbagai tahap perkembangan. Folikel yang paling banyak adalah folikel primordial, yang terletak di tepi korteks dan di bawah tunika albuginea. Folikel ini dikelilingi oleh satu lapisan sel folikuler gepeng. Folikel primordial mengandung oosit primer yang kecil dan imatur, yang membesar secara bertahap seiring perkembangan folikel menjadi folikel primer, sekunder, dan matur. Sebelum ovulasi folikel matur, semua folikel yang sedang berkembang mengandung oosit primer.12

Folikel yang lebih kecil dengan sel kuboid, silindris, atau berlapis kuboid yang mengelilingi oosit primer disebut folikel primer. Seiring dengan bertambahnya ukuran folikel, cairan, yang disebut likuor folikuli (liquor

follicularis), mulai menumpuk diantara sel – sel folikular, yang sekarang disebut sel granulosa. Daerah – daerah yang mengandung cairan akhirnya menyatu untuk membentuk suatu rongga berisi cairan, yaitu antrum. Folikel dengan rongga antrum disebut folikel sekunder (antrum). Folikel ini lebih besar dan terletak lebih dalam di korteks. Semua folikel yang lebih besar, termasuk folikel primer, folikel sekunder, dan folikel matur memperlihatkan lapisan sel granulosa, teka interna, dan lapisan jaringan ikat sebelah luar, teka eksterna.12

Folikel ovarium yang paling besar adalah folikel matur. Folikel ini memperlihatkan struktur sebagai berikut : antrum besar yang berisi likuor folikuli; kumulus ooforus, suatu bukit kecil tempat oosit primer berada; korona radiata, lapisan sel yang langsung melekat pada oosit primer; sel granulosa yang mengelilingi antrum; lapisan dalam teka interna; dan lapisan luar teka eksterna.12

Setelah ovulasi. Folikel besar kolaps dan berubah menjadi organ endokrin sementara, korpus luteum. Sel granulosa folikel berubah menjadi sel lutein

7

yang berwarna lebih gelap. Jika tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum mengalami regresi, degenerasi, dan akhirnya berubah menjadi jaringan parut yang disebut korpus albikans.12

Kebanyakan folikel ovarium tidak mencapai maturitas. Folikel – folikel ini mengalami degenerasi (atresia) pada semua tahap perkembangan folikel dan menjadi folikel atretik, yang akhirnya diganti oleh jaringan ikat.12

Gambar 2.1.1. Ovarium. Folikel Primordial dan Primer.

Dikutip dari : Tufts University,2009 (http://ocw.tufts.edu/data/4/221179.pdf)

Gambar 2.1.2. Ovarium. Gambaran menyeluruh.

2.2. Kanker Ovarium

Kanker ovarium merupakan kanker kandungan terbanyak sesudah kanker leher rahim, namun mempunyai tingkat kematian yang lebih besar daripada kanker leher rahim. Angka kematian 5 tahun tergantung dari luasnya penyakit (stadium). Menurut FIGO (Federasi Obstetri dan Ginekologi Sedunia) angka kematian mencapai 11,1%, 25,1%, 58,5%, dan 82,1% masing – masing untuk stadium I, II, III, IV.28 Kanker ovarium meningkat dengan tajam pada umur 45-54 tahun dan terus meningkat sepanjang sisa umurnya, paralel dengan kadar hormon gonadotropin.6

Di dunia jumlah penderita kanker ovarium tertinggi terdapat di Norwegia (15,3 per 100.000), terendah di Jepang (3,2 per 100.000), selisih 5 kali lipat. Jumlah penderita pada orang kulit putih di Amerika Serikat adalah 12,9 per 100.000, lebih tinggi dari etnis Tionghoa yang bermukim di Los Angeles 8,5 per 100.000, lebih tinggi dari China daratan 5,0 per 100.000 dan penduduk Hongkong (5,8/100.000).xiii

Berdasarkan data dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) kanker ovarium hingga kini menduduki peringkat ke enam terbanyak dari jenis kanker ginekologi. Penyebab kanker hingga kini belum jelas, tetapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Faktor genetik juga berpengaruh, sebagian orang secara genetik mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menderita kanker, sebagian lain secara genetik lebih kecil kemungkinannya.13

Lebih dari 75% perempuan yang datang memeriksakan diri ke dokter sudah menderita kanker stadium lanjut (meluas), dan sekitar 15% diantaranya tidak menunjukan gejala apapun. Sebagian besar permpuan dengan kanker ovarium tidak menunjukan gejala dalam waktu yang lama.13,xiv

Faktor umur telah dilaporkan sebagai publikasi insidensi yang paling sering pada kanker ovarium. Menurut Crum (1999), tumor jinak ovarium umumnya lebih banyak terjadi pada perempuan berumur 20-45 tahun. Secara umum, insidensi tumor ganas ovarium meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Pada umur 0-14 tahun didapat insidensi sebesar 0,2 dan pada umur diatas

9

lebih berkembang. Di Amerika Serikat, insidensi tumor ganas ovarium pada umur 5-9 tahun adalah 0,3 dan pada umur diatas 85 tahun didapat insidensi sebesar 44,2. Pada umur 80-84 adalah puncak insidensi dengan angka 50,6.xv

Selain faktor umur, masih banyak lagi faktor yang dapat meningkatkan insidensi kejadian tumor ganas ovarium, yaitu faktor genetik, reproduksi, hormonal, dan gaya hidup seperti aktivitas fisik, diet, dan merokok. Faktor genetik mungkin adalah faktor yang paling berhubungan dengan meningkatnya insidensi tumor ganas ovarium. Dilaporkan sekurangnya 10% dari tumor ganas epitel ovarium merupakan penyakit keturunan.15

Sedangkan dari faktor reproduksi, penelitian – penelitian sebelumnya selalu menunjukan bahwa insidensi kejadian kanker ovarium meningkat pada wanita nulliparity atau yang tidak melahirkan. Histerektomi dan ligasi tuba dapat menjadi faktor protektif pada kanker ovarium. Penggunaan kontrasepsi oral dilaporkan dapat menurunkan risiko keganasan ovarium sedangkan terapi hormon pada perempuan menopause dapat meningkatkan risiko keganasan ovarium.15

Belum ada kesimpulan yang pasti pada hubungan faktor gaya hidup dengan peningkatan insidensi kejadian kanker ovarium. Beberapa penelitian menunjukan adanya peningkatan risiko pada perempuan obesitas sedangkan penelitian lain menunjukan tidak ada hubungan antara body mass index (BMI) dengan risiko terjadi kanker ovarium.15

Hal ini juga ditemukan pada hubungan aktivitas fisik dengan peningkatan risiko kanker ovarium. Penelitian menunjukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan risiko kanker ovarium, sedangkan penelitian lain menyimpulkan tidak adanya hubungan antara keduanya. Merokok dilaporkan menunjukan peningkatan risiko pada epithelial subtype mucinous adenocarcinoma, tetapi tidak pasa subtype yang lainnya.15

2.3. Kanker Epitel Ovarium 2.3.1. Defenisi dan Epidemiologi

Kanker epitel ovarium, merupakan yang paling sering ditemukan. Menempati 85-90% dari keganasan ovarium, umumnya pada wanita setengah baya dan lansia, usia tersering adalah 50 – 60 tahun. Berasal dari epitel permukaan ovarium maupun epitel permukaan yang berinvaginasi ke dalam berupa duktus glandular dan kista.8

Kebanyakan tumor ovarium muncul dari epitel Mullerian. Klasifikasi tumor ini didasarkan pada gabungan dari perbedaan dan tingkat proliferasi epitelnya. Ada tiga besar tipe histologik yang menjadi dasar perbedaan tumor ovarium; serous, mucinous, dan tumor endometrioid. Proliferasi epitel ini diklasifikasikan menjadi jinak, borderline, dan ganas. Tumor jinak sering diklasifikasikan lagi berdasarkan komponen dari tumornya, yang mungkin termasuk ialah area cystic (cystadenoma), area cystic dan fibrous (cystadenofibromas), dan area dengan predominan fibrous (adenofibromas).

Tumor borderline dan ganas juga mempunyai komponen cystic, dan ketika menjadi keganasan terkadang disebut sebagai cystadenocarcinoma. Tumor bisa jadi relatif kecil, atau bahkan dapat tumbuh mengisi seluruh ruang pelvis sebelum terdeteksi.xvi

2.3.2. Etiologi dan Patogenesis

Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan terjadinya kanker ovarium. Diantaranya diuraikan beberapa teori berikut.

a. Hipotesis incessant ovulation

Teori ini menyatakan bahwa pada saat ovulasi terjadi kerusakan jaringan pada sel ovarium yang berulang. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu sehingga dapat menimbulkan transformasi menjadi sel – sel tumor.

11

b. Hipotesis Gonadotropin

Teori ini menyatakan bahwa terjadi stimulasi berlebihan yang secara langsung atau tidak langsung dari epitel permukaan ovarium. Peningkatan kadar hormon gonadotropin ini berhubungan dengan makin bertambahnya besarnya tumor ovarium.

c. Hipotesis Androgen

Teori ini didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Epitel ovarium selalu terpapar pada adrogenik steroid yang berasal dari ovarium itu sendiri dan kelenjar adrenal. Dalam percobaan invitro androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan juga sel – sel kanker epitel ovarium dalam kultur sel.14

2.3.3 Faktor Resiko

Banyak faktor yang mungkin berkaitan dengan timbulnya penyakit ini, seperti berikut.

Pengaruh Reproduksi. Infertil atau jumlah kehamilan sedikit, memakai

stimulan ovulasi, dll. Dapat menambah risiko kanker ovarium. Sedangkan kehamilan aterm berefek proteksi jelas terhadap timbulnya kanker ovarium. Beberapa penelitian menemukan bahwa meningkatnya jumlah kehamilan tidak lengkap juga dapat menurunkan risiko timbulnya kanker ovarium.8

Makin meningkat siklus haid berovulasi ada hubungannya dengan meningkatnya risiko timbulnya kanker ovarium. Hal ini dikaitkan dengan pertumbuhan aktif permukaan ovarium setelah ovulasi. Induksi siklus ovulasi mempergunakan klomifen sitrat meningkatkan risiko 2 sampai 3 kali. Kondisi yang menyebabkan turunnya siklus ovulasi menurunkan risiko kanker seperti pada pemakaian pil Keluarga Berencana menurunkan risiko sampai 50%, bila pil dipergunakan 5 tahun atau lebih; Multiparitas, dan riwayat pemberian air susu ibu termasuk menurunkan risiko kanker ovarium.11

Usia menopause lanjut dapat sedikit menambah risiko kanker ovarium, tapi pengaruhnya tidak begitu besar. Kebanyakan penelitian tidak menemukan

menarche dini sebagai faktor risiko, walaupun beberapa studi menganggap itu

sebagai faktor risiko yang lemah.8

Faktor Genetik. Pada kebanyakan kasus, faktor genetik (herediter

multigenik) berinteraksi dengan faktor lingkungan dalam menimbulkan tumor. Sekitar 5-10% pasien kanker ovarium memiliki anggota keluarga yang juga menderita kanker ovarium. Sedangkan perempuan dengan riwayat keluarga sindrom keganasan ovarii herediter (HOCS) berpeluang tinggi menderita kanker ovarium sampai 20%, sesuai dengan pertambahan usia risiko tersebut meningkat pula.8

Ada 3 jenis kanker ovarium yang diturunkan yaiyu kanker ovarium site

specific familial; Sindrom kanker payudara-ovarium, yang disebabkan oleh

mutasi dari gen BRCA 1 dan berisiko sepanjang hidup (lifetime) sampai 85% timbul kanker payudara dan risiko lifetime sampai 50% timbulnya kanker ovarium pada kelompok tertentu. Walaupun mastektomi profilaksis kemungkinan menurunkan risiko, tetapi persentase kepastian belum diketahui. Ooforektomia profilaksis mengurangi risiko sampai 2% ; Sindrom kanker Lynch tipe II, dimana beberapa anggota keluarga dapat timbul berbagai jenis kanker, termasuk kanker kolorektal nonpoliposis, endometrium, dan ovarium.11

Faktor Diet. Diet tinggi lemak dapat meningkatkan risiko, sedangkan

vitamin, serat, buah dan sayur dapat menurunkan risikonya.8

Faktor Lingkungan. Insidens kanker ovarium tinggi pada negara – negara industri. Penyakit ini tidak ada hubungannya dengan obesitas, minum alkohol, merokok, maupun minum kopi. Juga tidak ada kaitannya dengan penggunaan bedak talkum ataupun intake lemak yang berlebihan.11

2.3.4. Gambaran Klinis

Pada stadium dini umumnya asimtomatik, atau hanya terdapat gejala tidak khas yang ringan, seperti tidak nafsu makan, kembung, sakit perut, penurunan berat badan, dll. Keluhan tersering dari pasien adalah perut kembung tidak nyaman, mudah dikelirukan sebagai dispepsia. Perut kembung dapat disebabkan

13

abdominal membuat tekanan intra-abdomen meninggi. Umumnya tanpa nyeri perut atau hanya nyeri samar, bila tumor mengalami torsi, ruptur, perdarahan dan terinfeksi, dapat timbul nyeri perut yang lebih jelas. Selain itu, sebagian pasien dapat mengalami perdarahan pervaginam iregular, umumnya gejala ini terjadi pada tumor sel granulosa dan tekoma yang mampu memproduksi estrogen.8

Tanda fisik yang dapat dijumpai adalah sebagai berikut. 1. Massa kavum pelviko-abdominal

Ketika tumor ovarium terletak di kavum pelvis, pemeriksaan ginekologis meraba massa di satu atau kedua sisi uterus, bila tumor membesar dapat memasuki kavum abdomen. Permukaan tumor ganas dapat bersifat nodular, padat atau kistik dan padat, bila mengenai jaringan sekitar tumor menjadi terfiksasi. Bila di resesus rekto-uterina terdapat massa keras padat nodular dan koalesen, umumnya bersifat ganas.

2. Tanda asites

Pada pemeriksaan fisik terdapat pekak bergeser (shifting dullness) positif, bila asites masif seluruh abdomen pekak pada perkusi. Asites keganasan ovarium umumnya berwarna merah muda sanguineus, pemeriksaan sitologi dapat menemukan sel ganas.

3. Kelainan tanda seksual sekunder

Merupakan manifestasi hormon yang diproduksi tumor ovarium. Misalnya pubertas prekok sebelum remaja, perdarahan pervaginam pada menopause, amenore pada usia reproduktif atau perdarahan iregular uteri, maskulinisasi, dll.8

2.3.5 Diagnosis

Tumor epitel ganas ovarium, khususnya stadium dini, dewasa ini belum mempunyai metode diagnosis yang spesifik dan sensitif. Gabungan penggunaan beberapa metode pemeriksaan berikut dapat membantu meningkatkan keberhasilan diagnosis praoperasi.

a. Pemeriksaan Pencitraan

1. Ronsen toraks dapat membantu menemukan hidrotoraks; film polos abdomen dapat menemukan lesi kalsifikasi dalam teratoma; pemeriksaan

minum barium dan enema barium membantu menyingkirkan tumor primer gastrointestinal dan mengetahui apakah saluran gastrointestinal terkena; pencitraan saluran kemih dapat menemukan desakan atau situasi invasi terhadap buli – buli dan ureter.

2. USG dapat menemukan tumor kecil ovarium yang tidak jelas dengan palpasi; dapat membedakan sifat solid atau kistik dari tumor serta apakah di dalam kista terdapat papila, ini membantu diagnosis sifat jinak atau ganas dari tumor; dapat menemukan asites dan lesi implantasi agak besar dalam kavum pelviko-abdominal, khususnya membantu penentuan lesi metastatik ke hati, limpa dan ginjal dan organ padat lain. USG vaginal memiliki berkemampuan diferensiasi lebih tinggi, jarak prober vagina organ kavum pelvis lebih dekat sehingga lebih jelas melihat ukuran dan bentuk ovarium.

3. Pemeriksaan CT dan MRI dapat menemukan lesi kecil yang sulit ditemukan USG, kemampuan diferensiasi lebih tinggi, sehingga akurasi meningkat. Selain itu, CT dan MRI dapat dengan jelas menunjukan hubungan tumor dan jaringan organ sekitarnya, situasi kelenjar limfe kavum abdomen, pelvis, ada tidaknya metastasis ke hati, limpa dan organ padat lain, untuk diagnosis, penentuan stadium tumor sangat membantu. 4. PET/CT merupakan bentuk teknik pencitraan paling maju dewasa ini. Zat

kontras yang sering dipakai adalah deoksiglukosa yang dilabel dengan 18F (18F-FDG), waktu paruhnya relatif lebih panjang, dapat mencerminkan metabolisme glukosa dalam tubuh. Jaringan tumor memiliki metabolisme lebih kuat terhadap 18FDG, ambilan FDG jaringan tumor ganas jauh lebih tinggi dari jaringan normal dan tumor jinak. Ambang nilai ukuran tumor yang dapat dideteksi dari teknik pencitraan klinis pada umumnya adalah 1 cm³, PET mungkin dapat menemukan lesi yang lebih kecil.8

b. Pemeriksaan Sitologi

15

pemeriksaan ini penting bagi peningkatan diagnosis keganasan ovarium praoperasi.8

c. Laparoskopi

Laparoskopi membantu diagnosis dini keganasan ovarium. Ketika hasil pemeriksaan USG atau CA-125 darah mencurigakan massa pelvis sebagai keganasan ovarium; asites masif menyulitkan diferensiasi TB, sirosis hati dan keganasan ovarium, dapat dilakukan laparoskopi untuk memastikan diagnosis. Selain itu juga membantu diferensiasi keganasan primer atau metastatik ovarium serta penentuan stadium keganasan ovarium secara tepat, dll.8

d. Pemeriksaan Petanda Tumor

Jenis tumor ovarium sangat beragam, tidak setiap jenis memiliki zat petanda tumor yang bersesuaian, dewasa ini petanda tumor yang telah dikenal kurang spesifik, harus digabungkan dengan hasil pemeriksaan lain barulah dapat menegakkan diagnosis.

 AFP : pada tumor sel germinal ganas ovarium, misal tumor endodermal dan teratokarsinoma dapat bereaksi positif, tapi harus menyingkirkan hepatokarsinoma, hepatitis, kehamilan, dll yang dapat memberikan AFP positif. Pemeriksaan AFP juga dapat dijadikan satu parameter pemantau perkembangan penyakit pasca terapi.

 Beta-HCG : β-HCG merupakan zat petanda sensitif bagi tumor sel germinal ovarium yang mengandung unsur koriokarsinoma, seperti teratokarsinoma dan koriokarsinoma primer.

 CA-125 : CA-125 merupakan antigen terkait dengan keganasan epitel ovarium, pada tumor jinak yang berasal dari duktus Mulleri lainnya, endometriosis dan inflamasi peritoneum juga dapat bereaksi positif. Spesifitas zat petanda ini tidak terlalu kuat, tapi sensitivitasnya tinggi, reaksi positif pada keganasan epitel ovarium dapat mencapai 82-94%. Ini merupakan zat petanda kanker ovarium yang paling banyak digunakan di klinis.8

2.3.6. Klasifikasi Berdasarkan Histopatologi

Tabel 2.3.1. Klasifikasi Tumor Epitel Ovarium berdasarkan WHO 2014 Epithelial tumours

Serous tumours Mucinous tumours Endometrioid tumours Clear cell tumours Brenner tumours Seromucinous tumours Undifferentiated tumours Mesenchymal tumours

Mixed epithelial and mesenchymal tumours Sex cord-stromal tumours

Pure stromal tumours Pure sex cord tumours

Mixed sex cord-stromal tumours Sertoli-Leydig cell tumours Sex cord-stromal tumours Germ cell tumours

Dysgerminoma Yolk sac tumour Embryonal carcinoma

Non-gestational choriocarcinoma Mature teratoma

Immature teratoma Mixed germ-cell tumour

Monodermal teratoma and somatic-type tumours arising from a dermoid cyst Struma ovarii

Carcinoidrmal

Neuroectodermal-type tumours Sebaceous tumours

Other rare monodermal teratomas Carcinoma

Germ cell-sex cord-stromal tumours Gonadoblastoma

Mixed germ cell-sex cord Miscellanous tumours Mesothelial tumours Adenomatoid tumours Mesothelioma Soft tissue tumours Myxoma

Tumour-like lessions

Lymphoid and myeloid tumours Lymphomas

Plasmacytoma Myeloid neoplasm

17

2.3.6.1. Serous Carcinoma

Jenis karsinoma ini mencakup kistadenoma serosa papiler dan karsinoma papilar. Ditemukan sebanyak 50% timbul serentak di kedua ovarium, mudah tersebar di kavum abdomen dan pelvis, dapat disertai asites masif, merupakan keganasan epitel ovari yang tersering ditemukan. Irisan penampang tumor sebagai kistik solid, cairan serosa di dalam kista, di dinding dalam kista sering terdapat banyak papila rapuh dan nodul padat, pada setengah lebih dapat tampak papila eksofitik. Tumor jenis ini di bawah mikroskop menurut diferensiasi sel kanker dibagi menjadi diferensiasi baik, sedang dan buruk. Kanker diferensiasi baik memiliki percabangan papilar rapat, dapat tampak mitosis, sel tampak anaplastik berat, terdapat invasi interstisial jelas, badan psamoma relatif banyak. Kanker diferensiasi sedang dan buruk memiliki lebih banyak area padat, papil sedikit atau tidak ada, badan psamoma tak mudah ditemukan.8

a. Low-Grade Serous Carcinoma

Low-grade serous carcinoma, adalah karsinoma invasif, biasanya dengan

menunjukan pola khas atypia cytological low-grade malignant. Low-grade serous

carcinoma terhitung sekitar 5% dari semua serous carcinoma. Analisis dari faktor

risiko terhadap low-grade serous carcinoma terbatas dengan jumlah kasus dan pengakuan baru – baru ini sebagai jenis tumor yang berbeda.5

b. High-Grade Serous Carcinoma

High-grade serous carcinoma, adalah karsinoma yang terdiri dari sel – sel epitelial yang menampilkan gambaran papillary glandular (sering menyerupai celah) dan pola yang padat dengan atypia nuclear high-grade.5

Setiap tahun, ada sekitar 225.000 kasus baru kanker ovarium terdiagnosa dan 140.000 terkait jumlah kematian di seluruh dunia, terutama high-grade serous

carcinoma. High-grade serous carcinoma berdampak pada perempuan di negara – negara barat dengan kumulatif risiko seumur hidup di Amerika Serikat 3,8%, dimana lebih tinggi perempuan ras kulit putih daripada ras kulit hitam. Di

Amerika Serikat, angka ini telah menurun selama bertahun – tahun, dan penurunan ini semakin cepat semenjak tahun 2002.5

Gambar. 2.3.1. Makroskopis Serous Carcinoma.

Dikutip dari : text book of Gynecologic Pathology, 2008

Gambar. 2.3.2. Low-Grade Serous Carcinoma. Kumpulan papilla dan jaring halus di sekitar stroma.

Dikutip dari : text book of Gynecologic Pathology, 2008

19

Pengobatan serous carcinoma tidak berbeda dengan pengobatan karsinoma epitel stroma lainnya. High-grade serous carcinoma merupakan bagian besar dari stadium lanjut serous carcinoma. Data statistik menunjukan prognosis

Dokumen terkait