• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Bagi Pegawai Negeri Sipil

Bekerja dengan penuh bertanggungjawab dan memiliki etos kerja menjadi harapan bagi setiap pegawai khususnya pegawai negeri sipil yang memiliki tanggungjawab dalam memberikan kinerja dan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Melalui hasil penelitian tersebut, pegawai negeri

sipil disarankan juga untuk memperhatikan dan meningkatkan aspek emosi atau afektif dalam bekerja. Kemampuan dalam mengelola emosi yakni menjadi pribadi yang lebih cerdas secara emosi dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan etos kerja.

2. Bagi Badan Kepegawaian Kota Yogyakarta

Melalui hasil penelitian tersebut, penulis memberikan saran bagi Badan Kepegawaian Kota Yogyakarta untuk dapat memperhatikan aspek psikologi khususnya kecerdasan emosional yang dapat digunakan untuk meningkatkan etos kerja pegawai. Badan Kepegawaian dapat memberikan fasilitas berupa pelatihan kecerdasan emosi yang dapat dilaksanakan guna meningkatkan pemahaman akan pentingnya cerdas secara emosi yang dampaknya akan dapat meningkatkan etos kerja PNS. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya

a. Berkaitan dengan skala etos kerja pada penelitian tersebut, peneliti menyarankan untuk lebih memperhatikan prosedur dalam menyusun konstrak/ konsep etos kerja sehingga skala yang dibuat dapat mudah dipahami sehingga dapat mengurangi bias dalam mengartikan pernyataan dan dapat mengurangi facking good dalam pengisian skala tersebut.

b. Berkaitan dengan keterbatasan pada penelitian kuantitatif yaitu besarnya kemungkinan facking good atau kecenderungan subyek

memilih respon yang baik secara sosial (social desirability), untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode penelitian kualitatif dalam mengungkap kecerdasan emosional dan etos kerja pada pegawai negeri sipil.

c. Peneliti menyadari akan keterbatasan yang terdapat dalam penelitian tersebut. Terkait dengan penghapusan satu dimensi yaitu Leisure pada variabel etos kerja. Tidak diikutsertakannya dimensi tersebut oleh karena adanya distriminasi item yang rendah pada hamper semua item. Peneliti merasa bahwa alasan tersebut tidak cukup kuat, sehingga peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya yang menggunakan kontruk etos kerja dari Miller untuk tetap mempertahankan dan mengkaji ulang terhadap dimensi Leisure tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Addis, F Scott, CPCU. (2010). Buliding a strong work ethic. Rough Notes; Jan 2010; 153. 1; ABI/INFORM Complete pg. 88. Diunduh 7 Agustus 2012, dari http://search.proquest.com

Anoraga, P. (2005). Psikologi kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Arikunto, S. (2005). Manajemen penelitian – Edisi Revisi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Azwar, Saifuddin. (2007). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Azwar, Saifuddin. (2009). Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Azwar, Saifuddin. (2010). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bappenas. (2004). Kajian rencana tindak reformasi birokrasi. Direktorat Aparatur

Negara. Diunduh 20 Oktober 2013, dari

http://goodgovernance.bappenas.go.id

Boyatzis, R. E., Goleman, D., & Rhee, K. (2000). Clustering Competence in Emotional Intelligence: Insights from the emotional competence inventory (ECI) In R. Bar-On & J. D. A. Parker (Eds.), The handbook of emotional intelligence: Theory, development, assessment, and application at home, school, and in the workplace (pp. 343-362). San Francisco: Jossey-Bass. Diunduh 7 Agustus 2012, dari http://library.nu

Cherniss, Cary & Goleman, D. (2001). Emotional intelligence and organizational effectiveness. The Emotionally Intelligent Workplace ; How to Select for, Measure, and Improve Emotional Intelligence in Individuals, Groups, and Organizations. San Fransisco : Jossey-Bass. Diunduh 7 Agustus 2012, dari http://library.nu

Djajendra. (2012). Emosi karyawan mempengaruhi sukses perusahan. Artikel. Diunduh 13 November 2013, dari http://.djajendra-motivator.com

Druskat, Vanessa Urch & Wolff, Steven B. (2001). Group Emotional Intelligence and Its Influence On Group Effectiveness. Chapter 6. Emotional Intelligence and Organizational Effectiveness. The Emotionally Intelligent Workplace ; How to Select for, Measure, and Improve Emotional Intelligence in Individuals, Groups, and Organizations. San Fransisco : Jossey-Bass. Diunduh 7 Agustus 2012, dari http://library.nu

Fuimano, J. (2004). Raise your emotional intelligence. Nursing Management. 35(7) : 1-12.

Goleman, D. (2007). Kecerdasan Emosional: Mengapa kecerdasan emosional penting dari pada IQ. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Gonzalez, Cathy J.A. (2006). A causal comparative study of work ethic as a function of generational cohorts. A Dissertation presented in partial fulfillment of the requirements for the degree doctor of management in organizational leadership. University of Phoenix.

Hadi, Sutrisno. (2004). Statistik jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset

Hermanto, Juliana. (2008). Etos kerja pedagang etnis cina yang mengelola toko obat cina di kotamadya pontianak. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Hudspeth, Natasha A. (2003). Examining the MWEP: further validation of the multidimensional work ethic profile. A thesis submitted in partial fulfillment of the requirements for the Degree of Master of Science in Psychology. Texas A&M University.

Kalemci, R. Arzu & Atakan, Sirin D. (2011). Which One is More Determining for Various Occupations in Turkey : Islamic work ethic or protestant work ethic values?. International Journal of Arts & Sciences, 4(15):365-373 (2011). di unduh 19 September 2012 dari http:/InternationalJournal.org Khalili, Ashkan. (2012). The role of emotional intelligence in the workplace: a

literature review. International Journal of Management, Vol. 29 No.3 Part 2. Multimedia University, Malaysia.

Lembaga Adminitrasi Negara, (2009). Etos Kerja PNS :Modul pilot project pendidikan dan pelatihan prajabatan golongan III. LAN Republik Indonesia.

Melianawati, dkk. (2001). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Journal Anima Psikologi Indonesia, Volume 17 No. 1, 57-62 Miller, M.J., Woehr, D.J., & Hudspeth, N. (2001). The Meaning and

Measurement of Work Ethic: Construction and initial validation of a multidimensional inventory. Journal of Vocational Behavior, 59, 1-39. Diunduh 19 September 2012 dari www.idealibrary.com

Naseer, Zainab; Chishti, Saeed H; Rahman, Fazalur; Jumani, Nabi R. (2011). Impact of emotional intelligence on team performance in higher education institutes. International Online Journal of Educational Sciences, 2011, 3(1), 30-46. Diunduh 29 November 2013 dari http://iojes.net

Nitisemito, A.S. (1996). Manajemen Personalia: Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Novliadi, Ferry. (2009). Hubungan antara organization-based self-esteem dengan etos kerja. Karya Tulis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Oginska-Bulik, Nina. (2005). Emotional Intelligence in The Workplace: Exploring its effects on occuptional stress and health outcomes in human service workers. International Journal of Occupational Medicine and Environmental Health, 2005; 18(2):167-175

Pachrudianto, (2012). Pengaruh kecerdasan emosional, kecerdasan ruhaniah dan etos kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Madubaru di Bantul Yogyakarta. Thesis . Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

Paul, Stephanie. (2006). Determining the impact of emotional intelligence on organisational effectiveness. A Thesis submitted in partial fulfillment of the requirements for the Degree of Master in Business Administration. Nelson Mandela Metropolitan University.

Petty and Hill. (2005). Organization behavior. North America: Mc Graw.Hill Rakhmawanto, Ajib. (2012). Strategi Perbaikan Penghasilan PNS: Meningkatkan

kompetensi dan profesionalitas. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS

VOL.6, No.2 November 2012.

Rosmiani. (1996). Etos kerja nelayan muslim di Desa Paluh Sebaji Den Serdang Sumatera Utara; Hubungan antara kualitas keagamaan dengan etos kerja.

Thesis. Kerjasama Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Jakarta & Pascasarjana UI Jakarta.

Saks, Alan M; Mudrack, Peter E; Ashforth, Blake E. (1996). The relationship between the work ethic, job attitudes, intentions to quit, and turnover for temporary service employees. Revue Canadienne des Sciences de 1‟Administration; Sep 1996; 13, 3;ABI/INFORM Complete pg. 226. Diunduh 7 Agustus 2012 dari http://search.proquest.com

Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi dari blog menjadi buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Schouten, Linda. (2011). The impact of caregiver employment experiences and support on adolescents’ work ethics. A research project submitted in partial fulfilment of the requirements for the Degree of Master of Science in Applied Psychology. University of Canterbury.

Serrat, Olivier. (2009). Understanding and developing emotional intelligence. Philippines: Asian Development Bank: Knowledge Solutions

Shapiro, L.E. (2003). Mengajarkan emotional intelligence pada anak. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Sinamo, J.H. (2005). 8 etos kerja profesional. Bogor: PT. Grafika Mardi Yuana. Sinamo, J.H. (2011). 8 etos kerja profesional. Bogor: PT. Grafika Mardi Yuana. Sofyan, Diana K. (2013). Pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja kerja

pegawai BAPPEDA. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.2 No.1 (2013) 18-23.

Sparrow, Tim & Knight, Amanda. (2006). Applied EI : The importance of attitudes in developing emotional intelligence. England: Jossey-Bass

Stough, C., Saklofske, D. H., & Parker, J. D. (2009). Assessing Emotional Intelligence: theory, research, and applications. The Springer Series on Human Exceptionality. Diunduh 7 Agustus 2012, dari http://library.nu Sulistyo, Agustinus dkk. (2013). Sistem pendayagunaan SDM aparatur. Artikel

STIA LAN. Jakarta. Diunduh 20 Oktober 2013 dari http://stialan.ac.id/publik/artikel.

Tasmara, T. (2004). Etos kerja pribadi muslim. Jakarta: Labmen.

Tejosuksmono, Adipuday. (2010). Hubungan antara kecerdasan emosi dan etos kerja pada pegawai negeri di Pusdiklat Migas Cepu. Skripsi. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Usman, Kasim A, S.Ag, M.Pd. (2013). Strategi Optimalisasi : Dalam upaya peningkatan etos kerja pegawai pada instansi pemerintah. Artikel Balai Diklat Keagamaan Manada Kementerian Agama RI. Diunduh 20 Oktober 2013 dari http://bdkmanado.kemenag.go.id

Van Ness, Raymond K., Melinsky, K., Buff, C.L., & Seifert, C.F. (2010). Work Ethic: Do new employees mean new work values ?. Journal of Managerial Issues, Spring 2010, 22, 1: 10-34. Diunduh 7 Agustus 2012 dari http://search.proquest.com

Vitello-Cicciu, J.M. (2003). Innovative leadership through emotional Intelligence. nursing management, 34(10), 28-32.

Wahyono, Tekad. (2002). Peran kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient) dan kecerdasan dalam menghadapi rintangan (Adversity Quotient) untuk meningkatkan etos kerja SDM. Disampaikan dalam Konferensi I Asosiasi Psikologi Industri & Organisasi (APIO) di Surabaya. Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta.

Woehr, D.J., & Arcieniega, L.M. (2003). Examining Work Values Across Populations : A confirmatory factor analytic examination of the measurement equivalence of english and spanish versions of the multidimensional work ethic profile. MWEP Measurement Equivalence. Woehr, D.J., Arcieniega, L.M., & Lim, D. H. (2007). Examining work ethic across populations: A comparison of the multidimensional work ethic profile across three diverse cultures. Educational and Psychological Measurement, 67(1), 154-168. Diunduh 27 Oktober 2012 dari http://epm.sagepub.com/

Zulham, Muhammad. (2008). Analisis pengaruh budaya organisasi dan etos kerja terhadap kinerja pegawai. Tesis Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

LAMPIRAN 1

SKALA PENELITIAN

Bagian Pertama : Kecerdasan Emosional

Bagian Kedua : Etos Kerja

Yogyakarta, 20 Januari 2014 Kepada :

Yth. Bapak/Ibu Saudara/i Responden/Partisipan

Dengan Hormat,

Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta yang sedang melakukan sebuah penelitian guna penyusunan tugas akhir. Untuk itu, saya mohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi skala tersebut.

Skala tersebut berisi pernyataan yang dibagi menjadi dua bagian. Saya berharap anda dapat mengisinya dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan atau kondisi yang anda rasakan saat ini tanpa dipengaruhi oleh apapun. Semua jawaban tidak ada yang salah. Semua jawaban yang anda berikan benar apabila sesuai dengan keadaan yang anda alami.

Sangat diharapkan untuk mengisinya dengan lengkap tanpa ada pernyataan satupun yang terlewatkan. Semua identitas dan jawaban anda sangat dijamin kerahasiaannya.

Atas waktu dan kesediaannya untuk menjawab setiap pernyataan berikut, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

IDENTITAS DIRI

Nama : ... Usia / Jenis Kelamin : ………tahun. L / P (lingkari salah satu)

PETUNJUK PENGISIAN

1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama.

2. Tentukan pilihan jawaban dengan jujur, sesuai yang anda rasakan, alami dan sungguh-sungguh menggambarkan diri anda yang sebenarnya.

3. Pilihan jawaban meliputi ;

SS : SANGAT SESUAI dengan diri anda S : SESUAI dengan diri anda

TS : TIDAK SESUAI dengan diri anda

STS : SANGAT TIDAK SESUAI dengan diri anda

4. Setiap pernyataan hanya ada satu jawaban. Jawablah dengan memberikan

tanda centang () pada pilihan jawaban anda.

CONTOH

No Pernyataan Jawaban

SS S TS STS

1 Saya merasa senang ketika bisa berinteraksi dengan orang lain.

BAGIAN PERTAMA

No Pernyataan Jawaban

SS S TS STS

1 Saya menyadari yang menyebabkan saya marah adalah alasan yang bisa saya jelaskan.

2 Saya tetap bisa menyelesaikan pekerjaan/ tanggungjawab saya dengan tuntas, walaupun dalam keadaan perasaan /mood yang tidak baik.

3 Ketika saya merasa gelisah, secara akurat saya bisa merasakan bahwa kegelisahan itu diakibatkan oleh permasalahan pekerjaan ataukah dari permasalahan keluarga. 4 Saya selalu bertindak jujur dan

bisa dipercaya.

5 Saya merasa percaya diri dihadapan rekan kerja dan orang lain.

6 Ketika saya tidak puas akan sesuatu, saya melampiaskannya dengan marah-marah kepada orang lain.

7 Saya tidak mengerti hal apa yang menyebabkan saya menjadi malas untuk beraktivitas.

8 Sulit bagi saya untuk mengakui kesalahan saya sendiri.

9 Saya tetap menyelesaikan semua pekerjaan tanpa mempedulikan keadaan fisik dan emosi yang terjadi pada diri saya.

10 Saya sering bingung jika harus menghadapi perubahan situasi kerja yang mendadak dan asing

bagi saya.

11 Saya berani mengambil resiko dalam kehidupan saya untuk apa yang saya yakini benar.

12 Ketika dihadapkan pada lingkungan yang baru, saya segera menyesuaikan diri dengan baik.

13 Saya merasa bisa menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggungjawab saya dengan mempertimbangkan kemampuan yang saya miliki

14 Saya selalu termotivasi untuk memperbaiki kinerja saya dalam bekerja.

15 Saya menyadari akan kemarahan saya kepada orang lain diakibatkan oleh kondisi tubuh saya yang sedang capek dan kurang sehat.

16 Saya merasa sudah puas dalam bekerja dan tidak perlu meningkatkan performansi kerja.

17 Saya merasa kebingungan tentang masalah pekerjaan yang saya alami, apakah saya mampu atau tidak untuk mengatasi. 18 Saya lebih memilih diam dan

menunggu orang lain meminta saya untuk melakukan sesuatu. 19 Saya merasa kurang percaya diri

karena saya memiliki suatu kekurangan dalam diri saya. 20 Saya menyerah dan pasrah,

apabila saya mendengar bahwa orang lain mengatakan „kalau

saya tidak akan bisa menyelesaikan tugas itu‟.

21 Saya merasa bisa menyelesaikan tugas dan tanggungjawab yang diberikan karena melihat kemampuan dan kapasitas yang saya miliki.

22 Jika orang lain membutuhkan, maka saya akan membantunya dengan senang hati.

23 Saya merasa tidak mampu dalam menyelesaikan tugas baru yang dipercayakan kepada saya. 24 Ketika dalam keadaan yang

tersulit sekalipun, saya selalu percaya bahwa saya memiliki kemampuan untuk keluar dari permasalahan.

25 Saya merasa tidak percaya diri dalam rutinitas pekerjaan yang saya kerjakan ini.

26 Ketika saya gelisah, saya akan membentak-bentak orang lain. 27 Saya seringkali kesal dengan

orang lain tanpa tahu penyebabnya.

28 Ketika saya sangat marah pada orang lain, saya mampu berpikir jernih dan positif tentang respon yang seharusnya saya lakukan. 29 Ketika rekan kerja saya merasa

sedih, saya bisa memahami apa yang dirasakannya.

30 Saya lebih memilih mengerjakan sesuatu secara individu, daripada harus ada rekan kerja lain yang terlibat didalamnya.

31 Saya merasa tidak perlu mempedulikan hubungan baik

saya dengan orang lain dalam menyelesaikan sebuah tugas atau tanggungjawab.

32 Saya adalah pendengar yang baik, ketika rekan kerja saya

sedang menceritakan

masalahnya.

33 Saya dapat membimbing dan memotivasi ketika berkoordinasi dengan orang lain.

34 Saya tidak mengerti apa yang sebenarnya orang lain butuhkan. 35 Saya akan memenuhi prosedur pekerjaan, tanpa perlu peduli dan memerhatikan apakah orang lain sudah terlayani.

36 Saya mampu membujuk dan mengajak orang lain yang sebenarnya malas, untuk mau melakukan suatu pekerjaan bersama-sama.

37 Saya selalu memberikan kritik dan saran yang positif terhadap orang lain, meskipun pekerjaannya belum maksimal. 38 Saya merasa bisa memahami

perspektif orang lain yang sedang mengalami masalah. 39 Saya memiliki hubungan yang

baik dengan semua orang dalam lingkungan kerja.

40 Saya cenderung menghindar ketika sedang berselisih atau bermasalah dengan orang lain dalam lingkungan kerja.

41 Menanggapi perubahan organisasi merupakan hal yang menyita tenaga dan pikiran saya 42 Sulit bagi saya untuk

pujian akan prestasi yang dicapai oleh orang-orang di sekitar saya.

43 Dalam lingkungan kerja, saya berusaha membuat pimpinan merasa puas dan senang dengan kinerja / performansi saya. 44 Saya dengan senang hati akan

menawarkan bantuan pada oranglain yang tampaknya sedang kesulitan menyelesaikan sesuatu.

45 Saya tidak memahami dan

mengerti apa yang

menyebabkan rekan kerja saya tampak murung dan gelisah. 46 Ketika rekan kerja saya bercerita

tentang permasalahannya, saya malas untuk mendengarkan.

47 Saya merasa sudah

berkontribusi bagi pekerjaan guna menciptakan pola kerja yang efektif dan produktif. 48 Ketika dihadapkan pada

perbedaan pendapat dan situasi konflik yang tegang, saya merasa bisa menanganinya dengan penuh kebijaksanaan. 49 Saya tidak berminat untuk

merasakan, apalagi memahami apa yang dirasakan rekan kerja saya.

50 Saya merasa ada saja orang lain yang tidak cocok dengan saya. 51 Saya selalu meningkatkan dan

menjaga hubungan yang harmonis dengan orang lain. 52 Saya bisa bekerjasama dan

berkolaborasi dengan semua orang dari latarbelakang apapun. 53 Saya cenderung menolak jika diberikan tanggungjawab sebagai koordinator karena saya merasa tidak mampu.

54 Saya tidak peduli akan interaksi dan dinamika kerja yang terjadi di lingkungan tempat saya bekerja.

55 Saya merasa sudah maksimal dalam memberikan pelayanan yang baik pada orang lain. 56 Orang-orang di sekitar saya

tidak memperhatikan saya ketika saya berbicara menyampaikan pendapat.

BAGIAN KEDUA

No Pernyataan Jawaban

SS S TS STS

1 Penting bagi saya untuk tetap bekerja di kantor dan tidak membuang waktu.

2 Saya merasa tidak nyaman ketika hanya ada sedikit pekerjaan untuk saya kerjakan. 3 Ketika saya berkeinginan untuk

membeli sesuatu, saya selalu menunggu sampai saya mampu untuk membelinya.

4 Saya merasa puas ketika saya telah menghabiskan waktu seharian untuk bekerja.

5 Bagi saya hidup akan lebih bermakna jika saya memiliki lebih banyak waktu luang. 6 Saya percaya bahwa untuk

menjadi benar-benar sukses, saya harus mandiri.

bertanggung jawab atas segala tindakan yang saya lakukan dalam pekerjaan.

8 Saya lebih menyukai pekerjaan yang memungkinan saya untuk memiliki lebih banyak waktu luang.

9 Menurut saya, waktu itu tidak boleh disia-siakan, tetapi seharusnya digunakan secara efisien.

10 Sekalipun saya termasuk mampu secara financial, saya tidak akan pernah berhenti untuk bekerja.

11 Saya merasa lebih puas apabila akhirnya saya mendapatkan barang-barang yang telah saya tunggu sekian lama.

12 Saya selalu merencanakan kegiatan dari jauh-jauh hari dan pekerjaan saya, supaya tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. 13 Saya menganggap bahwa

bekerja keras itu sangat memuaskan.

14 Semakin banyak waktu yang saya habiskan untuk aktivitas waktu luang, saya merasa lebih baik.

15 Saya harus selalu melakukan apa yang benar dan adil bagi pekerjaan.

16 Saya akan mengambil barang-barang dari tempat saya bekerja apabila saya merasa saya tidak dibayar dengan cukup.

17 Saya beryakinan bahwa tidak ada yang tidak mungkin apabila seseorang mau bekerja keras. 18 Semakin sedikit waktu yang

saya habiskan untuk bekerja dan semakin banyak waktu luang

yang saya miliki, itu lebih baik. 19 Saya merasa hal-hal yang

seharusnya saya tunggu adalah sesuatu yang paling berharga. 20 Bagi saya, bekerja keras adalah

kunci untuk menjadi sukses. 21 Bagi saya, kemandirian adalah

kunci untuk menjadi sukses. 22 Saya percaya apabila saya

bekerja cukup keras, maka saya akan memiliki hidup yang lebih baik lagi.

23 Saya selalu mencari cara untuk menggunakan waktu saya secara produktif.

24 Saya meyakini bahwa kerja keras mampu membuat orang memiliki pribadi yang lebih baik.

25 Saya seharusnya tidak memberikan suatu penilaian sampai saya mendengar semua fakta-faktanya.

26 Saya percaya bahwa saya akan menjadi lebih baik jika saya bergantung pada diri saya sendiri.

27 Saya merasa bahwa pekerjaan menyita banyak waktu saya dan menyisakan sedikit waktu luang untuk bersantai.

28 Sedapat mungkin, saya harus bisa hidup mandiri tanpa bergantung pada orang lain. 29 Perhargaan jangka panjang

biasaya lebih memuaskan daripada jangka pendek.

30 Penting bagi saya untuk selalu mampu bekerja.

31 Saya beranggapan bahwa baik bagi banyak orang untuk mempunyai lebih banyak waktu luang.

32 Saya harus menghindari sikap ketergantungan pada orang lain kapanpun disaat itu memungkinkan.

33 Sekalipun saya memiliki banyak uang, saya akan tetap terus bekerja.

34 Saya tidak suka untuk tergantung pada orang lain. 35 Saya percaya dengan kerja

keras, saya dapat mengatasi setiap masalah yang datang dalam kehidupan saya.

36 Saya mencoba untuk merencanakan hari kerja saya sehingga tidak membuang waktu dengan percuma.

37 Saya seharusnya tidak pernah mengatakan kebohongan tentang orang lain.

38 Saya yakin apapun masalahnya dapat diatasi dengan kerja keras. 39 Saya percaya bahwa bagaimana

seseorang menghabiskan waktu mereka, sama pentingnya dengan bagaimana mereka menghabiskan uangnya.

40 Sekalipun jika memungkinkan bagi saya untuk berhenti bekerja, saya masih akan terus bekerja.

41 Saya meyakini bahwa hidup tanpa bekerja akan sangat membosankan.

42 Saya memilih untuk menabung sampai saya mampu untuk

mendapatkan sesuatu

dibandingkan membelinya dengan cara kredit.

43 Dunia akan menjadi tempat yang lebih menyenangkan apabila banyak orang menghabiskan lebih banyak waktunya untuk bersantai.

mandiri

45 Apabila saya mau bekerja keras, saya akan menjadi sukses. 46 Saya percaya bahwa hal-hal

terbaik dalam hidup merupakan hal-hal yang membuat saya harus menunggu untuk mendapatkannya.

47 Saya percaya bahwa siapapun yang mampu dan mau bekerja keras akan memiliki kesempatan yang baik untuk meraih sukses. 48 Menurut saya mencuri itu

sah-sah saja selama tidak ada yang mengetahuinya.

49 Saya merasa pekerjaan yang memberikan saya waktu luang paling banyak adalah pekerjaan untuk saya.

50 Memiliki jiwa yang bebas sangat penting bagi saya.

51 Penting bagi saya untuk memperlakukan orang lain seperti halnya saya ingin diperlakukan.

52 Saya mengalami perasaan puas

Dokumen terkait