• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

Bagi Masyarakat:

1. Perlunya memperhatikan kondisi fisik rumah (kepadatan hunian rumah), dan perilaku penghuni rumah (membuka jendela di pagi hari dan merokok dalam rumah).

2. Bagi masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Jadi MakmurDusunPasar I perlu mengupayakan kesehatan lingkungan tempat tinggal, meningkatkan pengetahuan tentang penyakit ISPA.

3. Menyesuaikan ukuran ruangan agar tidak sempit untuk dihuni tiap 1 orang penghuni.

4. Mengupayakan untuk tidak merokok didalam rumah dan tidak membiasakan merokok dekat anggota keluarga di dalamrumah.

5. Membiasakan untuk hidup sehat dengan menjaga kondisi rumah agar sesuai dengan rumah sehat yang layakhuni.

Bagi Dinas Kesehatan:

1. Melakukan pembinaan melalui penyuluhan, dan pengawasan secara berkala tentang sanitasi lingkungan dan syarat rumah sehat.

2. Sebagai tambahan referensi mengenai penyakit ISPA untuk pengembangan baik secara teoritis maupun aplikatif atau sebagai bahan informasi yang dapat digunakan oleh pihak Dinas Kesehatan.

3. Memberikan penyuluhan kepada tokoh masyarakat dalam mensosialisasikan gaya hidup perilaku sehat tanpa rokok.

4. Pemerintah melalui program Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman hendaknya memberikan bantuan perbaikan perumahan atau percontohan perumahan sehat untuk masyarakat kurang mampu di Desa Jadi Makmur DusunPasar I Kecamatan BaganSinembah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Pemberantasan penyakit ISPA di Indonesia dimulai pada tahun 1984, bersamaan dilancarkannya Pemberantasan Penyakit ISPA di tingkat global oleh WHO. Dalam perjalananya, Program Pemberantasan Penyakit ISPA telah mengalami berbagai perkembangan. Kondisi saat ini, ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

2.1.1 Pengertian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris Acute Respiratory Infection (ARI) (Depkes RI, 2000). Menurut Depkes RI, 2007 ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut akibat masuknya kuman/mikroorganisme kedalam tubuh yang berlangsung sampai 14 hari dengan keluhan batuk disertai pilek, sesak nafas dengan atau tanpa demam.

Istilah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) mengandung 3 unsur yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Infeksi adalah masuknya mikro organisme kedalam tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga menimbulkan penyakit. Saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung, hingga ke alveoli beserta organ adneksanya (sinus- sinus, rongga telinga tengah dan pleura) sedangkan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari walaupun beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA dapat berlangsung lebih dari 14 hari, misalnya pertusis.

Dengan demikian ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari, dimana secara klinis suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan dengan berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes RI,2003).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,virus,maupun riketsia tanpa atau disertai radang parenkim paru. Dalam topik ini akan dibahas ISPA yang hanya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA yang disebabkan oleh mikroorganisme lain akan dibahas tersendiri pada topik pneumonia (Soemantri, 2008).

ISPA dibedakan menjadi dua yaitu saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis, fharingitis, dan otitis serta saluran pernafasan bagian bawah seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis, dan pneumonia (WHO,2009). Menurut Depkes RI, 2005 Infeksi saluran pernafasan akut mempunyai pengertian sebagai berikut :

1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta

adneksnya seperti sinus- sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

3. Infeksi Akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukan proses akut meskipun untuk beberapa

11

Perbedaan ISPA dengan Pneumonia yaitu ditandai apabila penderita ISPA menderita batuk- batuk yang tidak menunjukan gejala frekuensi sesak nafas dan tidak menunjukan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (Depkes RI, 2000). Sebagian besar dari ifeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotic.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2009) ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernapasan mulai dari hidung hingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

2.1.2 Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri atas bakteri, virus, dan riketsia.Penyebab ISPA dapat berupa bakteri maupun virus. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Sterptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus, Bordotella, dan Korinebakterium. Virus penyebanya antara lain golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, dan Herpesvirus. Sekitar 90- 95 % penyakit ISPA disebabkan oleh virus (DepkesRI, 2008). Keanekaragaman penyebab ISPA tergantung dari umur, kondisi tubuh dan kondisi lingkungan.

2.1.3 Faktor Risiko Penyakit ISPA

Menurut Departemen Kesehatan RI (2001) secara umum terdapat 3 (tiga) factor risiko terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak, dan faktor perilaku.

2.1.3.1 Faktor Lingkungan

a. Pencemaran udara dalam rumah

Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat bermain.

Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara ISPA dan polusi udara, diantaranya ada peningkatan risiko bronchitis, pneumonia pada anak yang tinggal di daerah lebih terpolusi, dimana efek ini terjadi pada kelompok umur 9 bulan dan 6 – 10 tahun.

b. luas ventilasi

Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Menyuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang optimum bagi pernapasan.

2. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara pengenceran udara.

3. Menyuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang.

13

6. Mendisfungsikan suhu udara secara merata. c. pencahayaan

Pencahayaan alami dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan. d. Kepadatan hunian rumah

Persyaratan kepadatan hunian rumah (KepmenKes 1999) yaitu luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam 1 ruang tidur kecuali anak dibawah umur 5 tahun. Berdasarkan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas. Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam rumah yang telah ada.

2.1.4 Gambaran Klinik

Gejala atau gambaran klinis saluran pernafasan akut bergantung pada tempat infeksi serta mikro organisme penyebab infeksi. Semua manisfestasi klinis terjadi akibat proses peradangan dan adanya kerusakan langsung akibat mikro organisme. Tanda dan gejala penyakit ISPA dapat berupa : batuk, kesukaran bernafas, sakit tenggorok, pilek, sakit telinga dan demam.

Manisfestasi klinis antara lain : a. Batuk

b. Bersin

c. Pengeluaran mukus dan rabas dari hidung serta turun ke tenggorokan d. Demam derajat ringan

2.1.5 Klasifikasi ISPA

Klasifikasi Penyakit ISPA menurut Widoyono (2008) terdiri dari :

a. Bukan pneumonia, mencakup kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak menunjukan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam. Contohnya common cold, faringitis, tonsilitis, dan otitis.

b. Pneumonia, didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas. c. Pneumonia Berat, didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran

bernafas disertai sesak nafas atau tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam.

Adapun Pengklasifikasian ISPA menurut Ditjen P2MPL (2009), adalah : 1. ISPA ringan

Gejala ISPA ringan adalah adanya satu atau lebih tanda dan gejala seperti batuk, pilek, serak yang disertai atau tanpa disertai panas atau demam, keluarnya cairan dari telinga yang lebih dari 2 minggu tanpa ada rasa sakit pada telinga. 2. ISPA sedang

Gejala ISPA sedang adalah adanya gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih tanda dan gejala seperti pernafasan cepat lebih dari 50 kali per menit atau lebih (tanda utama) pada umur 1 tahun dan 40 kali per menit pada umur 1-5 tahun, panas 30o C atau lebih, wheezing, keluar cairan dari telinga dan campak.

15

nafas (tanda utama), adanya stidor atau pernafasan ngorok, dan tidak mampu atau tidak mau makan. Tanda dan gejala lainnya adalah kulit kebiru-biruan, cuping hidung bergerak kembang kempis saat bernafas, kejang, dehidrasi, atau tanda-tanda kekurangan cairan, kesadaran menurun dan terdapat saluran difteri.

2.1.6 Penanggulangan dan Pencegahan ISPA

Kegiatan penanggulangan dan pencegahan ISPA dilaksanakan dengan penatalaksanaan kasus yang rasional, di samping melaksanakan upaya penyuluhan kepada masyarakat, terutama kepada setiap kepala keluarga, melaksanakan imunisasi pada anak, perbaikan gizi keluarga, peningkatan kesehatan keluarga, perbaikan kualitas lingkungan dan mengurangi factor resiko yang dapat menyebabkan ISPA baik lingkungan di dalam rumah maupun diluar rumah, (Depkes RI, 2002).

2.2 Faktor Yang Berhubungan Dengan ISPA

Ada beberapa factor yang menjadi determinan terjadinya ISPA disamping adanya bibit penyakit diantaranya : kepadatan hunian, paparan bahan bakar memasak, adanya anggota keluarga yang merokok, kontaminasi udara luar, status ekonomi rendah, kelembaban, adanya anggota keluarga yang menderita infeksi saluran pernafasan, riwayat infeksi saluran nafas, jenis kelamin, dan lain- lain.

2.3 Karakteristik Lingkungan Rumah

Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah

setelah bekerja seharian, namun di dalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi di dalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Rumah adalah tempat untuk berlindung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya (misalnya : hujan, matahari dan lain-lain) serta merupakan tempat untuk beristirahat setelah bertugas memenuhi kebutuhan sehari-hari. Defenisi perumahan (housing) menurut WHO adalah : suatu struktur fisik di mana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan social yang baik untuk keluarga dan individu.

Rumah adalah pusat kehidupan keluarga. Bentuk, macam dan keadaan rumah akan mempengaruhi kesehatan penghuninya. Rumah yang memenuhi syarat-syarat kesehatan justru akan merugikan kesehatan orang yang bersangkutan (Chandra, 2007).

Seorang kader kesehatan masyarakat seyogyanya mengetahui bagaimana pola perumahan mempengaruhi derajat kesehatan dan seyogianya pula seorang kader kesehatan masyarakat itu mampu memberikan penjelasan tentang bagaimanakah caranya membangun atau mengembangkan rumah yang sehat

17

Untuk menilai bagaimanakah sebuah rumah yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, maka pertimbangkan lima hal berikut ini:

a. Tempat dimana rumah itu didirikan.

b. Jumlah atau besar ruangan, tata ruang serta ventilasinya.

c. Cara perlindungan terhadap angin dan hujan, panas dan dingin, serangga serta binatang-binatang lainnya.

d. Bahan-bahan yang digunakan untuk membangun.

e. Bagaimanakah caranya orang-orang memelihara dan memakai rumah mereka (Chandra, 2007).

2.3.1 Rumah Sehat dan Persyaratannya

Menurut WHO rumah adalah suatu struktur fisik yang dipakai orang atau manusia untuk tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut termasuk juga fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan social yang baik untuk keluarga dan individu. Untuk mewujudkan rumah dengan fungsi diatas, rumah tidak harus mewah/besar tetapi rumah yang sederhana pun dapat dibentuk menjadi rumah yang layak huni.

2.3.2 Letak Rumah

Letak rumah yang didirikan adalah amat penting artinya bagi kesehatan. Sebagai contoh adalah, sebuh rumah seyogianya tidak didirikan didekat tempat dimana sampah-sampah dikumpulkan atau dibuang disitu. Pertimbangannya adalah karena ditempat pembuangan sampah itu akan banyak lalat, serangga maupun tikus yang akan membawa kuman-kuman penyakit. Demikian pula bila

air hujan mengenangi tempat tersebut, atau bila air tanah merembes ke dalam dinding rumah, maka sebagai akibatnya rumah akan menjadi lembab dan tidak sehat (Chandra, 2007).

Paparan sinar matahari terhadap tempat tersebut sebaiknya diperhatikan benar, misalnya pada musim kemarau karena amat panas, maka alangkah baiknya bila memlih rumah yang di kanan kirinya banyak ditumbuhi pohon-pohonan.sebaliknya pada musim hujan, karena dingin, maka sebaiknya tempat yang dipilih adalah memungkinkan sinar matahari menyinari diding rumah, jadi agar terasa hangat (Chandra, 2007).

Jadi secara umum, rumah yang sehat adalah mempunyai :

a. Ruangan yang cukup sehingga penghuninya tidak terlalu padat, terutama saat mereka sedang tidur.

b. Pelindung terhadap binatang buas dan menempatkan binatang-binatang piaraan ke dalam kandang khusus sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dari rumah.

c. Mempunyai tempat untuk mandi dan mencuci pakaian serta alat-alat rumah tangga lainnya dengan limbah rumah tangga yang digunakan untuk menyirami tanaman di halaman atau di kebun.

d. Mempunyai tempat khusus untuk menyimpan makanan dan minuman yang dapat diraih secara mudah, namun juga cukup aman dari gangguan debu, tikus, serangga serta binatang lainnya .

19

e. Tempat khusus untuk memasak yang menyediakan lubang atau saluran pembuangan asap di atap rumah. Hal ini perlu agar dapat memperkecilkan bahaya kebakaran terutama bagi anak-anak.

f. Jendela yang memungkinkan udara segar masuk ke dalam ruangan sehingga udara kotor atau asap yang berada di dalam rumah segara terbawa keluar. g. Tempat-tempat terlindung guna menyimpan barang-barang atau apapun

yang sekiranya tidak perlu diambil atau dilihat oleh anak-anak. h. Atap yang baik agar terlindung dari air hujan.

i. Dinding dan pintu yang baik agar terlindung dari iklim yang buruk serta gangguan binatang-binatang.

j. Kaca yang dapat dipasang pada pintu dan jendela serta kelambu yang dipasang saat tidur. Hal ini penting untuk mencegah gigitan nyamuk.

k. Atap tambahan atau beranda yang dapat digunakan untuk mengurangi panas matahari pada saat musim kemarau (Chandra, 2007).

a. Memenuhi Kebutuhan physiologis

1. Pencahayaan yang cukup, baik cahaya alam maupun buatan. Pencahayaan yang memenuhi persyaratan sebesar 60- 120 lux. Luas jendela yang baik minimal 10% - 20% dari luas lantai.

2. Penghawaan ( ventilasi) yang cukup untuk proses pergantian udara dalam ruangan. Kualitas udara dalam rumah yang memenuhi syarat adalah bertemperatur ruangan sebesar 18 derjat – 30 derajat C dengan kelembaban udara sebesar 40%-70%. Ukuran ventilasi yang memenuhi syarat yaitu 10% dari luas lantai. Ventilasi alami adalah penggantian udara secara alami (

tidak melibatkan perlatan mekanis, seperti mesin penyejuk udara yang dikenal dengan air conditioner atau AC). Ventilasi alami menawarkan ventilasi yang sehat, nyaman, dan tanpa energy tambahan.

3. Tidak terganggu oleh suara- sura yang berasal dari dalam maupun dari luar rumah.

4. Cukup tempat bermain bagi anak- anak dan untuk belajar.

b. Memenuhi Kebutuhan physcologis

1. Tiap anggota keluarga terjamin ketenangannya dan kebebasaanya (privacy) 2. Memenuhi ruang tempat berkumpul keluarga.

3. Lingkungan yang sesuai, homogeny, tidak mendapat perbedaan tingkat yang drastis di lingkungannya.

4. Jumlah kamar tidur dan pengaturannya disesuaikan dengan umur dan jenis kelaminnya. Ukuran tempat tidur anak yang berumur lebih kurang 5 tahun minimal 4,5 m² dan yang lebih dari 5 tahun minimal 9 m².

2.3.2 Kondisi fisik rumah a. Ventilasi

Udara yang bersih merupakan komponen utama didalam rumah dan sangat diperlukan oleh manusia untuk hidup secara sehat. Sirkulasi udara berkaitan dengan masalah ventilasi. Sebuah penelitian menunjukan hubungan penyakit saluran pernafasan dengan kondisi ventilasi. Oleh sebab itu ventilasi dapat dijadikan indicator rumah sehat (Achmadi, 1991).

21

Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai system ventilasi yang baik dan over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan. Saluran ventilasi pada sebuah rumah mempunyai berbagai fungsi, fungsi yang pertama adalah menjaga agar aliran udara dalam rumah tetap segar sehingga keseimbangan oksigen tetap terjaga, karena kurangnya ventilasi menyebabkan kurangnya oksigen yang berarti kadar karbondioksida menjadi racun. Fungsi kedua adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri pathogen dan menjaga agar rumah selalu tetap dalam kelembaban yang optimum ( Notoatmodjo, 2007).

Standar luas ventilasi rumah menurut Kepmenkes RI No. 829 adalah minimla 10% luas lantai. Pergantian udara bersih untuk orang dewasa adalah 33 m3/orang/jam, dengan kelembaban sekitar 60% optimum. Untuk memperoleh kenyamanan tersebut, luas lubang ventilasi yang permanen minimal 5% dari luas lantai, apabila ditambah dengan lubang ventilasi incidental seperti jendela dan pintu sebesar 5% maka luas ventilasi minimal adalah 10% dari luas lantai. Kelembaban ruang/kamar tidur akan tersa nyaman apabila ventilasinya memenihi syarat, sehingga dapat menghasilkan udara yang nyaman dengan suhu 20 derajat C- 25 derajat C, dengan kelembaban udara berkisar 60%.

b. Kelembaban

Kelembaban yang memenuhi syarat (KepmenKes 1999) kelembapan yang memenuhi syarat kesehatan dalam rumah adalah 40-70%. Rumah yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh

bagi penghuninya. Rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme antara lain bakteri, ricketsia dan virus. Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara (Achmadi, 2008).

Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa hidung menjadi kering sehingga kurang efektif dalam menghadang mikroorganisme. Bakteri pneumokokus seperti halnya bakteri lain, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban tinggi karena air membentuk >80% volume sel bakteri dan merupakan hal yang esensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri. Selain itu jika udara terlalu banyak mengandung uap air, maka udara basah yang dihirup berlebihan akan mengganggu pula fungsi paru (Azwar, 2002).

kelembaban ruangan dalam rumah sangat berkaitan erat dengan adanya ventilasi. Dengan penempatan ventilasi yang baik dan luas yang cukup, maka akan terjadi gerak angin dan pertukaran udara bersih yang lancer ( cross ventilation), proses ini akan mengurangi kelembaban udara dan suhu udara dalam ruangan dan biasanya akan terjadi perbaikan dengan sendirinya.

Kondisi suhu yang terlalu rendah atau terlampau tinggi akan bisa mempengaruhi kondisi udara dalam ruangan akibat dari pergerakan atau pertukaran udar yang tidak berjalan dengan baik. Kelembaban yang tidak memenuhi syarat akan menjadi media yang baik untuk tumbuh dan

23

c. Pencahayaan

Penerangan seluruh ruangan dapat berasal dari pencahayaan alam dan atau buatan baik secara langsung mauun tidak langsung. Cahaya selain menghasilkan penerangan juga menghasilkan karbondioksida dan dapat membunuh kuman pathogen. Panas yang dihasilkan oleh suatu sumber cahaya baik cahaya alamiah maupun buatan akan mempengaruhi suhu udara didalam rumah.

Cahaya berperan sebagai gemercid (pembunuh kuman atau bakteri). Cahaya matahari banyak dimanfaatkan oleh manusia dalam rangka menciptakan kesehatan yang lebih sempurna, seperti membiarkan cahaya matahari pagi masuk ke dalam rumah, karena cahaya matahari pagi tersebut banyak megandung sinar ultraviolet yang dapat mematikan kuman (Azwar, 2002).

Agar dapat memperoleh cahaya yang cukup, setiap ruang harus memiliki lubang cahaya yang memungkinkan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedikitnya setiap rumah harus mempunyai lubang cahaya yang dapat berhubungan langsung dengan cahaya matahari, minimal 10% dari luas lantai rumah; 5% dapat dibuka (Prasetya, 2005).

Pencahayaan alami yang memenuhi syarat (KepmenKes 1999) pencahayaan alami dianggap baik jika besarnya antara 60-120 Lux dan buruk jika kurang dari 60 Lux atau lebih dari 120 Lux.

d. Konstruksi Dinding

Dinding adalah pembatas, baik antara ruangan dalam dengan ruang luar ataupun ruang dalam dengan ruang dalam yang lain. Bahan dinding dapat terbuat dari papan, triplek, batu merah, batako, dan lain-lain (Prasetya, 2005).

Dinding berfungsi sebagai pendukung atau penyangga atap, untuk melindungi ruangan rumah dari gangguan serangga, hujan dan angin, serta melindungi dari pengaruh panas dan angin dari luar. Bahan dinding yang paling baik adalah batu, tembok, sedangkan kayu, papan, bambu kurang baik.

Menurut Suryatno (2003) rumah yang berdinding tidak rapat seperti bambu, papan atau kayu dapat menyebabkan ISPA, karena angin malam langsung masuk ke dalam rumah. Jenis dinding yang mempengaruhi terjadinya ISPA, selain itu dinding yang sulit dibersihkan dan penumpukan debu pada dinding, merupakan media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman.

Dinding yang memenuhi syarat (KepmenKes 1999) komponen dan penataan ruangan rumah sehat dimana dinding rumah sehat harus memiliki ventilasi, kedap air dan mudah dibersihkan.

Menurut (Depkes RI, 1999) Kelembaban amat dipengaruhi oleh keadaan dinding dan lantai rumah. Beberapa ketentuan konstruksi dinding diantaranya bahan bangunan tidak boleh terbuat dari bahan yang mudah melepas, zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan serta tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tempat tumbuh kembangnya mikroorganisme pathogen. Komponen dinding harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis yaitu: dinding rumah yang permanen.

e. Kepadatan Hunian

Persyaratan kepadatan hunian rumah (KepmenKes 1999) yaitu luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam 1

25

Kepadatan yang berlebihan seperti itu akan memudahkan penyakit-penyakit seperti tuberkolosis, influnza, dan maningitis ditularkan dari satu orang ke yang lain. Beberapa penelitian telah mencatat keterkaitan antara infeksi pernafasan secara umum, kelembaban, dan polusi udara di dalam ruangan , tetapi sejauh mana infeksi-infeksi ini diperberat oleh kondisi-kondisi lingkungan belum di ungkapkan secara sepenuhnya pada penelitian-penelitian ini. Infeksi pernafasan akut, merupakan yang paling banyak dari semua penyakit, semakin dikenal

Dokumen terkait