• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Ada beberapa saran yang diberikan diakhir penulisan skripsi ini, diantaranya:

1. Setiap pemimpin pada setiap organisasi memperhatikan situasi sehingga bisa menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat agar organisasi lebih efektif dan juga produktif.

2. Setiap organisasi juga hendaknya menyeimbangkan aktivitas komunikasi organisasi sehingga setiap anggota organisasi mendapatkan hak untuk berkomunikasi.

3. Pembentukan modal sosial perlu diperhatikan pada sebuah organisasi. Selain bisa membawa pengaruh positif, modal sosial membuat sebuah organisasi menjadikan anggota organisasi lebih nyaman dalam menjalankan tugasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiasari. 2004. Analisis modal sosial pada kelompok usaha berbasis komunitas (Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Cibungbulang) Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

BEM IPB. 2009. Laporan Tengah Tahun BEM IPB 2009. Bogor

Cahayani. 2004. Organisasi sosial. Teori dan praktek. Gramedia. Jakarta.

Dharmawan, AH. 2001. Kemiskinan kepercayaan (Trust, Stok Modal Sosial dan Disintegrasi Sosial) makalah tidak dipublikasikan. Seminar dan Kongres Nasional IV Ikatan Sosiologi Indonesia, 27-29 Agustus 2002 Bogor. Djohan, Robby. 2007. Lead to togetherness. Fund Asia Education. Jakarta.

Fedderke. Johannes. 1999. Economic growth and social capital: A critical reflection. Kluwer Academy Publisher. Netherland.

Goldberg, A.A., dan C.E Larson. 1985. Komunikasi kelompok: proses, diskusi dan penerapannya. UI Press. Jakarta.

Hardinsyah. 2007. Inovasi Gizi dan Pengembangan Modal Sosial. Orasi Ilmiah guru Besar Tetap Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. 23 Juni 2007. Bogor.

Hersey Paul. 1990. Manajemen perilaku organisasi pendayagunan sumber daya manusia. Edisi ke-4. Penerjemah: Dharma A. Erlangga. Jakarta

Herujito, 1988. Toeri-teori kepemimpinan. Gramedia. Jakarta

Kasim, Abdul. 1993. Pemimpin dan manajer. Bumi Aksara. Jakarta. Kotter, JP.1997. The leadership factors. The Free Press. New York. Muhammad, Arni. 2004. Komunikasi organisasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Nawawi, Hadari. 2005. Manajemen sumber daya manusia untuk bisnis yang kompetitif. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Oktaviani, Dwi HR. 2004. Pola kepemimpinan kepala desa dan pengaruhnya terhadap pembangunan desa. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Purwanto. 2003. Komunikasi bisnis. Gramedia. Jakarta.

Rivai, Veithzal. 2007. Kepemimpinan dan perilaku organisasi. Edisi 2. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Siagian, SP. 1999. Manajemen sumber daya manusia. Bumi Aksara. Jakarta. Singarimbun, M dan S Effendi. 2006. Metode penelitian survai. Edisi revisi.

LP3ES. Jakarta.

Sukmana, Roni. 2001. Hubungan karakteristik individu dan gaya kepemimpinan terhadap perilaku komunikasi kepala desa di Kabupaten Bogor. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Thoha, Miftah. 1991. Kepemimpinan dalam manajemen. Gramedia. Jakarta Wiriadiharja. 1987. Teori kepemimpinan. Bumi Aksara. Jakarta.

 

 

 

 

 

 

Maaf………. 

 Halaman ini Pada Lembar Aslinya  

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan memiliki keistimewaan dan bermacam keunikan. Salah satu keunikan yang mendasar pada diri manusia adalah memiliki hakekat individualitas, hakekat sosialitas dan hakekat moralitas (Nawawi, 2005). Untuk mengaktualisasikan ketiga hakekat yang dimiliki manusia maka manusia terdorong untuk memenuhi kebutuhanya dengan saling berinteraksi. Salah satu bentuk interaksi yang sering dilakukan adalah dengan membentuk organisasi.

Organisasi diartikan sebagai suatu sistem, mengoordinasi aktivitas dan mencapai tujuan bersama atau umum. Dikatakan suatu sistem karena organisasi itu terdiri dari berbagai bagian yang saling tergantung satu sama lain, bila satu bagian terganggu maka akan ikut berpengaruh pada bagian lainnya (Muhammad, 2004). Organisasi yang dibentuk memiliki tujuan dan fungsi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Muhammad (2004) menyatakan bahwa tujuan dibatasi sebagai suatu konsepsi akhir yang diingini atau kondisi yang partisipan usahakan melalui penampilan aktivitas tugas-tugas mereka. Adapun fungsi organisasi diantaranya adalah memenuhi kebutuhan pokok organisasi, mengembangkan tugas dan tanggungjawab, memroduksi hasil produksi dan memengaruhi orang. Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM IPB) merupakan sebuah organisasi kemahasiswaan formal pada tatanan perguruan tinggi. Organisasi kemahasiswaan BEM IPB berperan dalam menyampaikan aspirasi

mahasiswa kepada pihak institusi pendidikan, membela hak-hak mahasiswa jika terjadi ketidakadilan yang dirasa merugikan posisi mahasiswa dan membantu kelancaran kegiatan akademik dalam kampus. Organisasi kemahasiswaan ini keanggotaannya mencakup seluruh mahasiswa Institut Pertanian Bogor.

Kepemimpinan merupakan sebuah gejala universal yang terdapat dalam kehidupan berorganisasi. Kepemimpinan memiliki arti penting dalam pencapaian tujuan organisasi sehingga dapat dikatakan bahwa kesuksesan atau kegagalan yang dialami, sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang diserahi tugas memimpin dalam organisasi itu (Oktaviani, 2004). Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan pada sebuah organisasi akan berlangsung aktivitas kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut dipilah-pilah akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan mengandung arti bagaimana pemimpin itu berhubungan dengan bawahannya dalam rangka menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan (Rivai, 2007).

Komunikasi menjadi bagian yang sangat penting dan tak terpisahkan dengan yang lainnya di dalam sebuah organisasi. Tanpa adanya komunikasi maka informasi bagi organisasi menjadi tidak ada sehingga koordinasi terganggu dan akhirnya akan menghambat tujuan organisasi yang bersangkutan. Suatu organisasi memerlihatkan pola komunikasi yang berbeda-beda dan perlu menjadi perhatian bagi para anggotanya. Pola komunikasi organisasi yang berbeda dilakukan oleh anggota organisasi berkaitan dengan motif, aktivitas dan tujuan seseorang berdasarkan persepsi dan proporsi terhadap lingkungannya. Pentingnya komunikasi dalam aktivitas organisasi bertujuan mengubah perilaku anggota

sehingga mereka mengerti akan fungsi dan tujuan yang ingin dicapai organisasi serta mampu mencerminkan kinerja yang baik.

Modal sosial diartikan sebagai suatu keadaan yang membuat masyarakat atau sekelompok orang bergerak untuk mencapai tujuan bersama (Djohan, 2007). Di dalam prosesnya, gerakan itu ditopang oleh nilai dan norma yang khas yaitu kepercayaan, saling memberi dan menerima, toleransi, penghargaan, partisipasi, kerjasama dan proakif serta nilai-nilai positif yang bisa membawa kemajuan bersama. Modal sosial berserta komponennya menjadi perekat yang akan menjaga kesatuan kelompok. Modal sosial memiliki tiga pilar utama, yaitu kepercayaan (trust), jaringan sosial (social networking) dan norma sosial. Kepercayaan bagi sebagian analis sosial disebut bagian tak terpisahkan dari modal sosial dalam pembangunan yang menjadi “ruh” dari modal sosial. Jaringan sosial di dalam organisasi didominasi oleh hubungan kolektivitas dan jaringan sosial dengan pihak luar berperan besar dalam pengembangan organisasi (Alfiasari, 2004). Norma sebagai elemen penting pembentukan modal sosial juga diutarakan oleh Fedderke (1999) yang menyatakan bahwa sebuah organisasi sosial di dalamnya mengandung norma-norma berupa aturan informal dan nilai-nilai yang memfasilitasi adanya koordinasi diantara anggota dalam sebuah sistem sosial.

Gaya kepemimpinan dan perilaku komunikasi organisasi yang dibangun dalam organisasi kemahasiswaan akan menentukan organisasi tersebut beraktivitas. Dalam proses pencapaian tujuan dan menjaga kesatuan, seorang pemimpin organisasi kemahasiswaan memiliki peranan yang sangat penting. Terbentuknya modal sosial dalam organisasi kemahasiswaan memerlukan gaya kepemimpinan yang sesuai dan dapat dilihat dari perilaku komunikasi organisasi

yang dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan seseorang dalam hubungannya dengan perilaku komunikasi organisasi memiliki keterikatan yang erat dengan pembentukan modal sosial.

1.2Perumusan Masalah

Keefektivan dan kinerja organisasi turut ditentukan oleh kepemimpinan. Pemimpin yang menjadi pemegang wewenang dalam sebuah organisasi memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Penerapan gaya kepemimpinan oleh seorang pemimpin dalam proses pencapaian tujuan organisasi berhubungan dengan perilaku komunikasi organisasi. Gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh ketua organisasi dan komunikasi organisasi menarik untuk diketahui. Pembentukan modal sosial yang di dalamnya terdapat komponen kepercayaan, jaringan sosial serta norma sosial yang dapat membuat anggota organisasi untuk bergerak mencapai tujuan organisasi ditentukan oleh berbagai faktor. Dalam penelitian ini perumusan masalah yang diangkat adalah:

1. Gaya kepemimpinan seperti apa yang diterapkan oleh pemimpin organisasi kemahasiswaan BEM IPB untuk pencapaian tujuan organisasi? 2. Bagaimana pola komunikasi organisasi yang terjadi di dalam organisasi

kemahasiswaan BEM IPB?

3. Bagaimana pembentukan modal sosial yang terjadi di dalam organisasi kemahasiswaan BEM IPB?

4. Sejauh mana hubungan gaya kepemimpinan dan pola komunikasi organisasi dengan pembentukan modal sosial di dalam organisasi kemahasiswaan BEM IPB?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian perumusan masalah yang hendak dikaji di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh organisasi kemahasiswaan BEM IPB.

2. Untuk mengidentifikasi pola komunikasi organisasi kemahasiswaan BEM IPB.

3. Untuk menganalisis pembentukan modal sosial dalam organisasi kemahasiswaan BEM IPB.

4. Untuk mengukur derajat hubungan gaya kepemimpinan dan pola komunikasi organisasi dengan pembentukan modal sosial dalam organisasi kemahasiswaan BEM IPB.

1.4 Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian tentang “Hubungan gaya kepemimpinan dan pola komunikasi organisasi dengan pembentukan modal sosial” ini antara lain:

1. Bagi pihak akademisi penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan kajian bagi penelitian lanjutan mengenai gaya kepemimpinan, komunikasi organisasi dan juga modal sosial.

2. Bagi pihak Institut Pertanian Bogor atau instansi terkait, hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran fenomena yang terjadi di dalam organisasi

kemahasiswaan BEM IPB dan sebagai bahan pertimbangan kebijakan kemahasiswaan yang dibuat terkait bidang kemahasiswaan.

3. Bagi penulis penelitian ini sebagai proses belajar dan memperbanyak pengalaman dalam melakukan penulisan ilmiah yang berhubungan dengan ilmu yang penulis ampu.

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kepemimpinan

2.1.1.1 Definisi Kepemimpinan

Dari seperangkat manusia di dalam kelompok, pimpinan merupakan unsur terpenting, karena merekalah yang memiliki daya kemampuan memengaruhi dan menggerakan manusia lainnya dalam hal pencapaian tujuan. Oleh karena itu segala hal yang berhubungan dengan pemimpin dan kepemimpinan telah menjadi bahan perhatian dan spekulasi yang kontroversial. Hasil penelaahan membuktikan bahwa kepemimpinan merupakan fenomena yang sangat kompleks, sehingga kemampuan efektif kepemimpinan memerlukan proses pengembangan yang terus menerus berkesinambungan, ditanamkan, dirintis dan dibina sepanjang masa (Wiriadihardja, 1987). Kepemimpinan menurut Thoha (1991) adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan tidak harus terikat terjadi dalam suatu organisasi tertentu melainkan dapat terjadi dimana saja, asalkan seorang menunjukan kemampuannya memengaruhi perilaku orang lain ke arah tercapainya tujuan tertentu.

Kotter (1997) menyebutkan bahwa kepemimpinan mengacu pada proses gerakan suatu kelompok dalam arah yang sama tanpa paksaan. Menurutnya kepemimpinan yang baik menggerakkan orang pada satu arah yang benar-benar merupakan minat jangka panjang mereka. Herujito (1988) menyatakan bahwa

kepemimpinan akan timbul di manapun asalkan ada unsur-unsur berikut ini, yaitu: (1) ada orang yang dipengaruhi, (2) ada orang yang memengaruhi, (3) ada pengarahan dari orang yang memengaruhi.

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang mendorong orang banyak untuk mengikuti jalan pikiran dan ucapan yang diungkapkannya, karena mereka meyakini kebenaran dari apa yang diungkapkannya tersebut. Kepemimpinan memiliki arti penting dalam pencapaian tujuan suatu organisasi sehingga dapat dikatakan bahwa kesuksesan atau kegagalan yang dialami, sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang diserahi tugas memimpin dalam organisasi itu (Oktaviani, 2004). Siagian (1999) menyebutkan bahwa dalam kepemimpinan organisasi, pemimpin didefinisikan sebagai setiap orang yang mempunyai “bawahan.” Menurut Habana

dalam Oktaviani (2004) kemampuan untuk mengkombinasikan kekuatan kepemimpinan dan kekuatan manajemen untuk membangun sesuatu disebut “pemimpin-manajer.” Adapun Thoha (1991) mengemukakan bahwa seorang manajer berperilaku sebagai seorang pemimpin asalkan dia mampu memengaruhi perilaku orang-orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi seorang pemimpin belum tentu harus menyandang jabatan manajer untuk memengaruhi perilaku orang-orang lain. Dengan kata lain seorang pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi seorang manajer bisa berperilaku sebagai seorang pemimpin.

Model kepemimpinan menurut GR Terry dalam Herujito (1988) didasarkan pada kenyataan bahwa kepemimpinan muncul dari adanya suatu hubungan yang kompleks terdiri dari (1) pemimpin; (2) pengikut; (3) struktur

organisasi; (4) nilai sosial dan pertimbangan politik. Oleh sebab itu kepemimpinan terdiri dari variabel-variabel sebagai berikut: ada seorang pemimpin, kelompok yang dipimpin, ada tujuan atau sasaran, ada aktivitas, ada interaksi dan ada kekuatan.

2.1.1.2 Teori Kepemimpinan

Dalam membahas tentang kepemimpinan akan terkait dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli. Teori-teori kepemimpinan yang ada dipengaruhi oleh masyarakat yang mengakuinya, dari waktu ke waktu di mana kepemimpinan tersebut berlaku (Oktaviani, 2004). Terdapat beberapa pandangan mengenai lahir dan berkembangnya pemimpin dalam kehidupan masyarakat. Ada yang berpendapat bahwa kepemimpinan itu adalah potensi yang dibawa sejak lahir dan ada pula yang meyakini bahwa pemimpin lahir karena situasi yang menghendaki. Berikut ini dikemukakan teori-teori kepemimpinan menurut para ahli.

Thoha (1991) mengungkapkan teori kepemimpinan sebagai berikut: a. Teori Sifat (Trait Theory)

Teori ini memandang bahwa perhatian terhadap kepemimpinan dialihkan kepada sifat-sifat umum yang dipunyai oleh pemimpin, tidak lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat.

Teori ini beranggapan bahwa agar kelompok dapat mencapai tujuan-tujuannya maka harus terdapat pertukaran yang positif diantara pemimpin dan pengikut-pengikutnya.

c. Teori Situasional

Kesimpulan dari teori ini bahwa gaya kepemimpinan yang dikombinasikan dengan situasi akan mampu menentukan keberhasilan pelaksanaan kerja. d. Teori Jalan Kecil-Tujuan (Path-Goal Theory)

Dalam teori ini digambarkan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasan dan pelaksanaan pekerjaan bawahannya.

Berbeda dengan Thoha, menurut Siagian (1999) dalam memahami gerak perubahan kemunculan seorang pemimpin, ada tiga teori yang dapat menjelaskan fenomena tersebut yaitu:

a. Teori Genetis

Inti dari ajaran ini tersimpul dari sebutan yang mengatakan bahwa “leaders are born and not made.” Pemimpin tidak dapat diciptakan tetapi muncul karena bakat luar biasa sejak lahir. Seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan. Seorang pemimpin ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi macam apapun. Secara filosofis, pendangan ini tergolong kepada pandangan yang fatalistis atau deterministis.

b. Teori Sosial

Inti ajaran teori sosial ini adalah bahwa “leaders are made and not born.”

Teori ini mangajarkan bahwa setiap orang bisa saja menjadi pemimpin asalkan diberikan pendidikan dan memiliki pengalaman yang cukup. c. Teori Ekologis

Seorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik jika pada saat lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimiliki itu.

2.1.1.3. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Terdapat dua kategori yang ekstrim, yaitu: gaya kepemimpinan otokratis dan gaya kepemimpinan demokratis. Kepemimpinan otokratis dipandang sebagai gaya yang berdasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas, sementara gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikutsertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan (Thoha, 1991).

Berbeda dengan yang dijelaskan oleh Thoha, Habana dalam Oktaviani (2004) menjelaskan bahwa terdapat dua gaya umum perilaku kepemimpinan yaitu direktif dan suportif. Gaya direktif berarti menjelaskan kepada orang lain apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya dan kenapa harus dilakukan. Ini melibatkan penjelasan kewajiban, penjelasan informasi dan memberikan instruksi kepada orang lain. Direktif adalah karakteristik komunikasi arah ke bawah dan

memengaruhi dari atas. Hal ini merupakan pengawasan dan umpan balik yang berulang. Gaya suportif adalah lawan dari gaya direktif. Karakteristiknya adalah komunikasi dari bawah ke atas, mencari ide dari orang lain, dan mendengarkan secara hati-hati untuk merespon orang lain. Mendukung berarti menghargai pengetahuan orang lain dan melibatkan orang lain dalam pengambilan keputusan. Gaya suportif membangun kepercayaan diri orang lain. Menolong mereka menyelesaikan kewajiban dan memberikan dukungan untuk menerima tanggung jawab.

Gaya kepemimpinan adalah pola-pola perilaku konsisten yang diterapkan orang-orang dalam bekerja dan melalui orang lain seperti yang dipersepsikan orang-orang itu. Pola-pola itu timbul pada diri orang-orang waktu mereka mulai memberikan tanggapan dengan cara yang sama dalam kondisi yang serupa. Pola itu membentuk kebiasaan tindakan yang setidaknya dapat diperkirakan bagi mereka yang bekerja dengan orang-orang itu (Hersey, 1990).

Lewin, Lippitt dan White dalam Goldberg dan Larson (1985) membagi gaya kepemimpinan ke dalam empat jenis, yaitu:

a. Kepemimpinan Otoriter

Menurut Gordon, kepemimpinan otoriter lebih cenderung mencerminkan gambaran tentang manusia yang negatif. Selain itu, pada kepemimpinan ini mengeksportir ketergantungan pengikutnya dengan cara menentukan kebijaksanaan kelompok tanpa berkonsultasi terlebih dahulu pada anggota kelompok, dengan mendikte tugas pada kelompok, menetapkan prosedur dalam mencapainya, menguji dan mengkritik anggota kelompok secara subjektif serta menganut sikap yang mengambil jarak dan formal.

Komunikasi dalam kelompok tersebut pada dasarnya dilakukan melalui pemimpin karena para anggota tidak dianjurkan untuk berkomunikasi secara langsung satu sama lain. Gaya kepempinan otoriter sangat memaksakan, sangat mendesakkan kekuasannya pada bawahan. Bawahan dikendalikan dan diperintah seperti tidak mempunyai martabat manusia, tidak mempunyai pikiran dan kehendak sendiri. Gaya kepemimpinan ini menciptakan diktator (Sukmana, 2001).

b. Kepemimpinan Demokratis

Pandangan seorang pemimpin yang demokratis terhadap orang lain lebih optimis dan positif daripada pandangan pemimpin otoriter. Kepemimpinan seperti ini berpendapat bahwa orang mampu mengarahkan diri sendiri dan berusaha menyajikan kepada pengikut-pengikutnya suatu kesempatan untuk tumbuh, berkembang dan bertindak sendiri. Pemimpin demokratis mendukung komunikasi diantara para anggota kelompok dengan cara mendorong mereka untuk menentukan sendiri kebijaksanaan dan kegiatan kelompok. Pemimpin berbuat demikian dengan cara mengajukan beberapa sasaran dan prosedur alternatif, memperkenalkan anggota untuk memilih sendiri pasangan dalam bekerja, memuji dan mengkritik secara objektif.

c. Kepemimpinan Laissez Faire

Kepemimpinan Laissez Faire pada dasarnya menunjukan suatu pola pengabaian yakni di mana pemimpin yang dipilih atau tokoh berwenang dalam suatu kelompok berusaha menghindari suatu tanggung jawab terhadap pengikutnya. Selain itu, kepemimpinan ini menghindari

partisipasi dan menganut suatu sikap yang tak acuh terhadap orang lain. Gaya kepemimpinan jenis ini menyediakan materi dan informasi hanya apabila diminta dan jarang bahkan sama sekali tidak memberi pujian dan kritik.

d. Kepemimpinan Non Direktif

Kepemimpinan dimana pemimpin menjauhi usaha mendominasi kelompok dan mendorong anggota-anggota kelompok untuk lebih bertanggungjawab. Pemimpin menolak untuk memberi pengarahan pada kelompok tetapi mencoba untuk mengerti apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh anggota kelompoknya.

Sementara itu juga Thoha (1991) mengemukakan empat gaya dasar kepemimpinan dalam proses pembuatan keputusan. Keempat gaya dasar tersebut adalah sebagai berikut.

1. Direktif

Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan karena gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan dan pelaksanaannya diawasi ketat oleh pemimpin.

2. Konsultasi

Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan karena dalam menggunakan gaya ini pemimpin masih banyak memberikan pengarahan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan perilaku mendukung, dengan berusaha

mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.

3. Partisipasi

Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dipegang secara bergantian. Dalam penggunaan gaya ini pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar ada pada pihak pengikut.

4. Delegasi

Perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Dalam hal ini bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk mengambil keputusan sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri.

Thoha (1991) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif adalah kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingkat kecerdasan orang yang

dipimpinnya. Gaya kepemimpinan cenderung sangat bervariasi dari suatu situasi ke situasi lainnya. Pola perilaku pemimpin mengarahkan dan memerintahkan serta perilaku menumbuhkan dukungan dapat terjadi bersamaan dan tergabungkan ke dalam berbagai variasi, atas tiga dasar ukuran pokok yaitu;

1. Besarnya pengarahan atau perintah yang diperlukan atau yang diperlakukan oleh pemimpin

2. Besarnya dukungan dan dorongan semangat yang diperlukan dan diberikan oleh sang pemimpin.

3. Besarnya keterlibatan orang yang dipimpin.

2.1.2 Konsep Organisasi

Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengoordinasi aktivitas dalam organisasi tersebut (Schein dalam Muhammad 2004). Selanjutnya Kochler

dalam Kasim (1993) menyebutkan bahwa organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengoordinasikan usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam masyarakat modern dikenal banyak jenis organisasi yang memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari baik

Dokumen terkait