BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran
sebagainya)
d. Keringkan bayi secepatnya dan sisa ketuban dan darah tanpa menghilangkan lapisan lemak (vernix) yang menyamankan bayi.
e. Tengkurapkan bayi didada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimuti keduanya, kalau perlu menggunakan topi bayi.
f. Biarkan bayi mencari puting susu ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Bila perlu ibu boleh mendekatkan bayi pada puting tapi jangan memaksakan bayi ke puting susu (tidak menjejalkan puting susu ke mulut bayi)
g. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai (Maryunani, 2009, hlm:58-59)
8. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Ceasar
Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standart pasti tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi ceasar. Namun, jika diberikan anastesi spinal atau epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera member respon pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan sehingga terjadi kontak kulit ibu dan kulit bayi. Usakan menyusu pertama dilakukan dikamar operasi. Jika keadaan ibu dan bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan yang tercepat. Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi diruang pulih saat ibu sudah dapat merespon walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius (Roesli, 2008)
Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada persalinan untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada persalinan ceasar, berikut tatalaksananya :
a. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.
b. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20-50 oc. Disediakan selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu. Disiapkan topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi.
c. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke putting susu.
d. Biarkan bayi dalam posisi sulit, bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam.
e. Jika inisiasi menyusu dini belum terjadi di kamar bersalin atau kamar operasi, atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan didada ibu, ketika dipindahkan kekamar perawatan ibu atau kamar pulih (Roesli, 2008, hlm:23)
9. Kontra Indikasi Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini a. Bagi Ibu
1. Fungsi Kardio respiratorik
Fungsi Kardio respiratorik yang tidak baik. Pasien penyakit jantung klasifikasi II dianjurkan untuk sementara tidak menyusui sampai keadaan jantung cukup baik.Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak dibenarkan untuk menyusui. Penilaian akan hal ini harus dilakukan dengan hati-hati. Jika penyakit jantungnya tergolong berat, tak dianjurkan memberi ASI. Mekanisme oksitosin dapat merangsang otot polos. Sementara organ jantung bekerja dibawah pengaruh otot polos. Jadi, menyusui dapat memunculkan kontraksi karena
kelenjar tersebut terpacu hingga kerja jantung jadi lebih keras. Akibatnya, bias timbul gagal jantung.
2. Eklamsia dan pre-eklamsia berat
Keadaan ibu biasanya tidak baik dan dipengaruhi obat-obatan untuk mengatasi penyakit biasanya menyebabkan kesadaran menurun sehingga ibu belum sadar betul. Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi. Sebaiknya pemberian ASI dihentikan meski tetap perlu dimonitor kadar gula darahnya.Konsultasikan pada dokter mengenai boleh-tidaknya pemberian ASI pada bayi dengan mempertimbangkan kondisi ibu serta jenis obat-obatan yang dikonsumsi.
3. Penyakit infeksi akut dan aktif
Bahaya penularan pada bayi yang dikhawatirkan. Tuberkulosis paru yang aktif dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak. Pada sepsis keadaan ibu biasanya buruk dan tidak akan mampu menyusui. Banyak perdebatan mengenai penyakit infeksi apakah dibenarkan menyusui atau tidak. Ibu yang positif mengidap AIDS belum tentu bayinya juga positif AIDS. Itu sebabnya ibu yang mengidap AIDS, sama sekali tak boleh memberi ASI pada bayi.
4. Karsinoma payudara
Pasien dengan karsinoma payudara harus dicegah jangan sampai ASInya keluar kerena mempersulit penilaian penyakitnya. Apanbila menyusui ditakutkan adanya sel - sel karsinoma yang terminum si bayi. Kalau semasa menyusui ibu ternyata harus menjalani pengobatan kanker, disarankan menghentikan pemberian ASI. Obat-obatan antikanker yang dikonsumsi, bersifat sitostatik
yang prinsipnya mematikan sel. Jika obat-obatan ini sampai terserap ASI lalu diminumkan ke bayi, dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan sel-sel bayi. 5. Psikologi
Tidak dapat dikontrol keadaan jiwa si ibu bila menderita psikosis. Meskipun pada dasArnya ibu sayang pada bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan penderita psikosis membuat cedera pada bayinya.
6. Gangguan Hormon
Bila ibu menyusui mengalami gangguan hormon dan sedang menjalani pengobatan dengan mengonsumsi obat-obatan hormon, sebaiknya pemberian ASI dihentikan. Dikhawatirkan obat yang menekan kelenjar tiroid ini akan masuk ke ASI lalu membuat kelenjar tiroid bayi jadi terganggu.
7. Tuberculosis
Ibu pengidap tuberkulosis aktif tetap boleh menyusui karena kuman penyakit ini tak akan menular lewat ASI,agar tak menyebarkan kuman ke bayi selama menyusui, ibu harus menggunakan masker. Tentu saja ibu harus menjalani pengobatan secara tuntas.
8.Hepatitis
Bila ibu terkena hepatitis selama hamil, biasanya kelak begitu bayi lahir akan ada pemeriksaan khusus yang ditangani dokter anak. Bayi akan diberi antibodi untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya agar tidak terkena penyakit yang sama.
Sedangkan untuk ibunya akan ada pemeriksaan laboratorium tertentu berdasar hasil konsultasi dokter penyakit dalam. Dari hasil pemeriksaan tersebut baru bisa ditentukan, boleh-tidaknya ibu memberi ASI. Bila hepatitisnya
tergolong parah, umumnya tidak dibolehkan memberi ASI karena dikhawatirkan bisa menularkan pada si bayi.
b. Bagi Bayi 1. Bayi kejang
Kejang-kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak memungkinkan untuk menyusui. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat bayi menyusui. Kesadaran bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk menyusui.
2. Bayi yang sakit berat
Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit lain yang memerlukan perawatan intensif tentu tidak memungkinkan untuk menyusu selama menyusu tak dapat dilaksanakan.setelah keadaan membaik tentu dapat disusui . seperti bayi dengan kelainan lahir.
3. Very Low Birth Weight (Berat Badan Lahir Sangat Rendah)
Refleks menghisap dan refleks lain pada VLBW belum baik sehingga tidak memungkinkan untuk menyusu.
4 . Cacat bawaan
Diperlukan persiapan mental si ibu untuk menerima keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si bayi merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labioskhisis, palatoskisis bahkan labiognatopalatoskisis masih memungkinkan untuk menyusui.
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara variabel yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2003, hlm 69). Variabel independen adalah pengetahuan bidan tentang inisiasi menyusui dini dan variabel dependen adalah sikap bidan tentang inisiasi menyusui dini.
Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian
Sikap Bidan Tentang Inisiasi Menyusu DIni Pengetahuan Bidan
Tentang Inisiasi Menyususu Dini
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Pengetahuan Pemahaman
bidan terhadap defenisi,
manfaat, tatalak -sana, dan peng -hambat inisiasi menyusu dini. Kuesioner Dengan menghitung jawaban kuesioner 1. Nilai baik, jika responden mampu menjawb dengan skor 11-20 2. Nilai Tidak Baik, jika responden mampu menjawb dengan skor 0 - 10 Ordinal
2 Sikap Pandangan atau
respon bidan ter -hadap inisiasi menyusu dini di nilai dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden. Kuesioner Dengan menghitug jawaban kuesioner 1. Sikap positif jika responden mampu menjawab dengan skor (25-40) 2. Sikap negatif, jika responden mampu menjawab dengan skor (10-24) Ordinal C. Hipotesis
Hipotesi yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesi alternatif (Ha) yaitu ada hubungan antara pengetahuan dan sikap bidan praktek sewasta tentang inisiasi menyusu dini.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional, yaitu jenis penelitian yang bertujan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, dan apabila ada, seberapa erat hubungannya serta berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2006, hlm.270). Rancangan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dan sikap bidan praktik swasta tentang inisasi menyusu dini.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro, et al. hlm.67). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan praktek sewasta di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa berjumlah 52 orang.
2. Sampel
sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh bidan praktek swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa sebanyak 52 orang.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa dengan pertimbangan bahwa pada lokasi ini belum pernah dilakukan penelitian tentang Inisiasi menyusu dini dan populasi yang mencukupi untuk dijadikan responden.
D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada September 2010 – Juni 2011. Pengambilan data dilakukan pada Februari – April 2011
E. Etika Penelitian
1. Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan proposal dari institusi pendidikan yaitu dari Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
2. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala Dinas Kesehatan Deli Serdang untuk melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa.
3. Setelah memperoleh izin, peneliti melakukan pendekatan kepada responden agar responden bersedia untuk dijadikan sampel penelitian, kemudian peneliti menyerahkan lembar persetujuan diberi kepada responden, tujuannya adalah responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama mengumpulkan data. Apabila responden bersedia untuk diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan, jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghargai haknya.
4. Untuk menjaga kerahasian identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau kuesioner yang telah diisi. Lembar tersebut hanya diberi nomer kode tertentu. Kerahsian informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti.
F. Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang telah disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Karakteristik responden
Dan demografi : umur, pendidikan terakhir dan lama bekerja. 2. Data pengetahuan
Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan bidan mengenai inisiasi menyusu dini. Terdiri dari 20 pertanyaan dengan pilihan berganda. Untuk jawaban yang benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0. Nilai minimum yang mungkin didapat adalah 0 dan nilai maksimum adalah 20. Untuk menentukan panjang kelas (interval), dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hidayat, 2007, hlm 13) Kelas Banyak g n P= Re tan
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 20 (selisih nilai tertinggi dan terendah) dan banyak kelas 2 (pengetahuan baik dan tidak baik) maka di dapatkan panjang kelas 10 Maka katagori penilaian pengetahuan responden adalah :
11 – 20 : Pengetahuan baik 0 – 10 : Pengetahuan Tidak Baik
3. Data Sikap
Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Terdiri dari 10 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan yang mendukung (favourabel) dan pertanyaan yang tidak mendukung (unfavourabel) dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Penilaian diukur dengan menggunakan metode scoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Bila pertanyaan yang mendukung, jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai empat (skor 4), setuju (S) diberi nilai tiga (skor 3), tidak setuju (TS) diberi nilai dua (skor 2), sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1, sebaliknya pernyataan yang tidak mendukung, jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai satu (skor 1), setuju (S) diberi nilai dua (skor 2), tidak setuju (TS) diberi nilai tiga (skor 3), sangat tidak setuju (STS) diberi nilai empat (skor 4). Nilai tertinggiyang diperoleh adalah 40 dan nilai yang terendah adalah 10. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rumus Hidayat, 2007, hlm 104-106.
Kelas Banyak
g n P= Re tan
Di mana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 30 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas adalah 2 kelas (sikap positif dan sikap negatif) maka didapat panjang kelas sebesar 15. Dengan menggunakan P= 15 dan 10 sebagai batas interval pertama maka sikap bidan terhadapa pelaksanaan inisiasi menyusu dini dapat dikategorikan atas interval sebagai berikut :25 – 40 memiliki sikap positif dan 10 – 24 memiliki sikap negatif.
G. Validitas Instrumen
Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen, maka perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi (content validity) yaitu diberikan kepada pakar yang menguasai topik yang di teliti (Dempsey, 2002, hlm.80). Dalam hal ini yaitu dokter spesialis obstetri ginekologi yaitu dr. Zulfahri, SPOG dan didapatkan nilai validitas 0,80, diperoleh dari hasil perhitungan jumlah skor total dibagi jumlah seluruh item pertanyaan/ pernyataan.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Ada beberapa prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu:
1. Mendapatkan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian dari Program D IV Bidan Pendidik
2. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Puskesmas Kecamatan Tanjung Morawa. Dari kepala Puskesmas peneliti memperoleh nama beserta alamat bidan yg berada di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa
3. Mendatangi responden yang pertama yang bernama bidan Suryani, lalu melakukan pendekatan kepada bidan tersebut, melakukan wawancara kepada bidan mengenai inisiasi menyusu dini. Setelah bidan setuju menjadi responden, peneliti mnyerahkan lembar persetujuan responden.
4. Setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent)
5. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan.
6. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner.
7. Setelah kuesioner di isi oleh responden, kuesioner dikumpulkan kembali oleh penilti. 8. Setelah data terkumpul semua dengan lengkap maka dilakukan analisa data.
I. Analisa Data
Semua data yang terkumpul dilakukan analisa data kembali dengan memeriksa semua kuesioner (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan kedalam bentuk table. Entry data dalam komputer dan dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan
Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Statistik Univariat
Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit, Hungler, 2001. hlm 471). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa variabel independen yaitu pengetahuan bidan praktek swasta terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini dan variabel dependen yaitu sikap bidan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini.
b. Bivariat Statistik
Bivariat statistik adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006, halaman 271). Pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi square (x2), dengan taraf signifikan 95% (= 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis.
Jika data probabilitas (p) < 0.05 maka H0 ditolak, apabila (p) > 0,05 maka H0 gagal ditolak. Data disajikan dalam bentuk tabel agar dapat dengan mudah melihat hubungan pengetahuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusu dini.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap bidan praktek swasta di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, yang didapat dari pengumpulan data pada bulan februari 2011 diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa kecamatan Tanjung Morawa. Adapun jumlah seliruh responden dalam penelitian ini adalah 52 responden.
Berikut merupakan penjabaran dari kuantitatif korelasi dan persentase karakteristik responden tentang inisiasi menyusu dini di Wilayah Kerja PUSKESMAS Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa.
1. Karekteristik Responden
Karekteristik responden dapat dilihat pada Tabel 5.1 yang terdiri dari usia, pendidikan dan lama bekerja. Data yang diperoleh menunjukkan mayoritas responden berada pada rentang usia 30-40 tahun, yaitu (50%), dengan tingkat pendidikan mayoritas adalah DIII Kebidanan (51,9%), mayoritas lama bekerja berada pada rentang 5-15 tahun (44,2%).
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ( n = 52 )
No Data Demografi Frekuensi Persentase
Umur 1 < 30 tahun 12 23,1 2 30 – 40 tahun 26 50 3 > 40 tahun 14 26,9 Pendidikan 1 DI 21 40,4 2 DIII 27 51,9 3 DIV 4 7,7 Lama Bekerja 1 < 5 Tahun 16 30,8 2 5 – 15 Tahun 23 44,2 3 > 15 Tahun 13 25
2. Pengetahuan Bidan Praktek Swasta tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik (65,4%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan tidak baik (34,6%).
Tabel 5.2. Pengetahuan Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
1 Baik 34 65,4
2 Tidak Baik 18 34,6
Total 52 100
3. Sikap Bidan Praktek Swasta tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki respon negatif (51,9%) dan sebagian kecil responden memiliki respon positif (48,1%).
Tabel 5.3. Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
No Sikap Frekuensi Presentasi
1 Positif 25 48,1
2 Negatif 27 51,9
4. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa.
Analisa hubungan pengetahuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusu dini dengan menggunakan chi-square. Dari hasil analisa data didapat p= 0,06 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetehuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusu dini di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa.
Tabel 5.4. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa
SIKAP TOTAL P VALUE POSITIF NEGATIF PENGETAHUAN n % N % n % 0,06 BAIK 20 58,8 14 41,2 34 100 TIDAK BAIK 5 27,7 13 72,3 18 100 TOTAL 25 48,1 27 51,9 52 100
B. Pembahasan
Dari data diatas penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini.
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu¸ dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan ini merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang dimana dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang didasari pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2003)
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa semua bidan telah memperoleh informasi tentang inisiasi menyusu dini. Tapi mayoritas responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 34 orang (65,4%), dimana dari 34 responden yang berpengetahuan baik tentang inisiasi menyusu dini paling banyak terdapat pada responden yang berumur 30 – 40 tahun sebanyak 18 0rang (52%), berpendidikan DIII sebanyak 26 orang (76,4%), dan lama bekerja banyak terdapat pada responden 5 – 15 tahun 18 orang (52%).
Sesuai pendapat (Notoadmojo, 2007), pengetahuan merupakan dasar yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan itu sendiri penting untuk mendukung psikis dan prilaku setiap hari sehingga dapat dikatakan pengetahuan merupakan faktor yang mendukung tindakan seseorang.
Tingkat pengetahuan yang bervariasi ini dapat dipengerahi oleh berbagai faktor. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2003) bahwa pengetahuan dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. Yang dikatakan faktor internal antara lain meliputi pendidikan , persepsi, informasi dan pengalaman dan yang termasuk faktor eksternal meliputi lingkungan, informasi, ekonomi, dan kebudayaan.
Dari hasil penelitian diketahui umur sangat berperan penting dalam memahami suatu ilmu pengetahuan, semakin bertambah usia seseorang semakin banyak pengalamn dan informasi yg diperoleh. Makin tinggi pendidikan makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi (Notoadmojo, 2003). Terlihat dari 27 orang yang berpendidikan DIII terdapat 26 orang responden (76,4%) berpengetahuan baik dan 4 orang responden yang berpendidikan DIV semuanya berpengetahuan baik. Dengan pendidikan yang lebih tinggi maka penerimaan bidan tentang inisiasi menyusu dini menjadi lebih mudah. Bidan yang mempunyai pengalaman bekerja akan mempunyai pemahaman tentang manfaat dari inisiasi menyusu dini. Dari hasil penelitian terlihat dari 23 responden yang mempunyai pengalam bekerja antara 5 – 15 tahun terdapat 18 orang (52%) yang berpengetahuan baik.
2. Sikap
Pengetahuan mengenai suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan saja belum jadi penggerak seperti halnya sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek, baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak. Sikap menpunyai segi motivasi, berarti segi dinamis untuk mencapai suatu tujuan. Sikap dapat merupakan suatu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan kecendrungan bertindak sesuai dengan pengetahuan tersebut (purwanto, 1998).
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa sebagian besar bidan memiliki sikap negatif mengenai inisiasi menyusu dini, yaitu sebanyak 27 orang (51,9%). Dimana ke 27 orang ini yang bersikap negatif terdapat pada responden yang berpengetahuan baik 14 orang (26,9%), pada responden yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 13 orang (25%).
Menurut WHO (1984) diikuti dari Notoadmodjo (2003) sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain sikap terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. Responden yang memiliki sikap negatif terlihat dari 5 reponden (9,6%) berusia < 30 tahun, 16 orang responden (30,7%) berusia 5 – 15 tahun, 6 orang responden (11,5%) berusia > 30 tahun.Dari segi pendidikan responden yang berpendidikan DI sebanyak 14 orang (26,9%), DIII sebanyak 12 orang (23%), DIV sebanyak 1 orang (0%). Pengalaman lama bekerja sebanyak 12 orang responden (23%) memiliki pengalaman pekerja < 5 tahun, 8 orang responden (15,3%) mempunyai pengalaman bekerja 5-15 tahun, 7 orang responden (13,4%) mempunyai pengalaman bekerja > 15 tahun.
Sikap bidan yang negatif mengenai inisiasi menyusu dini disebabkan kerena kurangnya pemahaman tentang inisiasi menyusu dini atau juga bidan tidak sabar dalam melakukan prosedur inisiasi menyusu dini kerena ini memerlukan waktu yang lama.
3. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
Analisa hubungan pengetahuan dan sikap bidan praktek swasta tentang inisiasi menyusu dini diukur dengan menggunakan chi square. Hasil penelitian di dapat p=0,06 (p < 0.05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusu dini.
Dengan demikian, seseorang yang mempunyai pengetahuan tinggi belum tentu