HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN PRAKTEK SWASTA TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KECAMATAN TANJUNG MORAWA
MARDIANA DEWI SARI 105102098
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROGRAM DIV BIDANG PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Talis Ilmiah, Juni 2011 Mardiana Dewi Sari
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini
di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Merawa Kecamatan Tanjung Merawa ix + 47 Hal + 4 label + 1 Skema + 9 Lampiran
Abstrak
Inisiasi menyusu dini (IMD) adaiah rangkaian kegiatan di mana bayi yang baru saja lahir secara naluri melakukan aktifitas-aktifitas yang diakhiri dengan menemukan puling susu ibunya dan menyusu darinya. Inisiasi menyusu dini dipercaya akan raembantu. meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit - penyakit yang beresiko kematian tinggi seperti kanker saraf, leukemia, dan beberapa penyakit lainnya, sehingga ASI
sebagai sumber gizi terbaik yang dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan - bulan
pertama yang rawan atau pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran dapat mencegah kematian. Adapun tujuan penelitian adaiah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusui dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa. Desain penelitian yang digunakan
adaiah deskriptif korelasional dan sampel sebanyak 52 orang dengan teknik total
sampling. Penelitian ini dilakukan pada Februari sampai Juni 2011. Hasil penelitian ini
menunjukkan babwa mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 34 orang
(65,4%), diikuti dengan responden yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 18 orang
(34,6%). Mayoritas responden yang bersikap negatif sebanyak 27 orang (51,9%) dan
responden yang bersifat positif sebanyak 25 orang (48,1%). Hasil penelitian ini dianalisis dengan uji chi square dengan taraf signifikan a = 0,05 (p < 0,05). Hasil uji chi square diperoleh p=0,06 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusui dini. Diharapkan tenaga
kesehatan khususnya bidan, baik yang bekerja di dalam Puskesmas maupun yang berada
di wilayah kerja Puskesmas, lebih menerapkan program inisiasi menyusu dini kepada ibu-ibu yang baru selelsai melahirkan serta memberi informasi-informasi penting kepada ibu-ibu tentang manfaat inisiasi menyusu dini untuk ibu dan bayinya.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan praktek Swasta Tentang
Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanju Morawa Kecamatan
Tanjung Morawa’’ yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan pada Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan,
masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
2. Nur Asnah Sitohang, SKp, Mkep, selaku Ketua Program D- IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, NS, M.Kep selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis
Ilmiah
4. Kepala Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatn Tanjung Morawa.
5. Seluruh staf dan Dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
6. Orang Tua, Kakak, dan Adik yang penulis cintai yang telah memberikan
dukungan serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat
Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan
kepada penulis.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilimiah ini masih terdapat kekurangan,
untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan
dimasa yang akan datang.
Akhirnya Penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis.
Medan, Juni 2011 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR SKEMA ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan Umum ... 5
2. Tujuan Khusus ... 5
D. Manfaat Peneliti ... 5
1. Bagi Pelayanan Kebidanan ... 5
2. Bagi Penelitian Kebidanan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Pengetahuan ... 7
1. Pengertian ... 7
2. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif ... 7
B. Sikap ... 9
1. Pengertian Sikap ... 9
2. Kategori Sikap ... 10
C. Pengertian Bidan ... 11
D. Inisiasi Meyusu Dini ... 12
1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini ... 12
2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini ... 12
3. Manfaat Kontak Kulit antara Ibu dan Bayi ... 13
4. Kandungan Gizi dalam ASI ... 15
5. Faktor Pelindung ASI ... 18
6. Tahap – Tahap Inisiasi Menyusu Dini ... 19
7. Langkah – langkah Inisiasi Menyusu Dini ... 21
8. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini pada Operasi Ceasar ... 22
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ... 27
A. Kerangka Konsep ... 27
B. Definisi Operasional ... 28
C. Hipotesis ... 28
BAB IV METODE PENELITIAN ... 29
A. Desain Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel ... 29
C. Lokasi Penelitian ... 30
D. Waktu Penelitian... 30
E. Etika Penelitian ... 30
F. Alat Pengumpulan Data ... 31
G. Validitas Instrumen ... 33
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 33
I. Analisis Data ... 34
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 36
A. Hasil Penelitian ... 36
B. Pembahasan ... 40
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
A. Kesimpulan ... 44
B. Saran ... 45
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ... 37
Tabel 5.2 Pengetahuan Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu
Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan
Tanjung Morawa ... 38
Tabel 5.3. Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan
Tanjung Morawa ... 38
Tabel 5.4. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta
Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar CVI
Lampiran 2 : Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Instrumen Penelitian
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 : Master Data Penelitian
Lampiran 6 : Hasil Out Put Data Penelitian
Lampiran 7 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
Lampiran 8 : Surat Balasan dari Dinas Kesehatan Lubuk Pakam
PROGRAM DIV BIDANG PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Talis Ilmiah, Juni 2011 Mardiana Dewi Sari
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini
di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Merawa Kecamatan Tanjung Merawa ix + 47 Hal + 4 label + 1 Skema + 9 Lampiran
Abstrak
Inisiasi menyusu dini (IMD) adaiah rangkaian kegiatan di mana bayi yang baru saja lahir secara naluri melakukan aktifitas-aktifitas yang diakhiri dengan menemukan puling susu ibunya dan menyusu darinya. Inisiasi menyusu dini dipercaya akan raembantu. meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit - penyakit yang beresiko kematian tinggi seperti kanker saraf, leukemia, dan beberapa penyakit lainnya, sehingga ASI
sebagai sumber gizi terbaik yang dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan - bulan
pertama yang rawan atau pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran dapat mencegah kematian. Adapun tujuan penelitian adaiah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusui dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa. Desain penelitian yang digunakan
adaiah deskriptif korelasional dan sampel sebanyak 52 orang dengan teknik total
sampling. Penelitian ini dilakukan pada Februari sampai Juni 2011. Hasil penelitian ini
menunjukkan babwa mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 34 orang
(65,4%), diikuti dengan responden yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 18 orang
(34,6%). Mayoritas responden yang bersikap negatif sebanyak 27 orang (51,9%) dan
responden yang bersifat positif sebanyak 25 orang (48,1%). Hasil penelitian ini dianalisis dengan uji chi square dengan taraf signifikan a = 0,05 (p < 0,05). Hasil uji chi square diperoleh p=0,06 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusui dini. Diharapkan tenaga
kesehatan khususnya bidan, baik yang bekerja di dalam Puskesmas maupun yang berada
di wilayah kerja Puskesmas, lebih menerapkan program inisiasi menyusu dini kepada ibu-ibu yang baru selelsai melahirkan serta memberi informasi-informasi penting kepada ibu-ibu tentang manfaat inisiasi menyusu dini untuk ibu dan bayinya.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah rangkaian kegiatan di mana bayi yang baru
saja lahir secara naluri melakukan aktifitas-aktifitas yang diakiri dengan menemukan
puting susu ibunya dan menyusu darinya (Roesli, 2008).
Inisiasi menyusu dini dipercaya akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit – penyakit yang beresiko kematian tinggi seperti kanker syaraf,
leukemia, dan beberapa penyakit lainnya, sehingga ASI sebagai sumber gizi terbaik
yang dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan – bulan pertama yang rawan atau
pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran dapat mencegah
kematian sekitar 1,3 juta bayi diseluruh dunia tiap tahun (Roesli, 2008).
Setiap 1000 kelahiran, 35 bayi diantaranya meninggal. Jika dikalikan dalam
setahun, sedikitnya 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai satu tahun. Hal serupa
dilaporkan oleh World Healt Report tahun 2005 (Roesli, 2008).
Bila melihat jumlah angka kematian bayi di Asia Tenggara, ternyata Indonesia
merupakan negara yang memiliki angka kematian bayi tertinggi, yakni mencapai 20 bayi
per 1000 bayi yang hidup satu bulan pertama. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia
sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian bayi adalah 20 per 1.000 kelahiran hidup,
berarti setiap hari 246 bayi di Indonesia meninggal atau setiap satu jam 10 bayi
Indonesia meninggal dan setiap 6 menit 1 bayi Indonesia meninggal kerena tidak
Di Indonesia dengan inisiasi menyusu dini lebih dari 20.000 bayi akan bisa
diselamatkan. Menunda inisiasi menyusu dini berarti juga meningkatkan kematian pada
bayi. Inisiasi menyusu dini juga akan membantu pencapaian Millenium Development
Goals (MDGs) karena pemberian ASI eksklusif akan mencegah malnutrisi dan
mengurangi kemiskinan (Roesli, 2008).
Di provinsi DKI Jakarta angka kematian bayi masih cukup tinggi. Sehingga
pemerintah provinsi akan lebih serius menjalankan program inisiasi menyusu dini,
dengan tujuan utama mengurangi angka kematian bayi. Angka kematian bayi
sebelumnya tercatat 20 kematian per 1000 kelahiran, kemudian dengan program inisiasi
menyusu dini angka kematian bisa ditekan, sehingga sampai akhir 2008 rasio
perbandingan telah menjadi 18 kematian per 1000 kelahiran (Detty, 2009). Berdasarkan
data dinas keshatan Sumatera Utara tahun 2008 diketahui bahwa angka kematian bayi di
Sumatera Utara mencapai 37 per 1000 kelahiran (Khaeruddin, 2008).
Berdasarkan penelitian Edmond K di Ghana yang dilakukan terhadap 10.947
bayi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Pediatrics, 22% kematian bayi pada satu jam
pertama kelahiran. Sedangkan menyusu pada hari pertama lahir dapat menekan angka
kematian bayi hingga 16% (Roesli, 2008).
Penelitian Syafiq dan fika tahun 2003, di Jakarta diketahui bahwa bayi yang di
beri kesempatan menyusu dini akan berhasil menyusui secara eksklusif delapan kali
lebih besar dibandingkan bayi yang tidak di beri kesempatan untuk melakukan inisiasi
menyusu dini. Ini berarti bahwa bayi selanjutnya akan lebih mungkin disusui sampai
usianya mencapai dua tahun atau lebih. Disamping itu sentuhan, emutan, dan jilatan bayi
pada putting ibu selama proses inisiasi menyusu dini akan merangsang keluarnya
pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan pada ibu. Hal ini dapat menurunkan
angka kematian ibu pasca persalinan. Kontak kulit membantu proses kolonisasi kulit,
dimana bakteri yang menempel pada kulit ibu dan dijilat oleh bayi, berperan sebagai zat
antibody untuk melindungi bayi dari kuman penyakit lingkungan luar bayi (Chalik, dkk,
1990).
Menurut hasil penelitian Monica, menunjukkan bahwa mayoritas responden
berpengetahuan baik sebanyak 23 orang (44,23%), diikuti dengan responden yang
berpengetahuan cukup sebanyak 6 orang (30,77%) dan responden yang berpengetahuan
kurang sebanyak 13 orang (25%). Mayoritas responden yang bersikap negative sebanyak
32 orang (61,54%) dan responden yang bersifat positif sebanyak 20 orang (38,46%).
Dari hasil penelitian ini terlihat pengetahuan yang baik tidak didukung oleh sikap yang
negative kerena kurangnya pemahaan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini dan
kurangnya percaya diri ibu hamil untuk melakukan inisiasi menyusu dini.
Inisiasi menyusu dini juga memberi manfaat lain, yaitu terciptanya ikatan kasih sayang
sebuah keluarga pada jam-jam pertama saat melahirkan, dimana sambil bayi mencari putting
susu ibunya, ayah bisa berperan mengazankan bayi di dada ibunya. Inisiasi menyusu dini
juga dapat menurunkan tingkat kematian pada bayi dibawah umur 28 hari. Dalam satu
tahun, empat juga bayi berusia 28 hari meninggal, apabila semua bayi segera setelah lahir
diberi kesempatan menyusu sendiri dengan member kesmpatan kontak kulit ibu dengan kulit
bayi selama kurang lebih satu jam maka satu juta nyawa bayi dapat terselamatkan. Ini
diperkuat dengan adanya penelitian da Ghana oleh dr. Karen Edmond yang melibatkan
10947 bayi yang lahir, diketagui bahwa jika bayi diberi kesempatan menyusu dan dibiarkan
melakukan kontak kulit dengan kulit dalam satu jam pertama setelah dilahirkan maka 22%
pertamanya adalah saat bayi berusia diatas dua jam, nyawa bayi dibawah umur 28 hari dapat
terselamatkan sebesar 16%, ini berate bahwa resiko kematian bayi dibawah umur 28 hari
akan meningkat 6 kali lebuh besar setiap kenaikan satu jamnya (Roesli, 2008).
Walaupun pemerintah mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang
merekomendasikan inisiasi menyusu dinisebagai tindakan life saving, tetapi dalam
penerapannya IMD itu sendiri belum tersosialisasikan dengan sempurna di beberapa rumah
sakit, baik itu rumah bersalin umum, maupun di klinik praktek bidan, sehingga penerpannya
masih perlu di kembangkan untuk memaksimalkan pelaksanaan inisiasi menyusu dini.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Morawa Kecamatan Tanjung Morawa, berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap 8 bidan praktik sewasta, 6 diantaranya mengetahui inisiasi menyusu dini dan
tidak menerapkan inisiasi menyusu pada proses persalinan dan 2 diantaranya tidak
mengetahui inisiasi menyusu dini dan tidak menerapkannya pada petolongan persalinan.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan
dan sikaps bidan praktik sewasta tentang inisiasi menyusu dini di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan dapat dirumuskan masalah
penelitian adalah bagaimana pengetahuan bidan praktek swasta tentang inisiasi menyusu
dini, bagaimana sikap bidan praktek swasta tentang inisiasi menyusu dini dan apakah
C. Tujuan Peneliti 1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dan sikap bidan praktek swasta
tentang inisiasi menyusu dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa
Kecamatang Tanjung Morawa.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan bidan praktek swasta tentang inisiasi
menyusu dini
b. Untuk mengidentifikasi sikap bidan praktek swasta tentang inisiasi menyusu
dini.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pelayanan kebidanan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan
pelayanan asuhan kebidanan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai pengetahuan dan sumber informasi untuk penelitian yang berikut yang
sejenis.
3. Pendidikan Kebidanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pada mata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan 1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan engindraan tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2003, hlm.121).
Pengetahuan adalah bahwa untuk mengetahui secara kualita tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang menjadi empat tingkat, yaitu tingkat pengetahuan baik, pengatahuan cukup, pengetahuan kurang dan pengetahuan buruk (Arikunto, 2006).
2. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overtt behavior). Pengetahuan yang dicakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahuai dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dsb
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun
formalasi baru dari formalasi-formalsi yang ada.
f. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
B. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial,
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoadmojo, 2003, hlm.124).
Howard Kendle mengemukakan, bahwa sikap merupakan kecendrungan
(tandensy) untuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid), atau melakukan
sesuatu, baik secara positif maupun secara negatif terhadap suatu lembaga,
peristiwa, gagasan atau konsep.
Paul Massen, dkk., dan David Krech. Berpendapat sikap itu merupakan
suatu system dari tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu kognisi
(pengenalan), feeling (perasaan), dan action tandency (kecendrungan untuk
bertindak) (Yusuf 2006, hlm 169).
Thustone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi,
baik bersifat positif maupun negative dalam hubungannya dengan objek-objek
psikologis, seperti: simbol, prase, slogan, orang, lembaga cita-cita dan gagasan
(Zuhriah 2003, hlm 87)
Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan bahwa “sikap adalah kesiapan
seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu (Azwar 2007, hlm 13).
2. Kategori Sikap
a. Menurut Azwar, sikap terdiri dari :
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi
dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap
ceramah-ceramah tentang gizi.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi atau sikap. Kerena dengan
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, lepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang
tersebut menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang
mengajak ibu lain (tetangga, saudara, dan sebagainya) untuk pergi
menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi,
adalah bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap
gizi anak.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan resiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seseorang ibu mau
menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau
orang tuanya sendiri (Azwar, 2007, hlm 4)
1. Sikap positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
menghadapkan objek tertentu.
2. Sikap negatif, terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu (Purwanto, 1998, hlm 64).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi terbentuknya Sikap
a. Faktor intern yaitu: factor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang
bersangkutan sendiri. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsang dari luar
melalui persepsi, oleh kerena itu kita harus memilih rangsangan-rangsangan
mana yang akan kita teliti dan dari mana yang harus dijauhi. Pilihan ini
ditentukan oleh motif-motif dan kecendrungan-kecendrungan dalam diri kita.
b. Faktor ekstern : yang merupakan factor diluar manusia, yaitu :
1. Sifat objek yang dijadikan sasaran sifat.
2. Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut.
3. Sifat orang/kelompok yang mendukung sifat tersebut.
4. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.
5. Situasi pada saat sikap dibentuk (Purwanto, 1998, hlm 12).
C. Pengertian Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan Program Pendidikan Bidan
yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan
praktek kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervise, asuhan dan
memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan
masa pasca persalinan (post partum period), memimpin persalinan atas tanggung
tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan
mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada
saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya (Sofyan at al, hlm 16).
D. Inisiasi Menyusu Dini 1. Pengertian
Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini
adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi sebenarnya bayi
manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunayai kemampuan untuk menyusu
sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya
selama satu jam segera lahir (Roesli, 2008, hlm 1)
Sesaat setelah ibu melahirkan maka biasanya bayi kan dibiarkan atau
diletakkan di atas dada si ibu agar sang anak mencari puting ibunya sendiri, ini
disebut dengan inisiasi menyusu dini (IMD) (Kodrat, 2010, hlm:7).
2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini a. Bagi Bayi
1. Makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum
segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
2. Memberikan Kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada
bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.
3. Meningkatkan kecerdasan
4. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas.
5. Meningkatkan jalian kasih sayang ibu dan bayi.
7. Merangsang kolostrum segera keluar.
b. Bagi Ibu
1. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin
2. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
3. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi (Ambarwati &
Wulandari, 2009, hlm:37-39)
3. Manfaat Kontak Kulit ke Kulit Antara Ibu dan Bayi
a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayimerangkak mencari
payudara. Ini akan menurunkan kematian kerena kedinginan (hypothermia)
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih
stabil. Bayi akan lebih kurang menangis sehingga mengurangi pemakaian
energy.
c. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit
ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibunya, menelan bakteri
menguntungkan dikulit ibu. Bakteri yang menguntungkan ini akan
berkembang biak membentuk koloni dikulit ibu dan susu bayi, menyaingi
bakteri yang merugikan.
d. Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih baik kerena
pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu bayi akan tidur
dalam waktu yang lama.
e. Makanan yang diperoleh bayi dari ASI sangat diperlukan bagi pertumbuhan
f. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu eksklusif
dan lebih lama disusui.
g. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu ibu
dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang
pengeluaran hormon oksitosin.
h. Bayi mendapat ASI kolostrum yang pertama kali keluar, cairan ini kaya akan
memberikan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan infeksi, penting
untuk pertumbuha susu, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan
membuat lapisan yang melindungi usus bayi yang masih belum matang
sekaligus mematangkan dinding usus (Roesli. 2008, hlm13-14)
Secara psikologis pemberian ASI pada satu jam pertama akan
memberikan manfaat yaitu bayi akan mendapat terapi psikologis berupa
ketenangan dan kepuasan. Terpenuhinya rasa aman dan nyaman akibat kelelahan
selama proses persalinan kerena kepala bayi harus melewati pintu atas panggul,
panggul dalam dan dasar panggul yang buat bayi stress.
Dengan menemukan ketenanga puting susu ibu, bayi mendapatkan
ketenanga kembali. Pelukan ibu membuat bayi merasa aman dan nyaman seperti
dalam rahim ibu. Hal ini merupakan terapi bagi bayi yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan psikologis bagi bayi yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan psikologis bayi kerena ia mendapat modal pertama membentuk
4. Kandungan Gizi Dalam ASI
Pemberian ASI secara dini adalah membiasakan bayi agar terbiasa
menkonsumsi ASI untuk pertumbuhan dan perkembangannya, sebab untuk ASI
merupakan makanan yang memiliki nilai gizi yang tinggi yang didalam ASI
mengandung unsur-unsur gizi lengkap yang diperlukan bayi dalam pertumbuhan
dan perkembangan kelak (Arisman, 2004).
ASI yang keluar pada lima menit pertama dinamakan foremilk. Foremilk
mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian
(hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali lebih
banyak dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah yang mengeyangkan bayi.
Beberapa komposisi yang terdapat dalam ASI adalah :
a. Karbohidrat
Karbohidrat ASI adalah laktosa (gula) yang memberikan rasa manis
dan segar pada ASI. ASI mengandung banyak laktosa disbanding susu
mamalia lainnya sekitar 20-30% lebih banyak dari susu sapi. Kegunaan
laktosa adalah :
1. Laktosa diperlukan untuk pertumbuhan otak.
2. Salah satu produk laktosa adalah galaktosa. Galaktosa merupakan
makanan vital bagi jaringan otak yang sedang tumbuh. Para pakar
menemukan bahwa makin tinggi kadar laktosa susu suatu jenis mamalia
ukuran otaknya makin besar. ASI sendiri mengandung kadar laktosa yang
paling tinggi dibandingkan dengan susu mamalia lain.
3. Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk
4. Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik, yaitu
lactobacillus bifidus.
5. Laktosa oleh permentasi akan diubah menjadi asam laktat. Adanya asam
laktat ini memberiakan suasana asam bagi di dalam usus bayi. Dengan
suasana asam didalam usus akan memberikan keuntungan, diantaranya
menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.
b. Protein
Protein adalah bahan baku untuk tumbuh. Kualitas protein sangat
penting selama tahun pertama kehidupan bayi, kerena pada saat ini
pertumbuhan paling cepat. Air susu ibu mengandung protein khusus
dirancang untuk pertumbuhan bayi manusia.
ASI mengandung dua macam protein utama yaitu whey dan kasein
(casein). Whey adalah protein yang halus, lembut dan mudah dicerna. Kasein
adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal dan sukar dicerna oleh usus
bayi. Protein ASI yang utama adalah whey sedangkan protein susu sapi
utama adalah casein. Rasio whey dan kasein 60:80, sedangkan pada susu sapi
rasionya 20:80. Hal ini tentu menguntungkan bayi, karena whey lebih mudah
dicerna disbanding casein.
c. Lemak
Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-rubah
kadarnya. Kadar lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk
bayi yang sedang tumbuh. Perubahan kadar lemak ini terjadi secara otomatis,
pertumbuhan bayi dari hari ke hari. Bahkan pada hari yang sama kadar lemak
ASI pada waktu yang berbeda tidak sama.
Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6,
DHA, arachidonic acid) suatu asam lemak esensial yang merupakan
komponen penting untuk mylinisasi. Mylinisasi adalah pembentukan selaput
isolasi yang mengelilingi serabut saraf yang akan membantu rangsangan
menjalar lebih cepat. Lemak ini sedikit atau tidak ada pada susu sapi, padahal
amat penting untuk pertumbuhan otak (Roesli, 2005)
d. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relative
rendah, tetapi bias mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur enam bulan.
Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat setabil dan
mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam pasi
kandungan mineral jumlahnya tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat
diserap hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta mengganggu
keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang
merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal (Anton
Baskoro, 2008)
e. Vitamin
Vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organic yang tidak
termasuk dalam golongan karbohidrat, proten dan lemak, terdapat dalam
makanan dalam jumlah yang sedikit namun sangat berperan dalam
kelangsungan hidup manusia seperti membantu pertumbuhan, perkembangan
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi
kebutuhan bayi sampai enam bulan kecuali vitamin K. Kerena bayi baru lahir
ususnya belum mampu membentuk vitamin K (Anton Baskoro, 2008).
5. Faktor Pelindung ASI
Pada waktu lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat
membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI mampu member
perlindungan baik secara aktif maupun pasif. ASI tidak saja menyediakan
perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga merangsang
perkembangan system kekebalan bayi itu sendiri.
ASI memberikan zat kekebalan yang belum dapat dibuat oleh bayi.
Dengan adanya zat anti infeksi dari ASI maka bayi ASI eksklusif akan terlindung
dari berbagai macam infeksi, baik disebabkan jamur, atau parsit. ASI juga
ternyata mengandung zat infeksi. Faktor pelindung dalam ASI adalah :
a. Sel darah putih
Setiap tetes ASI mengandung berjuta-juta sel hidup yang menyerupai
sel darah putih sehingga dinamakan “sel darah putih” dari ASI, sel-sel ini
beredar dalam usus bayi dan membunuh kuman-kuman jahat sel yang sangat
protektif, ini jumlahnya sangat banyak pada minggu pertama kehidupan, saat
system kekebalan tubuh bayi belum mampu membentuk antibody yang
protektif dalam jumlah yang cukup.
b. Imunoglobin atau antibiotika alamiah
Selain sel-sel darah putih yang hidup, ASI juga mengandung
yang masuk dalam tubuh bayi. Dapat disamakan suatu antibiotic alami
tersebar diseluruh tubuh dan akan membunuh kuman-kuman jahat.
c. Imunisasi Pasif dan Aktif
Kolostrum mengandung sel darah putih dan protein immunoglobulin
pembunuh kuman dalam jumlah yang paling tinggi. Kolostrum dihasilkan
pada saat system pertahanan tubuh bayi paling rendah. Jadi dapat dianggap
kolostrum adalah imunisasi yang pertama diterima oleh bayi. Selain itu ASI,
akan merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi sehingga ASI
berfungsi pula sebagai imunisasi aktif (Roesli, 2005, hlm:30-31)
6. Tahap – Tahap Inisiasi Menyusu Dini
Bayi baru lahir segera di keringkan dan diletakkan diperut ibu dengan
kontak langsung kekulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam,
semua bayi dalam proses inisiasi menyusu dini akan melalui lima tahapan yaitu:
a. Dalam tahap 30 menit pertama
Stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga, bayi diam tidak bergerak
sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa
ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke
kadaan diluar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan
dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan
kemampuan menyususi dan mendidik bayinya.
b. Antara 30-40 menit
Bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum,
yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan dari
payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk payudara puting
susu ibu.
c. Mengeluarkan air liur
Saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi mengeluarkan
air liurnya.
d. Bayi mulai bergerak kearah payudara ibu. Areola sebagai sasaran, dengan
kaki menekan perut ibu. Menoleh kekanan dan kekiri, serta menyentuh dan
meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil.
e. Menemukan, menjilat, mengulum membuka mulut lebar dan melekat dengan
baik (Saleha, 2008)
7. Langkah – Langkah Inisiasi Menyusu Dini
Cara inisiasi menyusu dini yang tepat adalah dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Pihak rumah sakit atau rumah bersalin sudah seharusnya mengizinkan suami
atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan yang tepat, sensitive dan
mendukung.
b. Sarankan untuk mempergunakan cara-cara yang tidak mempergunakan obat
kimiawi dalam menolong ibu saat melahirkan (pijat, aroma therapy, dan
sebagainya)
d. Keringkan bayi secepatnya dan sisa ketuban dan darah tanpa menghilangkan
lapisan lemak (vernix) yang menyamankan bayi.
e. Tengkurapkan bayi didada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada
kulit ibu. Selimuti keduanya, kalau perlu menggunakan topi bayi.
f. Biarkan bayi mencari puting susu ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi
dengan sentuhan lembut. Bila perlu ibu boleh mendekatkan bayi pada puting
tapi jangan memaksakan bayi ke puting susu (tidak menjejalkan puting susu
ke mulut bayi)
g. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses
menyusu pertama selesai (Maryunani, 2009, hlm:58-59)
8. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Ceasar
Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standart pasti tidak dapat
dilakukan pada persalinan operasi ceasar. Namun, jika diberikan anastesi spinal
atau epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera member respon
pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan sehingga terjadi kontak kulit ibu dan
kulit bayi. Usakan menyusu pertama dilakukan dikamar operasi. Jika keadaan
ibu dan bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan
yang tercepat. Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi diruang pulih
saat ibu sudah dapat merespon walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh
obat bius (Roesli, 2008)
Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada persalinan untuk
mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada persalinan ceasar, berikut
a. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.
b. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20-50 oc. Disediakan selimut untuk
menutupi punggung bayi dan badan ibu. Disiapkan topi bayi untuk
mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi.
c. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke putting susu.
d. Biarkan bayi dalam posisi sulit, bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya
selama satu jam.
e. Jika inisiasi menyusu dini belum terjadi di kamar bersalin atau kamar
operasi, atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap
diletakkan didada ibu, ketika dipindahkan kekamar perawatan ibu atau kamar
pulih (Roesli, 2008, hlm:23)
9. Kontra Indikasi Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini a. Bagi Ibu
1. Fungsi Kardio respiratorik
Fungsi Kardio respiratorik yang tidak baik. Pasien penyakit jantung
klasifikasi II dianjurkan untuk sementara tidak menyusui sampai keadaan
jantung cukup baik.Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak dibenarkan untuk
menyusui. Penilaian akan hal ini harus dilakukan dengan hati-hati. Jika penyakit
jantungnya tergolong berat, tak dianjurkan memberi ASI. Mekanisme oksitosin
dapat merangsang otot polos. Sementara organ jantung bekerja dibawah
kelenjar tersebut terpacu hingga kerja jantung jadi lebih keras. Akibatnya, bias
timbul gagal jantung.
2. Eklamsia dan pre-eklamsia berat
Keadaan ibu biasanya tidak baik dan dipengaruhi obat-obatan untuk
mengatasi penyakit biasanya menyebabkan kesadaran menurun sehingga ibu
belum sadar betul. Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi.
Sebaiknya pemberian ASI dihentikan meski tetap perlu dimonitor kadar gula
darahnya.Konsultasikan pada dokter mengenai boleh-tidaknya pemberian ASI
pada bayi dengan mempertimbangkan kondisi ibu serta jenis obat-obatan yang
dikonsumsi.
3. Penyakit infeksi akut dan aktif
Bahaya penularan pada bayi yang dikhawatirkan. Tuberkulosis paru yang
aktif dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak. Pada sepsis keadaan ibu
biasanya buruk dan tidak akan mampu menyusui. Banyak perdebatan mengenai
penyakit infeksi apakah dibenarkan menyusui atau tidak. Ibu yang positif
mengidap AIDS belum tentu bayinya juga positif AIDS. Itu sebabnya ibu yang
mengidap AIDS, sama sekali tak boleh memberi ASI pada bayi.
4. Karsinoma payudara
Pasien dengan karsinoma payudara harus dicegah jangan sampai ASInya
keluar kerena mempersulit penilaian penyakitnya. Apanbila menyusui ditakutkan
adanya sel - sel karsinoma yang terminum si bayi. Kalau semasa menyusui ibu
ternyata harus menjalani pengobatan kanker, disarankan menghentikan
yang prinsipnya mematikan sel. Jika obat-obatan ini sampai terserap ASI lalu
diminumkan ke bayi, dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan sel-sel bayi.
5. Psikologi
Tidak dapat dikontrol keadaan jiwa si ibu bila menderita psikosis.
Meskipun pada dasArnya ibu sayang pada bayinya, tetapi selalu ada
kemungkinan penderita psikosis membuat cedera pada bayinya.
6. Gangguan Hormon
Bila ibu menyusui mengalami gangguan hormon dan sedang menjalani
pengobatan dengan mengonsumsi obat-obatan hormon, sebaiknya pemberian
ASI dihentikan. Dikhawatirkan obat yang menekan kelenjar tiroid ini akan
masuk ke ASI lalu membuat kelenjar tiroid bayi jadi terganggu.
7. Tuberculosis
Ibu pengidap tuberkulosis aktif tetap boleh menyusui karena kuman
penyakit ini tak akan menular lewat ASI,agar tak menyebarkan kuman ke bayi
selama menyusui, ibu harus menggunakan masker. Tentu saja ibu harus
menjalani pengobatan secara tuntas.
8.Hepatitis
Bila ibu terkena hepatitis selama hamil, biasanya kelak begitu bayi lahir
akan ada pemeriksaan khusus yang ditangani dokter anak. Bayi akan diberi
antibodi untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya agar tidak terkena penyakit
yang sama.
Sedangkan untuk ibunya akan ada pemeriksaan laboratorium tertentu
berdasar hasil konsultasi dokter penyakit dalam. Dari hasil pemeriksaan tersebut
tergolong parah, umumnya tidak dibolehkan memberi ASI karena dikhawatirkan
bisa menularkan pada si bayi.
b. Bagi Bayi 1. Bayi kejang
Kejang-kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak
memungkinkan untuk menyusui. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat
bayi menyusui. Kesadaran bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi
untuk menyusui.
2. Bayi yang sakit berat
Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit lain yang
memerlukan perawatan intensif tentu tidak memungkinkan untuk menyusu
selama menyusu tak dapat dilaksanakan.setelah keadaan membaik tentu dapat
disusui . seperti bayi dengan kelainan lahir.
3. Very Low Birth Weight (Berat Badan Lahir Sangat Rendah)
Refleks menghisap dan refleks lain pada VLBW belum baik sehingga
tidak memungkinkan untuk menyusu.
4 . Cacat bawaan
Diperlukan persiapan mental si ibu untuk menerima keadaan bahwa
bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si bayi merupakan kontra
indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labioskhisis, palatoskisis bahkan
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara variabel yang ingin
diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2003, hlm
69). Variabel independen adalah pengetahuan bidan tentang inisiasi menyusui dini dan
variabel dependen adalah sikap bidan tentang inisiasi menyusui dini.
Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian
Sikap Bidan Tentang Inisiasi Menyusu DIni Pengetahuan Bidan
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Pengetahuan Pemahaman
bidan terhadap
Hipotesi yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesi alternatif (Ha)
yaitu ada hubungan antara pengetahuan dan sikap bidan praktek sewasta tentang inisiasi
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasional, yaitu jenis
penelitian yang bertujan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, dan apabila ada,
seberapa erat hubungannya serta berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2006,
hlm.270). Rancangan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan
pengetahuan dan sikap bidan praktik swasta tentang inisasi menyusu dini.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu
(Sastroasmoro, et al. hlm.67). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan
praktek sewasta di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan
Tanjung Morawa berjumlah 52 orang.
2. Sampel
sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh bidan praktek
swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan
Tanjung Morawa dengan pertimbangan bahwa pada lokasi ini belum pernah dilakukan
penelitian tentang Inisiasi menyusu dini dan populasi yang mencukupi untuk dijadikan
responden.
D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada September 2010 – Juni 2011. Pengambilan data
dilakukan pada Februari – April 2011
E. Etika Penelitian
1. Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan proposal dari institusi
pendidikan yaitu dari Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
2. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala Dinas Kesehatan Deli
Serdang untuk melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Morawa Kecamatan Tanjung Morawa.
3. Setelah memperoleh izin, peneliti melakukan pendekatan kepada responden agar
responden bersedia untuk dijadikan sampel penelitian, kemudian peneliti
menyerahkan lembar persetujuan diberi kepada responden, tujuannya adalah
responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti
selama mengumpulkan data. Apabila responden bersedia untuk diteliti maka
harus menandatangani lembar persetujuan, jika responden menolak untuk diteliti
4. Untuk menjaga kerahasian identitas responden, peneliti tidak mencantumkan
nama responden pada lembar pengumpulan data atau kuesioner yang telah diisi.
Lembar tersebut hanya diberi nomer kode tertentu. Kerahsian informasi yang
diberikan responden dijamin oleh peneliti.
F. Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi responden, peneliti menggunakan alat
pengumpulan data berupa kuesioner yang telah disusun berdasarkan tinjauan pustaka
dan kerangka konsep. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Karakteristik responden
Dan demografi : umur, pendidikan terakhir dan lama bekerja.
2. Data pengetahuan
Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan bidan mengenai inisiasi menyusu dini. Terdiri dari 20 pertanyaan dengan pilihan berganda. Untuk jawaban yang benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0. Nilai minimum yang mungkin didapat adalah 0 dan nilai maksimum adalah 20. Untuk menentukan panjang kelas (interval), dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hidayat, 2007, hlm 13)
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 20 (selisih nilai tertinggi dan
terendah) dan banyak kelas 2 (pengetahuan baik dan tidak baik) maka di dapatkan
panjang kelas 10 Maka katagori penilaian pengetahuan responden adalah :
11 – 20 : Pengetahuan baik
3. Data Sikap
Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap bidan dalam pelaksanaan
inisiasi menyusu dini. Terdiri dari 10 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan yang
mendukung (favourabel) dan pertanyaan yang tidak mendukung (unfavourabel)
dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju
(STS). Penilaian diukur dengan menggunakan metode scoring terhadap kuesioner
yang telah diberi bobot. Bila pertanyaan yang mendukung, jawaban sangat setuju
(SS) diberi nilai empat (skor 4), setuju (S) diberi nilai tiga (skor 3), tidak setuju (TS)
diberi nilai dua (skor 2), sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1, sebaliknya
pernyataan yang tidak mendukung, jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai satu (skor
1), setuju (S) diberi nilai dua (skor 2), tidak setuju (TS) diberi nilai tiga (skor 3),
sangat tidak setuju (STS) diberi nilai empat (skor 4). Nilai tertinggiyang diperoleh
adalah 40 dan nilai yang terendah adalah 10. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan rumus Hidayat, 2007, hlm 104-106.
Kelas Banyak
g n P= Re tan
Di mana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 30 (selisih nilai
tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas adalah 2 kelas (sikap positif dan sikap
negatif) maka didapat panjang kelas sebesar 15. Dengan menggunakan P= 15 dan 10
sebagai batas interval pertama maka sikap bidan terhadapa pelaksanaan inisiasi
menyusu dini dapat dikategorikan atas interval sebagai berikut :25 – 40 memiliki
G. Validitas Instrumen
Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen, maka perlu dilakukan
pengujian terhadap instrumen penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi
(content validity) yaitu diberikan kepada pakar yang menguasai topik yang di teliti
(Dempsey, 2002, hlm.80). Dalam hal ini yaitu dokter spesialis obstetri ginekologi yaitu
dr. Zulfahri, SPOG dan didapatkan nilai validitas 0,80, diperoleh dari hasil perhitungan
jumlah skor total dibagi jumlah seluruh item pertanyaan/ pernyataan.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Ada beberapa prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini
yaitu:
1. Mendapatkan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian dari Program D IV
Bidan Pendidik
2. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Puskesmas
Kecamatan Tanjung Morawa. Dari kepala Puskesmas peneliti memperoleh nama
beserta alamat bidan yg berada di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa
3. Mendatangi responden yang pertama yang bernama bidan Suryani, lalu melakukan
pendekatan kepada bidan tersebut, melakukan wawancara kepada bidan mengenai
inisiasi menyusu dini. Setelah bidan setuju menjadi responden, peneliti mnyerahkan
lembar persetujuan responden.
4. Setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar
5. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya
dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh
pertanyaan.
6. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada
pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner.
7. Setelah kuesioner di isi oleh responden, kuesioner dikumpulkan kembali oleh penilti.
8. Setelah data terkumpul semua dengan lengkap maka dilakukan analisa data.
I. Analisa Data
Semua data yang terkumpul dilakukan analisa data kembali dengan memeriksa
semua kuesioner (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data
dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan kedalam bentuk
table. Entry data dalam komputer dan dilakukan dengan menggunakan teknik
komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yakni pemeriksaan semua
data yang telah dimasukkan kedalam program komputer guna menghindari terjadinya
kesalahan
Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Statistik Univariat
Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari satu
variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit, Hungler,
2001. hlm 471). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat
digunakan untuk menganalisa variabel independen yaitu pengetahuan bidan praktek
swasta terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini dan variabel dependen yaitu sikap
b. Bivariat Statistik
Bivariat statistik adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan
keeratan hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006, halaman 271). Pengujian data
dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi square (x2), dengan taraf signifikan 95%
(= 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis.
Jika data probabilitas (p) < 0.05 maka H0 ditolak, apabila (p) > 0,05 maka H0
gagal ditolak. Data disajikan dalam bentuk tabel agar dapat dengan mudah melihat
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan
sikap bidan praktek swasta di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan
Tanjung Morawa, yang didapat dari pengumpulan data pada bulan februari 2011
diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa kecamatan Tanjung Morawa. Adapun
jumlah seliruh responden dalam penelitian ini adalah 52 responden.
Berikut merupakan penjabaran dari kuantitatif korelasi dan persentase karakteristik
responden tentang inisiasi menyusu dini di Wilayah Kerja PUSKESMAS Tanjung
Morawa Kecamatan Tanjung Morawa.
1. Karekteristik Responden
Karekteristik responden dapat dilihat pada Tabel 5.1 yang terdiri dari usia,
pendidikan dan lama bekerja. Data yang diperoleh menunjukkan mayoritas responden
berada pada rentang usia 30-40 tahun, yaitu (50%), dengan tingkat pendidikan mayoritas
adalah DIII Kebidanan (51,9%), mayoritas lama bekerja berada pada rentang 5-15 tahun
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ( n = 52 )
No Data Demografi Frekuensi Persentase
Umur
1 < 30 tahun 12 23,1
2 30 – 40 tahun 26 50
3 > 40 tahun 14 26,9
Pendidikan
1 DI 21 40,4
2 DIII 27 51,9
3 DIV 4 7,7
Lama Bekerja
1 < 5 Tahun 16 30,8
2 5 – 15 Tahun 23 44,2
3 > 15 Tahun 13 25
2. Pengetahuan Bidan Praktek Swasta tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
Tabel 5.2. Pengetahuan Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
1 Baik 34 65,4
2 Tidak Baik 18 34,6
Total 52 100
3. Sikap Bidan Praktek Swasta tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki respon
negatif (51,9%) dan sebagian kecil responden memiliki respon positif (48,1%).
Tabel 5.3. Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
No Sikap Frekuensi Presentasi
1 Positif 25 48,1
2 Negatif 27 51,9
4. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa.
Analisa hubungan pengetahuan dan sikap bidan tentang inisiasi menyusu dini
dengan menggunakan chi-square. Dari hasil analisa data didapat p= 0,06 yang berarti
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetehuan dan sikap bidan tentang
inisiasi menyusu dini di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung
Morawa.
Tabel 5.4. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa
SIKAP
TOTAL P
VALUE POSITIF NEGATIF
PENGETAHUAN n % N % n %
0,06
BAIK 20 58,8 14 41,2 34 100
TIDAK BAIK 5 27,7 13 72,3 18 100
B. Pembahasan
Dari data diatas penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan
Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini.
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu¸ dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan ini merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang dimana dari pengalaman dan penelitian
terbukti bahwa prilaku yang didasari pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada
prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2003)
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa semua bidan telah memperoleh
informasi tentang inisiasi menyusu dini. Tapi mayoritas responden yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 34 orang (65,4%), dimana dari 34 responden yang
berpengetahuan baik tentang inisiasi menyusu dini paling banyak terdapat pada
responden yang berumur 30 – 40 tahun sebanyak 18 0rang (52%), berpendidikan DIII
sebanyak 26 orang (76,4%), dan lama bekerja banyak terdapat pada responden 5 – 15
tahun 18 orang (52%).
Sesuai pendapat (Notoadmojo, 2007), pengetahuan merupakan dasar yang
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan itu sendiri penting untuk
mendukung psikis dan prilaku setiap hari sehingga dapat dikatakan pengetahuan
merupakan faktor yang mendukung tindakan seseorang.
Tingkat pengetahuan yang bervariasi ini dapat dipengerahi oleh berbagai faktor.
oleh faktor internal dan eksternal. Yang dikatakan faktor internal antara lain meliputi
pendidikan , persepsi, informasi dan pengalaman dan yang termasuk faktor eksternal
meliputi lingkungan, informasi, ekonomi, dan kebudayaan.
Dari hasil penelitian diketahui umur sangat berperan penting dalam memahami
suatu ilmu pengetahuan, semakin bertambah usia seseorang semakin banyak pengalamn
dan informasi yg diperoleh. Makin tinggi pendidikan makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi (Notoadmojo, 2003). Terlihat dari 27 orang yang berpendidikan
DIII terdapat 26 orang responden (76,4%) berpengetahuan baik dan 4 orang responden
yang berpendidikan DIV semuanya berpengetahuan baik. Dengan pendidikan yang lebih
tinggi maka penerimaan bidan tentang inisiasi menyusu dini menjadi lebih mudah.
Bidan yang mempunyai pengalaman bekerja akan mempunyai pemahaman tentang
manfaat dari inisiasi menyusu dini. Dari hasil penelitian terlihat dari 23 responden yang
mempunyai pengalam bekerja antara 5 – 15 tahun terdapat 18 orang (52%) yang
berpengetahuan baik.
2. Sikap
Pengetahuan mengenai suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu.
Pengetahuan saja belum jadi penggerak seperti halnya sikap. Pengetahuan mengenai
suatu objek, baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk
bertindak. Sikap menpunyai segi motivasi, berarti segi dinamis untuk mencapai suatu
tujuan. Sikap dapat merupakan suatu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang disertai
kesediaan kecendrungan bertindak sesuai dengan pengetahuan tersebut (purwanto,
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa sebagian besar bidan memiliki sikap
negatif mengenai inisiasi menyusu dini, yaitu sebanyak 27 orang (51,9%). Dimana ke 27
orang ini yang bersikap negatif terdapat pada responden yang berpengetahuan baik 14
orang (26,9%), pada responden yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 13 orang
(25%).
Menurut WHO (1984) diikuti dari Notoadmodjo (2003) sikap positif terhadap
nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh
beberapa alasan, antara lain sikap terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi
saat itu. Responden yang memiliki sikap negatif terlihat dari 5 reponden (9,6%) berusia
< 30 tahun, 16 orang responden (30,7%) berusia 5 – 15 tahun, 6 orang responden
(11,5%) berusia > 30 tahun.Dari segi pendidikan responden yang berpendidikan DI
sebanyak 14 orang (26,9%), DIII sebanyak 12 orang (23%), DIV sebanyak 1 orang
(0%). Pengalaman lama bekerja sebanyak 12 orang responden (23%) memiliki
pengalaman pekerja < 5 tahun, 8 orang responden (15,3%) mempunyai pengalaman
bekerja 5-15 tahun, 7 orang responden (13,4%) mempunyai pengalaman bekerja > 15
tahun.
Sikap bidan yang negatif mengenai inisiasi menyusu dini disebabkan kerena
kurangnya pemahaman tentang inisiasi menyusu dini atau juga bidan tidak sabar dalam
3. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa
Analisa hubungan pengetahuan dan sikap bidan praktek swasta tentang inisiasi
menyusu dini diukur dengan menggunakan chi square. Hasil penelitian di dapat p=0,06
(p < 0.05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dan sikap bidan tentang inisiasi menyusu dini.
Dengan demikian, seseorang yang mempunyai pengetahuan tinggi belum tentu
akan membentuk sikap yang baik pula terhadap penerimaannya. Berarti bidan-bidan
memahami inisiasi menyusu dini dengan baik namun tidak diikuti dengan sikap yang
baik pula tentang inisiasi menyusu dini. Dengan kata lain tidak selamanya bidan yang
berpengetahuan baik tentang inisiasi menyusu dini disertai dengan sikap yang baik pula
dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini.
Menurut WHO (1984) diikuti dari Notoadmodjo (2003) sikap positif terhadap
nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh
beberapa alasan, antara lain sikap terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden berusia
antara 30-40 tahun, yaitu sebanyak 26 responden, pendidikan responden mayoritas
adalah DIII Kebidanan sebanyak 27 responden dan mayoritas lama bekerja responden
berada pada rentang 5-15 tahun sebanyak 23 responden.
Pengetahuan bidan praktek swasta tentang inisiasi menyusu dini mayoritas
berada pada kategori baik, yaitu sebnayak 34 responden dan kategori tidak baik
sebanyak 18 responden.
Sikap bidan praktek swasta tentang inisiasi menyusu dini mayoritas berada pada
kategori negatif, yaitu sebanyak 27 responden dan kategori positif sebanyak 25
responden.
Hasil uji chi square di peroleh nilai probabilitas (p=0,06 > 0,05), maka Ho di
tolak artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap bidan
praktik swasta tentang inisiasi menyusu dini.
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Kebidanan
Hendaknya pelayanan kesehatan khususnya bidan meningkatkan mutu dan
kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan kepada ibu bersalin dan
menerapkan inisiasi menyusu dini dalam setiap persalinan. Hasil penelitian yang
khususnya bidan praktik swasta di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa
kecamatan Tanjung Morawa dapat terus meningkatkan pengetahuan sehingga
bidan praktek swasta dapat menerapkan asuhan inisiasi menyusu dini di tempat
praktiknya.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Responden pada penelitian ini sebanyak 52 orang pada wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Morawa, jumlah ini dirasakan peneliti belum mencukupi untuk mewakili
bidan-bidan lain yang melakukan inisiasi menyusu dini, dan dalam penelitian ini
tidak dilakukan uji reliabilitas oleh kerena sebab itu disarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk menggunakan lebih banyak responden dan melakukan uji
reliabilitas agar hasil dari penelitian selanjutnya lebih representatif.
3. Pendidikan Kebidanan
Dari hasil penelitian ini dapat menjadi suatu cerminan kondisi bidan di
masyarakat sebagai lingkup utama dalam memberikan asuhan kebidanan, dengan
masih banyaknya bidan yang tidak menerapkan inisiasi menyusu dini ini
membuktikan bahwa pelayanan kebidanan belum maksimal, maka dalam
pendidikan kebidanan hendaknya lebih menekankan pemberian asuhan kebidanan
yang komprehensif untuk diimplementasikan pada pelayanan internatal care
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka cipta.
Dempsey, A., (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Jakarta : EGC.
Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidana dan Teknik Analisa Data, Jakarta : Salemba Medika.
Kodrat, Laksono. (2010). Dahsyatnya ASI dan laktasi, Yogyakarta : Media Baca
Maryunani, A. (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas Postpartum, Jakarta : Trans Info Media.
Maryunani, A.,Nurhayati. (2008). Asuhan Bayi Baru Lahir Normal, Jakarta : Trans Info Media.
Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Edisi I, Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.
___________, (2005). Metode Penelitian Kesehatan, Edisi 3, Jakarta : Rineka Cipta
Perinasia, (2007). Menuju Persalinan Aman dan Bayi baru Lahir Sehat, Jakarta : Perinasia.
Polit D, F, Hungler, B. P. (2001). Essentials Of Nursing Research, Philadelpia : Lipincot.
Purwanto. (1999). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan, Jakarta : EGC
Saleha, S. (2009). Asuhan Pada Masa Nifas, Jakarta : Salemba Medika.
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN PRAKTEK SWASTA TENTANG INISASI MENYUSU DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TANJUNG MORAWA KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG MEDAN TAHUN 2011
Kode : Tanggal : Petunjuk Pengisian
1. Semua pertanyaan harus diberi jawaban 2. Isi pertanyaan dengan member tanda checklist
3. Setiap pertanyaan dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda 4. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan kembali kepada peneliti.
Kuesioner Data Demografi Inisial Nama Bidan :
Umur :
Pendidikan Terakhir : Lama Bekerja :
PENGETAHUAN
1. Inisiasi menyusu dini adalah? a. Bayi diberi susu formula
b. Bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir c. bayi dipaksa menyusu