• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

1. Petani pestisida nabati menggunakan APD lengkap seperti topi, masker, kacamata, sarung tangan, baju lengan panjang, celana panjang, dan sepatu boot agar tidak terganggu kesehatan.

2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui derajat kesehatan para kelompok tani subur pengguna pestisida nabati.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Pelindung Diri (APD)

2.1.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun, kadang-kadang risiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan alat pelindung diri (personal protective equipment). Jadi penggunaan APD adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan.

Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Menurut Suma’mur (2009) alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Jadi alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan kecelakaan kerja yang terjadi.

2.1.2 Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Siswanto (1993), ketentuan yang harus dipenuhi dalam pemilihan APD adalah :

1. Dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

3. Harus dapat dipakai secara fleksibel. 4. Bentuknya harus cukup menarik. 5. Tahan untuk pemakaian yang lama.

6.Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam penggunaannya.

7. Alat pelindung diri harus memenuhi standard yang telah ada.

8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya. 9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya. Menurut Suma’mur (1996), alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Enak dipakai

2. Tidak mengganggu kerja

3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya. 2.1.3 Alat Pelindung Diri Pada Pengguna Pestisida

Menurut Cahyono (2004), alat pelindung diri adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan personil apabila berada si suatu tempat kerja yang berbahaya. Alat pelindung diri yang standar untuk bahan kimia berbahaya adalah pelindung kepala, pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan dan kaki.

Alat pelindung diri yang tepat bagi penyemprot pestisida, yaitu :

a. Pakaian pelindung (protective clothing) yaitu celana panjang dan baju lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dengan tenunan rapat. Pakaian sebaiknya tidak berkantung karena dengan adanya kantung cenderung digunakan untuk menyimpan benda-benda seperti rokok. Jas hujan (rain coat) dapat dijadikan sebagai alat pelindung karena terbuat dari plastik yang mudah untuk dibersihkan.

b. Semacam celemek (apron) yang dibuat dari plastik atau kulit. Apron terutama harus digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi.

c. Penutup kepala, misalnya berupa topi lebar (wide brimmed) atau helm khusus menyemprot. Topi dengan pinggiran yang lebar (wide brimmed) digunakan untuk melindungi bagian-bagian kepala dan muka. Topi harus tebuat dari bahan yang kedap cairan (liquid proof) dan tidak terbuat dari kain atau kulit.Helm khusus untuk menyemprot tanaman tinggi terbuat dari bahan yang keras untuk melindungi kepala dari benda-benda yang jatuh seperti pelepah dan buah kelapa sawit.

d. Alat pelindung pernapasan (Respiration protective devices) seperti :

1. Chemical catridge respirator, yaitu respirator/masker yang pada bagian saringan (filter) dipasang dalam silinder dapat menyerap bahan-banan/zat-zat kimia berbentuk gas, uap dan partikel-partikel halus. Respirator ini dipergunakan bila bekerja dengan pestisida yang berselang seling konsentrasinya dari satu pestisida.

2. Chemical conister respirator, respirator jenis ini mempunyai kontak/romol (conister) dan saringan penyerap (filter) yang dapat bekerja lebih lama dari pada jenis catrdige respirator. Pada umumnya respirator ini dipergunakan bila bekerja dengan racun secara terus menerus dalam konsentrasi tetap dari pestisida kuat. 3. Supplied air respirator, jenis respirator ini dapat dipergunakan saat mencampur atau mempergunakan pestisida dalam keadaan konsentrasi oksigen dalam udara rendah dan bekerja di ruang tertutup, sedangkan dosis pestisida yang dipergunakan sangat tinggi.

4. Self-contained breaching apparartur, pemakaian respirator ini sama dengan supplied air respirator pada prinsip kerjanya. Perbedaannya adalah tabung oksigennya ditempatkan dipunggung sehingga memudahkan pekerja untuk bergerak ke segala arah dan praktis bila bekerja di areal yang luas.

e. Pelindung muka dan mata misalnya kaca mata, googles atau face shield yang terbuat dari bahan anti air (water proff) sehingga muka tidak terkena partikel-partikel pestisida.

f. Sarung tangan (gloves) yang terbuat dari bahan yang tidak tembus air, jika pestisida mempunyai konsentrasi tinggi maka diperlukan sarung tangan neoprene. Sarung tangan yang digunakan harus panjang sehingga menutupi bagian pergelangan tangan. Sarung tangan tidak boleh terbuat dari kulit atau katun karena pestisida yang melekat sukar dicuci.

2.2 Pestisida Nabati

Penggunaan pestisida kimia dilingkungan pertanian khususnya tanaman Hortikultura menjadi masalah yang dilematis. Rata-rata petani sayuran masih melakukan penyemprotan secara rutin 3- 7 hari sekali untuk mencegah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan kegagalan panen. Hampir semua petani melakukan pencampuran 2 – 6 macam pestisida dan melakukan penyemprotan 21 kali per musim tanam (Adiyoga,2001). Kebiasaan tersebut memacu timbulnya beberapa dampak negatif antara lain : polusi lingkungan, perkembangan serangga hama menjadi resisten, resurgen ataupun toleran terhadap pestisida (Moekasan dkk., 2000). Oleh sebab itu, perlu dicari pestisida alternatif untuk mensubtitusi pestisida kimia tersebut. Salah satunya adalah penggunaan senyawa kimia alami yang berasal dari tanaman yang dikenal dengan nama Pestisida Nabati (Sudarmo, 2005).

Tanaman atau tumbuhan yang berasal dari alam dan potensial sebagai pestisida nabati umumnya mempunyai karakteristik rasa pahit (mengandung alkaloid dan terpen), berbau busuk dan berasa agak pedas. Tanaman atau tumbuhan ini jarang diserang oleh hama sehingga banyak digunakan sebagai ekstrak pestisida nabati dalam pertanian organik (Hasyim, A. dkk , 2010). Di Indonesia, sejak tahun 2001 Pemerintah telah mencanangkan gerakan “Go Organik 2010” dengan harapan Indonesia sebagai salah satu produsen utama pangan organik di dunia. Oleh karena itu dalam SNI 01-6729-2002 yang mengatur sistem pangan organik telah melarang penggunaan pestisida kimia dan dianjurkan

menggunakan pestisida alami (termasuk pestisida nabati) dan pengendalian secara mekanis (Rizal, 2009).

2.2.1 Pengertian Pestisida Nabati

Pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relative aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), yaitu apabila diaplikasian akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghulang di alam. Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk di konsumsi (Kardinan, 2004).

Sudarmo (2005) menyatakan bahwa pestisida nabati dapat membunuh atau menganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu:

1. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa 2. Menghambat pergantian kulit

3. Menganggu komunikasi serangga 4. Menyebabkan serangga menolak makan 5. Menghambat reproduksi serangga betina 6. Mengurangi nafsu makan

7. Memblokir kemampuan makan serangga 8. Mengusir serangga (Repellent)

9. Menghambat perkembangan patogen penyakit

Kardinan (2004) menyatakan bahwa penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan pestisida sintetis tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida sintetis. Tujuan lainnya adalah agar penggunaan pestisida sintetis dapat diminimalkan sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkannya pun diharapkan dapat dikurangi pula.

Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organism pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif. Walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat melampaui 400.000. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida (Kardinan,2004).

Sudarmo dan Mulyaningsih (2014) menyatakan bahwa penggunaan ekstrak tanaman sebagai pestisida alternatif mulai banyak diminati. Pasalnya, ekstrak tanaman memiliki banyak keunggulan dan manfaat dibandingkan dengan jenis pestisida lainnya. Berikut berbagai keunggulan dan manfaat pestisida nabati : 1. Relatif murah dan aman terhadap lingkungan

2. Relatif cepat terdegradasi sehingga tidak akan mencemai lingkungan 3. Tidak menyebab keracunan pada tanaman.

4. Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama.

5. Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain. 6. Mudah dibuat dan diaplikasikan.

7. Mampu menghasilkan produk pertanian yang sehat dan bebas residu.

8. Penggunaan ekstrak tanaman relatif aman terhadap musuh alami hama dan penyakit.

Menurut Kardinan (2004), pada tahun 1960 negara-negara industri bersepakat untuk membentuk Organization Economic Corporation Development (OECD). Akhir-akhir ini OECD melakukan evaluasi tentang perkembangan

organic farming (pertanian organik) yang pertama dikembangkan pada tahun 1993 di masing-masing negara anggota OECD. Di samping pertanian organik, dipakai istilah-istilah seperti law input agriculture, alternatife agriculture, dan

sustainable agriculture (LISA). Walaupun istilah yang digunakan bermacam-macam, tetapi pada prinsipnya system pertanian di atas adalah sama. Kesamaan tersebut dapat dilihat pada kriteria berikut.

a. Menghasilkan produk pertanian dengan kualitas dan kuantitas yang optimal. b. Bersahabat dengan alam.

c. Mengupayakan kesuburan tanah secara lestari.

d. Meminimalkan kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan hidup. e. Meminimalkan pemakaian bahan yang tidak dapat diperbaharui.

2.2.2 Pembuatan Pestisida Nabati

Kardinan (2004) menyatakan bahwa cara pembuatan pestisida nabati dari berbagai jenis tumbuhan tidak dapat dijelaskan secara khusus atau distandarisasi karena memang sifatnya tidak berlaku umum. Suatu ramuan pestisida nabati yang berhasil baik atau bersifat efektif disuatu tempat belum tentu berhasil dengan baik pula di tempat lainnya karena ramuan pestisida nabati bersifat site specific (khusus lokasi). Salah satu penyebabnya adalah pada tumbuhan yang sama, tetapi jika tumbuh di lingkungan yang berbeda kandungan bahan aktifnya pun dapat berbeda pula.

Secara garis besar pembuatan pestisida nabati dibagi menjadi du cara, yaitu secara sederhana dan secara laboratorium. Cara sederhana (jangka pendek) dapat dilakukan oleh petani dan pengunaan ekstrak biasanya dilakukan sesegera mungkin setelah pembuatan ekstrak dilakukan. Cara laboratorium (jangka panjang) biasanya dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah terlatih. Hasil kemasannya memungkinkan untuk disimpan relatif lama. Pembuatan pestisida cara sederhana berorientasi kepada penerapan usaha tani berinput rendah, sedangkan pembuatan cara laboratorium berorientasi pada industri.

Pembuatan pestisida nabati secara laboratorium membutuhkan alat dan bahan kimia khusus serta harus dilakukan tenaga ahli. Hal tersebut menyebabkan produk pestisida nabati menjadi mahal, bahkan sering kali lebih mahal daripada pestisida sintetis yang sekarang sudah banyak beredar. Selain biaya yang mahal, proses pembuatan cara laboratorium memerlukan penanganan khusus, seperti penyimpanan yang khusus karena sifat pestisida nabati mudah terdegradasi. Oleh

karena itu, pembuatan dan penggunaan pestisda nabati lebih diarahkan dan dianjurkan kepada cara sederhana, untuk luasan terbatas dan dalam jangka waktu penyimpanan terbatas. Namun, lain halnya apabila penggunaannya diarahkan pada kegiatan organic farming (pertanian organik) yang menghindari pengunaan bahan-bahan kimia sintetis.

Untuk menghasilkan bahan pestisida nabati dapat dilakukan beberapa teknik berikut:

1. Pengegerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta.

2. Rendaman untuk produk ekstrak.

3. Ektraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga yang terampil dan dengan peralatan yang khusus.

Dengan dikembangkannya pemanfaatan pestisida nabati di harapkan petani atau pengguna dapat mempersiapkan sendiri cara pengendalian hama terpadu. 2.2.3 Jenis - Jenis Tumbuhan Pestisida Nabati

Sudarmo dan Suryaningsih (2014) menyatakan bahwa Indonesia merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Banyak jenis tumbuhan yang tanpa disadari mengandung bahan aktif pestisida dan tumbuh di sekitar kita, bisa di sekitar kebun, pinggir jalan, pematang, pinggir selokan air, atau kebun yang tidak terawat. Agar bisa dimanfaatkan, tentu harus mengenal jenis – jenis tanaman tersebut. Walaupun sering dianggap remeh, tanaman yang tumbuh liar kadang memiliki manfaat dan khasiat di luar dugaan. Banyak di antaranya yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan hama dan penyakit

seperti halnya pestisida. Namun, berbeda dengan pestisida kimia, dosis pestisida nabati biasanya disampaikan dalam kisaran. Pasalnya, kandungan pestisida nabati tergantung pada lingkungan tumbuh.

Contoh tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida menurut Sudarmo dan Mulyaningsih (2014)

a. Insektisida (Mengatasi Serangga) 1. Ajeran

Nama asing : Black jack, Spanish needle Nama Ilmiah : Bidens pilosa L.

Famili : Asteraceae

Nama daerah : Ajeran, jaringan, ketut, hereuga Bagian tanaman yang digunakan : Seluruh bagian tanaman

Sifat : Insektisida

Tumbuhan ini termasuk tumbuhan liar dan banyak ditemui di pinggir jalan. Kadang-kadang ditanam di halaman rumah sebagai tanaman hias. Tumbuhan ini tergolong terna, tinggi dapat mencapai 150 cm. Daun berkumpul tiga-tiga, masing-masing berbentuk bulat telur dengan sisi daun bergerigi. Mahkota bunga berwarna putih dengan putik berwarna kuning. Ajeran mengandung alkaloid poliina, saponin, zat pahit, minyak atsiri, zat samak, flavonoid, teren, fenilpropanoid, lemak, dan benzenoid.

2. Baru Cina

Nama asing : Mugwort, felon, common wormwood Nama Ilmiah : Artemisia vulgaris Linn.

Famili : Compositae

Nama daerah : Baru cina, suket gajahan, kolo, goro-goro Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan tangkai

Sifat : Insektisida

Tanaman ini merupakan terna menahun dengan tinggi mencapai 1 meter. Dapat tumbuh subur tanah yang cukup lembab dan kaya humus seperti di hutan dan ladang. Tanaman yang berasal dari Cina ini dapat tumbuh di ketinggian hingga 3000 meter dpl. Tanaman ini merupakan herba setengah berkayu. Daun berwarna hijau, di bagian bawah warna lebih putih. Bunga berwarna kuning muda, serta tumbuh keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai. Tanamn ini banyak mengandung minyak atsiri, artemisin, keubrakit, tauremisin, sitosterina, adenine, tetrakosanol, ferneol, stigmasterina, amirin, tanin, dan resin.

3. Brotowali

Nama asing : Tinospora, makabuhay, boraphet Nama Ilmiah : Tinospora rumpii Boerl

Famili : Menispermaceae

Nama daerah : Bratawali, butrawali, putrawali, andawali Bagian tanaman yang digunakan : Batang dan akar

Sifat : Insektisida

Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5 m atau lebih. Biasanya tumbuh liar di hutan atau lading dan ditanam di halaman dekat pagar sebagai tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking dan rasanya pahit. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih kehijauan. Cara perbanyakan

tanaman dapat dilakukan dengan melakukan setek batang. Brotowali banyak mengandung alkaloid, damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid, pikroretin, harsa, barberin, palmatin, kolumbin, dan kokulkin.

4. Duku

Nama asing : Langsat

Nama Ilmiah : Lansium domesticum Corr.

Famili : Meliaceae

Nama daerah : Langsat, lase, langsek,lasa, lasate Bagian tanaman yang digunakan : Biji

Sifat : Insektisida

Tanaman ini dapat tumbuh hingga ketiggian 30 m dengan diameter batang hingga 75 cm. Daunnya majemuk bisa saling berhadapan, berseling, atau menyirip. Permukaannya halus sampai berambut kecil dan terlihat mengilap. Perbungaan ada yang bersifat majemuk dan soliter. Tandan sebanyak 2- 10 kelompok pada cabang atau batang. Bunga bersifat hemafrodit, tumbuh di batang, cabang, atau tangkai. Kelopak daun tebal berbentuk magkuk. Sementara itu, daun mahkota tebal, tegak, berwarna putih atau kuning pucat, dan berbentuk oval. Tangkai benang sari agak berambut. Kandung lembaga berbentuk bulat. Tangkai kepala putik pendek dan tebal dengan kepala putik lebar.

5. Mengkudu

Nama asing : Great morinda, cheese fruit Nama Ilmiah : Morinda citrifolia

Nama daerah : Mengkudu, pace, cangkuang, bengkudu Bagian tanaman yang digunakan : Buah, daun, dan akar

Sifat : Insektisida

Tanaman mengkudu merupakan tanaman tahunan berbentuk erdu dengan ketiggian 3-8 m. Batang tanaman keras (berkayu) tumbuh mengarah ke atas, dan memiliki banyak percabangan. Daunnya termasuk tunggal, yaitu satu helai daun pada setiap satu tangkai daun. Daun berbentuk lonjong dengan permukaan atas berwarna hijau agak pucat. Tangkai daun pendek dan melekat pada batang atau cabang secara berseling-seling atau berpasangan. Daun tampak rimbun, semakin subur pertumbuhan tanaman semakin besar ukuran daunnya.

Berbunga sempurna dan menghasilkan buah semu majemuk. Mempunyai bentuk buah yang bervariasi, dengan permukaan yang tidak rata. Buah muda berwarna kehijauan dan berubah menjadi hijau keputihan ketika matang. Bijinya keras, berbentuk segitiga, dan berwarna coklat kemerahan. Tanaman mengkudu berakar tunggang dan berwarna coklat muda. Kandungan bahan kimianya terdiri dari xeronin, proxeronin, scopoletin, dan antraquinan.

6. Cabai Merah

Nama asing : Chili, red peppers Nama Ilmiah : Capsicum annuum L.

Famili : Solanaceae

Nama daerah : Lombok, cabai, cabi, lado Bagian tanaman yang digunakan : Buah dan biji

Merupakan tumbuhan perdu tegak, tinggi 1-2,5 m, batang berkayu, dan berbentuk silindris. Percabangan berbrntuk simpodial. Batang muda berambut halus, berwarna hijau. Arah tumbuh batang tegak lurus, sedangkan arah tumbuh cabang condong ke atas. Daun tunggal, bertangkai silindris, dan letaknya tersebar. Helai daun berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing, pangkal membulat, dan tepi rata. Pertulangan daun menyirip, berwarna hijau, dan daging daun seperti kertas. Cabai merah banyak mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, damar, kapsantin, karoein, kapsarubin, zeasantin, dan kriptosantin.

7. Lidah Buaya

Nama asing : Aloe

Nama Ilmiah : Aloe barbadensis Milleer

Famili : Aloeaceae

Nama daerah : Lidah buaya, ilat boyo Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan rimpang

Sifat : Insektisida, bakterisida, fungisida, perekat, dan antraktan

Tanaman ini termask perdu sukulen tahunan dengan batang yang sangat pendek. Daun berpelepah. Tepi daun biasanya berombak atau bergerigi. Daunnya mengandung cairan tidak berwarna, tetapi kadang ada pula yang berwarna kuning, cokelat, atau abu-abu. Perbungaan bersifat pseudo-lateral, sederhana atau bercabang. Bunga yang dihasilkan biseksual, protandrius, dan bisa hanya jantan atau betina. Buah berbentuk kapsul dab berbiji banyak. Bijinya memanjang dan

bulat telur, berwarna abu-abu atau hitam, bersalut biji. Kandungannya terdiri dari saponin, flavonoida, polifenol, dan tanin.

8. Sirsak

Nama asing : Soursop

Nama Ilmiah : Annona muricata Linn

Famili : Annonaceae

Nama daerah : Sirsak, nangka sebrang, nangka landa Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan biji

Sifat : Insektisida, repellent, antifeedant

Tinggi pohon sirsak biasa mencapai 9 m. Daunnya berbentuk bulat telur dan agak tebal. Permukaan daun bagian atas halus dan berwarna hijau tua, sedangkan bagian bawahnya berwarna lebih muda. Memiliki akar tunggang. Mempunyai batang berkayu dan dapat hidup menahun. Daging buahnya putih dan bercita rasa manis. Berbiji banyak dan berduri pendek. Mengandung bahan kimia yang terdiri dari tannin, fitosterol, dan ca-oksalat alkaloid murisine

9. Mindi

Nama asing : Chinaberry, Persian lilac Nama Ilmiah : Melia azadirach

Famili : Meliaceae

Nama daerah : Mindi

Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan biji

Termasuk pohon berumah dua yang tingginya mencapai 45 m. Semakin tua, kulit batang akan pecah atau bersisik. Daun majemuk dengan posisi saling berhadapan, memiliki lentisel, berbentuk bulat telur. Pangkal daun runcing, tepi daun bergerigi. Bunga berwarna keunguan. Kandungan bahan terdiri dari margosin, glikosida flavonoid, dan aglikon.

10. Mimba

Nama asing : Bird’s eye kalantas, nim, margosa Nama Ilmiah : Azadirachta indica A.Juss

Famili : Meliaceae

Nama daerah : Mimba, nimba, kayu bawang Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan biji

Sifat :Insektisida,fungisida, repellent

Tinggi pohon mencapai 20 m dengan batang bengkok dan pendek. Daging batang berwarna kelabu inti kayu berwarna merah. Tajuk rapat berbentuk oval dan besar. Daunnya sangat pahit dan bijinya mengeluarkan bau sepeti bawang putih. Mengandug bahan kimia terdiri dari azadirachtin, meliantriol, salannin, dan nimbin.

b. Nematisida (Mengatasi Nematoda) 1. Bunga Piretrum(krisan)

Nama asing : Pyrethrum

Nama Ilmiah : Chysanthemum cierariafolium Trev

Famili : Compositae

Bagian tanaman yang digunakan : Bunga, tangkai, daun, dan akar Sifat : Nematisida, insektisida, fungisida,

Termasuk tanaman terna dengan tinggi 0,5-1 m. Batang tegak, membulat, sedikit bercabang. Daun tunggal dan berseling permukaannya kasar dan berwarna hijau. Bunga majemuk, putik halus dan benang sari berkumpul ditengah bunga, Buah lonjong, kecil ditutupi selaput buah. Akar tunggang dan berwarna putih. Kandungan bunga piretrum terdiri dari piretrin, cenilin, dan jasmolin

2. Jahe

Nama asing : Gingger

Nama Ilmiah : Ziniber officinale

Famili : Zingiberaceae

Nama daerah : Jahe, jahi Bagian tanaman yang digunakan : Rimpang

Sifat : Nematisida, fungisida, insektisida

Termasuk tanaman herba semusim, tumbuh tegak tinggi 40-50 cm. Batang semu, rimpang dan berwarna hijau. Daun tunggal berbentuk lanset. Mahkota bunga berbentuk corong. Jahe mengandung N-nonylaldehide, dicamphene, D-a-phellendrene, methyl heptenone, cineol, geraniol, linalool, acrates, dan citral c. Fungisida (Mengatasi Jamur)

1. Cengkih

Nama asing : Clove

Nama Ilmiah : Syzygium aromaticum

Nama daerah : Cengkih, bunga cengkeh, bunga lawang Bagian tanaman yang digunakan : Daun, bunga, dan tangkai bunga

Sifat : Fungisida

Merupakan tanman asli Maluku. Berbentuk pohon mencapai 20 m. Daun

Dokumen terkait