LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN GANGGUAN KESEHATAN PADA KELOMPOK TANI SUBUR
PENGGUNA PESTISIDA NABATI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2016
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Dalam satu minggu berapa kali biasanya melakukan kegiatan penyemprotan a. 1 kali
3. Pada waktu kapan saudara melakukan kegiatan penyemprotan pestisida a. Pagi (pukul 07.00 – 09.00)
III.ALAT PELINDUNG DIRI
No Pemakaian APD Ya Tidak
1. Topi
2. Baju Lengan Panjang 3. Celana Panjang 4. Kacamata 5. Sarung Tangan 6. Masker
7. Sepatu Boot
IV. GANGGUAN KESEHATAN PETANI PENGGUNA PESTISIDA 1. Keracunan Ringan
No. Gejala Ya Tidak
1. Sakit perut 2. Mata kabur 3. Sakit dada 4. Diare 5. Pusing
6. Keringat berlebihan 7. Sakit kepala
8. Sakit otot dan kram 9. Mual dan muntah
10. Keluar air berlebihan darimata, hidung, dan mulut
2. Keracunan Sedang
No. Gejala Ya Tidak
1. Sempoyongan 2. Susah konsentrasi 3. Badan lemah 4. Kejang otot
5. Pupil mata mengecil (miosis) 6. Susah tidur
7. Gelisah terus menerus 8. Lain lain
3. Keracunan Berat
No. Gejala Ya Tidak
1. Kehilangan kesadaran
2. Pengeluaran air seni dan defekasi tanpa sadar
3. Koma
4. Pupil mata menjadi sangat kecil (marked miosis)
5. Bibir dan kuku membiru (cyanosis) 6. Sesak nafas
7. Sawan 8. Kematian 9. Lain lain
26 P26 1 36 1 10 1 3 Tdk ada 4 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1
27 P27 1 40 1 10 1 3 Tdk ada 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1
28 P28 2 60 2 40 2 2 Tdk ada 4 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1
29 P29 1 40 1 10 1 4 Tdk ada 4 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1
30 P30 1 55 2 25 2 3 Diabetes 4 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1
31 P31 1 35 1 10 1 3 Tdk ada 4 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1
32 P32 1 58 2 30 2 4 Kolestrol 4 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2
33 P33 1 55 2 10 1 2 As urat 4 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1
34 P34 1 38 1 10 1 3 Tdk ada 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1
35 P35 1 40 1 5 1 3 Tdk ada 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1
36 P36 1 45 1 15 1 3 Tdk ada 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1
37 P37 1 50 1 30 2 2 Pth tlang 4 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1
38 P38 1 40 1 15 1 3 Tdk ada 4 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1
39 P39 1 33 1 12 1 4 Tdk ada 4 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1
40 P40 1 48 1 10 1 4 Tdk ada 4 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1
Keterangan:
Jk : jenis kelamin dalam bentuk kategori 1 = laki-laki, 2 = perempuan
Umrk : variable umur dalam bentuk kategori 1 = <50, 2 = ≥50
MKk : maka kerja dalam bentuk kategorik 1 = <17, 2 = ≥17
Pend : pendidikan dalam bentuk kategorik 1= tdk tamat SD, 2 = SD, 3 = SLTP, 4 = SLTA, 5 = PT
RK : riwayat kesehatan
K1 : frekuensi penyemprotan dalam satu minggu 1= 1 kali, 2 = 2 kali, 3 = 3 kali, 4 = tidak tentu
K2 : frekuensi penyemprotan dalam satu hari 1= < 1 jam, 2 = 1-2 jam, 3 = 3-4 jam, 4 = >4 jam
K3 : waktu penyemprotan 1= pagi(07.00-09.00),
2 = siang(12.00-14.00), 3 = sore(15.00-17.00), 4 = tidak tentu
APD :alat pelindung diri dalam bentuk kategorik 1 = tdk lengkap, 2= lengkap APD1 : topi dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya
APD4 :kacamata dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya APD5 :sarung tangan dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya APD6 :masker dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya APD7 :sepatu boot dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya
TktGkes :gangguan kesehatan yang di alami 1= keracunan rigan 2= keracunan sedang, 3= eracunan berat KR1 :keracunan ringan gejala sakit perut dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya
KR2 :keracunan ringan gejala mata kabur dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya KR3 :keracunan ringan gejala sakit dada dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya KR4 :keracunan ringan gejala diare dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya KR5 :keracunan ringan gelaja pusing dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya
KR6 :keracunan ringan gejala keringat berlebihan dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya KR7 :keracunan ringan gejala sakit kepala dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya
KR8 :keracunan ringan gejala sakit otot dan kram dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya KR9 :keracunan ringan gejala mual dan muntah dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya
KS1 :keracunan sedang gejala sempoyongan dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya KS2 :keracunan sedang gejala susah konsentrasi dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya KS3 :keracunan sedang gejala badan lemah dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya KS4 :keracunan sedang gejala kejang otot dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya
KS5 :keracunan sedang gejala pupil mata mengecil dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya KS6 :keracunan sedang gejala susah tidur dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya
KS7 :keracunan sedang gejala gelisah terus menerus dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya KS8 :keracunan sedang gejala lain-lain dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya
KB1 :keracunan berat kehilangan kesadaran dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya
KB2 :keracunan berat pengeluaran air seni dan defekasi tanpa sadar dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya KB3 :keracunan berat koma dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya
KB4 :keracunan berat pupil mata menjadi sangat kecil dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya KB5 :keracunan berat bibir dan kuku membiru dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya
LAMPIRAN 4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <17 21 51.2 51.2 51.2
>=17 20 48.8 48.8 100.0
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Dalam satu minggu berapa kali biasanya melakukan kegiatan penyemprotan
Frequency Percent Valid Percent
Dalam satu hari berapa jam saudara melakukan kegiatan penyemprotan
pestisida
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 1jam 27 65.9 65.9 65.9
1-2 jam 14 34.1 34.1 100.0
Total 41 100.0 100.0
Pada waktu kapan saudara melakukan kegiatan penyemprotan pestisida
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Pemakaian APD topi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 41 100.0 100.0 100.0
Pemakaian APD baju lengan panjang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 41 100.0 100.0 100.0
Pemakaian APD celana panjang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 41 100.0 100.0 100.0
Pemakaian APD kacamata
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 27 65.9 65.9 65.9
ya 14 34.1 34.1 100.0
Pemakaian APD masker
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Gejala sakit perut
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 9 22.0 22.0 22.0
ya 32 78.0 78.0 100.0
Gejala keringat berlebihan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 26 63.4 63.4 63.4
ya 15 36.6 36.6 100.0
Total 41 100.0 100.0
Gejala keluar air berlebihan dari mata, hidung, dan mulut
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Gejala lain lain
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 39 95.1 95.1 95.1
ya 2 4.9 4.9 100.0
Gejala badan lemah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0
Gejala susah tidur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 39 95.1 95.1 95.1
ya 2 4.9 4.9 100.0
Gejala lain lain
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0
Pengeluaran air seni da defekasi tanpa sadar
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0
Koma
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pupil mata menjadi sangat kecil (marked miosis)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0
Bibir dan kuku membiru(cyanosis)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0
Sesak nafas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0
Sawan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0
Kematian
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0
Gejala lain lain
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Alat Pelindung Diri * Tingkat
Gangguan Kesehatan 41 100.0% 0 0.0% 41 100.0%
Alat Pelindung Diri * Tingkat Gangguan Kesehatan Crosstabulation
Tingkat Gangguan Kesehatan
Total Ringan Sedang
Alat Pelindung Diri Tidak
% within
Tingkat
Gangguan
Kesehatan
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 68.3% 31.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .476a 1 .490 Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .774 1 .379
Fisher's Exact Test 1.000 .683
Linear-by-Linear Association .464 1 .496
N of Valid Cases 41
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .32.
LAMPIRAN 5 DOKUMENTASI
Gambar 3. Proses fermentasi pestisida nabati dari bahan dasar sere wangi, jengkol, daun mindi, daun sirih dan urine sapi.
Gambar 5. Produk beras ciherang organik yang dihasilkan dari tanaman padi dengan menggunakan pestisida nabati
DAFTAR PUSTAKA
A. M. Sugeng Budiono, dkk., 2003, Hiperkes dan KK, Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.
Anies., 2005,Penyakit AkibatKerja, Jakarta: PT Elex Komputindo Kelompok. Gramedia.
Asmaliyah; Etik, E.W; Sri.U; Kusdi, M; Yudhistira; Fitri, W.S., 2010. Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati Dan Pemanfaatannya Secara Tradisional, Palembang.
Budiyono, 2004, Hubungan Pemaparan Pestisida dengan Gangguan Kesehatan Petani Bawang Merah di Kelurahan Panekan Kecamatan Panekan Kabupaten Mgetan, Media Kesehatan Masyarakat Indonesia,3 (2): 43-48 Cahyono, Achmad B., 2004. Keselamatan Kerja Bahan Kimia di Industri. Gadjah
Mada University Press.Yogyakarta.
Departemen Pertanian RI 2002, Keputusan Mentri Pertanian No:517/Kpts/TP.270/9/2002 Tentang Pengawasan Pestisida
http://www.deptan.go.id/pesantren/data/Website%20Ind/pengawasan/men upengawasan.html
Diakses 29 Januari 2016
Djojosumarto.P, 2008, Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian, Kansius, Yogyakarta Hasibuan,D.N.,2015. Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Gejala
Keracunan Pada Penyemprot Pestisida Di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II. Skripsi FKM-USU. Medan Johnson, M.P. et.al.,2000. Personal Protective Equipment For Pesticide
Applicators. University Of Kentucky.Inggris.
Kardinan, A., 2004. Pestisida Nabati Ramuan & Aplikasi.Penebar Swadaya. Jakarta.
Lestari, Garsinia. 2008. Tanaman Toga. PT. Gramedia Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Pasetriyani, 2015. Pestisida Nabati, Mudah, Murah, Dan Ramah Lingkungan
Untuk Mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman Holtikultura. http://documents.tips/documents/pestisida-nabati-amanpdf.html Diakses pada tanggal 3 September 2015
Prijanto, T, 2009. Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida Pada Keluarga Petani Holtikultura. http://www.Prijanto.pdf. Tesis Magister Kesehatan Lingkungan, Semarang. Diakses pada tanggal 3 September 2015.
Purba, B.R., 2010. Gambaran Perilaku Pemakaian APD dan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Afdelng V dan VI Kebun Dolok Ilir PTPN IV Tahun 2010.Skripsi FKM-USU. Medan
Purwati, Ani, 2010. Penelitian Pesticide Action Network and the Pasific (PANAP) :Pestisida Ganggu Kesehatan Petani.http://beritabumi.or.id/penelitian-panap-pestisida-ganggu-kesehatan-petani/ Diakses pada tanggal 03 September 2015
Quijano, R; Sarojeni, V.R.,1999. Awas Pestisida Berbahaya Bagi Kesehatan. Penang: Pesticide Action Network and the Pacific (PANAP) http://p7953.typo3server.info/uploads/media/Health_module_BIndonesia.p df Diakses pada tanggal3 September 2015
Sudarmo,S., Sri M., 2014. Mudah Membuat Pestisida Nabati Ampuh, Jakarta: PT Agro Media Pustaka
Suma’mur PK., 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Sagung Seto. Jakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kesehatan yang menggunakan metode penelitian survei analitik. Survei analitik adalah penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi, dengan pendekatan cross sectional
yaitu penelitian dimana variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian di ukur atau dikumpulkan secara stimultan dalam waktu yang bersamaan (Notoadmojo,2010).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi
Penelitian ini akan dilakukan pada kelompok tani subur di Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016 dengan alasan:
1. Merupakan kelompok tani yang dibina dalam sistem kerjanya berhubungan erat dengan penggunaan pestisida nabati.
2. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang hubungan penggunaan APD dengan gangguan kesehatan pada kelompok tani subur.
3.2.2 Waktu Penelitian
Adapun penelitian ini akan di lakukan pada bulan Oktober 2015 – Maret 2016.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah kelompok tani subur di Desa Lubuk Bayas sebanyak 41 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah seluruh populasi (total sampling) pada kelompok tani subur di Desa Lubuk Bayas yaitu sebanyak 41 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data Primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh institusi yang bersangkutan. Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner dan melakukan observasi langsung terhadap petani pengguna pestisida nabati.
3.4.2 Data Sekunder
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen yang berupa Penggunaan Alat Pelindung Diri (Pakaian kerja, pelindung mata, penutup kepala, pelindung mulut & hidung, sarung tangan, sepatu kerja) serta variabel dependen berupa gangguan kesehatan.
3.5.2 Defenisi Operasional
1. Gangguan Kesehatan Petani Pengguna Pestisida Nabati
Adalah gejala keracunan yang disebabkan oleh keracunan pestisida yang dapat menimbulkan keracunan ringan, sedang, dan berat.
2. Alat Pelindung Diri (APD)
Adalah alat yang digunakan petani pengguna pestisida nabati untuk melindungi tubuhnya dari potensi bahaya saat menyemprot pestisida pada tanaman padi berupa topi, baju lengan panjang, celana panjang, kacamata, sarung tangan, masker, sepatu boot.
3.6 Metode Pengukuran
Aspek pengukuran adalah mengukur pemakaian alat pelindung diri dan gangguan kesehatan pada petani. Untuk dapat mengetahui dilakukan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam kuesioner.
1. Alat Pelindung Diri (APD)
a. APD lengkap = jika pekerja penyemprot menggunakan topi, baju lengan panjang, celana panjang, kacamata, sarung tangan, masker, dan sepatu boot.
b. APD tidak lengkap = jika pekerja penyemprot tidak menggunakan salah satu alat pelindung tersebut.
2. Gangguan Kesehatan
Dengan melihat adanya gejala keracunan yang dirasakan petani pengguna pestisida melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam kuesioner yang di adaptasi dari Pesticide Action Network Asia And Pacific dinyatakan:
a. Ada = jika petani merasa keluhan yang menunjukan beberapa atau seluruh gejala sesuai dengan tingkat keracunan ringan, sedang, dan berat yang tertera dalam kuesioner.
b. Tidak ada = jika petani tidak merasakan salah satu gejalanya. Tabel 3.1 Aspek pengukuran variabel penelitian
No Variabel Cara dan
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur 1. Alat Pelindung Diri Wawancara
3.7 Metode Analisi Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, terlebih dahulu dilakukan empat tahapan yaitu:
1. Editing yaitu melakukan pengecekan termasuk kelengkapan dan kejelasan isi pada kuesioner.
2. Coding yaitu mengubah data kuesioner dalam bentuk kode-kode.
3. Processing yaitu memproses data agar dapat dilakukan analisa dengan cara entri data kedalam aplikasi komputer.
4. Analysis yaitu melakukan analisa terhadap hasil pemrosesan data, analisis ini dibantu dengan aplikasi komputer.
3.7.1 Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti. Pada analisis univariat peneliti melakukan pengukuran pada variabel dependen dengan menggunakan kuesioner yaitu penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) saat bekerja (menggunakan APD lengkap, menggunakan APD tidak lengkap). Kuesioner yang digunakan untuk menilai gangguan kesehatan pada penyemprot pestisida yaitu gejala keracunan yang tertera di Pesticide Action Network Asia And Pacific. 2.7.2 Analisis Bivariat
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis
Desa Lubuk Bayas merupakan salah satu desa yang memiliki potensi yang besar terutama pada sektor pertanian khususnya dalam berusaha tani padi organik. Potensi yang dimiliki desa ini yaitu berupa ternak yang mendukung usaha tani padi organik dalam penyediaan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak yang sudah difermentasi selama 3 bulan.
Desa Lubuk Bayas terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 5-15 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar 30ºC dengan curah hujan rata-rata berkisar 200 mm/tahun. Tanah di desa ini termasuk tanah jenis aluvial dengan tekstur umumnya lempung berpasir dengan luas wilayah 481 Ha yang terletak di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Desa ini berada 14 km dari Ibukota Kecamatan Perbaungan, sekitar 29 km dari Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai dan sekitar 52 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Secara administratif Desa Lubuk Bayas mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
4.1.2 Tata Guna Lahan
Desa Lubuk Bayas mempunyai luas lahan 481 Ha. Sebagian besar lahan digunakan sebagai lahan persawahan. Penggunaan lahan yang paling luas adalah untuk pertanian sawah, dan yang selebihnya digunakan untuk pertanian bukan sawah non pertanian dan pemukiman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi penggunaan lahan di Desa Lubuk Bayas tahun 2013 No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Areal (Ha) %
1. Pertanian Sawah 385 80,0
2. Pertanian Bukan Sawah 16 3,3
3. Non Pertanian 18 3,8
4. Pemukiman 62 12,9
Jumlah 481 100
Sumber : Profil Desa Lubuk Bayas Tahun 2015
Dari Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan yang paling banyak digunakan adalah lahan untuk pertanian sawah seluas 385 Ha (80,0 %). Pada jenis lahan yang digunakan untuk pertanian bukan sawah seluas 16 Ha (3,3 %) dan lahan yang digunakan untuk pemukiman seluas 62 Ha (12,9%) dan selebihnya digunakan untuk lahan non pertanian.
4.1.3 Demografi 1. Penduduk
Penduduk Desa 3072 jiwa , dengan jumlah rumah tangga sebanyak 1035 KK.
2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa
Sumber : Profil Desa Lubuk Bayas Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1437 (46,8%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 1635 (53,2%) .
3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Lubuk Bayas dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Lubuk Bayas tahun 2015
No. Tingkat Pendidikan Jumlah %
Sumber : Profil Desa Lubuk Bayas Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan paling banyak adalah SD 1051 orang (34,2 %) dan tingkat pendidikan paling sedikit Tidak Tamat SD 250 orang (8,1 %)
3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Lubuk Bayas tahun 2013
No. Jenis Pekerjaan Jumlah (KK) %
Sumber : Profil Desa Lubuk Bayas Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa paling banyak bekerja sebagai petani yaitu 487 KK (47,1 %) dan paling sedikit bekerja sebagai PNS 10 KK (0,9 %).
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1 Jenis Kelamin Petani Pestisida Nabati
Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan jenis kelamin di Desa Lubuk Bayas tahun 2016
Jenis Kelamin Jumlah %
Laki-laki 38 92,7
Perempuan 3 7,3
Jumlah 41 100
4.2.2 Umur Petani Pestisida Nabati
Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan umur di Desa Lubuk Bayas tahun 2016
Umur Jumlah %
< 50 21 51.2
≥ 50 20 48,8
Jumlah 41 100
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa petani pestisida nabati paling banyak berumur < 50 tahun yaitu 21 orang (51,2%) dan sisanya pada usia ≥ 50 tahun
yaitu 20 orang (48,8%).
4.2.3 Masa Kerja Petani Pestisida Nabati
Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan masa kerja di Desa Lubuk Bayas tahun 2016
Masa Kerja Jumlah %
< 17 21 51,2
≥ 17 20 48,8
Jumlah 41 100
Dari tabel di atas diketahui bahwa masa kerja petani pestisida nabati
dengan masa kerja < 17 tahun sebanyak 21 orang (51,2%) dan masa kerja ≥ 17
4.2.4 Tingkat Pendidikan Petani Pestisida Nabati
Distribusi tingkat pendidikan terakhir petani pestisida nabati dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Lubuk Bayas tahun 2016
Tingkat Pendidikan Jumlah %
SD 8 19,5
SMP 23 56,1
SMA 9 22,0
PT 1 2,4
Jumlah 41 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa tingkat pendidikan petani pestisida nabati paling banyak SMP sebanyak 23 orang (56,1%) dan paling sedikit Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang (2,4%).
4.2.5 Riwayat Kesehatan Petani Pestisida Nabati
Riwayat kesehatan petani pestisida nabati dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan riwayat kesehatan
di Desa Lubuk Bayas tahun 2016
tulang, dan rematik sebanyak 2 orang (4,9%), dan tidak memiliki penyakit sebanyak 29 orang (70,7%).
4.2.6 Frekuensi Penyemprotan Dalam Satu Minggu
Frekuensi penyemprotan pestisida nabati dalam satu minggu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan frekuensi penyemprotan dalam satu minggu di Desa Lubuk Bayas tahun 2016
Frekuensi Jumlah %
1 kali 14 34,1
2 kali 5 12,2
3 kali 1 2,4
Tidak tentu 21 51,2
Jumlah 41 100
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi penyemprotan dalam satu minggu dengan 1 kali sebanyak 14 orang (34,1%), 2 kali sebanyak 5 orang (12,1%), 3 kali sebanyak 1 orang (2,4%) dan tidak tentu sebanyak 21 orang (51,2%).
4.2.7 Frekuensi Penyemprotan Dalam Satu Hari
Frekuensi penyemprotan pestisida nabati dalam satu hari dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan frekuensi penyemprotan dalam satu hari di Desa Lubuk Bayas tahun 2016
Frekuensi (jam) Jumlah %
< 1 27 65,9
1 -2 14 34,1
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi penyemprotan dalam satu hari dengan < 1 jam sebanyak 27 orang (65,9%) dan 1 – 2 jam sebanyak 14 orang (34,1%).
4.2.8 Waktu Penyemprotan
Waktu penyemprotan pestisida nabati dalam satu hari dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan waktu penyemprotan di Desa Lubuk Bayas tahun 2016
Waktu Jumlah %
Pagi (07.00 – 09.00) 40 97,6
Sore (15.00 – 17.00) 1 2,4
Jumlah 41 100
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa waktu penyemprotan dengan Pagi (07.00-09.00) sebanyak 40 orang (97,6%) dan Sore (15.00-17.00) sebanyak 1 orang (2,4%).
4.2.9 Pemakaian APD Petani Pestisida Nabati
Pemakaian APD pada petani pestisida nabati di Desa Lubuk Bayas tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.13 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan pemakaian APD di Desa Lubuk Bayas tahun 2016
APD Jumlah %
Tidak Lengkap 40 97,6
Lengkap 1 2,4
Jumlah 41 100
Distribusi APD yang dipakai oleh petani pestisida nabati di Desa Lubuk Bayas tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
orang (100%), kacamata sebanyak 10 orang (24,4%), sarung tangan sebanyak 14 orang (34,1%), masker sebanyak 35 orang (85,4%), dan sepatu boot sebanyak 5 orang (12,2%).
4.2.10 Gangguan Kesehatan Petani Pestisida Nabati
Gangguan kesehatan yang dirasakan petani pestisida nabati dengan tingkat keracunan di Desa Lubuk Bayas tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.15 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan gangguan
kesehatan dengan tingkat keracunan di Desa Lubuk Bayas tahun 2016
Tingkat Keracunan Jumlah %
Ringan 28 68,3
Sedang 13 31,7
Berat 0 0
Jumlah 41 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa petani pestisida nabati yang mengalamai keracunan ringan sebanyak 28 orang (68,3%), keracunan sedang sebanyak 13 orang (31,7%) , dan tidak ada yang mengalami keracunan berat (0%).
a. Keracunan ringan
Gejala keracunan ringan yang dirasakan petani pestisida nabati di Desa Lubuk Bayas tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.16 Distribusi gangguan kesehatan dengan gejala keracunan ringan di Desa Lubuk Bayas tahun 2016
Gejala Keracunan Jumlah %
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa petani pestisida nabati yang mengalami gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan ringan berupa sakit perut sebanyak 16 orang (39,0%), mata kabur sebanyak 1 orang (2,4%), sakit dada sebanyak 15 orang (36,6%), diare sebanyak 5 orang (12,2%), pusing sebanyak 32 orang (78%), keringat berlebihan sebanyak 34 orang (82,9%), sakit kepala 29 orang (70,7%), sakit otot dan kram sebanyak 29 orang (70,7%),dan mual muntah sebanyak 15 orang (36,6%).
b. Keracunan Sedang
Gejala keracunan sedang yang dirasakan petani pestisida nabati di Desa Lubuk Bayas tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.17 Distribusi gangguan kesehatan dengan gejala keracunan sedang di Desa Lubuk Bayas tahun 2016
Gejala Keracunan Jumlah %
Jumlah 41 100
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa petani pestisida nabati yang mengalami gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan sedang berupa sempoyongan sebanyak 9 orang (22%), susah konsentrasi sebanyak 2 orang (4,9%), badan lemah sebanyak 5 orang (12,2%), kejang otot sebanyak 3 orang (7,3%), susah tidur sebanyak 8 orang (19,5%), dan gelisah terus menerus sebanyak 2 orang (4,9%).
c. Keracunan Berat
Gejala keracunan berat yang dirasakan petani pestisida nabati di Desa Lubuk Bayas tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.18 Distribusi gangguan kesehatan dengan gejala keracunan berat di Desa Lubuk Bayas tahun 2016
Gejala Keracunan Jumlah %
4.3 Hasil Uji Bivariat
Berdasarkan hasil yang di dapatkan dari 41 petani pestisida nabati. Selanjutnya dilakukan uji Chi Square untuk melihat apakah ada hubungan antara penggunaan APD dengan gangguan kesehatan pada petani pestisida nabati di Desa Lubuk Bayas tahun 2016.
Hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan gangguan kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.19 Hasil uji chi square penggunaan APD dengan gangguan kesehatan pada petani pengguna pestisida nabati di Desa Lubuk Bayas tahun 2016
Pemakaian APD
Gangguan kesehatan dengan tingkat
keracunan Jumlah Sig.
(p)
BAB V PEMBAHASAN
Karakteristik responden yang dilihat meliputi: jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, masa kerja, dan riwayat kesehatan. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kegiatan pengelolaan pestisida nabati sebagian besar dilakukan oleh petani laki-laki sebanyak 38 orang (92,7%) dan perempuan 3 orang (7,3%). Berdasarkan wawancara diperoleh bahwa penggunaan pestisida ini dilakukan petani laki-laki karena proses penyemprotan membutuhkan tenaga yang besar baik untuk menggendong alat pompa yang berat untuk menyemprotkan pestisida ke padi. Hal ini tidak terlepas dari status sosial bahwa laki-laki memliki tanggung jawab menjadi tulang punggung keluarga dalam memberikan penghidupan ditengah-tengah keluarga.
Berdasarkan karakteristik umur responden paling banyak berada pada usia < 50 tahun yaitu sebanyak 21 orang (51,2%) . Hal ini dikarenakan pada kelompok umur tersebut dikategorikan sebagai kelompok umur yang produktif dan disamping itu kebanyakan kelompok umur tersebut telah lama melakukan pekerjaan sebagai petani dan menjadikan lahan pertanian sebagai sumber kehidupan mereka.
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Semakin tinggi pendidikan/pengetahuan seseorang maka semakin tinggi pula kesadarannya melakukan tindakan yang benar.
Berdasarkan lamanya petani bekerja sebagai pengguna pestisida nabati sepanjang hidupnya responden paling banyak berada pada rentang < 17 tahun yaitu sebanyak 21 orang (51,2%), Semakin lama petani bekerja menggunakan pestisida maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya penumpukan racun dalam tubuh dan pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya keracunan kronis. Tetapi berdasarkan hasil wawancara terhadap responden lamanya kerja mereka dengan paparan pestisida berbahan dasar nabati tidak menyebabkan gangguan kesehatan hingga kronis.
Berdasarkan riwayat kesehatan petani yang memiliki penyakit asam urat, diabetes, jantung, kolesterol, patah tulang, rematik masing-masing dialami sebanyak 2 orang (4,9%) sementara yang tidak memiliki riwayat kesehatan sebanyak 29 orang (70,7%). Seseorang yang sedang menderita sakit akan mudah terpengaruh oleh efek racun dibandingkan orang yang sehat.
Berdasarkan waktu petani bekerja menyemprot dalam satu minggu, responden paling banyak bekerja pada waktu tidak tentu sebanyak 21 orang(51,2%), hal ini dikarenakan responden melakukan penyemprotan pestisida nabati berdasarkan kebutuhan oleh tanaman tersebut.
adalah tidak lebih dari 4 jam dalam satu hari dan berdasarkan Permenaker Nomor 03 Tahun 1986, waktu kontak dengan pestisida tidak boleh melebihi 5 jam dalam sehari dan 30 jam dalam seminggu. Jika dikaitkan dengan teori ini maka tindakan penyemprotan petani di Desa Lubuk Bayas masih termasuk aman.
Berdasarkan observasi waktu yang banyak dilakukan pada pagi hari (pukul 07.00-09.00) sebanyak 40 orang (97,6%), keseluruhan responden mengetahui waktu penyemprotan yang baik adalah pagi hari pada pukul 08.00 – 11.00 WIB dan sore hari pada pukul 15.00 – 18.00 WIB. Petani berpendapat bahwa penyemprotan pada siang hari dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan pestisida membunuh hama tanaman. Hal ini sudah benar karena Djojosumiarto (2008) mengatakan penyemprotan yang terlalu pagi atau terlalu sore menyebabkan pestisida yang menempel pada bagian tanaman sulit kering sehingga terjadi keracunan tanaman, sedangkan penyemprotan pada siang hari menyebabkan bahan aktif pestisida menjadi terurai oleh sinar matahari sehingga daya bunuhnya menjadi berkurang. Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap keberhasilan penggunaan pestisida. Menurut Tonny dan Laksminiwati (2011), dua jam setelah penyemprotan pestisida suhu udara harus konstan dan menurun. Suhu yang konstan akan mengurangi laju penguapan pestisida, sehingga penetrasi ke dalam tanaman optimal.
mengganti pakaian setelah menyemprot dapat menurunkan risiko keracunan. Dengan demikian walaupun luas lahan yang disemprot lebih banyak dan dosis semakin tinggi apabila menggunakan APD saat menyemprot dapat mencegah absorbsi pestisida ke dalam tubuh petani.
Keseluruhan petani mengetahui bahwa APD harus digunakan pada saat mencampur, menyemprot, dan mencuci peralatan yang digunakan untuk menyemprot pestisida meskipun mereka tidak mengetahui APD apa saja yang dibutuhkan selama melakukan pengelolaan pestisida. Selain itu karena kelompok tani ini menggunakan pestisida nabati yang berbahan dasar tanaman, jadi petani menganggap APD yang penting adalah masker sebanyak 35 orang (85,4%) dan kacamata sebanyak 10 orang (24,4%) saja. Sementara yang paling banyak digunakan adalah topi , baju lengan panjang dan celana panjang sebanyak seluruh responden (100%). Untuk pemakaian sarung tangan hanya 14 orang(34,1%) dan ditemukan bahwa APD yang paling sedikit digunakan adalah sepatu boot yaitu 5 orang (12,2%). Jika memakai alas kaki maka petani akan susah untuk berjalan, karena pada saat penyemprotan posisi kaki berada dalam lumpur atau tanah yang bercampur dengan air. Petani mengaku sepatu kerja membuat mereka tidak bebas bergerak sehingga waktu penyemprotan menjadi lebih panjang. Padahal menurut Deptan (2002), APD lengkap yang dibutuhkan seorang petani penyemprot selama melakukan penggunaan pestisida adalah sarung tangan, baju lengan panjang, celana panjang, topi, sepatu kebun, dan masker bersih.
Pada hasil penelitian, gangguan kesehatan yang dialami dari 41 sampel
13 orang (31,7%). Dikarenakan bahan dari pestisida nabati aman digunakan tidak
menyebabkan keracunan pada tanaman dan juga manusia serta produk yang
dihasilkan menjadi sehat dan bebas residu.
Gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan ringan paling banyak
gejala yang dialami seperti keringat berlebihan sebanyak 34 orang (82,9%),
pusing sebanyak 32 orang (78%), sakit kepala sebanyak 29 orang (70,7%) serta
sakit otot dan kram sebanyak 29 orang (70,7%). Gejala tersebut banyak di rasakan
oleh responden karena jika menghirup bau tidak sedap pestisida nabati terlalu
lama menyebabkan pusing dan juga kondisi tanaman padi yang cukup tinggi
sehingga saat penyemprotan resiko terhirup lebih tinggi, serta beratnya beban alat
pompa membuat responden sering merasakan sakit otot dan kram. Biasanya sering
merasa keluhan pada saat frekuensi yang banyak dalam penyemprotan di pagi
hari, malamnya mereka sering sakit kepala dan pusing.
Gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan sedang paling banyak
gejala yang di alami seperti sempoyongan sebanyak 9 orang (22%) dan susah
tidur sebanyak 8 orang (19,5%) ini dikarenakan gejala keracunan ringan yang di
alami responden seperti diatas sudah sering di alami sehingga gejala lanjutan yang
mengakibatkan responden mengalami gejala yang lebih berat seperti
sempoyongan dan akhirnya susah tidur. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa ketika
frekuensi terlalu banyak dalam menyemprot setiap harinya maka dalam jangka
1-2 minggu mereka mengalami gejala lanjutan seperti sempoyongan dan susah tidur
Dari hasil penelitian terlihat bahwa gangguan kesehatan yang dialami oleh
responden belum dikategorikan sebagai keracunan yang kronis, artinya
penggunaan pestisida nabati pada kelompok tani subur di Desa Lubuk Bayas ini
aman, bersahabat dengan alam, hasil beras dengan produk yang kualitas dan
kuantitasnya optimal, serta meminimalkan kemungkinan terjadinya kerusakan
lingkungan hidup.
tersebut adalah unsur makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Cara pembuatan pestisida nabati dengan menumbuk seluruh bahan dasar diatas di dalam lumpang dicampur dengan urin sapi lalu di masukkan kedalam ember plastik, ditutup dan dibiarkan selama 3 minggu. Setelah itu ramuan pestisida yang sudah jadi larutannya di pisahkan dengan ampas lalu diambil 200cc untuk di campurkan dengan 14 liter air dan dimasukkan kedalam alat penyemprot pestisida gendong setelah itu ramuan siap untuk di aplikasikan pada tanaman padi. Bau yang khas dapat mencegah datangnya hama, oleh karena itu pestisida nabati harus memliki bau yang tidak sedap untuk mencegah datangnya hama.
Pemanfaatan pestisida nabati dalam kegiatan bertani dianggap sebagai cara
pengendalian hama yang ramah lingkungan sehingga diperkenankan
penggunaannya dalam pertanian organik. Namun, pengembangan pestisida nabati
di Indonesia menghadapi beberapa kendala, yaitu reaksinya relatif lambat dalam
mengendalikan hama, berbeda dengan pestisida kimia sintetis yang berlangsung
relatif cepat. Walaupun pengggunaan pestisida nabati menimbulkan residu relatif
rendah pada bahan makan dan lingkungan serta dianggap lebih aman dari kimia
sintetis, tetapi frekuensi penggunaannya menjadi lebih tinggi. Tingginya frekuensi
tumbuh di lingkungan yang berbeda maka kandungan bahan aktifnya pun dapat berbeda pula.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pengguna pestisida nabati di Desa Lubuk Bayas tahun 2016, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian dengan sampel 41 orang, diperoleh petani pestisida nabati
yang tidak menggunakan APD lengkap 40 orang (97,6%), dan yang memakai APD lengkap sejumlah 1 orang (2,4%)
2. Petani pestisida nabati yang tidak menggunakan APD lengkap 40 orang diantaranya mengalami gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan ringan sebanyak 27 orang (65,9%), yang mengalami gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan sedang sebanyak 13 orang (31,7%) dan petani pestisida yang menggunakan APD lengkap 1 orang mengalami gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan ringan.
3. Hasil statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan gangguan kesehatan pada kelompok tani pengguna pestisida nabati.
6.2 Saran
1. Petani pestisida nabati menggunakan APD lengkap seperti topi, masker, kacamata, sarung tangan, baju lengan panjang, celana panjang, dan sepatu boot agar tidak terganggu kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Pelindung Diri (APD)
2.1.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)
Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun, kadang-kadang risiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan alat pelindung diri (personal protective equipment). Jadi penggunaan APD adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Menurut Suma’mur (2009) alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai
untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Jadi alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan kecelakaan kerja yang terjadi.
2.1.2 Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Siswanto (1993), ketentuan yang harus dipenuhi dalam pemilihan APD adalah :
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Harus dapat dipakai secara fleksibel. 4. Bentuknya harus cukup menarik. 5. Tahan untuk pemakaian yang lama.
6.Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam penggunaannya.
7. Alat pelindung diri harus memenuhi standard yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya. 9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya. Menurut Suma’mur (1996), alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut : 1. Enak dipakai
2. Tidak mengganggu kerja
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya. 2.1.3 Alat Pelindung Diri Pada Pengguna Pestisida
Alat pelindung diri yang tepat bagi penyemprot pestisida, yaitu :
a. Pakaian pelindung (protective clothing) yaitu celana panjang dan baju lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dengan tenunan rapat. Pakaian sebaiknya tidak berkantung karena dengan adanya kantung cenderung digunakan untuk menyimpan benda-benda seperti rokok. Jas hujan (rain coat) dapat dijadikan sebagai alat pelindung karena terbuat dari plastik yang mudah untuk dibersihkan.
b. Semacam celemek (apron) yang dibuat dari plastik atau kulit. Apron terutama harus digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi.
c. Penutup kepala, misalnya berupa topi lebar (wide brimmed) atau helm khusus menyemprot. Topi dengan pinggiran yang lebar (wide brimmed) digunakan untuk melindungi bagian-bagian kepala dan muka. Topi harus tebuat dari bahan yang kedap cairan (liquid proof) dan tidak terbuat dari kain atau kulit.Helm khusus untuk menyemprot tanaman tinggi terbuat dari bahan yang keras untuk melindungi kepala dari benda-benda yang jatuh seperti pelepah dan buah kelapa sawit.
d. Alat pelindung pernapasan (Respiration protective devices) seperti :
2. Chemical conister respirator, respirator jenis ini mempunyai kontak/romol (conister) dan saringan penyerap (filter) yang dapat bekerja lebih lama dari pada jenis catrdige respirator. Pada umumnya respirator ini dipergunakan bila bekerja dengan racun secara terus menerus dalam konsentrasi tetap dari pestisida kuat. 3. Supplied air respirator, jenis respirator ini dapat dipergunakan saat mencampur atau mempergunakan pestisida dalam keadaan konsentrasi oksigen dalam udara rendah dan bekerja di ruang tertutup, sedangkan dosis pestisida yang dipergunakan sangat tinggi.
4. Self-contained breaching apparartur, pemakaian respirator ini sama dengan supplied air respirator pada prinsip kerjanya. Perbedaannya adalah tabung oksigennya ditempatkan dipunggung sehingga memudahkan pekerja untuk bergerak ke segala arah dan praktis bila bekerja di areal yang luas.
e. Pelindung muka dan mata misalnya kaca mata, googles atau face shield yang terbuat dari bahan anti air (water proff) sehingga muka tidak terkena partikel-partikel pestisida.
f. Sarung tangan (gloves) yang terbuat dari bahan yang tidak tembus air, jika pestisida mempunyai konsentrasi tinggi maka diperlukan sarung tangan neoprene. Sarung tangan yang digunakan harus panjang sehingga menutupi bagian pergelangan tangan. Sarung tangan tidak boleh terbuat dari kulit atau katun karena pestisida yang melekat sukar dicuci.
2.2 Pestisida Nabati
Penggunaan pestisida kimia dilingkungan pertanian khususnya tanaman Hortikultura menjadi masalah yang dilematis. Rata-rata petani sayuran masih melakukan penyemprotan secara rutin 3- 7 hari sekali untuk mencegah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan kegagalan panen. Hampir semua petani melakukan pencampuran 2 – 6 macam pestisida dan melakukan penyemprotan 21 kali per musim tanam (Adiyoga,2001). Kebiasaan tersebut memacu timbulnya beberapa dampak negatif antara lain : polusi lingkungan, perkembangan serangga hama menjadi resisten, resurgen ataupun toleran terhadap pestisida (Moekasan dkk., 2000). Oleh sebab itu, perlu dicari pestisida alternatif untuk mensubtitusi pestisida kimia tersebut. Salah satunya adalah penggunaan senyawa kimia alami yang berasal dari tanaman yang dikenal dengan nama Pestisida Nabati (Sudarmo, 2005).
Tanaman atau tumbuhan yang berasal dari alam dan potensial sebagai pestisida nabati umumnya mempunyai karakteristik rasa pahit (mengandung alkaloid dan terpen), berbau busuk dan berasa agak pedas. Tanaman atau tumbuhan ini jarang diserang oleh hama sehingga banyak digunakan sebagai ekstrak pestisida nabati dalam pertanian organik (Hasyim, A. dkk , 2010). Di Indonesia, sejak tahun 2001 Pemerintah telah mencanangkan gerakan “Go Organik 2010” dengan harapan Indonesia sebagai salah satu produsen utama
menggunakan pestisida alami (termasuk pestisida nabati) dan pengendalian secara mekanis (Rizal, 2009).
2.2.1 Pengertian Pestisida Nabati
Pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relative aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and
run), yaitu apabila diaplikasian akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghulang di alam. Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk di konsumsi (Kardinan, 2004).
Sudarmo (2005) menyatakan bahwa pestisida nabati dapat membunuh atau menganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu:
1. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa 2. Menghambat pergantian kulit
7. Memblokir kemampuan makan serangga 8. Mengusir serangga (Repellent)
9. Menghambat perkembangan patogen penyakit
Kardinan (2004) menyatakan bahwa penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan pestisida sintetis tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida sintetis. Tujuan lainnya adalah agar penggunaan pestisida sintetis dapat diminimalkan sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkannya pun diharapkan dapat dikurangi pula.
Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organism pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif. Walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat melampaui 400.000. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida (Kardinan,2004).
2. Relatif cepat terdegradasi sehingga tidak akan mencemai lingkungan 3. Tidak menyebab keracunan pada tanaman.
4. Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama.
5. Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain. 6. Mudah dibuat dan diaplikasikan.
7. Mampu menghasilkan produk pertanian yang sehat dan bebas residu.
8. Penggunaan ekstrak tanaman relatif aman terhadap musuh alami hama dan penyakit.
Menurut Kardinan (2004), pada tahun 1960 negara-negara industri bersepakat untuk membentuk Organization Economic Corporation Development (OECD). Akhir-akhir ini OECD melakukan evaluasi tentang perkembangan
organic farming (pertanian organik) yang pertama dikembangkan pada tahun 1993 di masing-masing negara anggota OECD. Di samping pertanian organik, dipakai istilah-istilah seperti law input agriculture, alternatife agriculture, dan
sustainable agriculture (LISA). Walaupun istilah yang digunakan bermacam-macam, tetapi pada prinsipnya system pertanian di atas adalah sama. Kesamaan tersebut dapat dilihat pada kriteria berikut.
a. Menghasilkan produk pertanian dengan kualitas dan kuantitas yang optimal. b. Bersahabat dengan alam.
c. Mengupayakan kesuburan tanah secara lestari.
2.2.2 Pembuatan Pestisida Nabati
Kardinan (2004) menyatakan bahwa cara pembuatan pestisida nabati dari berbagai jenis tumbuhan tidak dapat dijelaskan secara khusus atau distandarisasi karena memang sifatnya tidak berlaku umum. Suatu ramuan pestisida nabati yang berhasil baik atau bersifat efektif disuatu tempat belum tentu berhasil dengan baik pula di tempat lainnya karena ramuan pestisida nabati bersifat site specific (khusus lokasi). Salah satu penyebabnya adalah pada tumbuhan yang sama, tetapi jika tumbuh di lingkungan yang berbeda kandungan bahan aktifnya pun dapat berbeda pula.
Secara garis besar pembuatan pestisida nabati dibagi menjadi du cara, yaitu secara sederhana dan secara laboratorium. Cara sederhana (jangka pendek) dapat dilakukan oleh petani dan pengunaan ekstrak biasanya dilakukan sesegera mungkin setelah pembuatan ekstrak dilakukan. Cara laboratorium (jangka panjang) biasanya dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah terlatih. Hasil kemasannya memungkinkan untuk disimpan relatif lama. Pembuatan pestisida cara sederhana berorientasi kepada penerapan usaha tani berinput rendah, sedangkan pembuatan cara laboratorium berorientasi pada industri.
karena itu, pembuatan dan penggunaan pestisda nabati lebih diarahkan dan dianjurkan kepada cara sederhana, untuk luasan terbatas dan dalam jangka waktu penyimpanan terbatas. Namun, lain halnya apabila penggunaannya diarahkan pada kegiatan organic farming (pertanian organik) yang menghindari pengunaan bahan-bahan kimia sintetis.
Untuk menghasilkan bahan pestisida nabati dapat dilakukan beberapa teknik berikut:
1. Pengegerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta.
2. Rendaman untuk produk ekstrak.
3. Ektraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus oleh tenaga yang terampil dan dengan peralatan yang khusus.
Dengan dikembangkannya pemanfaatan pestisida nabati di harapkan petani atau pengguna dapat mempersiapkan sendiri cara pengendalian hama terpadu. 2.2.3 Jenis - Jenis Tumbuhan Pestisida Nabati
seperti halnya pestisida. Namun, berbeda dengan pestisida kimia, dosis pestisida nabati biasanya disampaikan dalam kisaran. Pasalnya, kandungan pestisida nabati tergantung pada lingkungan tumbuh.
Contoh tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida menurut Sudarmo dan Mulyaningsih (2014)
a. Insektisida (Mengatasi Serangga) 1. Ajeran
Nama asing : Black jack, Spanish needle Nama Ilmiah : Bidens pilosa L.
Famili : Asteraceae
Nama daerah : Ajeran, jaringan, ketut, hereuga Bagian tanaman yang digunakan : Seluruh bagian tanaman
Sifat : Insektisida
Tumbuhan ini termasuk tumbuhan liar dan banyak ditemui di pinggir jalan. Kadang-kadang ditanam di halaman rumah sebagai tanaman hias. Tumbuhan ini tergolong terna, tinggi dapat mencapai 150 cm. Daun berkumpul tiga-tiga, masing-masing berbentuk bulat telur dengan sisi daun bergerigi. Mahkota bunga berwarna putih dengan putik berwarna kuning. Ajeran mengandung alkaloid poliina, saponin, zat pahit, minyak atsiri, zat samak, flavonoid, teren, fenilpropanoid, lemak, dan benzenoid.
2. Baru Cina
Famili : Compositae
Nama daerah : Baru cina, suket gajahan, kolo, goro-goro Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan tangkai
Sifat : Insektisida
Tanaman ini merupakan terna menahun dengan tinggi mencapai 1 meter. Dapat tumbuh subur tanah yang cukup lembab dan kaya humus seperti di hutan dan ladang. Tanaman yang berasal dari Cina ini dapat tumbuh di ketinggian hingga 3000 meter dpl. Tanaman ini merupakan herba setengah berkayu. Daun berwarna hijau, di bagian bawah warna lebih putih. Bunga berwarna kuning muda, serta tumbuh keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai. Tanamn ini banyak mengandung minyak atsiri, artemisin, keubrakit, tauremisin, sitosterina, adenine, tetrakosanol, ferneol, stigmasterina, amirin, tanin, dan resin.
3. Brotowali
Nama asing : Tinospora, makabuhay, boraphet Nama Ilmiah : Tinospora rumpii Boerl
Famili : Menispermaceae
Nama daerah : Bratawali, butrawali, putrawali, andawali Bagian tanaman yang digunakan : Batang dan akar
Sifat : Insektisida
tanaman dapat dilakukan dengan melakukan setek batang. Brotowali banyak mengandung alkaloid, damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid, pikroretin, harsa, barberin, palmatin, kolumbin, dan kokulkin.
4. Duku
Nama asing : Langsat
Nama Ilmiah : Lansium domesticum Corr.
Famili : Meliaceae
Nama daerah : Langsat, lase, langsek,lasa, lasate Bagian tanaman yang digunakan : Biji
Sifat : Insektisida
Tanaman ini dapat tumbuh hingga ketiggian 30 m dengan diameter batang hingga 75 cm. Daunnya majemuk bisa saling berhadapan, berseling, atau menyirip. Permukaannya halus sampai berambut kecil dan terlihat mengilap. Perbungaan ada yang bersifat majemuk dan soliter. Tandan sebanyak 2- 10 kelompok pada cabang atau batang. Bunga bersifat hemafrodit, tumbuh di batang, cabang, atau tangkai. Kelopak daun tebal berbentuk magkuk. Sementara itu, daun mahkota tebal, tegak, berwarna putih atau kuning pucat, dan berbentuk oval. Tangkai benang sari agak berambut. Kandung lembaga berbentuk bulat. Tangkai kepala putik pendek dan tebal dengan kepala putik lebar.
5. Mengkudu
Nama asing : Great morinda, cheese fruit Nama Ilmiah : Morinda citrifolia
Nama daerah : Mengkudu, pace, cangkuang, bengkudu Bagian tanaman yang digunakan : Buah, daun, dan akar
Sifat : Insektisida
Tanaman mengkudu merupakan tanaman tahunan berbentuk erdu dengan ketiggian 3-8 m. Batang tanaman keras (berkayu) tumbuh mengarah ke atas, dan memiliki banyak percabangan. Daunnya termasuk tunggal, yaitu satu helai daun pada setiap satu tangkai daun. Daun berbentuk lonjong dengan permukaan atas berwarna hijau agak pucat. Tangkai daun pendek dan melekat pada batang atau cabang secara berseling-seling atau berpasangan. Daun tampak rimbun, semakin subur pertumbuhan tanaman semakin besar ukuran daunnya.
Berbunga sempurna dan menghasilkan buah semu majemuk. Mempunyai bentuk buah yang bervariasi, dengan permukaan yang tidak rata. Buah muda berwarna kehijauan dan berubah menjadi hijau keputihan ketika matang. Bijinya keras, berbentuk segitiga, dan berwarna coklat kemerahan. Tanaman mengkudu berakar tunggang dan berwarna coklat muda. Kandungan bahan kimianya terdiri dari xeronin, proxeronin, scopoletin, dan antraquinan.
6. Cabai Merah
Nama asing : Chili, red peppers Nama Ilmiah : Capsicum annuum L.
Famili : Solanaceae
Nama daerah : Lombok, cabai, cabi, lado Bagian tanaman yang digunakan : Buah dan biji
Merupakan tumbuhan perdu tegak, tinggi 1-2,5 m, batang berkayu, dan berbentuk silindris. Percabangan berbrntuk simpodial. Batang muda berambut halus, berwarna hijau. Arah tumbuh batang tegak lurus, sedangkan arah tumbuh cabang condong ke atas. Daun tunggal, bertangkai silindris, dan letaknya tersebar. Helai daun berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing, pangkal membulat, dan tepi rata. Pertulangan daun menyirip, berwarna hijau, dan daging daun seperti kertas. Cabai merah banyak mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, damar, kapsantin, karoein, kapsarubin, zeasantin, dan kriptosantin.
7. Lidah Buaya
Nama asing : Aloe
Nama Ilmiah : Aloe barbadensis Milleer
Famili : Aloeaceae
Nama daerah : Lidah buaya, ilat boyo Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan rimpang
Sifat : Insektisida, bakterisida, fungisida, perekat, dan antraktan
bulat telur, berwarna abu-abu atau hitam, bersalut biji. Kandungannya terdiri dari saponin, flavonoida, polifenol, dan tanin.
8. Sirsak
Nama asing : Soursop
Nama Ilmiah : Annona muricata Linn
Famili : Annonaceae
Nama daerah : Sirsak, nangka sebrang, nangka landa Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan biji
Sifat : Insektisida, repellent, antifeedant
Tinggi pohon sirsak biasa mencapai 9 m. Daunnya berbentuk bulat telur dan agak tebal. Permukaan daun bagian atas halus dan berwarna hijau tua, sedangkan bagian bawahnya berwarna lebih muda. Memiliki akar tunggang. Mempunyai batang berkayu dan dapat hidup menahun. Daging buahnya putih dan bercita rasa manis. Berbiji banyak dan berduri pendek. Mengandung bahan kimia yang terdiri dari tannin, fitosterol, dan ca-oksalat alkaloid murisine
9. Mindi
Nama asing : Chinaberry, Persian lilac Nama Ilmiah : Melia azadirach
Famili : Meliaceae
Nama daerah : Mindi
Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan biji
Termasuk pohon berumah dua yang tingginya mencapai 45 m. Semakin tua, kulit batang akan pecah atau bersisik. Daun majemuk dengan posisi saling berhadapan, memiliki lentisel, berbentuk bulat telur. Pangkal daun runcing, tepi daun bergerigi. Bunga berwarna keunguan. Kandungan bahan terdiri dari margosin, glikosida flavonoid, dan aglikon.
10. Mimba
Nama asing : Bird’s eye kalantas, nim, margosa Nama Ilmiah : Azadirachta indica A.Juss
Famili : Meliaceae
Nama daerah : Mimba, nimba, kayu bawang Bagian tanaman yang digunakan : Daun dan biji
Sifat :Insektisida,fungisida, repellent
Tinggi pohon mencapai 20 m dengan batang bengkok dan pendek. Daging batang berwarna kelabu inti kayu berwarna merah. Tajuk rapat berbentuk oval dan besar. Daunnya sangat pahit dan bijinya mengeluarkan bau sepeti bawang putih. Mengandug bahan kimia terdiri dari azadirachtin, meliantriol, salannin, dan nimbin.
b. Nematisida (Mengatasi Nematoda) 1. Bunga Piretrum(krisan)
Nama asing : Pyrethrum
Nama Ilmiah : Chysanthemum cierariafolium Trev
Famili : Compositae
Bagian tanaman yang digunakan : Bunga, tangkai, daun, dan akar Sifat : Nematisida, insektisida, fungisida,
Termasuk tanaman terna dengan tinggi 0,5-1 m. Batang tegak, membulat, sedikit bercabang. Daun tunggal dan berseling permukaannya kasar dan berwarna hijau. Bunga majemuk, putik halus dan benang sari berkumpul ditengah bunga, Buah lonjong, kecil ditutupi selaput buah. Akar tunggang dan berwarna putih. Kandungan bunga piretrum terdiri dari piretrin, cenilin, dan jasmolin
2. Jahe
Nama asing : Gingger
Nama Ilmiah : Ziniber officinale
Famili : Zingiberaceae
Nama daerah : Jahe, jahi Bagian tanaman yang digunakan : Rimpang
Sifat : Nematisida, fungisida, insektisida
Termasuk tanaman herba semusim, tumbuh tegak tinggi 40-50 cm. Batang semu, rimpang dan berwarna hijau. Daun tunggal berbentuk lanset. Mahkota bunga berbentuk corong. Jahe mengandung N-nonylaldehide, dicamphene, D-a-phellendrene, methyl heptenone, cineol, geraniol, linalool, acrates, dan citral c. Fungisida (Mengatasi Jamur)
1. Cengkih
Nama asing : Clove
Nama Ilmiah : Syzygium aromaticum
Nama daerah : Cengkih, bunga cengkeh, bunga lawang Bagian tanaman yang digunakan : Daun, bunga, dan tangkai bunga
Sifat : Fungisida
Merupakan tanman asli Maluku. Berbentuk pohon mencapai 20 m. Daun muda berwarna coklat muda. Ujung tunas kuncup. Cengkih banyak mengandung bahan kimia seperti eugenol, eugenol asetat, kariofilen, sesquiterpenol, dan naftalen.
2. Putri Malu
Nama asing : Sensitive plant spray Nama Ilmiah : Mimosa pudica
Famili : Mimosasaceae
Nama daerah : Putri malu, rebah bangun, si kejut kucing Bagian tanaman yang digunakan : Seluruh bagian tanaman
Sifat : Fungisida
Tanaman herba setengah perdu, batangnya bulat berambut dan berduri. Berbentuk lonjong dengan ujung lancip berwarna hijau. Bunga bulat seperti bola berwarna merah muda. Akar pena yang kuat. Mengandung mimosin, asam pipekolinat, tannin, alkaloid, saponin, sterol, polifenol dan flavonoid.
3. Kunyit
Nama asing : Round-rooted galanga Nama Ilmiah : Curcuma domestica
Famili : Zingiberaceae
Bagian tanaman yang digunakan : Rimpang
Sifat : Fungisida, insektisida, dan reppelent
Tanaman ini tmbuh merumpun dengan batang semu yang tumbuh dari rimpangnya. Akarnya berdaging membentuk rimpang yang tidak terlalu besar, yaitu seukuran telur puyuh. Kandungannya terdiri dari kurkumin, demoteksikurkumin, dan volatin oil
4. Lengkuas
Nama asing : Greater galingale Nama Ilmiah : Alpinia galangal
Famili : Zingiberaceae
Nama daerah : Lengkuas, laos, laja Bagian tanaman yang digunakan : Rimpang
Sifat : Fungisida dan insektisida
Tanaman terna tegak tinggi 2m. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Seluruh batangnya ditutupi pelepah daun. Batangnya bertipe semu. Daunnya tunggal dan bertangkai pendek. Bunga majemuk dalam tandan yang bertangkai panjang. Umbi berbau harum, ada yang putih ada yang merah. Banyak menganduk meil sinamat, sineol, eugenol, kamfer, seskuiterpen, dan flavonoid.
5. Pepaya
Nama asing : Papaya
Nama Ilmiah : Carica papaya