• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tentang Syarat Formil Dan Materil Dalam Pengajuan Peninjauan Kembali No 97 PK/Pid.Sus/2012 Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Dengan Terpidana Sudjiono Timan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tentang Syarat Formil Dan Materil Dalam Pengajuan Peninjauan Kembali No 97 PK/Pid.Sus/2012 Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Dengan Terpidana Sudjiono Timan"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sistem peradilan pidana Indonesia terdakwa diberikan hak untuk melakukan upaya hukum sebagai bentuk penolakan terhadap suatu putusan pengadilan yang telah diputuskan oleh hakim kepada pihak terdakwa yang sebagaimana dalam hal ini telah dijelaskan dalam pasal 1 butir 12 KUHAP yang berbunyi “upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi

atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam hal

serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”. Apabila Banding dan

Kasasi sudah diajukan oleh pihak terdakwa ke pengadilan dan terdakwa belum merasa puas atas putusan hakim, pihak terdakwa dapat mengajukan upaya hukum terakhir yang bisa dilakukan oleh terdakwa dengan mengajukan PK atau yang disebut permohonan Peninjauan Kembali seperti yang dijelaskan di pasal 263 ayat 1 KUHAP bahwa ”Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terpidana atau ahli

warisnya dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali kepada Mahkamah

(2)

2 Namun upaya hukum permohonan Pengajuan Peninjauan Kembali (PK) menjadi celah oleh para terdakwa yang melakukan tindak pidana berat yang sering dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang dimana memerlukan cara-cara yang luar biasa juga (extra ordinary measures) untuk menanggulangi kejahatan tersebut. Apabila pengajuan permohonan peninjauan kembali menjadi upaya terakhir terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Maka sebagai lembaga hukum tertinggi, Mahkamah Agung mempunyai peran penting untuk lebih selektif dalam menerima serta mempertimbangkan bentuk upaya hukum pengajuan Peninjauan Kembali (PK) oleh terpidana untuk tidak mempermudah menerima dasar alasan pengajuan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh terpidana khususnya terhadap kasus-kasus kejahatan extra ordinary crime. Akhir-akhir ini penegakan hukum di Indonesia sering menuai kontroversi lantaran beberapa aparat penegak hukum khususnya hakim sering membuat keputusan-kuputusan yang tidak sesuai dengan harapan rakyat yang mendambakakan keadilan dari penegakan hukum itu sendiri.

(3)

3 pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan No 1440/Pid.B/2001/PN.Jak.Sel tanggal 25 november 2002. Dalam putusannya Hakim Mahkamah Agung menyatakan bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terpidana SUDJIONO TIMAN tersebut terbukti akan tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan suatu tindak pidana.1 Atas putusan tersebut terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum. Putusan Mahkamah Agung atas permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan Sudjiono Timan telah banyak menuai kontroversi lantaran Mahkamah Agung dinilai telah melepas terdakwa yang statusnya kabur, padahal ditingkat kasasi yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum ke Mahakamah Agung, hakim memutus bahwa terpidana sudjiono timan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah bersama-sama melakukan tindak pidana korupsi. Atas putusan hakim kasasi tersebut terpidana dihukum 15 tahun penjara serta pidana tambahan berupa denda Rp.369.446.905.115 (tiga ratus enam puluh sembilan milyar empat ratus empat puluh enam juta Sembilan ratus lima ribu seratus lima belas rupiah).

SUDJIONO TIMAN merupakan Direktur PT (persero) Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) sejak tanggal 4 maret 1993. Bahwa sebagai direktur utama sebuah Badan Usaha Milik Negara terdakwa berkewajiban mengelola PT. BPUI dengan penuh tanggung jawab dan itikad baik, dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlakau termasuk kewajiban untuk menerapkan pirnsip kehati-hatian (prudential) dalam mengelola aset Negara. Perusahan PT. BPUI

1

(4)

4 dibentuk dengan maksud dan tujuan perseroan sesuai dengan anggaran dasar perseroan tersebut yang bertujuan untuk :2

1. Kegiatan usaha yang dilakukan PT . BPUI harus ditujukan pada pengusaha nasional kecil dan menengah.

2. Tidak boleh mengabaikan kaidah-kaidah (asas-asas) berusaha yang sehat.

Dalam menjalankan perusahaan tersebut Sudjiono Timan mengalirkan dana pinjaman dengan cara Placement Line (penempatan dana) sebesar USD 5.117.304.47 ke Agus Anwar dan Franky Afandi sebagai pemilik perusahaan Kredit Asia Finance Limited (KAFL) yang berkedudukan di hongkong, penempatan dana dari PT. BPUI ke perusahaan KAFL dengan cara melalui pembelian surat utang yang diterbitkan oleh KAFL senilai USD 5.400.000.00 dengan alasan bahwa KAFL adalah sebuah perusahaan Multi Finance Company (perusahaan jasa keuangan). Dengan cara Placement Line (penempatan dana) Sudjiono Timan dan Agus Anwar serta Franky Afandi mengatur bahwa untuk aliran dana tersebut sebagai dana pinjaman tidak memerlukan agunan (jaminan) sebagaimana layaknya apabila menggunakan bentuk pemberian pinjaman atau kredit. Atas tindakan terdakwa Sudjiono Timan yang memberikan pinjaman dana tanpa memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan perusahaan sebagaimana mestinya mengakibatkan Negara mengalami kerugian, seharusnya Sudjiono Timan sebelum meminjamkan dana terlebih dahulu

2

(5)

5 melakukan Due Diligence terhadap KAFL untuk meneliti kemampuan KAFL mengembalikan hutang-hutangnya kepada PT. BPUI.

Atas kasus tersebut semestinya hakim agung lebih selektif dan berhati-hati dalam menerima permohonan pengajuan Peninjauan Kembali (PK) yang diajukan oleh terpidana karena tidak semua terpidana bisa mengajukan permintaan Peninjauan Kembali, karena permintaan Peninjauan Kembali (PK) harus didasarkan beberapa alasan yang menurut Undang-Undang berlaku. KUHAP sendiri mengatur secara jelas tentang alasan yang bisa dijadikan dasar untuk mengajukan permintaan Peninjauan Kembali yang diatur dalam pasal 263 ayat 2 huruf a, b, c yang berbunyi sebagai berikut:

Permintaan Peninjauan kembali dilakukan atas dasar

a. Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.

b. Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain.

c. Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.

Menurut Yahya Harahap, dalam bukunya yang berjudul Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP menjelaskan bahwa alasan pertama yang

(6)

6 Baru” atau yang sering disebut Novum. Keadaan baru yang dapat dijadikan landasan

yang mendasari permintaan adalah keadaan baru yang mempunyai sifat dan kualitas

“menimbulkan dugaan kuat”.3 Sedangkan menurut Adami Chazawi, Untuk

mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) baik perkara pidana maupun perdata, salah satu syarat materiilnya adalah ditemukannya bukti baru atau keadaan baru yang disebut NOVUM. Alasan matriil PK ditemukannya novum dalam perkara pidana disebut dengan “Keadaan Baru” terdapat dalam Pasal 263 Ayat (2) huruf a KUHAP. Sementara ditemukannya novum, disebut dengan “surat-surat bukti yang bersifat menentukan” dalam perkara perdata terdapat dalam Pasal 67 huruf b UU No.

14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung yang diubah pertama kali dengan UU No. 5 Tahun 2004 yang diubah kedua kalinya dengan UU No. 3 Tahun 2009.4

Meskipun dengan menggunakan istilah yang berlainan tentang Novum tersebut, namun arti yang sebenarnya tidaklah berbeda. Perbedaan hanya terdapat bahwa dalam perkara pidana tidak disebutkan secara tegas tentang alat buktinya dimana novum tersebut diperoleh/terdapat atau melekat. Namun novum dalam perkara perdata secarta tegas disebut dengan alat bukti surat. Novum tersebut melekat dalam alat bukti surat. Oleh karena dalam perkara pidana, tempat melekatnya alat bukti novum tidak disebut, maka Novum dalam perkara pidana bisa diperoleh dari alat bukti surat

3

Yahya Harahap, 2009, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Cetakan Kedua Belas, Sinar Grafika, Jakarta, Hal 619

4

(7)

7 maupun saksi.5 Yang penting isi Novum tersebut berupa keadaan baru yang sebelumnya ketika perkara diperiksa di tingkat pertama, keadaan baru itu belum diungkap dalam persidangan. Novum itu sebenarnya suatu fakta, dan fakta mestilah melekat pada suatu alat bukti. Alat bukti tersebut menurut Pasal 67 huruf b UU MA tadi, berupa surat saja, namun dalam perkara pidana juga termasuk alat bukti saksi.6 Dalam pengajuan permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Fanny Barki selaku istri terpidana Sudjiono Timan berdasarkan putusan Hakim Agung MA atas Peninjauan Kembali No 97 PK/Pid.Sus/2012, Fanny Barki selaku istri terpidana Sudjiono Timan mengajukan Pemohon Peninjauan Kembali mendasarkan alasan pengajuan PK pada pasal 263 ayat 2 huruf c tentang “Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata”

dengan menyampaikan lima (5) alasan sebagai dasar untuk mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali (PK).7 Dalam pengajuan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Fanny Barki selaku istri terpidana Sudjiono Timan berdasarkan lampiran putusan Mahkamah Agung No 97 PK/Pid.Sus/2012 tidak mengungkapkan alat bukti surat maupun saksi yang bersifat baru sebagai fakta tempat melekatnya Novum yang jika dapat membuktikan maka akan terbentuk adanya suatu ”Keadaan Baru” yang menjadi syarat materiil alasan utama dalam pengajuan permohonan Peninjauan Kembali tersebut, dengan begitu hakim agung dapat menjatuhkan putusan menolak

(8)

8 pengajuan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh pemohon Fanny Barki sebagai istri terpidana Sudjiono Timan.

Yahya Harahap berpendapat bahwa putusan penolakan permintaan Peninjauan Kembali (PK) dapat dijatuhkan Mahkamah Agung dalam hal:8

a. Alasan keberatan yang mendasari permintaan peninjauan kembali secara formal memenuhi ketentuan pasal 263 ayat 2 KUHAP. Artinya alasan keberatan yang mendasari permintaan, dirumuskan pemohon sesuai dengan alasan yang dirinci dalam pasal 263 ayat 2 KUHAP. Alasan itu tidak menyimpang dari ketentuan pasal tersebut, sehingga ditinjau dari segi formal telah memenuhi persyaratan yang ditentukan pasal 263 ayat 2 KUHAP.

b. Akan tetapi sekalipun alasan permintaan sah secara formal, namun alasan itu “tidak dapat dibenarkan” karena sebabnya alasan itu tidak dapat dibenarkan secara factual tidak dapat dinilai sebagai keadaan baru atau novum. Keadaan baru yang dikemukakan pemohon bukan merupakan keadaan baru yang secara nyata dapat menimbulkan dugaan kuat menghasilkan putusan lain seandainya keadaan itu diketahui dan diajukan selama sidang berlangsung. Atau secara nyata keadaan baru yang dikemukakan pemohon, tidak mempunyai nilai sebagai keadaan yang dapat memengaruhi putusan, harus berupa dan bersifat keadaan nyata yang benar-benar relevan sebagai fakta baru yang mempunyai daya dan nilai melumpuhkan fakta lama yang diwujudkan dalam putusan yang dimintakan peninjauan kembali.

Dalam putusan PK terpidana Sudjiono Timan di Mahkamah Agung No 97 PK/Pid.Sus/2012 hakim menimbang bahwa penjelasan pasal 2 ayat 1 undang-undang no 31 tahun 1999 khususnya perbuatan melawan hukum materiil, berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 003/PUU-IV/2006 tanggal 25 juli 2006 dinyatakan bertentangan dengan undang-undang dasar Negara RI 1945 dan dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, sehingga berdasarkan pasal 1 ayat 2 KUHP ketentuan perbuatan melawan hukum secara materilil dengan

8

(9)

9 fungsi positif sudah tidak tepat lagi diterapkan dalam perkara peninjauan kembali.9 Walaupun demikian, pasca putusan Mahkamah Konstitusi tersebut praktiknya Mahkamah Agung tetap menganut ajaran perbuatan melawan hukum materiil (materiile wederrechtelijkheid) dari sekian banyak putusan tersebut misalnya terdapat dalam putusan mahkamah agung No 2064/K/Pid/2006 tanggal 8 januari 2007 atas nama terdakwa H. Farani Suhaimi, disana hakim Mahkamah Agung tetap mempergunakan perbuatan melawan hukum materiil.10 Putusan tersebut seharusnya dijadikan yurisprudensi oleh hakim Mahkamah Agung dalam memutus perkara permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh terdakwa tindak pidana korupsi Sudjiono Timan.

Jika dikembalikan pada ulasan pertama tentang tulisan ini jelas bahwa seharusnya hakim lebih ketat dan selektif terhadap permohonan pengajuan Peninjauan Kembali oleh terpidana karena KUHAP telah mengatur secara jelas dan rinci tentang pihak-pihak yang berhak mengajukan Peninjauan Kembali serta alasan yang mendasari pengajuan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh terpidana. Peninjauan Kembali (PK) pada dasarnya harus memenuhi persyaratan baik dari segi formiil yang diatur pada pasal 263 ayat 1 tentang pihak-pihak yang berhak mengajukan upaya hukum peninjauan kembali, serta harus memenuhi persyaratan materiil yang mendasari alasan pengajuan Peninjauan Kembali setiap terpidana yang telah diatur dalam pasal

9

Lampiran Putusan MA No 97 PK/Pid.Sus/2012 Tentang Pertimbangan Hakim, Hal 162 -163 10

(10)

10 263 ayat 2 huruf a, b, c KUHAP. Pada dasarnya alasan pertama yang dapat dijadikan dasar dalam pengajuan peninjauan kembali adalah ditemukannya Alat Bukti Baru atau yang sering disebut dengan Novum. Dalam pengajuan Peninjauan Kembali tersebut yang didasarkan pada Novum harus dapat membuktikan fakta baru yang dimana fakta baru tersebut dapat ditemukan pada alat bukti saksi dan surat. Apabila dalam pengajuan permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan terdakwa kepada hakim tidak menemukan adanya “Keadaan Baru” atau novum maka hakim berhak menolak permohonan yang diajukan oleh pemohon. Namun dalam pengajuan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh istri terpidana sudjiono timan mendasarkan pada pasal 263 ayat 2 huruf c KUHAP tentang “Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata”. Dengan

demikian syarat materil dalam pengajuan peninjauan kembali terpidana sudjiono timan tidak mendasarkan pada pasal 263 ayat 2 huruf a KUHAP tentang keadaan baru atau yang disebut novum, serta tidak mendasarkan pula pada pasal 263 ayat 2 hurf b KUHAP tentang adanya suatu putusan yang satu dengan yang lainya bertentangan. Bahwa tindak pidana korupsi merupakan salah satu tindak pidana yang bersifat extra ordinary crime yang penanggulangannya membutuhkan cara-cara yang luar biasa

(extra ordinary enforcement) salah satunya dengan cara tidak mudah menerima

(11)

11 diperlukan perannya untuk ikut memberantas para pelaku tindak pidana korupsi dengan cara memberikan hukuman yang setimpal serta lebih ketat lagi untuk tidak menerima permintaan Peninjauan Kembali yang dilakukan terpidana khususnya terpidana yang melakukan tindak pidana korupsi apabila syarat formil dan materiil dalam pengajuan Peninjauan Kembali tidak terpenuhi.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas, penulis berkeinginan untuk melakukan penulisan hukum yang akan mengulas tentang permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan pada latar belakang dengan judul sebagai berikut: “ANALISIS TENTANG SYARAT FORMIL DAN MATERIL DALAM PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI No 97 PK/Pid.Sus/2012 DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN TERPIDANA SUDJIONO TIMAN”

B. Rumusan Masalah

(12)

12 C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah pengajuan Peninjauan Kembali Terpidana Sudjiono Timan kepada Hakim Agung MA telah memenuhi persyaratan formil dan materil dalam pengajuan PK

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan tersebut diatas, maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Dalam penelitian ini diharapkan peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dari permasalahan yang akan diteliti, sehingga peneliti dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti sehingga kedepannya apabila ada permasalahan terhadap kasus yang sama bisa dimanfaatkan oleh akademis untuk pengkajian ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum secara lebih komprehensif dan massif.

2. Bagi Masyarakat Umum

(13)

13 secara luas maka penyimpangan-penyimpangan hukum yang dilakukan oleh aparat hukum akan bisa dikontrol dan diawasi dalam proses penegakan hukum.

3. Bagi Aparat Penegak Hukum

Melalui penulisan hukum ini diharapkan para aparatur penegak hukum di Indonesia dalam sebuah proses peradilan dapat memutus perkara dengan mengedepankan penegakan keadilan bagi masyarakat dan melihat kesesuaiannya dengan asas kepastian hukum yang berlaku.

4. Bagi Mahasiswa

Penulisan hukum ini diharapkan dapat dijadikan bahan bagi para mahasiswa untuk menambah pengetahuan baru mengenai studi kasus yang diangkat, dengan demikian para mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan ilmu hukum dapat memberikan kontribusi positif dalam penegakan hukum di Indonesia sebagai pengabdian konkrit ditengah masyarakat kelak.

E. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan penelitian permasalahan yang akan dibahas, maka Kegunaan Penelitian atas penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

1. Teoritis

(14)

14 penelitian, yaitu syarat formill dan materiiel dalam pengajuan Peninjauan Kembali pada perkara (PK) Peninjauan Kembali No 97 PK/Pid.Sus/2012 yang amar putusannya menyatakan putusan lepas dari segala tuntutan hukum yang diberikan kepada terpidana Sudjiono Timan.

2. Praktis

(15)

15 F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

F.1. Pendekatan Yang Digunakan

Metode pendekatan yang digunakan penulis adalah metode pendekatan Yuridis Normatif yakni suatu penelitian yang secara deduktif dimulai analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur terhadap permasalahan diatas.11 Penelitian hukum secara yuridis maksudnya penelitian yang mengacu pada studi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan. Sedangkan bersifat normatif maksudnya penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan yang lain dan penerapan dalam prakteknya.

F.2. Jenis Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif atau bahan hukum yang mempunyai kekuatan yang mengikat, bahan hukum primer yang digunakan adalah Undang-Undang No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang No 48

11

(16)

16 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang No 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Putusan Mahkamah Agung No 97 PK/Pid.Sus/2012 Tentang Permohonan Peninjauan Kembali (PK) oleh terpidana Sudjiono Timan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer yang dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer. Dalam hal ini bahan yang digunakan penulis adalah buku-buku, internet, dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan topik bahasan.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder yang diperoleh dari pustaka, ensiklopedi, jurnal, kamus, surat kabar, majalah, penelitian terdahulu, dan lain-lain.12

12

(17)

17 F.3. Tekhnik Pengumpulan Bahan Hukum

a. Kepustakaan

Studi kepustakaan (library research), yakni pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas, Serta dibutuhkan dalam penelitian. kepustakaan yang dimaksud adalah berupa buku-buku ilmu hukum, media cetak dan media elektronik yang berkaitan dalam menentukan jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini.

b. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan obyek yang diteliti, yaitu dokumentasi Putusan Mahkamah Agung NO 97 PK/Pid.Sus/2012 tentang “Syarat Formil Dan Materil dalam pengajuan Peninjauan Kembali terpidana Sudjiono Timan”

guna melengkapi data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

F.4. Tekhnik Analisa Bahan Hukum

(18)

18 dikaitkan dengan syarat-syarat pengajuan Peninjauan Kembali sebagaimana diatur dalam pasal 263 ayat 1 KUHAP tentang pihak-pihak yang berwenang mengajukan Peninjauan Kembali yang merupakan sebagai syarat formil. Serta dalam pengajuan Peninjauan Kembali harus didasarkan pada pasal 263 ayat 2 huruf a, b, c tentang alasan-alasan yang mendasari Peninjauan Kembali sebagai syarat materil dalam peninjauan kembali. Sehingga penulisan hukum ini terarah sesuai dengan tujuan studi analisis yang dimaksud dalam penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan hasil dari penelitian hukum ini, penulis menyajikan dalam Empat Bab, dengan harapan mempunyai sistematika yang dapat membantu dan memudahkan untuk mengetahui serta memahaminya. Adapun sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian hukum, metode penelitian hukum, serta sistematika penulisan hukum.

Bab II Tinjauan Pustaka

(19)

19 ataupun kajian yuridis berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, yang menjadi kerangka ilmiah berkenaan dengan analisa normatif tentang dasar pertimbangan Mahkamah Agung dalam menerima pengajuan peninjauan kembali (PK) terpidana Sudjiono Timan. Dalam hal ini penulis akan memberikan kajian teoritis yang berkenaan dengan syarat formil dan materiil pengajuan Peninjauan Kembali yang menjadi hukum acara peradilan pidana yang telah diatur didalam pasal 263 ayat 1 KUHAP dan pasal 263 ayat 2 huruf a, b, c KUHAP. Serta menurut beberapa pendapat pakar hukum pidana berkenaan dengan teori-teori yang berhubungan dengan Peninjauan Kembali.

Bab III Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan dan memaparkan data hasil penelitian sekaligus pembahasan yang menjadi fokus kajian atau hasil analisis penulis yang berusaha untuk disajikan secara analisis obyektif berdasarkan data hasil penelitian tersebut yang didukung oleh sumber rujukan teoritis dan praktisnya yang telah penulis paparkan dalam bab sebelumnya.

Bab IV Penutup

(20)
(21)

ANALISIS TENTANG SYARAT FORMIL DAN MATERIL DALAM

PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI No 97 PK/Pid.Sus/2012 DALAM

PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN TERPIDANA SUDJIONO

TIMAN

PENULISAN HUKUM

Oleh:

HENDRI HARTANTO

09400259

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS HUKUM

(22)

110

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adami Chazawi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

---, 2010, Lembaga Peninjauan Kembali (PK) Perkara Pidana, Jakarta, Sinar Grafika.

Andrea Fockema, 1983, Kamus Istilah Hukum, (terjemahan Saleh Adiwinata), Bandung, Bina Cipta.

Andi Hamzah, 1986, Sistem Pidanadan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke Reformasi, Jakarta, Pradnya Paramita

A.Hamzah dan Irdan Dahlan, 1987, Upaya Hukum Dalam Perkara Pidana, Jakarta, Bina Aksara.

Bambang Waluyo, 2000, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta, Sinar Grafika.

Hma. Kuffal, 2010, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, Malang, Umm Press.

Karjadi & Soesilo, 1998, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Bogor, Politea.

Komariah Emong Sapardjaja, 2002, Ajaran Sifat Melawan Hukum Materiel Dalam Hukum Pidana Indonesia, Bandung, Alumni.

Laminating, 2004, KUHAP Dengan Pembahasan Secara Yuridis Menurut Yurisprudensi dan Ilmu Pengetahuan Hukum. Bandung, Cv Sinar Baru.

Laminating dan C Djisma Samosir.2003, Hukum Acara Pidana Indonesia, Bandung, CV Sinar Baru.

Leden Marpaung, 2011, Proses Penanganan Perkara Pidana, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Jakarta, Sinar Grafika.

LilikMulyadi, 2012, Bunga Rampai Hukum Pidana Perspektif Teoritis dan Praktik,

Bandung, Alumni.

(23)

111 M. Marwan dan Jimmy, 2009, Kamus Hukum Dictionary Law Complete Edition,

Jakarta, Reality Publisher.

Oemar Seno Adji, 1984, Hukum Hakim Pidana, Jakarta, Erlangga.

Yahya Harahap, 2009, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Cetakan Kedua Belas, Jakarta, Sinar Grafika.

Wirjono Prodjodikoro, 1986, Hukum Pidana diIndonesia, Bandung, Sumur Bandung.

Zainuddin Ali, 2013, Metode penelitian hukum, Jakarta, Sinar Grafika.

Internet

Adami Chazawi, SyaratSyarat Novum. http://adamichazawi.blogspot.com/2012/05/sy arat-syarat novum.html. di akses tanggal 3 maret 2014.

Adami Chazawi, Putusan Menerima PK Jaksa = Kekhilafan Hakim. http://m.kompasi ana.com/post/read/442329/3/putusan-menerima-pk-jaksa-kekhilafan-hakim.html, di akses tanggal 9 desember 2014.

Perundang-Undangan:

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Surat Edaran Mahkamah Agung NO 4 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2013 Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan.

(24)

112

Kekeliruan Yang Nyata: 5, 7, 10, 63, 71,

79, 80, 82, 83, 98, 102, 103.

Pertimbangan Hakim: 12, 28, 29, 30, 32,

(25)

113 Provisionale: 21, 22, 23, 26.

Pertimbangan Hukum: 63, 80, 81, 99,

101, 102.

Saisine: 74, 78, 79.

Sosiologis: 29, 30, 32, 33, 35.

Syarat Formil: 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,

27, 28, 29, 30, 31, 36, 70, 71, 75, 78, 79,

83, 89, 90, 98, 99, 101, 102, 103.

Syarat Materiil: 11, 12, 70, 71, 72, 75,

101, 102, 103

Terpidana Sudjiono Timan: 2, 3, 7, 8, 10,

11, 12, 13, 68, 69, 70, 72, 74, 77, 79, 81,

83, 84, 85, 87, 89, 93, 97, 98, 99,100,

101, 102.

Upaya Hukum: 1, 2, 6, 7, 9, 41, 42, 45,

49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 59, 69, 70, 71,

78.

Vrijspraak: 23, 24, 25, 26, 27.

(26)

i

PENULISAN HUKUM

ANALISIS TENTANG SYARAT FORMIL DAN MATERIL DALAM

PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI No 97 PK/Pid.Sus/2012 DALAM

PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN TERPIDANA SUDJIONO

TIMAN

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar kesarjanaan

dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh:

HENDRI HARTANTO

09400259

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS HUKUM

(27)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PENULISAN HUKUM

ANALISIS TENTANG SYARAT FORMIL DAN MATERIL DALAM

PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI No 97 PK/Pid.Sus/2012 DALAM

PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN TERPIDANA SUDJIONO

TIMAN

Disusun dan diajukan Oleh:

Hendri Hartanto

Nim: 09400259

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk dilakukan

Ujian Penulisan Hukum

Pada tanggal: 16 Januari 2015

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Tongat, SH., M.Hum Mokh. Najih, SH., M.Hum

Mengetahui

Dekan Fak. Hukum UMM

(28)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PENULISAN HUKUM

ANALISIS TENTANG SYARAT FORMIL DAN MATERIL DALAM

PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI No 97 PK/Pid.Sus/2012 DALAM

PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN TERPIDANA SUDJIONO

TIMAN

Disusun dan diajukan Oleh:

Hendri Hartanto

Nim: 09400259

Telah dipertahankan didepan Majelis Penguji Ujian Penulisan Hukum

Pada tanggal: 24 Januari 2015

SUSUNAN MAJELIS PENGUJI

Ketua Majelis Sekretaris Majelis

Dr. Tongat, SH., M.Hum Mokh. Najih, SH., M.Hum

Anggota Majelis

Cekli Setya Pratiwi, SH., LL.M Catur Wido Haruni, SH., M.Si., M.Hum

Mengetahui

Dekan Fak. Hukum UMM

(29)

iv

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Tugas Akhir Penulisan Hukum dengan judul:

ANALISIS TENTANG SYARAT FORMIL DAN MATERIL DALAM PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI No 97 PK/Pid.Sus/2012 DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN TERPIDANA SUDJIONO TIMAN. Adalah hasil karya saya, dan dalam naskah Tugas Akhir Penulisan Hukum ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah di ajukan orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam Tugas Akhir Penulisan Hukum ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia Tugas Akhir Penulisan Hukum ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tugas Akhir Penulisan Hukum ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 16 Januari 2015 Yang Menyatakan,

(30)

v

Ungkapan Pribadi:

Ada banyak perempuan cantik di dunia ini

Namun aku bukan mencari kecantikan

Yang kucari sosok sepertimu yang pernah bersamaku

Akan tetapi dimana lagi aku bisa menemukan Mu

Sesosok perempuan yang bisa memberikan kenyamanan, kasih saya

Serta sifatmu yang keibuan dan kadang menjadi kakak disaat ku tak tenang.

Entah apakah aku bisa lepas dari bayangmu yang slalu terpatri dalam sanubariku

Untukmu orang yang slalu kusayang sampai akhir hayatku

Nunung Munartin.

Motto

Kekasih yang setia adalah

Kekasih yang selalu menutup

(31)

vi diberikan undang-undang setelah upaya hukum Banding, Kasasi yang telah ditempuh sudah tertutup sehingga terpidana dapat mengajukan upaya hukum PK. PK sering sekali digunakan sebagai senjata untuk menghindarkan diri dari jeratan hukum oleh terpidana kasus korupsi yang tengah kabur ke Luar Negeri, terlebih kewenangan Ahli Waris yang dapat mengajukan PK yang diatur dalam pasal 263 ayat 1 KUHAP tidak dijelaskan secara rinci tentang kedudukan Ahli Waris tersebut dijadikan kelemahan oleh terpidana korupsi yang kabur ke Luar Negeri. Sebagaimana dalam kasus Putusan Peninjauan Kembali No 97 PK/Pid.Sus/2012 yang diajukan oleh Fanny Barki istri terpidana Sudjiono Timan. Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan pendekatan yuridis-normatif. Penelitian menggunakan sumber data berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder serta bahan hukum tersier. Untuk tekhnik analisa bahan hukum, Penulis menggunakan analisis isi (content analysis). Dari hasil penelitian pada perkara PK No 97 PK/Pid.Sus/2012 syarat formil PK terpenuhi namun syarat materil yang diajukan oleh Ahli Waris terpidana sebagai dasar alasan PK tidak terbukti. Pertimbangan pertamanya yaitu pengajuan PK yang diajukan oleh Fanny Barki sebagai istri terpidana telah memenuhi syarat Formil PK tentang Ahli Waris, sebab hak Ahli Waris terpidana dalam PK merupakan hak yang bersifat orisinil bukan hak substitusi yang diperoleh setelah kematian terpidana. Pertimbangan kedua adalah bahwa syarat Materiil Peninjauan Kembali pihak terpidana mengacu pada pasal 263 ayat 2 huruf (c) KUHAP yang mendasarkan apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata. Bahwa berdasarkan putusan Kasasi terpidana Sudjiono Timan unsur-unsur kekhilafan atau kekeliruan yang nyata atas penerapan hukum tidak terbukti sebab Hakim Kasasi menilai unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan kepada terpidana terbukti. Atas hal tersebut maka Hakim Agung seharusnya menolak pengajuan Peninjauan Kembali terpidana Sudjiono Timan karena syarat materil PK tidak terpenuhi.

(32)

vii judicial review. PK often used as a weapon to escape the bondage of the law by being convicted of corruption cases fled to the Foreign Affairs, especially the authority Heirs should apply PK governed by Article 263 paragraph 1 of the Criminal Code is not explained in detail about the position will serve as a weakness Heirs by corruption convicts who fled to the State. As in the case of Reconsideration Decision No. 97 PK /Pid.Sus/2012 filed by the convict's wife Barki Fanny Sudjiono Timan. In this research, the writer uses juridical-normative approach. Research using data sources in the form of primary legal materials and secondary legal materials and tertiary legal materials. For legal materials analysis techniques, the author uses content analysis (content analysis). From the results of a case study on the PK No. 97 PK / Pid.Sus / 2012 PK formal requirements are met but the material requirements proposed by the Heirs of the convict as a basic reason for the PK is not proven. First consideration is the filing PK filed by the convict's wife Fanny Barki as qualified Formal PK of Heirs, because the right heir convicted in the PK is a right that is original is not the right of substitution obtained after the death of the convict. The second consideration is that the requirement Material Reconsideration convicted parties refer to Article 263, paragraph 2 (c) of the Criminal Procedure Code which to base when the verdict was clearly demonstrated a judge's mistake or an obvious mistake. That based on the decision of Cassation convicted Sudjiono Timan elements of an oversight or error apparent on the application of the law is not proven because the Supreme Court Judges assess the elements of the crime of which the accused convicted proven. Above that the Chief Justice should reject the filing Reconsideration convicted Sudjiono Timan for PK material requirements are not met.

(33)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warokhmatullahi Wabarokatu

Syukur Alhamdulillahi rabbil aalamin, segala puji hanya untuk Allah SWT yang

maha pengasih lagi maha penyayang karena telah melimpahkan semua keberkahan

dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan

baik.

Skripsi ini berjudul ANALISIS TENTANG SYARAT FORMIL DAN

MATERIL DALAM PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI No 97

PK/Pid.Sus/2012 DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN

TERPIDANA SUDJIONO TIMAN yang mana merupakan persyaratan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari berbagai

pihak skripsi ini tidak akan terealisasi dengan baik, untuk itu pada kesempatan ini

Penulis ingin menyampaikan Rasa Terima Kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kepada kedua orang tua saya yaitu Bapak Pangin dan Ibu Musrikah yang

telah melahirkan dan membesarkan saya, serta tiada henti menyayangi saya

(34)

ix

2. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, MAP selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Dr. Sulardi, SH., M.Si selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang.

4. Bapak Dr. Tongat, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang dengan

kesabarannya dan ketelitiannya beliau telah membimbing dan mengarahkan

penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir.

5. Bapak Mokhammad Najih, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang

dengan kesabaran dan ketelitian beliau dalam membimbing skripsi hingga

selesai.

6. Bapak Wasis Suprayitno, SH., M.Si selaku Dosen Wali yang dengan sabar

mengarahkan dalam semasa menjalani perkuliahan hingga akhir di Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

7. Untuk seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum yang telah memberikan

wawasan dan Ilmu Pengetahuan kepada penulis semasa kuliah di Fakultas

Hukum sehingga saya menjadi mengerti mengenai segala tentang Ilmu

Hukum.

8. Kepada seluruh kawan-kawan Forbas (Forum Belajar Bebas) sebagai wadah

(35)

x

pengalaman yang kawan-kawan berikan selama saya mengikuti organisasi

Forbas.

9. Dan yang terakhir untuk kepada seseorang yang saya sangat cintai serta tidak

akan pernah terlupakan yaitu Nunung Munartin yang pernah memberikan

kebahagiaan dalam hidupku, yang pernah memberikan rasa suka dan duka

lara, serta memberikan pengalaman hidup yang telah menjadikan saya lebih

kuat lagi dalam menjalani hidup ini.

Semoga amal baik dari semua pihak tersebut mendapat balasan dari Allah SWT

atas keikhlasan membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak

terlepas bahwa penulis sebagai manusia yang senantiasa memiliki sifat kekurangan.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

berbagai pihak guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Salam Hormat

Malang, 16 Januari 2015

(36)

xi

DAFTAR ISI

Lembar Cover / Sampul Dalam ... i

Lembar Pengesahan Ujian... ii

Lembar Pengesahan Pasca Ujian ... iii

Surat Pernyataan Penulisan Hukum Bukan Hasil Plagiat ... iv

Ungkapan Pribadi / Motto ... v

(37)

xii

A.2. Bentuk Putusan Pengadilan ... 22

a. Putusan Bebas ... 22

b. Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan hukum ... 24

1. Ditinjau Dari Segi Pembuktian ... 25

2. Ditinjau Dari Segi Penuntutan ... 25

c. Putusan Pemidanaan... 26

d. Syarat-Syarat Putusan Supaya Sah ... 27

e. Rumusan Putusan ... 28

f. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan ... 29

1. Pertimbangan Yuridis... 30

2. Pertimbangan Sosiologis ... 32

3. Pertimbangan Filosofis ... 34

3.a. Teori Absolute atau Teori Pembalasan... 37

3.b. Teori Relatif atau Teori Tujuan ... 38

2.b.1. Pemeriksaan Tingkat Banding ... 42

2.b.2. Putusan Pengadilan Negeri Yang Dapat diajukan Banding ... 43

2.b.3. Tenggang Waktu Pengajuan Banding ... 45

2.c. Upaya Hukum Kasasi ... 45

2.c.1 Definisi kasasi ... 45

2.c.2. Pemeriksaan Tingkat Kasasi ... 46

2.c.3. Tenggang Waktu Kasasi ... 47

(38)

xiii

2.c.5. Kasasi Dapat Menciptakan dan Membentuk Hukum

Baru ... 49

2.d. Upaya Hukum Luar Biasa ... 49

2.d.1. Peninjauan Kembali Sebagai Upaya Hukum Luar Biasa . 50 2.d.2. Peninjauan Kembali ... 51

a. Dapat Diajukan Terhadap Semua Putusan Pengadilan Yang Telah Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap ... 51

b. Dapat Diajukan Terhadap Semua Putusan Pengadilan . 52 c. Kecuali Terhadap Putusan Bebas dan Lepas ... 53

2.d.3. Pihak Yang Dapat Mengajukan Peninjauan Kembali ... 54

a. Hak Prioritas Antara Terpidana Dengan Ahli Waris ... 55

b. Kedudukan Ahli Waris Pasca Berlakunya SEMA NO 4 Tahun 2014 ... 55

c. Permintaan Peninjauan Kembali Oleh Kuasa Hukum ... 57

2.d.4. Alasan Peninjauan Kembali ... 58

a. Apabila Terdapat Keadaan Baru ... 59

b. Apabila dalam Pelbagai PutusanTerdapat Saling Pertentangan ... 61

c. Apabila Terdapat Kekhilafan yang Nyata dalam Putusan ... 62

2.d.5. Tata Cara Mengajukan PK ... 64

a. Permintaan Diajukan Kepanitera ... 64

b. Panitera Membuat Akta Permintaan PK ... 65

c. Tenggang Waktu Mengajukan PermintaanPeninjauan Kembali... 65

(39)

xiv

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Posisi Kasus... 71

B. Analisis Putusan MA No 97 PK/Pid.Sus/2012 Terhadap Upaya Hukum Peninjauan Kembali Yang Diajukan Oleh Fanny Barki Istri Terpidana Sudjiono Timan Dikaji Sesuai Dengan Ketentuan Hukum Mengenai Peninjauan Kembali B.1. Syarat Pengajuan Peninjauan Kembali ... 73

B.2. Analisis Mengenai Syarat Formil Permohonan Peninjauan KembaliYang Diajukan Oleh Fanny Barki Selaku Istri Terpidana SudjionoTiman ... 74

B.3. Analisis Mengenai Syarat Materil Permohonan Peninjauan KembaliYang Diajukan Oleh Fanny Barki Selaku Istri Terpidana SudjionoTiman ... 84

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 108

Daftar Pustaka ... 110

Index…………. ... 112

(40)

xv

Daftar Skema

(41)

xvi

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Surat Tugas Dosen Pembimbing Tugas Akhir ... 114

Lampiran 2. Berita Acara Seminar Proposal Tugas Akhir ... 117

Lampiran 3. Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal ... 118

Lampiran 4. Kartu Kendali Bimbingan Tugas Akhir... 119

(42)
(43)
(44)
(45)

Referensi

Dokumen terkait

Mem bangun Bangsa m elalui Pendidikan: Gagasan Pem ikiran dalam Mewuj udkan Pendidikan Berkualit as unt uk Kem aj uan Bangsa I ndonesia. Universit y Net work for

Pengukuran induksi magnetik dari HP dengan menggunakan sensor magnetik PS 2112 dengan jarak yang sama tetapi menggunakan bahan penyerap yang berbeda menghasilkan

Selain itu dalam pasal 209 ayat (2) definisi kecamatan sebagai unsur aparatur daerah tidak seperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Camat sebagai unsur wilayah

Dalam penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di M.Ts Muhammadiyah Pokobulo kecamatan Bontoramba

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kompetensi profesional guru khususnya terkait dengan materi gerak parabola. Subjek penelitian ini adalah guru

Penetapan asas keadilan dalam ketentuan perundang-undangan pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah dalam arti, bahwa disatu sisi masyarakat yang terkena dampak harus

Dengan judul PKM “D’NUTS IT’S YOUR NUTRIENTS: Sebagai Peluang Usaha Jus Kacang- Kacangan dengan Aneka Buah Melalui Penjualan Media Online”, m enyatakan tidak melakukan

Hipertiroid adalah penyaakit yang disebabkan oleh penyakit Graves yaitu jenis masalah autoimun yang menyebabkan kelenjar tiroid untuk memproduksi