• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.2 Saran

Adapun saran dari penelitian ini ialah perlu diadakannya sosialisasi pembagian kerja yang seimbang antara suami, istri dan anak sehingga pekerjaan rumahtangga tidak hanya menjadi tanggung jawab wanita. Selain itu dukungan dan pengertian keluarga, suami, lingkungan sekitar dan lingkungan kerja yang lebih baik untuk menunjang karier seorang wanita sehingga dapat menekan konflik agar dapat mengembangkan potensi dalam dirinya lebih baik tanpa beban kerja yang lebih dan rasa bersalah terhadap keluarga. Jika dukungan dari semua pihak ini terpenuhi maka tugas rumahtangga tidak akan menjadi penghambat pengembangan karier wanita

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Arief. 1985. Pembagian Kerja Secara Seksual. Jakarta: PT Gramedia. Douglass, T.Hall. 1996. Protean Careers of the 21 st Century, Academy of

Management Executive, Vol.10, No.4.

Guhardja, T. 1992. Manajemen Sumber Daya Keluarga. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Hoffman, et al. 1974. Working Mothers. San Fransisco: Jossey-Bass Publisers. Ivancevich, Gibson, dan J. H. Donelly. 1989. Organisasi, Perilaku, Struktur,

Proses (terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Karjadi, Nurtjahja Moegini. 1995. Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karier Wanita di Kotamadya Surabaya. Tesis Pasca Sarjana. Surabaya: Universitas Airlangga.

Kunartinah. 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier sebagai Akuntan Publik, Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Semarang: P3E STIE Stikubank.

Michelle, Zimbalist Rosaldo & Louise Lamphere. 1974. Women, Culture and Society. Stanford cal.: Stanford University Press.

Mudzhar, H.M. Atho, Sajida A. Alvi, Saparinah Sadli. 2001. Wanita dalam Masyarakat Indonesia: Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan. Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press.

Munandar, S C Utami. 2001. Wanita Karier: Tantangan dan Peluang. dalam Wanita Dalam Masyarakat Indonesia: Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan. Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press.

Munandar, S.C Utami. 1985. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia.

Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Myers. 1996. Social Psychology. The McGraw-Hill Companies, Inc. Nimran, Umar. 1999. Perilaku Organisasi. Surabaya: CV. Citra Media.

Paramita, Nuricha Prajna. 2008. Kepemimpinan Perempuan dalam Organisasi Kepolisian (Kasus: Kepolisian Resort Wonogiri, Kota Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah). Skripsi Sarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Pudjiwati. 1986. Peranan Wanita dalam Pembangunan Masyarakat Desa.

Rahayu, Sri. 2004. Efek Iklan Layanan Masyarakat “Versi Pak Lurah” terhadap Perilaku Pemilih dalam Pemungutan Suara (Kasus Masyarakat Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat).

Skripsi. IPB. Bogor.

Safitri, Kania. 2007. Gender Dalam Pengembangan Karier Wanita (Kasus: PT. Repex Pedana Internasional, Jl. Ciputat Raya No. 99 Pondok Pinang Jakarta). Skripsi Sarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Saptari, dkk. 1997. Perempuan, Kerja, dan Perubahan Sosial. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Singarimbun, M dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta. LP3ES. Sutedja, A A A Sundantari Sutedja. 2007. Pengaturan Peran Ganda pada Wanita

Karier: Kasus Lima Eksekutif Wanita Pada Lima Bank Swasta Di Jakarta. Skripsi Sarjana. Depok: Universitas Indonesia.

Wahyuni, Ekawati Sri dan Puji Mulyono. 2006. Metode Penelitian Sosial. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Wahyuningsih, Sri Endah dan Sudikaryati. 1998. Pengaruh Tugas Rumahtangga Terhadap Pengembangan Karier Tenaga Pengajar Wanita Di Perguruan Tinggi Kodya Semarang. Laporan Kegiatan Penelitian. Semarang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Semarang.

Widanti, Agnes. 2005. Hukum Berkeadilan Gender. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Widyatwati, dkk. 2003. Pengaruh Konflik Peran Ganda Sebagai Ibu Rumahtangga Dan Pekerja Terhadap Tingkat Stres Wanita Karier (Studi Kasus Pada Pegawai Negeri Sipil Wanita Di Kota Semarang, Jawa Tengah). Laporan Penelitian. Semarang: Universitas Diponegoro.

Lampiran 1. Lokasi Tempat Penelitian

Sumber: Google Map, 2009

Gambar 2. Lokasi Tempat Penelitian Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat, Tahun 2009.

Lampiran 2. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman

Hubungan Antara Variabel Beban Ganda, Konflik Peran, Ideologi Gender, Karier dan Dukungan Dari Luar Beban Ganda Konflik Peran Ideologi Gender Karier Dukungan dari Luar

Spearman's rho Beban Ganda Correlation Coefficient 1.000 .378 .110 -.396 -.241

Sig. (2-tailed) . .018 .504 .013 .140

N 39 39 39 39 39

Konflik Peran Correlation Coefficient .378 1.000 .234 -.230 -.346

Sig. (2-tailed) .018 . .153 .159 .031

N 39 39 39 39 39

Ideologi Gender Correlation Coefficient .110 .234 1.000 -.347 -.220

Sig. (2-tailed) .504 .153 . .031 .179

N 39 39 39 39 39

Karier Correlation Coefficient -.396 -.230 -.347 1.000 .296

Sig. (2-tailed) .013 .159 .031 . .067

N 39 39 39 39 39

Dukungan dari Luar Correlation Coefficient -.241 -.346 -.220 .296 1.000

Sig. (2-tailed) .140 .031 .179 .067 .

N 39 39 39 39 39

Contoh perhitungan hubungan beban ganda dengan konflik peran: H0 : Tidak ada hubungan antara beban ganda dengan konflik peran H1 : Ada hubungan antara beban ganda dengan konflik peran

Keputusan p-value = 0,18 < α = 0,20 sehingga tolak H0, artinya ada hubungan nyata antara beban ganda dengan konflik peran

Korelasi antara beban ganda dengan konflik peran berpengaruh positif tetapi tidak terlalu kuat, hal ini dapat dilihat dari nilai korelasinya yang bernilai 0.378.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sudah semakin terbuka luas. Ditinjau dari berbagai kebijakan pemerintah diantaranya Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, wanita di Indonesia mendapat kesempatan yang sama seperti pria untuk mengenyam pendidikan dan untuk bekerja. Kesetaraan pendidikan dapat dilihat pada UU No.7/1984 tentang Ratifikasi Konvensi CEDAW yang membahas penghapusan segala bentuk diskriminasi termasuk pendidikan. Hal ini didukung pula oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. Kesempatan bagi wanita untuk bekerja di berbagai bidang pekerjaan serta mengenyam pendidikan tinggi semakin terbuka sehingga semakin banyak kaum wanita yang berkualitas.

Selama ini stereotipe yang tertanam dalam masyarakat ialah tugas untuk memperoleh penghasilan keluarga secara tradisional terutama dibebankan kepada suami sebagai kepala keluarga, sedangkan peran istri dianggap sebagai penambah penghasilan keluarga. Salah satu usaha untuk meningkatkan kedudukan keluarga dalam masyarakat dilakukan melalui kegiatan untuk memperoleh penghasilan, yang pada dasarnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Globalisasi ekonomi dan bisnis telah membuka peluang bagi wanita untuk berpartisipasi dalam pasar kerja. Kesempatan ini mendorong kaum wanita yang telah menikah untuk bekerja di sektor formal guna mengaktualisasikan potensi dirinya.

Tidak sedikit wanita yang telah mencoba untuk menggabungkan suatu karier yang profesional dengan suatu kehidupan keluarga, namun dalam prosesnya mereka menghadapi konflik dalam usaha mereka untuk menyelaraskan rumah, perkawinan, anak-anak dan pekerjaan. Tanggung jawab pada keluarga

mengakibatkan seorang wanita terpaksa menolak tugas-tugas pekerjaannya seperti dinas ke luar kota atau kenaikan jabatan yang mengharuskan pindah ke kota lain. Akibatnya, ia mengalami rintangan-rintangan yang dapat menghambat kemajuan karier dan pribadinya. Masalah ini sering dialami oleh para wanita karier yang masih mengutamakan keluarganya namun merasa sulit untuk melepaskan kariernya begitu saja. Konflik yang dialaminya akan semakin rumit apabila suami kurang mendukung peran ganda tersebut.

Masalah peran ganda menyulitkan kedudukan wanita yang berkarier, karena pada masyarakat kita masih terdapat pandangan normatif bahwa seorang wanita karier dinilai lebih berhasil apabila ia berhasil dalam pekerjaannya dan juga dalam membina keluarganya. Perbedaan seksual yang dimiliki antara laki-laki dan wanita dapat mengakibatkan adanya pembagian peran. Setiap peran tentu saja menuntut konsekuensi dan tanggung jawab yang berbeda. Peran ganda sebagai ibu rumahtangga dan pekerja menuntut wanita karier untuk menyeimbangkan pemenuhan kewajiban dan tugasnya, sehingga akan muncul konflik peran ganda.

Peranan wanita tersebut sifatnya bertambah dan pada umumnya wanita mengerjakan peran domestik yang berhubungan dengan kehidupan rumahtangga dan publik (karier), serta sekaligus untuk memenuhi tuntutan pembangunan. Hal ini menyebabkan beban kerja yang dimiliki wanita lebih besar, sehingga apabila terdapat pembagian kerja yang tidak seimbang maka akan membuat wanita menerima beban ganda. Yaitu selain harus bekerja domestik, mereka masih harus bekerja membantu mencari nafkah. Tuntutan-tuntutan seperti ini memungkinkan terjadinya perasaan tertekan atau stres dan beban pikiran yang selanjutnya akan berimbas terhadap kinerjanya.

Kelurahan Menteng Bogor khususnya RW 16 memiliki tingkat partisipasi kerja wanita yang cukup tinggi, dari 100 wanita dengan usia produktif kerja terdapat 51 wanita yang telah bekerja (51 persen). Hal ini menandakan kesempatan kerja yang ada di Kelurahan Menteng RW 16 sudah cukup tinggi. Karier wanita tersebut cukup tinggi dan beragam walaupun dengan adanya konflik peran ganda dan berbagai permasalahan lainnya. Hal ini mengakibatkan peneliti tertarik untuk meneliti di wilayah tersebut. Peneliti ingin mengetahui apabila

terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan karier wanita. Kenyataan ini menimbulkan berbagai permasalahan yang perlu dicari jawabannya untuk mengkaji kondisi kehidupan dalam keluarga dimana wanita disamping berperan sebagai ibu rumahtangga dengan tugas-tugas mengurus rumahtangga, merawat para anggota keluarga juga berperan sebagai penghasil ekonomi. Permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini ialah sejauh mana pengaruh peran ganda terutama konflik peran ganda dan beban ganda yang terjadi dalam suatu keluarga, apakah ketidak seimbangan pembagian kerja mengakibatkan beban ganda dan hubungan beban ganda tersebut terhadap peningkatan karier wanita.

1.2 Masalah Penelitian

Walaupun kesempatan memperoleh pendidikan dan meraih lapangan pekerjaan semakin terbuka luas namun wanita tetap dituntut untuk melakukan peran domestik. Hal ini mengakibatkan terjadinya beban ganda pada wanita, yang dapat berakibat pada kinerja wanita. Atas dasar fenomena tersebut maka perlu dilakukan telaah secara empiris dan ilmiah dalam rangka untuk memecahkan masalah tersebut. Penelitian tersebut akan memberikan wacana berguna untuk mengkaji lebih dalam pengaruh beban ganda terhadap pengembangan karier wanita sehingga diharapkan menjadi kontribusi positif bagi terwujudnya kesetaraan gender di Indonesia.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dirumuskan pertanyaan-pertanyaan kajian sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan ideologi gender dengan pengembangan karier wanita? 2. Apakah terdapat hubungan antara konflik peran ganda dengan pengembangan

karier wanita?

3. Apakah dukungan dari suami dan orang-orang yang membantu dalam pekerjaan domestik dapat meringankan beban ganda serta meningkatkan karier seorang wanita?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui hubungan ideologi gender dengan pengembangan karier wanita. 2. Mengetahui hubungan konflik peran ganda dengan pengembangan karier

wanita.

3. Mengetahui hubungan dukungan dari suami dan orang-orang yang membantu dalam pekerjaan domestik dengan beban ganda serta peningkatan karier seorang wanita.

1.4 Kegunaan Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana tentang peran ganda dan pengembangan karier wanita.

2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dan manfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama ilmu pengetahuan sosial, khususnya yang berkaitan dengan studi gender.

3. Bagi masyarakat umum khususnya bagi wanita, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk dapat meningkatkan partisipasi wanita di dunia kerja.

4. Dapat menghasilkan temuan-temuan yang berguna bagi tempat kerja karena dapat berpengaruh pada kinerja organisasi. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan menyangkut pekerja.

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Ideologi Gender

Holzner (1997) dalam Saptari (1997) ideologi gender ialah segala aturan, nilai-nilai stereotipe yang mengatur hubungan antara wanita dan pria, melalui pembentukan identitas feminin dan maskulin. Ideologi gender mengakibatkan ketidaksetaraan peran pria dan wanita, dimana posisi wanita selalu berada pada titik terlemah. Maskulin adalah sifat-sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ciri yang ideal bagi pria, sedangkan feminin merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ideal bagi wanita. Femininitas dan maskulinitas berkaitan dengan stereotipe peran gender. Stereotipe peran gender ini dihasilkan dari pengkategorisasian antara wanita dan pria, yang merupakan suatu representasi sosial yang ada dalam struktur kognisi kita.

Ideologi gender dirumuskan sebagai segala aturan, nilai, stereotipe yang mengatur hubungan wanita dan pria terlebih dahulu melalui pembentukan identitas feminim dan maskulin yang menjadi struktur dan sifat manusia, dimana ciri-ciri dasar dan sifat itu dibentuk sejak masa kanak-kanak awal sehingga selalu konservatif dan ketinggalan di belakang perubahan (Widanti, 2005).

Ideologi gender yang disebabkan oleh struktur serta sifat manusia, pria dan wanita yang dibentuk sejak masa kanak-kanak menjadi kekuatan aktif tenaga

materiil manusia juga menyebabkan pengklasifikasian secara universal antara pria dan wanita. Salah satu ideologi paling kuat yang menyokong perbedaan gender adalah pembagian dunia ke dalam wilayah publik dan privat (domestik). Wilayah publik, yang terdiri dari pranata publik, negara, pemerintahan, pendidikan, media, dunia bisnis, kegiatan perusahaan, perbankan, agama, dan kultur, hampir semua didominasi oleh pria meskipun ada wanita yang memasuki wilayah publik, namun akses dan kontrol lebih rendah daripada pria (Widanti, 2005).

2.1.2 Pembagian Kerja

Moore (1988) dalam Saptari (1997) menyatakan bahwa definisi kerja seringkali tidak hanya menyangkut apa yang dilakukan seseorang, tetapi juga menyangkut kondisi yang melatarbelakangi kerja tersebut, serta penilaian sosial yang diberikan terhadap pekerjaan tersebut. Sementara itu menurut Saptari (1997) definisi kerja ialah segala hal yang dikerjakan oleh seorang individu baik untuk subsistensi, untuk dipertukarkan atau diperdagangkan, untuk menjaga kelangsungan keturunan, dan kelangsungan hidup keluarga atau masyarakat.

Skolnick dalam Budiman (1985) menyatakan bahwa perbedaan psikologis antara pria dan wanita pada dasarnya berputar disekitar dua teori besar yaitu teori nature (teori alam) dan teori nurture (teori kebudayaan). Pengikut teori

nature beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara pria dan wanita disebabkan oleh faktor biologis kedua insan ini. Teori nurture beranggapan bahwa perbedaan ini tercipta melalui proses belajar dari lingkungan.

2.1.2.1 Kerja Produksi dan Reproduksi

Saptari dkk (1997) menyatakan bahwa dalam setiap masyarakat harus selalu ada kerja produksi (menghasilkan sesuatu) untuk kelangsungan hidup anggotanya, dan harus ada kerja reproduksi (secara harfiah menggantikan apa yang telah habis atau hilang) untuk kelestarian sistem atau struktur sosial yang bersangkutan. Kerja reproduksi tidak hanya menyangkut apa yang terjadi di dalam rumahtangga, tetapi juga dalam masyarakat, misalnya kegiatan-kegiatan yang menjamin kelestarian struktur sosial yang ada. Hal ini mengakibatkan anggota masyarakat tidak dapat melakukan pekerjaan produksi apabila beberapa hal mendasar dalam kerumahtanggaan mereka tidak dikerjakan.

Untuk menghindari kesimpangsiuran tentang arti dan penggunaan konsep reproduksi, Saptari dkk (1997) membedakan antara reproduksi biologis dan reproduksi sosial. Reproduksi biologis ialah melahirkan anak, reproduksi tenaga kerja yang berarti sosialisasi dan pengasuhan anak serta mempersiapkan mereka untuk menjadi cadangan tenaga kerja berikutnya, sementara reproduksi sosial yakni proses dimana hubungan produksi dan struktur sosial terus direproduksi dan dilestarikan.

2.1.2.2 Pembagian Kerja Seksual

Menurut Saptari dkk (1997) pembagian kerja seksual ialah pembagian kerja yang didasarkan atas jenis kelamin. Kesadaran akan perbedaan pendefinisian maskulinitas dan femininitas di setiap masyarakat membawa kesadaran masyarakat akan adanya bentuk-bentuk pembagian kerja seksual yang berbeda, yakni berdasarkan jenis kelamin pria atau wanita. Pembagian kerja wanita dan pria dapat dilihat pada aktivitas fisik yang dilakukan, dimana wanita bertanggung jawab atas pekerjaan rumahtangga, sedangkan pria bertanggung jawab atas pekerjaan nafkah.

Pekerjaan rumahtangga tidak dinilai sebagai pekerjaan karena alasan ekonomi semata dan akibatnya pelakunya tidak dinilai bekerja. Permasalahan yang muncul kemudian adalah pekerjaan rumahtangga sebagai bagian dari pekerjaan non produksi tidak menghasilkan uang, sedangkan pekerjaan produksi (publik) berhubungan dengan uang. Uang berarti kekuasaan, berarti akses yang besar ke sumber-sumber produksi, status yang tinggi dalam masyarakat. Konsep perkembangan budaya berakar kuat dalam adat istiadat yang kadang kala membelenggu perkembangan seseorang. Ketidak adilan yang menimpa kaum wanita akan memunculkan persepsi bahwa wanita dilahirkan untuk melakukan pekerjaan yang jauh lebih terbatas jumlahnya dengan status pekerjaan rendah pula.

Pekerjaan rumahtangga menurut Walker dan Woods (1976) dalam Guhardja (1992) mendefinisikan pekerjaan rumahtangga ke dalam enam kategori yaitu: 1) penyediaan pangan/makanan, 2) pemeliharaan keluarga (anggota keluarga), 3) pemeliharaan rumah, 4) pemeliharaan pakaian (termasuk mencuci, seterika), 5) manajemen (termasuk pencatatan/record keeping), dan 6) marketing (termasuk kegiatan berbelanja).

2.1.3 Definisi Karier, Wanita Karier dan Wanita Bekerja 2.1.3.1 Karier

Berdasarkan penelitian Kunartinah (2003) Hall (1986) menyatakan bahwa karier diartikan sebagai rangkaian sikap dan perilaku yang berhubungan dengan pengalaman seseorang sepanjang kehidupan kerjanya. Menurut Hall

(1996), karier adalah rangkaian dari sikap-sikap dan tingkah laku yang dirasakan secara pribadi yang berkaitan dengan pengalaman-pengalaman dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan sepanjang masa kehidupan seseorang (Ivancevich et al, 1989). Sedangkan berdasarkan penelitian Kunartinah (2003) menurut Cascio dan Awad (1981) karier adalah rangkaian promosi untuk memperoleh pekerjaan yang lebih mempunyai beban tanggung jawab lebih tinggi atau penempatan posisi yang lebih baik dalam hirarki pekerjaan seseorang sepanjang kehidupan kerjanya. Konsep karir mengacu pada kemajuan yang dicapai melalui serangkaian pekerjaan atau pada suatu jabatan dari waktu ke waktu. Yang perlu diperhatikan dalam konsep ini ialah apakah pekerjaan yang diduduki itu berarti atau tidak bagi diri sendiri ataupun orang lain. Sebuah karir bisa disebut memberikan arti jika ia berkembang ke tingkat hirarki yang lebih tinggi dan maju.

Menurut Kunartinah (2003) karier dilihat dari berbagai cara antara lain: 1. Posisi yang dipegang individu dalam suatu jabatan disuatu perusahaan dalam

kurung waktu tertentu.

2. Dalam kaitannya dengan mobilitas dalam suatu organisasi.

3. Tingkat kemapanan kehidupan seseorang setelah mencapai tingkat umur tertentu yang ditandai dengan penampilan dan gaya hidup seseorang.

2.1.3.2 Wanita Karier dan Wanita Kerja

Pengertian wanita bekerja tidak sama dengan wanita karier, wanita bekerja ialah wanita yang melakukan suatu kegiatan secara teratur atau berkesinambungan dalam suatu jangka waktu tertentu, dengan tujuan yang jelas yaitu untuk menghasilkan atau mendapatkan sesuatu dalam bentuk benda, uang, jasa maupun ide. Wanita bekerja akan memperoleh berbagai kepuasan seperti kepuasan fisik, sosial emosional maupun kepuasan mental. Bekerja memiliki beberapa persyaratan kerja antara lain pendidikan yang memadai, pengetahuan dan keterampilan bahkan jika mungkin pengalaman kerja yang cukup.

Menurut Munandar (1985) yang mendorong seorang wanita yang telah berkeluarga untuk bekerja yaitu untuk menambah penghasilan keluarga, untuk ekonomis tidak bergantung pada suaminya, untuk menghindari kebosanan atau mengisi waktu kosong, karena ketidakpuasan terhadap pernikahan, karena

mempunyai minat atau keahlian tertentu yang ingin dimanfaatkan, untuk memperoleh status dan pengembangan diri.

Munandar (2001) menyatakan bahwa wanita yang berkarier adalah wanita yang bekerja untuk mengembangkan kemampuannya. Akhir-akhir ini menjadi semakin lazim penggunaan istilah atau konsep wanita karier. Wanita karier adalah wanita yang berpendidikan tinggi dan mempunyai status yang tinggi dalam pekerjaannya, yang berhasil dalam berkarya yang dikenal sebagai wanita bekerja atau wanita berkarya. Apa yang disebut wanita karier ialah yang menemukan perwujudan dirinya di dalam dunia kerja. Istilah karier berarti perjalanan yang memperlihatkan kemajuan terus menerus dalam hubungan dengan bekerja, istilah ini berarti suatu pekerjaan atau profesi yang memerlukan pendidikan khusus, dan merupakan suatu panggilan, yang dimaksudkan sebagai pekerjaan seumur hidup.

Flanders (1994) dalam Mudzhar dkk (2001), membedakan beberapa kategori wanita bekerja, yaitu:

1. Wanita tunggal dan tidak mempunyai anak (single) 2. Wanita bekerja yang menikah tanpa anak

3. Wanita karier sebagai ibu

2.1.3.3 Hambatan Wanita dalam Peningkatan Peranan Karier

Menurut penelitian Safitri (2007), Karjadi (1995), Wahyuningsih dkk (1998), Widyatwati dkk (2003) dan Sutedja (2007) setelah dilakukan analisis tentang hambatan dan kendala yang dihadapi wanita untuk lebih aktif di dunia kerja, dapat dikelompokkan menjadi:

1. Hambatan bersifat eksternal antara lain masalah tata nilai sosio-kultural masyarakat yang memang belum memiliki kesadaran gender yang memadai. 2. Hambatan bersifat internal yang datang dari intrinsik kaum wanita sendiri

antara lain berupa kurangnya pengertian terhadap kedudukan dan peranan wanita, kurangnya kesadaran, kepercayaan dan identitas sendiri, serta kesiapan, kesediaan, kemauan, dan konsistensi wanita dalam perjuangan agar dapat diakui dan dihargai pihak lain.

3. Hambatan dari sistem pemerintahan antara lain dari peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut penelitian Ludiro, dalam Munandar (1985) diungkapkan bahwa kesulitan-kesulitan yang dirasakan oleh ibu bekerja ialah:

1. Waktu dirasakan terlalu sempit, jadi tentu para ibu sering dalam keadaan terburu-buru dan tertekan.

2. Ibu merasa tidak tenang bekerja bila anak sedang sakit atau apabila anak belum mencapai usia siap untuk ditinggal.

3. Kesulitan timbul apabila orang-orang yang membantu pekerjaan domestik, pengasuh, atau keluarga yang sudah biasa mengasuh dan menemani anak yang sedang sakit atau pergi meninggalkan keluarga tersebut.

4. Badan yang terlalu lelah karena ingin mengerjakan semua tugas dan memenuhi semua fungsi secara memuaskan.

2.1.4 Peran Ganda

Michelle et al (1974) menyatakan bahwa peran ganda disebutkan dengan konsep dualisme cultural, yakni adanya konsep domestik sphere (lingkungan domestik) dan publik sphere (lingkungan publik). Peran ganda adalah partisipasi wanita menyangkut peran tradisi dan transisi. Peran tradisi atau domestik mencakup peran wanita sebagai istri, ibu dan pengelola rumahtangga. Sementara peran transisi meliputi pengertian wanita sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan manusia pembangunan. Pada peran transisi wanita sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) di berbagai kegiatan sesuai dengan ketrampilan dan pendidikan yang dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia (Sukesi, 1991).

Peran ganda kaum wanita terimplikasi pada: (1) peran kerja sebagai ibu rumahtangga (mencerminkan femininine role), meski tidak langsung menghasilkan pendapatan, secara produktif bekerja mendukung kaum pria (kepala keluarga) untuk mencari penghasilan (uang); dan (2) berperan sebagai pencari nafkah (tambahan ataupun utama). Peran ganda wanita ialah peran wanita di satu

Dokumen terkait