• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Peran Ganda Dengan Pengembangan Karier Wanita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Peran Ganda Dengan Pengembangan Karier Wanita"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN

KARIER WANITA

(Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor,

Propinsi Jawa Barat)

PALUPI CIPTONINGRUM

I34050807

SKRIPSI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

ABSTRACT

PALUPI CIPTONINGRUM. RELATIONS OF DOUBLE ROLE WITH WOMEN CARREER DEVELOPMENT: In Menteng District Administered By The Lurah, Bogor Barat, Bogor, West Java Province. (Under direction of WINATI WIGNA).

The purposes of this research were to find out the relations of double role with women carreer development, and the influence of the external endorsement and gender ideology with women carreer development. Choosen respondent as sample in this research were married women which has settle job and has a structural function or carreer categories, and live in Menteng district administered by the lurah, Bogor Barat, Bogor, West Java Province. The research method was quantitative research and sampling method was simple random sampling. The result of the research was indicate if there is no significant relation between gender ideology and double role responsibility because gender ideology which have been low only have same level at women which able to have a job outside their home. In another side, there were still have important essence in gender ideology which result in God’s will of women didn’t change, there were still responsibility in domestic job until double role responsibility were still have them. Indirectly, carreer were determined by gender ideology and external endorsement. At the same time, responsibility of double role has significant relation with conflict of double role then a women can improve her carreer by decreasing conflict of double role of her. Conflict of double role can be decreased by improve external endorsement and decrease gender idelogy.

(3)

RINGKASAN

PALUPI CIPTONINGRUM. HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA: Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. (Di bawah bimbingan WINATI WIGNA).

Tulisan ini membahas tentang peran ganda yang dilakukan wanita, dampak terhadap dirinya serta dampak terhadap pengembangan kariernya, dengan mengkaji kondisi kehidupan dalam keluarga dimana wanita disamping berperan sebagai ibu rumahtangga dengan tugas-tugas mengurus rumahtangga, merawat para anggota keluarga juga berperan sebagai penghasil ekonomi. Kesempatan memperoleh pendidikan dan meraih lapangan pekerjaan semakin terbuka luas namun wanita tetap dituntut untuk melakukan peran domestik. Hal ini mengakibatkan terjadinya beban ganda pada wanita, yang dapat berakibat pada kinerja wanita. Atas dasar fenomena tersebut maka perlu dilakukan telah secara empiris dan ilmiah dalam rangka untuk memecahkan masalah tersebut. Penelitian ini akan memberikan wacana berguna untuk mengkaji lebih dalam hubungan beban kerja dengan pengembangan karier wanita sehingga diharapkan menjadi kontribusi positif bagi terwujudnya kesetaraan gender di Indonesia.

(4)

dari hasil kuesioner dengan responden. Selain kuesioner, data kualitatif dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam yang dilakukan pada beberapa responden itu sendiri. Data sekunder diperoleh melalui literatur-literatur, catatan-catatan, dan data-data dari instansi yang dapat mendukung kelengkapan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 dan software SPSS 13.0 for windows, serta menggunakan uji statistik korelasi Rank Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ideologi gender dan karier. Pengaruhnya ialah semakin kuat ideologi gender maka akan semakin rendah karier seseorang. Ideologi gender yang semakin lemah telah membuka kesempatan wanita untuk mengembangkan kariernya, wanita juga dapat mengerjakan pekerjaan publik yang selama ini lebih banyak dikerjakan oleh pria. Selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ideologi gender dan beban ganda karena ideologi gender yang telah melemah hanya setaraf pada wanita boleh bekerja publik di luar rumah. Terdapat sisi lain yang masih memiliki esensi penting dalam ideologi gender sehingga mengakibatkan peran wanita tidak berubah, yakni tetap memiliki tanggung jawab pada kerja domestik sehingga beban ganda yang dipikul masih cukup tinggi.

Sementara itu beban ganda mempunyai hubungan yang signifikan terhadap konflik peran ganda. Konflik peran ganda mempunyai hubungan yang signifikan dengan karier sehingga seorang wanita dapat meningkatkan kariernya dengan cara mengurangi konflik peran ganda yang dirasakan. Secara tidak langsung ideologi gender serta dukungan dari luar dirinya ikut menentukan karier seseorang. Seorang wanita dapat meningkatkan kariernya dengan cara mengurangi konflik peran ganda yang dirasakan. Konflik peran ganda dapat dikurangi dengan cara meningkatkan dukungan dari luar dirinya maupun mengurangi ideologi gender dimana semakin tinggi dukungan dari luar maka akan semakin tinggi karier.

(5)
(6)

DAFTAR ISI

2.1.3 Definisi Karier, Wanita Karier dan Wanita Bekerja ... 7

2.1.3.1 Karier ... 7

2.1.3.2 Wanita Karier dan Wanita Kerja ... 8

2.1.3.3 Hambatan Wanita dalam Peningkatan Peranan Karier ... 9

2.1.4 Peran Ganda ... 10

2.1.5 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Peran Ganda ... 12

2.1.6 Konflik Peran Ganda ... 12

2.4.4.2 Peran Peran Orang-Orang Yang Membantu Pekerjaan Domestik ... 22

(7)

2.4.5.1 Kenaikan Upah ... 24

4.2 Kependudukan, Pendidikan dan Mata Pencaharian ... 31

BAB V. BEBAN PERAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ... 34

5.1 Beban Ganda ... 34

5.2 Ideologi Gender yang Berubah ... 35

5.3 Hubungan Ideologi Gender terhadap Beban Ganda ... 39

5.4 Dukungan bagi Wanita Bekerja ... 41

5.4.1 Dukungan dari Pembantu ... 42

5.4.2 Dukungan dari Suami ... 45

5.5 Hubungan Dukungan dari Luar terhadap Beban Ganda ... 47

5.6 Ikhtisar ... 49

BAB VI. KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA ... 50

6.1 Konflik Peran ... 50

6.2 Hubungan Ideologi Gender terhadap Konflik Peran Ganda ... 50

6.3 Hubungan Dukungan dari Luar terhadap Konflik Peran Ganda ... 52

6.3 Ikhtisar ... 53

BAB VII. KARIER WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ... 55

7.1 Karier Wanita Bekerja ... 55

7.2 Hubungan Beban Ganda terhadap Konflik Peran Ganda ... 56

7.3 Hubungan Konflik Peran terhadap Karier ... 57

7.4 Hubungan Ideologi Gender terhadap Karier ... 59

7.5 Pengaruh Dukungan dari Luar terhadap Karier Seseorang ... 61

(8)

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

8.1 Kesimpulan ... 63

8.2 Saran ... 63

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kriteria Pengukuran Koefisien Korelasi... 27 Tabel 2. Sarana Peribadatan di Kelurahan Menteng ... 30 Tabel 3. Komposisi Jumlah Penduduk Kelurahan Menteng Berdasarkan

Tingkat Usia dan Jenis Kelamin 2008 ... 32 Tabel 4. Jumlah Penduduk Kelurahan Menteng Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ... 33 Tabel 5. Jumlah Penduduk Kelurahan Menteng Berdasarkan Mata

Pencaharian Utama ... 33 Tabel 6. Jumlah dan persentase responden berdasarkan beban kerja

dilihat dari pekerjaan domestik dan publik di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 34 Tabel 7. Jumlah dan persentase responden berdasarkan beban ganda di

Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 34 Tabel 8. Jumlah dan persentase responden terhadap ideologi gender di

Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 36 Tabel 9. Jumlah dan persentase responden berdasarkan pandangan wanita

bekerja terhadap ideologi gender di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 37 Tabel 10. Jumlah dan presentase berdasarkan hubungan ideologi gender

terhadap beban ganda responden di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 39 Tabel 11. Jumlah dan persentase responden berdasarkan dukungan dari

luar terhadap istri di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun 2009. ... 42 Tabel 12. Jumlah dan persentase berdasarkan dukungan orang-orang yang

membantu pekerjaan domestik terhadap istri dilihat dari jenis pekerjaan dan jam kerja di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 43 Tabel 13. Total jumlah dan persentase responden berdasarkan dukungan

dukungan orang-orang yang membantu pekerjaan domestik terhadap istri di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 43 Tabel 14. Jumlah dan persentase responden berdasarkan dukungan dari

suami terhadap istri di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 46 Tabel 15. Jumlah dan presentase dukungan dari luar terhadap beban ganda

responden di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 47 Tabel 16. Jumlah dan persentase responden berdasarkan konflik peran

(10)

Tabel 17. Jumlah dan persentase responden mengenai ideologi gender terhadap konflik peran ganda responden di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 51 Tabel 18. Jumlah dan persentase responden berdasarkan hubungan

dukungan dari luar terhadap konflik peran ganda di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 52 Tabel 19. Jumlah dan persentase karier responden di Kelurahan Menteng

Bogor, 2009. ... 55 Tabel 20. Jumlah dan persentase responden berdasarkan hubungan beban

ganda terhadap konflik peran ganda di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 56 Tabel 21. Jumlah dan persentase responden mengenai konflik peran ganda

terhadap karier di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 58 Tabel 22. . Jumlah dan persentase responden berdasarkan hubungan

ideologi gender terhadap karier di Kelurahan Menteng Bogor,

tahun 2009.. ... 59 Tabel 23. Jumlah dan persentase responden berdasarkan hubungan

(11)

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN

KARIER WANITA

(Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor,

Propinsi Jawa Barat)

PALUPI CIPTONINGRUM

I34050807

SKRIPSI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(12)

ABSTRACT

PALUPI CIPTONINGRUM. RELATIONS OF DOUBLE ROLE WITH WOMEN CARREER DEVELOPMENT: In Menteng District Administered By The Lurah, Bogor Barat, Bogor, West Java Province. (Under direction of WINATI WIGNA).

The purposes of this research were to find out the relations of double role with women carreer development, and the influence of the external endorsement and gender ideology with women carreer development. Choosen respondent as sample in this research were married women which has settle job and has a structural function or carreer categories, and live in Menteng district administered by the lurah, Bogor Barat, Bogor, West Java Province. The research method was quantitative research and sampling method was simple random sampling. The result of the research was indicate if there is no significant relation between gender ideology and double role responsibility because gender ideology which have been low only have same level at women which able to have a job outside their home. In another side, there were still have important essence in gender ideology which result in God’s will of women didn’t change, there were still responsibility in domestic job until double role responsibility were still have them. Indirectly, carreer were determined by gender ideology and external endorsement. At the same time, responsibility of double role has significant relation with conflict of double role then a women can improve her carreer by decreasing conflict of double role of her. Conflict of double role can be decreased by improve external endorsement and decrease gender idelogy.

(13)

RINGKASAN

PALUPI CIPTONINGRUM. HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA: Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. (Di bawah bimbingan WINATI WIGNA).

Tulisan ini membahas tentang peran ganda yang dilakukan wanita, dampak terhadap dirinya serta dampak terhadap pengembangan kariernya, dengan mengkaji kondisi kehidupan dalam keluarga dimana wanita disamping berperan sebagai ibu rumahtangga dengan tugas-tugas mengurus rumahtangga, merawat para anggota keluarga juga berperan sebagai penghasil ekonomi. Kesempatan memperoleh pendidikan dan meraih lapangan pekerjaan semakin terbuka luas namun wanita tetap dituntut untuk melakukan peran domestik. Hal ini mengakibatkan terjadinya beban ganda pada wanita, yang dapat berakibat pada kinerja wanita. Atas dasar fenomena tersebut maka perlu dilakukan telah secara empiris dan ilmiah dalam rangka untuk memecahkan masalah tersebut. Penelitian ini akan memberikan wacana berguna untuk mengkaji lebih dalam hubungan beban kerja dengan pengembangan karier wanita sehingga diharapkan menjadi kontribusi positif bagi terwujudnya kesetaraan gender di Indonesia.

(14)

dari hasil kuesioner dengan responden. Selain kuesioner, data kualitatif dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam yang dilakukan pada beberapa responden itu sendiri. Data sekunder diperoleh melalui literatur-literatur, catatan-catatan, dan data-data dari instansi yang dapat mendukung kelengkapan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 dan software SPSS 13.0 for windows, serta menggunakan uji statistik korelasi Rank Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ideologi gender dan karier. Pengaruhnya ialah semakin kuat ideologi gender maka akan semakin rendah karier seseorang. Ideologi gender yang semakin lemah telah membuka kesempatan wanita untuk mengembangkan kariernya, wanita juga dapat mengerjakan pekerjaan publik yang selama ini lebih banyak dikerjakan oleh pria. Selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ideologi gender dan beban ganda karena ideologi gender yang telah melemah hanya setaraf pada wanita boleh bekerja publik di luar rumah. Terdapat sisi lain yang masih memiliki esensi penting dalam ideologi gender sehingga mengakibatkan peran wanita tidak berubah, yakni tetap memiliki tanggung jawab pada kerja domestik sehingga beban ganda yang dipikul masih cukup tinggi.

Sementara itu beban ganda mempunyai hubungan yang signifikan terhadap konflik peran ganda. Konflik peran ganda mempunyai hubungan yang signifikan dengan karier sehingga seorang wanita dapat meningkatkan kariernya dengan cara mengurangi konflik peran ganda yang dirasakan. Secara tidak langsung ideologi gender serta dukungan dari luar dirinya ikut menentukan karier seseorang. Seorang wanita dapat meningkatkan kariernya dengan cara mengurangi konflik peran ganda yang dirasakan. Konflik peran ganda dapat dikurangi dengan cara meningkatkan dukungan dari luar dirinya maupun mengurangi ideologi gender dimana semakin tinggi dukungan dari luar maka akan semakin tinggi karier.

(15)
(16)

DAFTAR ISI

2.1.3 Definisi Karier, Wanita Karier dan Wanita Bekerja ... 7

2.1.3.1 Karier ... 7

2.1.3.2 Wanita Karier dan Wanita Kerja ... 8

2.1.3.3 Hambatan Wanita dalam Peningkatan Peranan Karier ... 9

2.1.4 Peran Ganda ... 10

2.1.5 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Peran Ganda ... 12

2.1.6 Konflik Peran Ganda ... 12

2.4.4.2 Peran Peran Orang-Orang Yang Membantu Pekerjaan Domestik ... 22

(17)

2.4.5.1 Kenaikan Upah ... 24

4.2 Kependudukan, Pendidikan dan Mata Pencaharian ... 31

BAB V. BEBAN PERAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ... 34

5.1 Beban Ganda ... 34

5.2 Ideologi Gender yang Berubah ... 35

5.3 Hubungan Ideologi Gender terhadap Beban Ganda ... 39

5.4 Dukungan bagi Wanita Bekerja ... 41

5.4.1 Dukungan dari Pembantu ... 42

5.4.2 Dukungan dari Suami ... 45

5.5 Hubungan Dukungan dari Luar terhadap Beban Ganda ... 47

5.6 Ikhtisar ... 49

BAB VI. KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA ... 50

6.1 Konflik Peran ... 50

6.2 Hubungan Ideologi Gender terhadap Konflik Peran Ganda ... 50

6.3 Hubungan Dukungan dari Luar terhadap Konflik Peran Ganda ... 52

6.3 Ikhtisar ... 53

BAB VII. KARIER WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ... 55

7.1 Karier Wanita Bekerja ... 55

7.2 Hubungan Beban Ganda terhadap Konflik Peran Ganda ... 56

7.3 Hubungan Konflik Peran terhadap Karier ... 57

7.4 Hubungan Ideologi Gender terhadap Karier ... 59

7.5 Pengaruh Dukungan dari Luar terhadap Karier Seseorang ... 61

(18)

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

8.1 Kesimpulan ... 63

8.2 Saran ... 63

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kriteria Pengukuran Koefisien Korelasi... 27 Tabel 2. Sarana Peribadatan di Kelurahan Menteng ... 30 Tabel 3. Komposisi Jumlah Penduduk Kelurahan Menteng Berdasarkan

Tingkat Usia dan Jenis Kelamin 2008 ... 32 Tabel 4. Jumlah Penduduk Kelurahan Menteng Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ... 33 Tabel 5. Jumlah Penduduk Kelurahan Menteng Berdasarkan Mata

Pencaharian Utama ... 33 Tabel 6. Jumlah dan persentase responden berdasarkan beban kerja

dilihat dari pekerjaan domestik dan publik di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 34 Tabel 7. Jumlah dan persentase responden berdasarkan beban ganda di

Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 34 Tabel 8. Jumlah dan persentase responden terhadap ideologi gender di

Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 36 Tabel 9. Jumlah dan persentase responden berdasarkan pandangan wanita

bekerja terhadap ideologi gender di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 37 Tabel 10. Jumlah dan presentase berdasarkan hubungan ideologi gender

terhadap beban ganda responden di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 39 Tabel 11. Jumlah dan persentase responden berdasarkan dukungan dari

luar terhadap istri di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun 2009. ... 42 Tabel 12. Jumlah dan persentase berdasarkan dukungan orang-orang yang

membantu pekerjaan domestik terhadap istri dilihat dari jenis pekerjaan dan jam kerja di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 43 Tabel 13. Total jumlah dan persentase responden berdasarkan dukungan

dukungan orang-orang yang membantu pekerjaan domestik terhadap istri di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 43 Tabel 14. Jumlah dan persentase responden berdasarkan dukungan dari

suami terhadap istri di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 46 Tabel 15. Jumlah dan presentase dukungan dari luar terhadap beban ganda

responden di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 47 Tabel 16. Jumlah dan persentase responden berdasarkan konflik peran

(20)

Tabel 17. Jumlah dan persentase responden mengenai ideologi gender terhadap konflik peran ganda responden di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 51 Tabel 18. Jumlah dan persentase responden berdasarkan hubungan

dukungan dari luar terhadap konflik peran ganda di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 52 Tabel 19. Jumlah dan persentase karier responden di Kelurahan Menteng

Bogor, 2009. ... 55 Tabel 20. Jumlah dan persentase responden berdasarkan hubungan beban

ganda terhadap konflik peran ganda di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 56 Tabel 21. Jumlah dan persentase responden mengenai konflik peran ganda

terhadap karier di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009. ... 58 Tabel 22. . Jumlah dan persentase responden berdasarkan hubungan

ideologi gender terhadap karier di Kelurahan Menteng Bogor,

tahun 2009.. ... 59 Tabel 23. Jumlah dan persentase responden berdasarkan hubungan

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ... 15 Gambar 2. Peta Tempat Penelitian Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sudah semakin terbuka luas. Ditinjau dari berbagai kebijakan pemerintah diantaranya Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, wanita di Indonesia mendapat kesempatan yang sama seperti pria untuk mengenyam pendidikan dan untuk bekerja. Kesetaraan pendidikan dapat dilihat pada UU No.7/1984 tentang Ratifikasi Konvensi CEDAW yang membahas penghapusan segala bentuk diskriminasi termasuk pendidikan. Hal ini didukung pula oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. Kesempatan bagi wanita untuk bekerja di berbagai bidang pekerjaan serta mengenyam pendidikan tinggi semakin terbuka sehingga semakin banyak kaum wanita yang berkualitas.

Selama ini stereotipe yang tertanam dalam masyarakat ialah tugas untuk memperoleh penghasilan keluarga secara tradisional terutama dibebankan kepada suami sebagai kepala keluarga, sedangkan peran istri dianggap sebagai penambah penghasilan keluarga. Salah satu usaha untuk meningkatkan kedudukan keluarga dalam masyarakat dilakukan melalui kegiatan untuk memperoleh penghasilan, yang pada dasarnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Globalisasi ekonomi dan bisnis telah membuka peluang bagi wanita untuk berpartisipasi dalam pasar kerja. Kesempatan ini mendorong kaum wanita yang telah menikah untuk bekerja di sektor formal guna mengaktualisasikan potensi dirinya.

(24)

mengakibatkan seorang wanita terpaksa menolak tugas-tugas pekerjaannya seperti dinas ke luar kota atau kenaikan jabatan yang mengharuskan pindah ke kota lain. Akibatnya, ia mengalami rintangan-rintangan yang dapat menghambat kemajuan karier dan pribadinya. Masalah ini sering dialami oleh para wanita karier yang masih mengutamakan keluarganya namun merasa sulit untuk melepaskan kariernya begitu saja. Konflik yang dialaminya akan semakin rumit apabila suami kurang mendukung peran ganda tersebut.

Masalah peran ganda menyulitkan kedudukan wanita yang berkarier, karena pada masyarakat kita masih terdapat pandangan normatif bahwa seorang wanita karier dinilai lebih berhasil apabila ia berhasil dalam pekerjaannya dan juga dalam membina keluarganya. Perbedaan seksual yang dimiliki antara laki-laki dan wanita dapat mengakibatkan adanya pembagian peran. Setiap peran tentu saja menuntut konsekuensi dan tanggung jawab yang berbeda. Peran ganda sebagai ibu rumahtangga dan pekerja menuntut wanita karier untuk menyeimbangkan pemenuhan kewajiban dan tugasnya, sehingga akan muncul konflik peran ganda.

Peranan wanita tersebut sifatnya bertambah dan pada umumnya wanita mengerjakan peran domestik yang berhubungan dengan kehidupan rumahtangga dan publik (karier), serta sekaligus untuk memenuhi tuntutan pembangunan. Hal ini menyebabkan beban kerja yang dimiliki wanita lebih besar, sehingga apabila terdapat pembagian kerja yang tidak seimbang maka akan membuat wanita menerima beban ganda. Yaitu selain harus bekerja domestik, mereka masih harus bekerja membantu mencari nafkah. Tuntutan-tuntutan seperti ini memungkinkan terjadinya perasaan tertekan atau stres dan beban pikiran yang selanjutnya akan berimbas terhadap kinerjanya.

(25)

terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan karier wanita. Kenyataan ini menimbulkan berbagai permasalahan yang perlu dicari jawabannya untuk mengkaji kondisi kehidupan dalam keluarga dimana wanita disamping berperan sebagai ibu rumahtangga dengan tugas-tugas mengurus rumahtangga, merawat para anggota keluarga juga berperan sebagai penghasil ekonomi. Permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini ialah sejauh mana pengaruh peran ganda terutama konflik peran ganda dan beban ganda yang terjadi dalam suatu keluarga, apakah ketidak seimbangan pembagian kerja mengakibatkan beban ganda dan hubungan beban ganda tersebut terhadap peningkatan karier wanita.

1.2 Masalah Penelitian

Walaupun kesempatan memperoleh pendidikan dan meraih lapangan pekerjaan semakin terbuka luas namun wanita tetap dituntut untuk melakukan peran domestik. Hal ini mengakibatkan terjadinya beban ganda pada wanita, yang dapat berakibat pada kinerja wanita. Atas dasar fenomena tersebut maka perlu dilakukan telaah secara empiris dan ilmiah dalam rangka untuk memecahkan masalah tersebut. Penelitian tersebut akan memberikan wacana berguna untuk mengkaji lebih dalam pengaruh beban ganda terhadap pengembangan karier wanita sehingga diharapkan menjadi kontribusi positif bagi terwujudnya kesetaraan gender di Indonesia.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dirumuskan pertanyaan-pertanyaan kajian sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan ideologi gender dengan pengembangan karier wanita? 2. Apakah terdapat hubungan antara konflik peran ganda dengan pengembangan

karier wanita?

(26)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui hubungan ideologi gender dengan pengembangan karier wanita. 2. Mengetahui hubungan konflik peran ganda dengan pengembangan karier

wanita.

3. Mengetahui hubungan dukungan dari suami dan orang-orang yang membantu dalam pekerjaan domestik dengan beban ganda serta peningkatan karier seorang wanita.

1.4 Kegunaan Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana tentang peran ganda dan pengembangan karier wanita.

2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dan manfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama ilmu pengetahuan sosial, khususnya yang berkaitan dengan studi gender.

3. Bagi masyarakat umum khususnya bagi wanita, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk dapat meningkatkan partisipasi wanita di dunia kerja.

(27)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Ideologi Gender

Holzner (1997) dalam Saptari (1997) ideologi gender ialah segala aturan, nilai-nilai stereotipe yang mengatur hubungan antara wanita dan pria, melalui pembentukan identitas feminin dan maskulin. Ideologi gender mengakibatkan ketidaksetaraan peran pria dan wanita, dimana posisi wanita selalu berada pada titik terlemah. Maskulin adalah sifat-sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ciri yang ideal bagi pria, sedangkan feminin merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ideal bagi wanita. Femininitas dan maskulinitas berkaitan dengan stereotipe peran gender. Stereotipe peran gender ini dihasilkan dari pengkategorisasian antara wanita dan pria, yang merupakan suatu representasi sosial yang ada dalam struktur kognisi kita.

Ideologi gender dirumuskan sebagai segala aturan, nilai, stereotipe yang mengatur hubungan wanita dan pria terlebih dahulu melalui pembentukan identitas feminim dan maskulin yang menjadi struktur dan sifat manusia, dimana ciri-ciri dasar dan sifat itu dibentuk sejak masa kanak-kanak awal sehingga selalu konservatif dan ketinggalan di belakang perubahan (Widanti, 2005).

Ideologi gender yang disebabkan oleh struktur serta sifat manusia, pria dan wanita yang dibentuk sejak masa kanak-kanak menjadi kekuatan aktif tenaga

(28)

2.1.2 Pembagian Kerja

Moore (1988) dalam Saptari (1997) menyatakan bahwa definisi kerja seringkali tidak hanya menyangkut apa yang dilakukan seseorang, tetapi juga menyangkut kondisi yang melatarbelakangi kerja tersebut, serta penilaian sosial yang diberikan terhadap pekerjaan tersebut. Sementara itu menurut Saptari (1997) definisi kerja ialah segala hal yang dikerjakan oleh seorang individu baik untuk subsistensi, untuk dipertukarkan atau diperdagangkan, untuk menjaga kelangsungan keturunan, dan kelangsungan hidup keluarga atau masyarakat.

Skolnick dalam Budiman (1985) menyatakan bahwa perbedaan psikologis antara pria dan wanita pada dasarnya berputar disekitar dua teori besar yaitu teori nature (teori alam) dan teori nurture (teori kebudayaan). Pengikut teori

nature beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara pria dan wanita disebabkan oleh faktor biologis kedua insan ini. Teori nurture beranggapan bahwa perbedaan ini tercipta melalui proses belajar dari lingkungan.

2.1.2.1 Kerja Produksi dan Reproduksi

Saptari dkk (1997) menyatakan bahwa dalam setiap masyarakat harus selalu ada kerja produksi (menghasilkan sesuatu) untuk kelangsungan hidup anggotanya, dan harus ada kerja reproduksi (secara harfiah menggantikan apa yang telah habis atau hilang) untuk kelestarian sistem atau struktur sosial yang bersangkutan. Kerja reproduksi tidak hanya menyangkut apa yang terjadi di dalam rumahtangga, tetapi juga dalam masyarakat, misalnya kegiatan-kegiatan yang menjamin kelestarian struktur sosial yang ada. Hal ini mengakibatkan anggota masyarakat tidak dapat melakukan pekerjaan produksi apabila beberapa hal mendasar dalam kerumahtanggaan mereka tidak dikerjakan.

(29)

2.1.2.2 Pembagian Kerja Seksual

Menurut Saptari dkk (1997) pembagian kerja seksual ialah pembagian kerja yang didasarkan atas jenis kelamin. Kesadaran akan perbedaan pendefinisian maskulinitas dan femininitas di setiap masyarakat membawa kesadaran masyarakat akan adanya bentuk-bentuk pembagian kerja seksual yang berbeda, yakni berdasarkan jenis kelamin pria atau wanita. Pembagian kerja wanita dan pria dapat dilihat pada aktivitas fisik yang dilakukan, dimana wanita bertanggung jawab atas pekerjaan rumahtangga, sedangkan pria bertanggung jawab atas pekerjaan nafkah.

Pekerjaan rumahtangga tidak dinilai sebagai pekerjaan karena alasan ekonomi semata dan akibatnya pelakunya tidak dinilai bekerja. Permasalahan yang muncul kemudian adalah pekerjaan rumahtangga sebagai bagian dari pekerjaan non produksi tidak menghasilkan uang, sedangkan pekerjaan produksi (publik) berhubungan dengan uang. Uang berarti kekuasaan, berarti akses yang besar ke sumber-sumber produksi, status yang tinggi dalam masyarakat. Konsep perkembangan budaya berakar kuat dalam adat istiadat yang kadang kala membelenggu perkembangan seseorang. Ketidak adilan yang menimpa kaum wanita akan memunculkan persepsi bahwa wanita dilahirkan untuk melakukan pekerjaan yang jauh lebih terbatas jumlahnya dengan status pekerjaan rendah pula.

Pekerjaan rumahtangga menurut Walker dan Woods (1976) dalam Guhardja (1992) mendefinisikan pekerjaan rumahtangga ke dalam enam kategori yaitu: 1) penyediaan pangan/makanan, 2) pemeliharaan keluarga (anggota keluarga), 3) pemeliharaan rumah, 4) pemeliharaan pakaian (termasuk mencuci, seterika), 5) manajemen (termasuk pencatatan/record keeping), dan 6) marketing (termasuk kegiatan berbelanja).

2.1.3 Definisi Karier, Wanita Karier dan Wanita Bekerja 2.1.3.1 Karier

(30)

(1996), karier adalah rangkaian dari sikap-sikap dan tingkah laku yang dirasakan secara pribadi yang berkaitan dengan pengalaman-pengalaman dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan sepanjang masa kehidupan seseorang (Ivancevich et al, 1989). Sedangkan berdasarkan penelitian Kunartinah (2003) menurut Cascio dan Awad (1981) karier adalah rangkaian promosi untuk memperoleh pekerjaan yang lebih mempunyai beban tanggung jawab lebih tinggi atau penempatan posisi yang lebih baik dalam hirarki pekerjaan seseorang sepanjang kehidupan kerjanya. Konsep karir mengacu pada kemajuan yang dicapai melalui serangkaian pekerjaan atau pada suatu jabatan dari waktu ke waktu. Yang perlu diperhatikan dalam konsep ini ialah apakah pekerjaan yang diduduki itu berarti atau tidak bagi diri sendiri ataupun orang lain. Sebuah karir bisa disebut memberikan arti jika ia berkembang ke tingkat hirarki yang lebih tinggi dan maju.

Menurut Kunartinah (2003) karier dilihat dari berbagai cara antara lain: 1. Posisi yang dipegang individu dalam suatu jabatan disuatu perusahaan dalam

kurung waktu tertentu.

2. Dalam kaitannya dengan mobilitas dalam suatu organisasi.

3. Tingkat kemapanan kehidupan seseorang setelah mencapai tingkat umur tertentu yang ditandai dengan penampilan dan gaya hidup seseorang.

2.1.3.2 Wanita Karier dan Wanita Kerja

Pengertian wanita bekerja tidak sama dengan wanita karier, wanita bekerja ialah wanita yang melakukan suatu kegiatan secara teratur atau berkesinambungan dalam suatu jangka waktu tertentu, dengan tujuan yang jelas yaitu untuk menghasilkan atau mendapatkan sesuatu dalam bentuk benda, uang, jasa maupun ide. Wanita bekerja akan memperoleh berbagai kepuasan seperti kepuasan fisik, sosial emosional maupun kepuasan mental. Bekerja memiliki beberapa persyaratan kerja antara lain pendidikan yang memadai, pengetahuan dan keterampilan bahkan jika mungkin pengalaman kerja yang cukup.

(31)

mempunyai minat atau keahlian tertentu yang ingin dimanfaatkan, untuk memperoleh status dan pengembangan diri.

Munandar (2001) menyatakan bahwa wanita yang berkarier adalah wanita yang bekerja untuk mengembangkan kemampuannya. Akhir-akhir ini menjadi semakin lazim penggunaan istilah atau konsep wanita karier. Wanita karier adalah wanita yang berpendidikan tinggi dan mempunyai status yang tinggi dalam pekerjaannya, yang berhasil dalam berkarya yang dikenal sebagai wanita bekerja atau wanita berkarya. Apa yang disebut wanita karier ialah yang menemukan perwujudan dirinya di dalam dunia kerja. Istilah karier berarti perjalanan yang memperlihatkan kemajuan terus menerus dalam hubungan dengan bekerja, istilah ini berarti suatu pekerjaan atau profesi yang memerlukan pendidikan khusus, dan merupakan suatu panggilan, yang dimaksudkan sebagai pekerjaan seumur hidup.

Flanders (1994) dalam Mudzhar dkk (2001), membedakan beberapa kategori wanita bekerja, yaitu:

1. Wanita tunggal dan tidak mempunyai anak (single) 2. Wanita bekerja yang menikah tanpa anak

3. Wanita karier sebagai ibu

2.1.3.3 Hambatan Wanita dalam Peningkatan Peranan Karier

Menurut penelitian Safitri (2007), Karjadi (1995), Wahyuningsih dkk (1998), Widyatwati dkk (2003) dan Sutedja (2007) setelah dilakukan analisis tentang hambatan dan kendala yang dihadapi wanita untuk lebih aktif di dunia kerja, dapat dikelompokkan menjadi:

1. Hambatan bersifat eksternal antara lain masalah tata nilai sosio-kultural masyarakat yang memang belum memiliki kesadaran gender yang memadai. 2. Hambatan bersifat internal yang datang dari intrinsik kaum wanita sendiri

(32)

3. Hambatan dari sistem pemerintahan antara lain dari peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut penelitian Ludiro, dalam Munandar (1985) diungkapkan bahwa kesulitan-kesulitan yang dirasakan oleh ibu bekerja ialah:

1. Waktu dirasakan terlalu sempit, jadi tentu para ibu sering dalam keadaan terburu-buru dan tertekan.

2. Ibu merasa tidak tenang bekerja bila anak sedang sakit atau apabila anak belum mencapai usia siap untuk ditinggal.

3. Kesulitan timbul apabila orang-orang yang membantu pekerjaan domestik, pengasuh, atau keluarga yang sudah biasa mengasuh dan menemani anak yang sedang sakit atau pergi meninggalkan keluarga tersebut.

4. Badan yang terlalu lelah karena ingin mengerjakan semua tugas dan memenuhi semua fungsi secara memuaskan.

2.1.4 Peran Ganda

Michelle et al (1974) menyatakan bahwa peran ganda disebutkan dengan konsep dualisme cultural, yakni adanya konsep domestik sphere (lingkungan domestik) dan publik sphere (lingkungan publik). Peran ganda adalah partisipasi wanita menyangkut peran tradisi dan transisi. Peran tradisi atau domestik mencakup peran wanita sebagai istri, ibu dan pengelola rumahtangga. Sementara peran transisi meliputi pengertian wanita sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan manusia pembangunan. Pada peran transisi wanita sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) di berbagai kegiatan sesuai dengan ketrampilan dan pendidikan yang dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia (Sukesi, 1991).

(33)

pekerja dan sebagai warga negara yang dilaksanakan secara seimbang. Wanita dianggap melakukan peran ganda apabila ia bertanggung jawab terhadap tugas-tugas domestik yang berhubungan dengan rumahtangga seperti membersihkan rumah, memasak, melayani suami, dan merawat anak-anak, serta ketika wanita juga bertanggung jawab atas tugas publik yang berkaitan dengan kerja di sektor publik (karier) yakni bekerja di luar rumah dan bahkan seringkali berperan sebagai pencari nafkah utama. Wanita mempunyai dua peranan yaitu sebagai istri atau ibu rumahtangga yang melakukan pekerjaan rumahtangga yaitu pekerjaan produktif yang tidak langsung menghasilkan pendapatan dan sebagai pencari nafkah yang langsing menghasilkan pendapatan (Pudjiwati, 1985)

Peran ganda wanita merupakan masalah yang sering dihadapi wanita bekerja. Wanita seringkali harus memilih antara tidak menikah dan sukses berkarier, atau menikah dan menjadi ibu rumahtangga yang baik. Adanya orang-orang yang membantu pekerjaan domestik atau babysitter memberikan peluang besar bagi wanita eksekutif untuk mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar atau untuk mendapatkan kepuasan lebih dalam mengaktualisasikan diri. Pada hakekatnya permasalahan peran ganda wanita bukan pada peran itu sendiri, melainkan adalah akibat atau dampak yang ditimbulkannya pada keluarga. Sementara itu ketertinggalan wanita pada peran transisi mereka berpangkal pada pembagian pekerjaan secara seksual di dalam masyarakat dimana peran wanita yang utama adalah lingkungan rumahtangga (domestik sphere) dan peran pria yang utama di luar rumah (public sphere) sebagai pencari nafkah utama.

(34)

2.1.5 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Peran Ganda

Faktor pendukung peran ganda ialah adanya dukungan dan pengertian suami atas bekerjanya istri, kedisiplinan diri dalam mengatur waktu dan menyelesaikan pekerjaan, serta keleluasaan mengatur jam dan jadwal kerja jika terpaksa menghadapi konflik ganda. Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor dominan yang mendorong wanita untuk melakukan peran ganda. Sebab keadaan ekonomi yang semakin mendesak mengakibatkan wanita harus turut serta berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi unuk menambah penghasilan keluarga. Selain itu kesempatan kerja juga semakin luas terbuka untuk para wanita. Wanita turut memilih untuk bekerja karena mempunyai kebutuhan relasi sosial yang tinggi dan tempat kerja dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Dalam diri mereka tersimpan suatu kebutuhan akan penerimaan sosial akan adanya identitas sosial yang diperoleh melalui komunitas kerja. Bergaul dengan rekan di kantor lebih menyenangkan daripada di rumah.

Faktor berikutnya yang melatarbelakangi peran ganda ialah tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seorang wanita, merupakan faktor penting untuk bekerjanya wanita. Aktualisasi diri juga merupakan salah satu faktor pemicu peran ganda kepuasan, dan keinginan untuk meningkatkan dirinya dapat diraih dengan mejajaki dunia karier, dimana akan diberikan reward berupa peningkatan karier apabila melakukan kinerja yang baik. Dengan berkarya, berkreasi dan mencipta serta mengembangkan ilmu, mendapat penghargaan, penerimaan, dan prestasi merupakan salah satu bagian dari proses penemuan dan pencapaian kepenuhan diri. Kebutuhan akan aktualisasi banyak diambil oleh para wanita di jaman ini terutama dengan makin terbukanya kesempatan yang sama pada wanita untuk meraih jenjang karier yang tinggi.

2.1.6 Konflik Peran Ganda

(35)

Menurut Goode dalam Kaltsum (2006), konflik peran ganda adalah kesulitan-kesulitan yang dirasakan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan peran yang berbeda secara bersamaan. Wanita karir dituntut untuk dapat memberikan unjuk kerja (performance) yang maksimal dalam menyelesaikan tugas-tugasnya baik didalam keluarga, maupun dikantor.

Menurut pendapat Bimbaum dalam Hoffman et al (1974) konflik peran ganda disebabkan kegagalan individu dalam mengkombinasikan atau memadukan secara seimbang antara karier dan rumahtangga. Sementara kemampuan untuk mengkombinaskan serta melakukan penyesuaian yang serasi dalam menghadapi konflik peran ganda dipengaruhi oleh sosialisasi seseorang. Sosialisasi merupakan proses dimana seseorang melatih diri untuk peka terhadap tuntutan-tuntutan lingkungannya dan membiasakan diri berprilaku selaras dengan lingkungan sekitarnya.

2.2 Kerangka Pemikiran

Industrialisasi yang semakin maju membutuhkan tenaga kerja yang besar. Kebutuhan akan tenaga kerja ini tidak hanya membutuhkan tenaga kerja pria, namun juga tenaga kerja wanita. Sementara itu masih banyak stereotipe yang memandang bahwa pendidikan lebih diutamakan bagi pria, sementara wanita tidak perlu membutuhkan pendidikan yang tinggi karena pada akhirnya wanita hanya akan bekerja didapur. Anggapan ini muncul dari anggapan masyarakat yang sudah tertanam sejak dahulu. Seiring dengan pesatnya kebutuhan tenaga kerja akibat dari industrialisasi, saat ini wanita juga sudah banyak yang telah mengeyam pendidikan sama dengan pria. Hal ini mengakibatkan semakin luasnya kesempatan kerja bagi seorang wanita, serta semakin banyak pula tenaga kerja wanita yang bekerja produktif di luar rumah.

(36)

kerja berdasarkan jenis kelamin. Sementara itu stereotipe yang terdapat di masyarakat Indonesia menuntut wanita untuk bekerja pada dua sektor yakni sektor domestik (kerja rumahtangga) dan sektor publik (kerja luar rumah). Wanita dituntut untuk berperan ganda yakni melakukan kerja produksi (menghasilkan sesuatu) untuk kelangsungan hidup anggotanya dan harus ada kerja reproduksi yang menyangkut apa yang terjadi di dalam rumahtangga, serta dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan pembagian kerja yang tidak seimbang karena selain wanita dituntut untuk mencari nafkah, wanita juga harus mengurus rumahtangganya.

(37)

ini akan tidak terpakai apabila terdapat tugas-tugas rumahtangga yang terus membebani pikiran wanita pada saat bekerja dan menghambat wanita untuk meneruskan pekerjaannya karena tugas rumahtangga yang menantinya di rumah.

Secara tidak langsung ideologi gender dapat mempengaruhi karier seseorang. Sementara itu terdapat dukungan dari luar yang dapat meringankan peran ganda wanita yakni peran dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik rumahtangga dan dukungan dari suami. Dukungan dari luar ini dapat saja meringankan beban ganda yang ada sehingga karierpun dapat meningkat. Dukungan dari luar juga dapat tidak berpengaruh pada peningkatan karier wanita, karena kuatnya ideologi gender yang tertanam dalam dalam diri responden, sehingga akan tetap menimbulkan konflik peran dan karierpun menjadi terhambat.

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

Keterangan:

: Garis pengaruh yang diteliti

Ideologi Gender

Stereotipe yang dianut responden

Beban Ganda

Total waktu kerja publikTotal waktu kerja domestik

Konflik Peran Ganda

• Perasaan bersalah

Karier

Kenaikan upah Kenaikan pangkat •Posisi jabatan

Dukungan dari Luar

Suami

Dukungan terhadap istri Orang-orang yang membantu

(38)

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dari skema kerangka berpikir pada Gambar 1 dirumuskan hipotesis penelitian, ialah:

1. Terdapat hubungan antara ideologi gender dengan beban ganda.

Semakin kuat ideologi gender, maka beban ganda akan semakin tinggi. 2. Terdapat hubungan antara ideologi gender dengan konflik peran ganda.

Semakin kuat ideologi gender, maka konflik peran ganda akan semakin tinggi. 3. Terdapat hubungan antara ideologi gender dengan karier.

Semakin kuat ideologi gender, maka karier akan semakin rendah. 4. Terdapat hubungan antara dukungan dari luar dengan beban ganda.

Semakin tinggi dukungan dari luar, maka beban ganda seseorang akan semakin rendah.

5. Terdapat hubungan antara dukungan dari luar dengan konflik peran ganda. Semakin tinggi dukungan dari luar, maka konflik peran ganda seseorang akan semakin rendah.

6. Terdapat hubungan antara dukungan dari luar dengan karier.

Semakin tinggi dukungan dari luar, maka karier seseorang akan semakin tinggi. 7. Terdapat hubungan antara beban ganda dengan konflik peran ganda.

Semakin tinggi beban ganda seseorang, maka konflik peran ganda akan semakin tinggi.

8. Terdapat hubungan antara konflik peran ganda dengan karier.

Semakin tinggi konflik peran ganda, maka karier akan semakin rendah.

2.4 Definisi Operasional

(39)

2.4.1 Ideologi Gender

Ideologi gender merupakan suatu nilai-nilai serta stereotipe yang ada pada masyarakat dan berlaku dalam keluarga. Ideologi ini mencakup ketimpangan peran dalam pekerjaan wanita, serta stereotipe tentang wanita ke dalam wilayah publik dan privat (domestik). Ideologi gender diukur dengan berapa banyak stereotipe negatif yang dianut responden mengenai wanita bekerja, yang diajukan dalam 12 pernyataan. Responden yang menjawab“Setuju” mendapat skor 1, sementara responden yang menjawab “Tidak setuju” pada pernyataan yang diberikan mendapat skor 0. Skor maksimal yang dapat diperoleh responden ialah 12. Nilai ideologi gender dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu ideologi gender kuat dan ideologi gender lemah.

Seseorang dikatakan ideologi gender kuat apabila responden masih menganggap bahwa wanita seharusnya tidak boleh bekerja di luar rumah, diukur dengan jumlah skor dari variabel ideologi gender yang diperoleh ialah 7-12. Seseorang dikatakan ideologi gender lemah apabila responden sudah menyetujui bahwa wanita boleh bekerja di luar rumah, diukur dengan jumlah skor dari variabel ideologi gender yang diperoleh ialah 1-6. Pernyataan tersebut ialah:

1) Wanita adalah pekerja rumah

2) Wanita tidak boleh bekerja di luar rumah

3) Pria adalah pencari nafkah, wanita pekerja rumah

4) Pekerjaan wanita ialah di dalam rumah, mengurus keluarga dan anak 5) Wanita tidak kuat dalam menghadapi persaingan dunia kerja

6) Wanita memiliki kemampuan bekerja yang kurang baik 7) Wanita hanya dapat melakukan pekerjaan yang ringan

8) Wanita yang bekerja di luar rumah bukanlah seorang istri yang baik 9) Wanita boleh bekerja di luar rumah, namun harus dengan izin suami 10)Wanita tidak seharusnya membantu suami bekerja untuk mencari nafkah 11)Pria tidak boleh mengerjakan pekerjaan domestik (membereskan rumah,

memasak, mengurus anak)

(40)

2.4.2 Beban Ganda

Beban ganda adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai sebagai ibu rumahtangga, orang tua anak, istri dari suami dan peran sebagai pekerja yang harus bekerja di luar rumah. Beban ganda dinyatakan tinggi apabila membiarkan dan memaksakan salah satu jenis kelamin menanggung aktifitas yang berlebihan. Alat ukur yang digunakan dalam mengukur peran ganda ialah total waktu kerja responden pada pekerjaan domestik dan publik. Waktu kerja diukur dengan banyaknya jumlah curahan waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan aktivitas pekerjaan domestik (rumahtangga) dan pekerjaan publik, diukur dalam jam.

Menurut data yang telah diperoleh diketahui bahwa rata-rata total waktu yang dihabiskan oleh responden dalam mengerjakan tugas domestik dan publik ialah 15 jam perhari. Beban ganda dikategorikan menjadi dua, yakni sebagai berikut:

a) Rendah: apabila total waktu responden untuk melakukan tugas domestik dan publik yakni lebih kecil sama dengan dari rata2 total waktu yang didapat di lapangan untuk melakukan kerja domestik dan publik (1-15 jam perhari). [kode 1]

b) Tinggi: apabila total waktu responden untuk melakukan tugas domestik dan publik lebih besar dari rata2 total waktu yang didapat di lapangan untuk melakukan kerja domestik dan publik (>15 jam perhari). [kode 2] 2.4.2.1 Pekerjaan Publik

Pekerjaan publik merupakan pekerjaan yang dilakukan wanita untuk mencari nafkah. Penelitian ini mengukur kerja publik yang dilakukan ibu rumahtangga yang telah menikah di Kelurahan Menteng Bogor dalam setiap hari, alat ukurnya ialah waktu (jam). Berdasarkan hasil penelitian rata-rata total waktu yang dilakukan responden untuk melakukan pekerjaan publik ialah 8 jam perhari. Pekerjaan publik dikategorikan menjadi dua yakni:

1) Tinggi: waktu yang dilakukan responden untuk mengerjakan pekerjaan publik lebih besar dari rata-rata (>8 jam perhari). [kode 2]

(41)

2.4.2.2 Pekerjaan Domestik

Pekerjaan domestik ialah pekerjaan yang dilakukan wanita untuk mengasuh anak, memelihara tempat tinggal dan keluarga, menyiapkan kebutuhan serta keperluan rumahtangga. Penelitian ini mengukur kerja domestik yang dilakukan ibu rumahtangga yang telah menikah di Kelurahan Menteng Bogor dalam setiap hari, alat ukurnya ialah waktu (jam). Berdasarkan hasil penelitian rata-rata total waktu yang dilakukan responden untuk mengerjakan pekerjaan domestik ialah 7 jam perhari. Pekerjaan domestik dikategorikan menjadi dua yakni:

1) Tinggi: waktu yang dilakukan responden untuk mengerjakan pekerjaan domestik lebih besar dari rata-rata (>8 jam perhari). [kode 2]

2) Rendah: waktu yang dilakukan responden untuk mengerjakan pekerjaan domestik lebih kecil sama dengan rata-rata (1-7 jam perhari). [kode 1] 2.4.3 Konflik Peran Ganda

Konflik peran ganda adalah kesulitan-kesulitan yang dirasakan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan peran yang berbeda secara bersamaan. Konflik peran ganda diukur melalui saat dimana responden mengalami situasi dilematis karena dituntut untuk menjalankan dua tuntutan peran yang sama-sama penting dalam waktu yang bersamaan serta kebingungan dalam membagi waktu dan prioritas antara karier dan rumahtangga. Dimana mereka dituntut untuk menjalankan peran sebagai ibu rumahtangga, orang tua anak, istri dari suami dan peran sebagai pekerja yang harus bekerja di luar rumah. Alat ukur konflik peran ganda diukur dengan 18 pernyataan yang secara tidak langsung mengungkapkan perasaan bersalah dalam hal terganggunya fungsi rumahtangga maupun publik, pernyataan tersebut berisi ungkapan perasaan bersalah, kecewa, gelisah dan ragu-ragu. Pernyataan konflik peran ganda yang diajukan kepada responden ialah:

1) Merasa waktu untuk keluarga sedikit, karena lebih banyak bekerja

2) Merasa tidak tenang bekerja apabila anaknya sedang sakit atau apabila anak belum mencapai usia siap ditinggal

3) Gelisah di kantor memikirkan keadaan anak-anak di rumah

(42)

5) Merasa tidak puas dengan kurangnya waktu kebersamaan dengan suami 6) Merasa bersalah bila suami harus menggantikan mengasuh anak bila saya

terpaksa kerja lembur di kantor

7) Saya memilih untuk tidak masuk kerja bila anak saya sakit

8) Anak-anak saya mengeluh karena kurangnya keberadaan ibu di rumah 9) Merasa stress saat melakukan peran ganda domestik dan mencari nafkah

sekaligus karena pekerjaan tersebut menyita waktu

10) Menurut saya, karyawan pria mempunyai peluang yang lebih besar untuk menunjukkan prestasi kerja yang optimal, karena mereka tidak harus membagi perhatian antara rumah tangga dan pekerjaan

11) Saya merasa instansi tempat saya bekerja tidak percaya terhadap kemampuan yang saya miliki, karena tugas-tugas tertentu lebih sering diberikan pada rekan pria

12) Saya tidak dapat menentukan mana yang seharusnya saya dahulukan rumah tangga atau pekerjaan

13) Merasa bersalah bila tidak sempat membantu kegiatan belajar anak-anak setelah lelah bekerja

14) Merasa bimbang karena anak-anak tampaknya tidak menyukai saya bekerja 15) Merasa ragu-ragu bila harus minta izin atasan untuk keperluan anak-anak ke

sekolah

16) Merasa ragu-ragu untuk mengembangkan karier karena menurut saya kepentingan keluarga bisa terlantar

17) Saya bingung karena penghasilan yang didapatkan keluarga tidak mencukupi kebutuhan keluarga

18) Alokasi dana untuk rumah tangga terpakai untuk pekerjaan

Pengukuran nilai konflik peran ganda diukur dengan menggunakan skala

likert. Terdapat beberapa pilihan jawaban yang mempunyai bobot nilai tertentu, yakni:

(43)

Skor maksimal yang mungkin didapatkan responden ialah 72. Skor tinggi pada skala ini menunjukkan konflik peran ganda yang dipersepsikan tinggi. Dalam penelitian ini konflik peran ganda dikategorikan menjadi 2 yakni:

1) Tinggi apabila ia merasa kesulitan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan pekerjaan domestik dan publik secara bersamaan (skor 37-72). [kode 2]

2) Seseorang dikatakan memiliki konflik peran ganda yang rendah apabila ia tidak merasa kesulitan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan pekerjaan domestik dan publik secara bersamaan (skor 1-36). [kode 1] 2.4.4 Dukungan dari Luar

Dukungan dari luar adalah faktor-faktor yang berpengaruh dengan peran ganda yang timbul dari luar diri responden. Faktor dari luar yang diteliti dalam penelitian ini ialah dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik dan dukungan dari suami dengan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan istri. Dukungan dari luar dikategorikan menjadi dua yakni

1) Dukungan dari luar dikatakan tinggi apabila jumlah skor dukungan suami dan peran orang-orang yang membantu pekerjaan domestik besar (skor 3-4). [kode 2]

2) Dukungan dari luar dikatakan rendah apabila jumlah skor dukungan suami dan peran orang-orang yang membantu pekerjaan domestik kecil (skor 1-2). [kode 1]

2.4.4.1 Dukungan Suami

Dukungan suami adalah dukungan yang dapat mempengaruhi peran ganda wanita baik secara fisik maupun dengan psikologis seorang istri sehingga berpengaruh dengan kinerjanya. Dukungan dari suami diukur dengan 12 pertanyaan tentang dukungan suami terhadap istri. Apabila responden menjawab “Ya” (skor 1) atau “Tidak” (skor 0), pertanyaan tersebut ialah:

1. Sehubungan dengan jabatan-jabatan yang pernah dan sedang anda pegang, apakah suami anda cukup mendukung?

2. Apakah suami anda tidak merasa terganggu apabila anda bekerja di luar rumah?

(44)

4. Apakah suami mengizinkan anda untuk menjadi wanita karier? 5. Apakah suami anda pernah mengeluh akibat karier anda?

6. Menurut pengalaman ibu dalam menjalankan karier selama ini, apakah pernah kurang mendapat dukungan dari suami?

7. Apakah suami anda mengizinkan apabila anda harus tugas ke luar kota, lembur, maupun melanjutkan pendidikan?

8. Apakah suami mau mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak?

9. Menurut anda apakah suami harus bisa menggantikan tugas wanita di rumah, apabila istri sedang bekerja di luar?

10. Apakah suami anda mau bekerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga?

11. Apakah suami anda juga turut memberikan perhatian terhadap pelajaran anak-anak setiap hari?

12. Apakah suami anda memberikan pengertian pada anak-anak bahwa saudari adalah seorang karyawati?

Penelitian ini membagi dukungan dari suami menjadi 2 kategori yakni rendah dan tinggi.

1) Dukungan dari suami dikatakan tinggi apabila suami sangat mendukung karier dan pekerjaan istrinya dengan memberikan izin bekerja, berkarier serta mau bekerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan rumahtangga, diukur dari jumlah dukungan (skor 7-12). [kode 2]

2) Dukungan dari suami dikatakan rendah apabila suami kurang mendukung terhadap karier dan pekerjaan istrinya, dengan tidak memberikan izin bekerja, berkarier serta tidak mau bekerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan rumahtangga, diukur dari jumlah dukungan (skor 1-6). [kode 1] 2.4.4.2 Peran Orang-Orang yang Membantu Pekerjaan Domestik

(45)

domestik dalam sua

uatu rumahtangga. Bantuan tersebut dapat orang tua, suami maupun anak, saudara, tetang ng-orang yang membantu pekerjaan domestik

stik orang-orang yang membantu pekerjaan ekerjaan domestik yang dilakukan oleh ora an domestik. Skor dari jam kerja dan jenis p

ntu pekerjaan domestik dijumlahkan kemudia

skor total dari jam kerja (>6 jam perhari) dan g digunakan orang lain untuk membantu pek de 2]

h skor total dari jam kerja (1-6 jam perhari) dan g digunakan orang lain untuk membantu pek de 1]

ci selanjutnya dijelaskan perhitungan dan dari luar. Berdasarkan hasil penelitian diper g dilakukan orang-orang yang membantu pek , sementara banyaknya pekerjaan yang dilakuk ndikator dukungan dari orang-orang yang mem ikan sebagai berikut:

rja

waktu kerja orang-orang yang membantu peker lapang yakni 7 jam perhari. [skor 2]

waktu kerja orang-orang yang membantu pek ata lapang yakni 1-6 jam perhari. [skor 1] is pekerjaan

pekerjaan yang dilakukan orang-orang y mestik > rata-rata data lapang, yakni lebi

or 2]

l pekerjaan yang dilakukan orang-orang y estik rata-rata data lapang, yakni 1-2 jenis

(46)

2.4.5 Karier

Karier wanita adalah tingkatan perjalanan yang memperlihatkan kemajuan terus menerus dalam hubungan dengan bekerja. Karier dalam penelitian ini diukur dari posisi yang diduduki responden saat ini, frekuensi naiknya jabatan dalam 5 tahun terakhir, serta frekuensi naiknya upah/gaji dalam 5 tahun terakhir. Hasil penelitian menyatakan bahwa rata-rata total skor yang terdapat di lapangan ialah 5. Karier dikategorikan menjadi dua, yakni:

1) Karier dinyatakan tinggi apabila posisi jabatan, mobilitas jabatan serta gaji lebih besar dari rata-rata (skor >5).

2) Karier dinyatakan rendah apabila posisi jabatan, mobilitas jabatan serta gaji lebih kecil sama dengan rata-rata (skor 1-5).

2.4.5.1 Kenaikan Upah

Kenaikan upah adalah jumlah banyaknya (frekuensi) kenaikan pendapatan/gaji/upah yang diterima dari hasil kerja responden selama 5 tahun terakhir.

1) Kenaikan upah nol kali [kode 0] 2) Kenaikan upah satu kali [kode 1] 3) Kenaikan upah dua kali [kode 2] 4) Kenaikan upah tiga kali [kode 3]

5) Kenaikan upah lebih dari tiga kali [kode 4] 2.4.5.2 Posisi

Posisi adalah jabatan karier yang diduduki saat ini, posisi diukur dengan: 1) Jabatan tinggi: presiden direktur, direktur, senior manajer, general manager,

manajer, kepala bagian, senior ahli, staf ahli dan senior staf (Golongan IIID, IVA, IVB, IVC, IVD) [kode 3]

2) Jabatan sedang: sekretaris, analis, bendahara, staf, kepala regu (Golongan IIB, IIC, IID, IIIA, IIIB, IIIC) [kode 2]

(47)

2.4.5.3 Kenaikan Pangkat

Kenaikan pangkat ialah jumlah (frekuensi) perubahan pangkat, jabatan atau golongan yang dialami oleh pekerja ke arah kedudukan yang lebih tinggi dalam 5 tahun terakhir.

1) Kenaikan pangkat nol kali [kode 0] 2) Kenaikan pangkat satu kali [kode 1] 3) Kenaikan pangkat dua kali [kode 2] 4) Kenaikan pangkat tiga kali [kode 3]

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Metode kuantitatif yang dilakukan adalah dengan metode survai, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer, dan individu sebagai unit analisa (Singarimbun, 1995). Pendekatan kuantitatif dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data, dengan tujuan memberikan penjelasan mengenai hubungan antara beberapa variabel penelitian. Studi ini menganalisa hubungan peran ganda wanita dengan pengembangan karier wanita. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam. Metode kualitatif digunakan untuk menggali informasi yang sifatnya lebih mendalam serta untuk memperjelas gambaran tentang keadaan sosial yang diperoleh melalui metode kuantitatif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

(49)

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Populasi sampling dalam penelitian ini adalah seluruh wanita di Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Responden yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini ialah wanita menikah yang mempunyai pekerjaan tetap dan mempunyai jabatan struktural dan atau kepangkatan dan atau golongan, serta tinggal di Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Sebelumnya dipilih secara acak berdasarkan wilayah yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan data sehingga wilayah RW di Kelurahan Menteng Bogor yang terpilih ialah RW 16.

Responden dipilih dengan metode pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling). Teknik pengambilan sampel dengan random sederhana ditempuh melalui cara undian. Sampel random (acak) sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel (Wahyuni dkk, 2007). Kepentingan tujuan penelitian ini ialah melihat hubungan peran ganda wanita dengan pengembangan karier wanita.

Untuk mengambil sampel penelitian, digunakan rumus Slovin (Sarwono, 2006), yaitu :

Dimana : n= sampel N= Populasi

d = derajat kebebasan (menggunakan 0,05)

(50)

sebagainya. Pertanyaan yang digali untuk mendapatkan data kualitatif berdasarkan panduan pertanyaan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data primer yang berupa data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk diajukan kepada responden. Kuesioner ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara tertulis dari responden berkaitan dengan tujuan penelitian. Selain kuesioner, data kualitatif dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam untuk mengetahui lebih jelas konflik peran ganda secara lebih langsung dan mendalam. Wawancara mendalam digunakan agar dapat menangkap pengalaman, persepsi, pemikiran, perasaan, dan pengetahuan dari subyek penelitian. Informasi yang digali melalui wawancara mendalam antara lain peran ganda, konflik peran yang terjadi serta pengaruh-pengaruh yang menghambat perkembangan karier wanita. Data sekunder diperoleh melalui literatur-literatur, catatan-catatan, dan data-data dari instansi yang dapat mendukung kelengkapan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data primer yang berhasil dikumpulkan secara kuantitatif terlebih dahulu diolah dan di tabulasikan. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Selanjutnya, data kuantitatif yang telah ditampilkan dalam tabulasi silang dilakukan dengan pengujian statistik dengan korelasi Rank Spearman untuk data dengan skala minimal ordinal. Data tersebut kemudian dianalisis dan diinterpretasikan untuk melihat kasus yang terjadi. Pengolahan data masing-masing variabel di proses dengan menggunakan software SPSS 13.0 dan

Microsoft Excel 2007. Analisa kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan fenomena yang ada di lapang.

(51)

Spearman digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel bebas dan terikat yang berskala ordinal (non parametik).

Adapun rumus koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:

Keterangan :

atau rs = Koefisien korelasi rank spearman

di = Determinan

n = Jumlah data/sampel

Hasil uji korelasi Rank Spearman juga menghasilkan nilai probabilitas atau p-value. Penetapan taraf nyata 0,2 dipilih mengingat unit analisis yang diambil adalah individu yang bersifat dinamis. Menurut Black dan Champion (1997) sebagaimana dikutip Rahayu (2004), nilai kepercayaan dapat berkisar antara 0,01 hingga 0,3. Jika p-value lebih kecil dari nilai (0,2), maka tolak Ho terima H1 hubungan tersebut nyata. Sedangkan bila nilai p-value lebih besar dari

(0,2), maka terima H0 olak H1, hubungan tersebut tidak nyata.

Ho: Tidak terdapat hubungan atau pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang diuji.

H1: Terdapat hubungan atau pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang diuji.

Koefisien korelasi Rank Spearman (rxy) menunjukkan kuat tidaknya

(52)

BAB IV

GAMBARAN UMUM KELURAHAN MENTENG

4.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana

Kelurahan Menteng termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Kelurahan ini memiliki luas wilayah kurang lebih 209 Ha yang terdiri dari 20 RW. Lokasi tempat penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut adalah perbatasan secara geografis Kelurahan Menteng, yaitu terdiri dari:

Sebelah Utara : Kelurahan Cilendek Barat Sebelah Selatan : Kelurahan Kebon Kalapa Sebelah Timur : Ciwaringin

Sebelah Barat : Sungai Cisadane

Sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Menteng cukup lengkap yakni terdiri dari peribadatan, kesehatan, industri, pariwisata, pendidikan, olahraga, komunikasi, transportasi dan perhubungan.

Sarana peribadatan yang terdapat di Kelurahan Menteng hanya ada sarana ibadah agama islam dan Kristen. Data mengenai sarana peribadatan yang terdapat dalam wilayah Kelurahan Menteng dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sarana Peribadatan di Kelurahan Menteng, Tahun 2008

No. Agama Sarana Peribadatan Jumlah Sarana Peribadatan

Sumber: Monografi Kelurahan Menteng 2008

(53)

juga ada yang menganut agama Budha namun sarana peribadatan untuk agama tersebut tidak terdapat di dalam wilayah Kelurahan Menteng, melainkan mereka melakukan ibadahnya di luar wilayah Kelurahan Menteng.

Sarana olahraga yang ada di Kelurahan Menteng cukup lengkap, baik sarana olahraga sepak bola, basket, volley, bulutangkis, sanggar senam, maupun lapangan golf.

Kelurahan Menteng merupakan salah satu wilayah yang mempunyai sarana kesehatan yang cukup lengkap terdapat satu rumah sakit pemerintah dan satu swasta, satu rumah sakit jiwa, 4 rumah bersalin, 3 praktek bidan, beberapa apotek, laboratorium dan balai pengobatan. Banyaknya sarana kesehatan yang ada di Kelurahan Menteng menjadi suatu peluang untuk kerja bagi warga sekitarnya. Banyak warga Kelurahan Menteng yang bekerja di sarana kesehatan tersebut.

Sementara itu sarana pendidikan yang terdapat di wilayah Kelurahan Menteng tergolong lengkap. Hal ini disebabkan oleh sudah tersedianya sekolah mulai dari jenjang TK (Taman Kanak-Kanak) hingga jenjang SMA (Sekolah Menengah Atas)/SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Sarana pendidikan yang paling banyak di wilayah ini ialah Sekolah Dasar (SD) yang berjumlah 9 gedung sekolah negeri.

Keberadaan angkutan umum dan kendaraan pribadi sebagai sarana transportasi di Kelurahan Menteng, memungkinkan tersedianya transportasi yang lancar. Prasarana perhubungan yang terdapat di Kelurahan Menteng adalah berupa jalan raya. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan adalah 3 KM, jarak dari pemerintah kota adalah 5 KM dan jarak dari ibukota propinsi adalah 120 KM sedangkan jarak dari ibukota negara ialah 60 km. Jalan-jalan yang terdapat pada kelurahan ini berada dalam kondisi yang baik, sehingga melancarkan proses mobilisasi serta tidak membutuhkan waktu tempuh yang lama untuk melakukan mobilisasi. Secara tidak langsung hal ini turut meningkatkan banyaknya jumlah informasi dan ekonomi yang masuk ke wilayah ini.

4.2 Kependudukan, Pendidikan dan Mata Pencaharian

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
Tabel 3. Komposisi Jumlah Penduduk Kelurahan Menteng Berdasarkan Tingkat Usia dan Jenis Kelamin, 2008
Tabel 5. Jumlah Penduduk Kelurahan Menteng Berdasarkan Mata Pencaharian Utama, Tahun 2008
Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Beban Kerja Dilihat dari Pekerjaan Domestik dan Publik di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk konflik peran ganda yang dirasakan oleh buruh bangunan wanita yang sudah menikah paling banyak dirasakan pada Time-based conflicy (tuntutan akan waktu

Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja pada Wanita Bekerja.. Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas

Memilki kesiapan dalam hal sosial, seorang wanita karier harus memiliki kemampuan dalam menyeimbangkan antara pekerjaan dan tugas rumah tangga, memiliki relasi yang baik dengan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara konflik peran ganda dengan kepuasan kerja perawat wanita yang sudah menikah dan memiliki anak

Dari ketegangan yang muncul akibat konflik peran ganda yang dialami perawat wanita yang sudah menikah di RSUD Banyumas ini, dapat memicu munculnya stres kerja dimana

Dalam penelitian ini, situasi sosial yang diteliti adalah karier dari wanita yang sudah menikah, bekerja dibidang yang didominasi oleh pria dan di bidang pekerjaan yang

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa sedikitnya konflik pada wanita peran ganda baik dalam tugasnya sebagai ibu rumah tangga maupun tugasnya sebagai

Tetapi pada kenyataannya ketika wanita lebih berkarier atau bekerja diluar maka wanita tersebut menjadi semakin percaya diri, sehingga berpotensi untuk melupakan perannya di