• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

5.1 Beban Ganda

Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu rumahtangga, orang tua anak, istri dari suami dan peran sebagai pekerja yang mencari nafkah. Beban ganda diukur berdasarkan total waktu yang dilakukan wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor untuk mengerjakan pekerjaan domestik dan publik.

Tabel 6 akan menggambarkan jumlah dan persentase responden berdasarkan beban kerja dilihat dari pekerjaan domestik dan publik.

Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Beban Kerja Dilihat dari Pekerjaan Domestik dan Publik di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun 2009.

Data dalam Tabel 6 menggambarkan bahwa sebagian besar responden berada dalam kategori tinggi, baik dalam kerja domestik yang terdiri dari 23 orang (59 persen) responden, maupun kerja publik yang terdiri dari 35 orang (90 persen). Secara keseluruhan beban ganda dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Beban Ganda di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun 2009.

Beban Ganda Jumlah (orang) Persentase (%)

Tinggi 23 59

Rendah 16 41

Total 39 100.0

Sebagian besar 23 orang (59 persen) wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor memiliki beban ganda dalam kategori tinggi (lebih dari 15 jam perhari). Dengan waktu kerja sebanyak itu berarti dalam sehari para responden mempunyai sisa waktu kurang dari 10 jam perhari yang bisa diisi dengan kegiatan-kegiatan lainnya seperti mandi, ibadah dan lain-lain sehingga waktu istirahat mereka tinggal sedikit. Sementara itu 41 persen atau sebanyak 16

Beban Ganda Kerja Domestik Kerja Publik n (Persentase) n (Persentase)

Tinggi 23 (59) 35 (90)

Rendah 16 (41) 4 (10)

Total 39 (100) 39 (100)

(2)

responden lainnya berada dalam kategori beban ganda rendah (total waktu kerja publik dan domestik 1-15 jam perhari).

Selain mempunyai tanggung jawab pada pekerjaan dan keluarga, responden juga mempunyai tanggung jawab lainnya yakni terhadap orang tua baik berupa tanggung jawab moril, dana, maupun kesehatan orang tua. Dalam menjalankan beban ganda responden merasa terdapat beberapa kesulitan yang mereka rasakan, diantaranya ialah rasa lelah setelah pulang bekerja, waktu yang terbatas untuk mengerjakan pekerjaan rumah, terbatasnya waktu untuk mengasuh anak terutama pada saat anak sakit. Kesulitan-kesulitan ini seringkali menimbulkan stress dalam diri responden, sehingga responden mengatasi masalah-masalah tersebut dengan cara mengurangi beban kerja rumahtangga dengan bantuan orang-orang yang membantu pekerjaan domestik, tidak jarang pula responden mengambil cuti apabila anak sedang sakit untuk merawat maupun membawanya ke dokter, selain itu refreshing dilakukan responden untuk mengatasi rasa lelah dan stress bila sudah menumpuk. Hal ini di dukung dengan pernyataan FS (35 tahun):

“...kesulitan mah pasti ada, apalagi kalau di kantor lagi ada masalah terus di rumah kerjaan numpuk haduuh capeknya bukan main. Ditambah lagi kalo anak sakit pikiran stres saya jadinya...”

5.2 Ideologi Gender yang Berubah

Peran wanita dalam dunia kerja, tidak lepas dari referensi nilai atau norma yang melingkupinya dalam interaksi sosial, sehingga menjadi pedoman dalam bersikap atas perilakunya. Ideologi yang tertanam dalam diri seseorang akan melekat sangat kuat, karena tertanam sejak masa kanak-kanak sehingga mempengaruhi keputusan serta perilaku dalam hidup. Hal ini didukung oleh pernyataan Widanti (2005) bahwa ideologi gender yang disebabkan oleh struktur serta sifat manusia, pria dan wanita yang dibentuk sejak masa kanak-kanak menjadi kekuatan aktif tenaga materiil manusia juga menyebabkan pengklasifikasian secara universal antara pria dan wanita.

Pengklasifikasian ini membagi peran kerja wanita dan pria dalam dua sektor yang berbeda. Menurut Saptari dkk (1997) pembagian kerja seksual ialah pembagian kerja yang didasarkan atas jenis kelamin, dimana wanita bertanggung

(3)

jawab atas pekerjaan rumahtangga, sedangkan pria bertanggung jawab atas pekerjaan nafkah.

Sementara keadaan yang terjadi di Kelurahan Menteng Bogor adalah ideologi gender yang masih menempatkan wanita hanya sebagai ibu rumahtangga saja sudah mulai mencair. Hal ini dapat dilihat dari pandangan dari wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor tentang ideologi gender terhadap kerja yang digambarkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden terhadap Ideologi Gender di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun 2009.

No Pernyataan Jawaban

Setuju Tidak Setuju (n) Persen (n) Persen

1. Wanita adalah pekerja rumah 15 39 24 62

2. Wanita tidak boleh bekerja di luar rumah 2 5 37 95

3. Pria adalah pencari nafkah 32 82 7 18

4. Pekerjaan wanita ialah di dalam rumah, mengurus keluarga dan anak 16 41 23 59 5. Wanita tidak kuat dalam menghadapi persaingan dunia kerja 0 0 39 100 6. Wanita hanya dapat melakukan pekerjaan yang ringan 4 10 35 90 7. Wanita memiliki kemampuan bekerja yang kurang baik 0 0 39 100 8. Wanita yang bekerja di luar rumah bukanlah seorang istri yang baik 2 5 37 95 9. Wanita boleh bekerja di luar rumah, namun harus dengan izin suami 39 100 0 0 10. Wanita tidak seharusnya membantu suami bekerja untuk mencari nafkah 8 20 31 80 11. Pria tidak boleh mengerjakan pekerjaan domestik (membereskan rumah, memasak, mengurus anak) 5 13 34 87 12. Posisi tertinggi dalam pekerjaan sebaiknya dipegang oleh pria 15 39 24 62

Keterangan:

Setuju : Persepsi mengenai stereotipe negatif yang dianut responden mengenai wanita bekerja, ideologi gender kuat dianut

Tidak Setuju : Persepsi positif yang dianut responden mengenai wanita bekerja, ideologi gender tidak kuat dianut

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa responden (wanita yang telah menikah dan bekerja) di Kelurahan Menteng Bogor, kurang menganut ideologi gender mengenai persepsi negatif terhadap wanita bekerja. Responden kurang menganut ideologi yang mencakup ketimpangan peran dalam pekerjaan wanita, serta stereotipe tentang wanita ke dalam wilayah domestik.

(4)

Hal ini dapat dilihat berdasarkan data pada Tabel 8 dari dua belas pernyataan yang diajukan kepada responden, dimana pernyataan-pernyataan tersebut menggambarkan persepsi negatif yang dianut responden mengenai wanita bekerja. Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa lebih banyak jumlah responden yang tidak setuju dengan berbagai pernyataan yang tidak membolehkan wanita bekerja mencari nafkah, yakni terdapat 10 pernyataan dipilih oleh lebih dari 50 persen responden yang tidak disetujui oleh responden.

Secara umum wanita sudah meninggalkan tradisi gender yang melarang wanita untuk bekerja publik. Salah satu contoh yang cukup nyata ialah seluruh responden, yakni 39 orang (100 persen) tidak setuju dengan pernyataan “wanita tidak kuat dalam menghadapi persaingan dunia kerja”. Selain itu juga hal ini ditemukan pada pernyataan “wanita memiliki kemampuan bekerja yang kurang baik” yang tidak disetujui oleh seluruh responden. Sementara itu 2 pernyataan lain (dipilih oleh kurang dari 50) tidak disetujui oleh responden.

Hasil tersebut menandakan bahwa para responden tidak terlalu menganut ideologi gender mengenai stereotipe negatif pada wanita yang bekerja.

Melemahnya stereotipe yang tertanam pada wanita, akan memotivasi para wanita untuk bekerja lebih bebas, sehingga wanita juga mampu untuk mengerjakan pekerjaan publik yang selama ini lebih banyak dikerjakan oleh pria. Seseorang dikatakan ideologi gender kuat apabila responden masih menganggap bahwa wanita seharusnya tidak boleh bekerja di luar rumah. Seseorang dikatakan ideologi gender lemah apabila responden sudah menyetujui bahwa wanita boleh bekerja di luar rumah. Hasil yang didapatkan berdasarkan penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pandangan Wanita Bekerja Terhadap Ideologi Gender di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun 2009.

Ideologi Gender Jumlah (orang) Persentase (%)

Kuat 4 10

Lemah 35 90

Total 39 100

Data pada Tabel 9 menggambarkan bahwa sebagian besar responden 35 wanita menikah yang bekerja (90 persen) di Kelurahan Menteng Bogor lemah ideologi gendernya, yang berarti membolehkan wanita bekerja mencari nafkah.

(5)

Sementara itu ada 4 orang lainnya (10 persen) responden yang termasuk dalam kategori ideologi gender kuat, berarti hanya 10 persen responden yang menganggap wanita tidak boleh bekerja di luar rumah.

Hasil tersebut menyatakan bahwa pandangan mengenai ideologi gender yang mencakup ketimpangan peran dalam pekerjaan wanita, serta stereotipe tentang wanita ke dalam wilayah privat (domestik) sudah tidak dianut lagi oleh sebagian besar wanita pekerja di Kelurahan Menteng. Sebagian besar (90 persen) wanita pekerja di sana mendukung kegiatan wanita dalam sektor publik, hal ini juga didukung oleh suami dan anggota keluarga mereka.

Hasil penelitian yang menyatakan lebih besar jumlah responden yang kurang menganut ideologi gender, tidak menandakan bahwa nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat hilang. Melemahnya ideologi gender hanya terjadi pada taraf wanita untuk memperoleh kesempatan bekerja, belum sepenuhnya ideologi gender tersebut melemah, nampak bahwa tetap ada norma yang mendasar (esensial) yang berlaku dalam keluarga, hal ini didukung oleh pernyataan pada Tabel 8 (halaman 34), nomor 4 dan 9. Pernyataan tersebut ialah “Pekerjaan wanita ialah di dalam rumah, mengurus keluarga dan anak” (Tabel 8, halaman 34, nomor 4) disetujui oleh 41 persen responden. Sementara itu pernyataan “Wanita boleh bekerja di luar rumah, namun harus dengan izin suami” (Tabel 8, halaman 34, nomor 9) disetujui oleh 100 persen responden. Kedua pernyataan tersebut merupakan pernyataan mendasar yang memiliki nilai kuat dalam ideologi gender dan kedua pernyataan ini banyak disetujui oleh sebagian besar reponden.

Hasil tersebut menggambarkan bahwa terdapat nilai-nilai gender yang masih dipegang erat oleh responden, nilai yang tercermin dari pernyataan 4 dan 9 ialah wanita boleh bekerja publik serta mempunyai kesempatan yang luas untuk berkarier namun wanita belum bisa meninggalkan kewajiban untuk mengerjakan maupun bertanggung jawab terhadap pekerjaan domestiknya.

Banyaknya aktivitas dan kegiatan seorang wanita dalam peran publik tidak menjadi suatu permasalahan selama wanita tersebut bekerja dengan baik dan tidak menyalahi aturan serta norma yang berlaku di masyarakat. Selain itu tuntutan ekonomi yang semakin mendesak memaksa wanita untuk turut turun dalam sektor publik, sehingga wanita harus melawan ideologi yang selama ini

(6)

membebani wanita hanya dengan tugas domestik saja serta wanita yang bekerja dianggap menyalahi norma. Makin majunya pendidikan mengakibatkan semakin banyak wanita yang berpotensi untuk kerja di sektor publik. Hal ini mengakibatkan wanita memiliki keinginan yang besar untuk aktualisasi diri dan mengaplikasikan ilmu yang telah dimiliki sehingga norma ideologi gender tentang wanita kerja yang seharunya bekerja domestik saja diabaikan.

5.3 Hubungan Ideologi Gender Terhadap Beban Ganda

Hubungan antara ideologi gender dengan beban ganda dianalisis dengan menggunakan tabulasi silang dan uji Rank Spearman. Tabel 10 adalah penjelasan tabulasi silang hubungan ideologi gender terhadap beban ganda:

Tabel 10. Jumlah dan Presentase Berdasarkan Hubungan Ideologi Gender terhadap Beban Ganda Responden di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun 2009.

Beban Ganda Ideologi Gender

Total Kuat

n (persentase) Lemah

n (persentase)

Tinggi 3 (75) 20 (57) 23 (59)

Rendah 1 (25) 15 (43) 16 (41)

Total 4 (100) 35 (100) 39 (100)

Keterangan: p-value: 0,504 Taraf nyata ( : 0,2) Koefisien korelasi: 0,11

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 10 diketahui bahwa beban ganda yang tinggi ada 23 orang, jumlah ini lebih besar dari beban ganda rendah yakni 16 orang. Secara proporsional wanita dengan beban ganda tinggi lebih besar yang memiliki ideologi gender kuat yakni 75 persen, apabila dibandingkan dengan wanita dengan beban ganda tinggi yang memiliki ideologi gender lemah yakni hanya 57 persen. Pada beban ganda rendah lebih besar proporsi wanita yang berada pada ideologi gender lemah yakni 43 persen, dibandingkan dengan wanita beban ganda rendah yang memiliki ideologi gender lemah yakni 25 persen.

Pada hipotesis awal dinyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara ideologi gender dengan beban ganda, semakin kuat ideologi gender, maka beban ganda akan semakin tinggi. Meskipun tabulasi silang pada Tabel 10 menggambarkan ada kecenderungan data makin tinggi beban ganda, makin kuat ideologi gender wanita kerja. Beban ganda tinggi dipunyai oleh 75 persen wanita

(7)

dengan ideologi gender kuat dan hanya 57 persen dimiliki oleh wanita dengan ideologi gender lemah, namun demikian berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman diketahui bahwa p-value (0,504) lebih besar dari nilai , maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ideologi gender dan beban ganda. Hal ini menandakan bahwa hipotesis awal tidak terbukti

Hubungan ideologi gender dengan beban ganda tidak nyata dikarenakan oleh melemahnya ideologi gender yang dianut para wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor hanya sebatas memberi kesempatan wanita untuk bekerja saja, belum sampai merubah status wanita terhadap kerja rumahtangga.

Hal ini dibuktikan oleh terdapat pernyataan yang sangat mendasar (esensial) yang hampir disetujui oleh sebagian besar responden. Diantaranya ialah pernyataan nomor 4 dari tabel 8 halaman 34 berbunyi “Pekerjaan wanita ialah di dalam rumah, mengurus keluarga dan anak” pernyataan ini disetujui oleh 41 persen responden sementara 59 persen responden lainnya tidak menyetujui pernyataan tersebut, jumlah perbedaan antara responden yang setuju dan tidak setuju tidak terlalu besar, hal ini menandakan bahwa masih terdapat ideologi gender yang mendasar pada sebagian (41 persen) wanita yang mengangap pekerjaan di dalam rumah, mengurus keluarga dan anak ialah tugas seorang wanita. Hal ini sesuai oleh pernyataan responden, yakni UL (23 Tahun):

“...seharusnya yang namanya istri itu kerjanya di rumah aja, udah kodratnya dari dulu begitu mba. Saya juga kalo nggak terpaksa nggak bakal mau kerja di luar rumah, tapi mau gimana lagi biar susu anak kebeli terpaksa saya kerja juga...”

Sementara itu pernyataan nomor 9 disetujui seluruh responden 39 orang (100 persen) yang memandang “Wanita boleh bekerja di luar rumah, namun harus dengan izin suami” (Tabel 8, halaman 34, nomor 9). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa menurut mereka wanita dapat bekerja dengan izin suami, artinya seluruh responden menganut bahwa suami masih memegang suatu wewenang untuk menentukan istrinya bekerja atau tidak. Hal ini didukung dengan pernyataan SN (32 tahun):

“...walau bagaimana pun juga yang namanya suami kan kepala rumahtangga, jadi kalo mau kerja atau dinas keluar harus minta izin dulu ke suami, yaaah saling menghormati aja lah...”

(8)

Pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan bahwa baik pada ideologi gender kuat maupun rendah, lebih banyak yang tersebar dalam kategori beban ganda tinggi, yakni ideologi gender kuat 75 persen dengan beban ganda tinggi, serta ideologi gender lemah 57 persen dengan beban ganda tinggi. Data tersebut menunjukkan bahwa walaupun wanita yang kurang menganut ideologi gender sudah banyak, namun bukan berarti ia tidak punya beban ganda yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh perubahan ideologi gender yang terjadi hanya sebatas pria memberi kesempatan kerja wanita, tidak menjadikan wanita terbebas dari beban kerja domestiknya. Wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor mempunyai ideologi gender yang rendah, mereka telah dapat menerima seorang wanita untuk bekerja di luar rumah, posisi wanita dalam pekerjaan yang lebih tinggi dari pria juga sudah dapat diterima. Wanita juga telah diakui memiliki kemampuan dapat bersaing dengan pria dalam dunia kerja. Ideologi gender yang telah longgar mengakibatkan wanita lebih leluasa melakukan kerja publik, namun bukan berarti wanita dapat terlepas dari tugas domestik. Tuntutan wanita untuk bekerja dalam sektor domestik masih tetap ada, wanita boleh bekerja di luar asalkan tugas domestik juga selesai dengan baik. Beban ganda yang dipikul oleh wanitapun masih ada, karena seusai pulang bekerja wanita masih harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumahtangga. Hal inilah yang menjadikan mengapa wanita yang sudah melemah ideologi gendernya masih memiliki beban ganda yang tinggi.

5.4 Dukungan Bagi Wanita Bekerja

Selain faktor dari dalam terdapat pula faktor dari luar yang mempengaruhi wanita bekerja. Faktor dari luar ialah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peran ganda yang timbul dari luar diri responden. Faktor dari luar yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik dan dukungan dari suami terhadap pekerjaan- pekerjaan yang dilakukan istri, hal ini akan dijelaskan pada Tabel 11.

(9)

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Dukungan dari Luar Terhadap Istri di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun 2009.

Dukungan dari Luar Jumlah (orang) Persentase (%)

Tinggi 36 92

Rendah 3 8

Total 39 100

Sebagian besar responden mendapatkan dukungan dari luar yang tinggi hal ini dibuktikan dengan besarnya persentase dukungan dari luar pada kategori tinggi sebesar 92 persen atau 36 orang, sementara itu dukungan dari luar pada kategori rendah dialami oleh 3 responden (8 persen). Tingginya dukungan dari luar baik dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik maupun suami merupakan dukungan penting bagi wanita untuk memutuskan dirinya agar bekerja mencari nafkah.

5.4.1 Dukungan dari Orang-Orang yang Membantu Pekerjaan Domestik Salah satu peran pendukung dari luar berasal dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik rumahtangga. Bantuan tersebut dapat diperoleh dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik baik dari pembantu rumahtangga bayaran, orang tua, suami maupun anak, saudara, tetangga atau kerabat.

Dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik dilihat dari total waktu kerja domestik dan banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang yang membantu pekerjaan domestik. Berdasarkan hasil penelitian, wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng mendapat dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik dalam kategori tinggi. Hal ini dapat terlihat dari jenis pekerjaan maupun jam kerja yang dilakukan oleh terhadap pekerjaan domestik. Hasil yang diperoleh dari penelitian disajikan pada tabel 12.

(10)

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Berdasarkan Dukungan Orang-Orang yang Membantu Pekerjaan Domestik Terhadap Istri Dilihat dari Jenis Pekerjaan dan Jam Kerja di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun 2009.

Dukungan dari orang-orang yang

membantu pekerjaan domestik Jenis Pekerjaan Jam kerja n (Persentase) n (Persentase)

Tinggi 20 (51) 23 (59)

Rendah 19 (49) 16 (41)

Total 39 (100) 39 (100)

Sebagian besar responden 20 orang (51 persen) termasuk dalam kategori tinggi dalam jenis pekerjaan yang dilakukan orang-orang yang membantu pekerjaan domestik. Pekerjaan tersebut diantaranya ialah mengasuh anak, mencuci dan setrika baju, membersihkan rumah, menyapu dan mengepel, memasak, serta merapikan rumah dan halamannya. Rata-rata wanita bekerja di Kelurahan Menteng Bogor membutuhkan bantuan terhadap pekerjaan domestik untuk dua jenis pekerjaan rumah, jenis pekerjaan yang paling banyak membutuhkan bantuan ialah mengasuh anak dan mencuci baju. Para responden merasa membutuhkan bantuan untuk mengasuh anak selama mereka sedang bekerja, orang yang paling dipercayai untuk melakukan tugas ini ialah orangtua ataupun babysitter. Sementara itu mencuci dan setrika baju tidak sanggup dilakukan oleh sebagian responden, terutama bagi keluarga yang mempunyai banyak anggota sebab tidak ada waktu untuk mengerjakan pekerjaan tersebut setelah bekerja.

Berdasarkan jam kerja yang dilakukan oleh orang-orang yang membantu pekerjaan domestik, sebagian besar yakni 23 orang (59 persen) responden berada dalam kategori tinggi. Kategori tinggi menandakan bahwa orang-orang yang membantu pekerjaan domestik melakukan pekerjaan rumahtangga lebih dari tujuh jam sehari. Jumlah waktu ini dapat meringankan tugas yang harus dilakukan seorang wanita. Secara keseluruhan total dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Total Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Dukungan Orang-Orang yang Membantu Pekerjaan Domestik Terhadap Istri di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun 2009.

Dukungan dari orang-orang yang

membantu pekerjaan domestik Jumlah (orang) Persentase (%)

Tinggi 27 69

Rendah 12 31

Total 39 100

(11)

Sebagian besar responden yakni 27 orang (69 persen) mendapat dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik dalam kategori tinggi, sisa 12 orang lainnya (31 persen) termasuk dalam kategori rendah.

Sebagian besar responden yakni 32 orang (82 persen) menggunakan bantuan dari orang lain untuk mengerjakan tugas domestiknya, baik dari keluarga, kerabat, maupun orang-orang yang membantu pekerjaan domestik rumah tangga.

Alasannya ialah untuk meringankan pekerjaan rumahtangga maupun mengurus anak. Terdapat pula sembilan orang (23 persen) responden yang menggunakan orang-orang yang membantu pekerjaan domestik sebanyak dua orang, satu orang untuk mengurus rumahtangga dan satu orang lagi untuk mengasuh anak selama ibu bekerja. Hal ini disebabkan oleh, anak yang mereka miliki masih balita sehingga memerlukan perhatian lebih besar. Namun bagi rumahtangga yang memiliki anak berusia remaja hingga dewasa hanya memiliki satu orang yang mengurus rumahtangga, karena anak dalam usia tersebut sudah bisa merawat dirinya sendiri serta dapat diajak bekerja sama dalam mengerjakan tugas rumahtangga. Responden yang menggunakan bantuan orang untuk pekerjaan domestik merasa lebih tenang saat sedang bekerja, karena sebagian tugasnya telah dikerjakan oleh orang yang membantu pekerjaan domestik. Namun tidak sepenuhnya responden percaya penuh pada orang-orang yang membantu pekerjaan domestik terutama orang-orang yang membantu pekerjaan domestik yang baru dikenal, untuk mengatasi hal tersebut responden melakukan pemantauan ke rumah secara berkala atau titip pemantauan pada kerabat. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh UTM (52 tahun):

“...sebenernya sih nggak percaya penuh apalagi kalo orang-orang yang membantu pekerjaan domestik baru, tapi saya cek aja lewat telpon beberapa jam sekali, soalnya kalo nggak ada orang-orang yang membantu pekerjaan domestik saya jadi pusing mba, di kantor sudah capek dengan tugas kantor, di rumah ditambah lagi harus masak, nyuci dll. Kalo ada orang-orang yang membantu pekerjaan domestik jadi tenang saya, semuanya beres kerja juga jadi enak...”

Sementara itu terdapat 7 orang (18 persen) responden yang tidak menggunakan jasa orang lain yang membantu pekerjaan domestik untuk meringankan pekerjaan domestiknya, kategori ini termasuk dalam kategori dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik yang rendah. Hal

(12)

ini dikarenakan oleh kesanggupan mereka dalam mengerjakan semua tugas domestik, maupun keterbatasan dana untuk mempekerjakan orang-orang yang membantu pekerjaan domestik honorer. Selain itu terdapat pula rumahtangga yang memiliki anak berusia dewasa sehingga tidak menggunakan jasa orang-orang yang membantu pekerjaan domestik karena anak sudah dapat bekerjasama dalam pekerjaan rumahtangga. Walaupun beban kerja yang dipikul menjadi lebih banyak dan kelelahan fisik menjadi semakin berat, namun responden yang tidak menggunakan jasa orang lain tetap menjalankan tugas domestik dan tugas publik dengan baik. Namun masih terdapat beberapa pekerjaan rumah yang tidak bisa mereka kerjakan dengan maksimal yakni memasak dan membersihkan rumah karena keterbatasan waktu yang mereka miliki. Kiat yang mereka lakukan untuk mengatasi kekurangan tersebut ialah dengan pembagian waktu yang lebih baik lagi, ataupun membeli makanan jadi dari luar.

5.4.2 Dukungan dari Suami

Dukungan suami adalah dukungan yang dapat mempengaruhi peran ganda wanita. Dukungan ini berpengaruh terhadap karier seorang istri sebab secara psikologis dukungan dari suami dapat membangkitkan psikologis seorang istri sehingga berpengaruh terhadap kinerjanya. Berdasarkan penelitian Wahyuningsih, dkk (1998) suami perlu meningkatkan pengertian dan dukungan agar istri dapat mengerjakan pekerjaan domestik dan publik dengan baik.

Dalam penelitian ini dukungan dari suami dibagi menjadi 2 kategori yakni rendah dan tinggi. Dukungan ini diukur dengan 12 pertanyaan tentang dukungan suami terhadap istri. Dukungan dari suami dikatakan tinggi apabila suami sangat mendukung karier dan pekerjaan istrinya dengan memberikan izin bekerja, berkarier serta mau bekerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan rumahtangga. Dukungan dari suami dikatakan rendah apabila suami kurang mendukung terhadap karier dan pekerjaan istrinya, dengan tidak memberikan izin bekerja, berkarier serta tidak mau bekerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan rumahtangga. Jumlah dan persentase responden berdasarkan dukungan dari suami terhadap istri di Kelurahan Menteng Bogor disajikan dalam Tabel 14.

(13)

Tabel 14. Jumlah dan persentase responden berdasarkan dukungan dari suami terhadap istri di Kelurahan Menteng Bogor, tahun 2009.

Dukungan dari Suami Jumlah (orang) Persentase (%)

Tinggi 36 92

Rendah 3 8

Total 39 100

Berdasarkan Tabel 14 sangat jelas terlihat bahwa sebagian besar responden 36 orang (92 persen) mendapat dukungan suami yang tinggi. Para suami mendukung dalam hal moril maupun turut membantu pekerjaan rumahtangga. Suami tidak merasa terganggu apabila istri bekerja di luar rumah karena beberapa alasan. Alasan utama yang dikemukakan 13 orang (33 persen) responden ialah suami percaya penuh pada istri dapat melaksanakan dua kewajibannya dengan baik. Selain itu suami mendukung istri bekerja di luar rumah karena hasil yang diperoleh oleh istri juga dapat turut meningkatkan perekonomian keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini dikemukakan oleh 13 orang (33 persen) responden lainnya. Disamping itu suami mereka menganggap bahwa bekerja tidak akan mengganggu tugas sebagai ibu rumahtangga.

Walaupun dukungan suami terhadap istri cukup besar, namun bagi 9 orang responden (23 persen) terdapat situasi-situasi tertentu dimana suami kurang mendukung istri, yakni pada saat istri harus mengikuti dinas, pelatihan, ataupun rapat di luar kota. Apabila terdapat masalah tersebut solusi yang dilakukan 19 orang (49 persen) responden untuk mengatasi masalah ialah dengan memberi pengertian dan menjelaskan acara yang akan diikuti kepada suami.

Selain memberi dukungan moril suami juga turut membantu pekerjaan istri walaupun jumlah bantuannya tidak begitu besar, bantuan yang paling banyak dilakukan suami menurut 20 orang responden (51 persen) antara lain membersihkan rumah. Selain itu terdapat 8 orang (21 persen) responden yang mendapat bantuan dari suami untuk mengasuh anak. Seluruh suami responden (100 persen) juga turut memberikan pengertian kepada anak-anak bahwa ibunya ialah seorang karyawati.

(14)

5.5 Hubungan Dukungan dari Luar terhadap Beban Ganda

Hubungan antara dukungan dari luar dengan beban ganda dianalisis dengan menggunakan tabulasi silang dan uji Rank Spearman. Tabel 15 akan menjelaskan hasil tabulasi silang dukungan dari luar dan beban ganda.

Tabel 15. Jumlah dan Presentase Dukungan dari Luar Terhadap Beban Ganda Responden di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun 2009.

Beban Ganda Dukungan dari Luar

Total Tinggi

n (persentase) Rendah n (persentase)

Tinggi 20 (56) 3 (100) 23 (59)

Rendah 16 (44) 0 (0) 16 (41)

Total 36 (100) 3 (100) 39 (100)

Keterangan: p-value: 0,140 Taraf nyata ( : 0,2) Koefisien korelasi: -0,241

Hasil penelitian menyatakan bahwa secara proporsional sebagian besar wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor yang mempunyai beban ganda tinggi lebih banyak mendapatkan dukungan dari luar rendah yakni 100 persen, apabila dibandingkan dengan wanita dengan beban ganda tinggi yang mendapatkan dukungan dari luar tinggi yakni hanya 56 persen. Demikian halnya dengan wanita yang mempunyai beban ganda rendah lebih banyak yang mendapatkan dukungan dari luar tinggi, yakni 44 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan semakin tinggi dukungan dari luar, beban ganda makin rendah.

Hasil ini dibuktikan oleh hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa korelasi antara dukungan dari luar dan peran ganda nyata, berdasarkan dari nilai p-value (0,140) yang lebih kecil dari alpha (0.2). Arah hubungan dukungan dari luar dengan beban ganda negatif sesuai dengan koefisien korelasi (- 0,241), hal ini menandakan bahwa semakin tinggi dukungan dari luar maka beban ganda makin rendah. Dengan demikian hipotesis awal yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara beban ganda dan dukungan dari luar, semakin tinggi dukungan dari luar, maka beban ganda seseorang akan semakin rendah terbukti.

Sementara itu baik pada dukungan dari luar tinggi, maupun rendah lebih banyak jumlah yang tersebar dalam kategori beban ganda tinggi. Hal ini menandakan bahwa walaupun dukungan dari luar cukup tinggi (92 persen), para wanita menikah yang bekerja tetap tidak diringankan oleh bantuan tersebut,

(15)

nampak dari masih banyaknya beban wanita bekerja yang masih tinggi (59 persen). Seharusnya semakin banyak responden yang mendapatkan dukungan tinggi, semakin banyak responden yang diringankan beban kerjanya.

Besarnya dukungan dari luar yang besar terhadap wanita dapat meringankan sebagian beban kerja wanita secara fisik maupun psikis. Dalam penelitian ini beban ganda diukur dari jam kerja publik dan domestik. Mungkin saja dukungan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik maupun suami mengurangi jam kerja yang seharusnya dilakukan wanita. Berdasarkan hasil penelitian jam kerja yang dilakukan oleh orang-orang yang membantu pekerjaan domestik (Tabel 12 halaman 41), sebagian besar yakni 23 orang (59 persen) responden berada dalam kategori tinggi. Kategori tinggi menandakan bahwa orang-orang yang membantu pekerjaan domestik melakukan pekerjaan rumahtangga sebanyak lebih dari tujuh jam sehari. Rata-rata wanita mendapatkan keringanan tugas domestik sebanyak 7 jam perhari. Adanya orang-orang yang membantu pekerjaan domestik bukan berarti wanita tidak mempunyai beban ganda sama sekali. Adanya bantuan dari orang-orang yang membantu pekerjaan domestik bukan berarti wanita dapat terlepas dari tugas domestik, karena masih terdapat esensi ideologi gender yang belum dilepas sepenuhnya bahwa wanita masih harus bekerja rumahtangga. Orang-orang yang membantu pekerjaan domestik banyak mengerjakan pekerjaan rumahtangga sewaktu wanita sedang kerja publik, seusai pulang bekerja wanita masih harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumahtangga walaupun tidak begitu berat. Dukungan dari suami lebih bersifat dukungan moril terhadap wanita, walaupun ada beberapa pekerjaan yang dibantu oleh suami selama istrinya mengerjakan pekerjaan lain namun kontribusinya belum begitu besar. Hal ini mengakibatkan beban ganda yang dipikul oleh wanita masih cukup besar, seperti yang diungkapkan MRT (34 tahun)

“...orang-orang yang membantu pekerjaan domestik saya mah kerjanya pulang pergi mba kan rumahnya deket, pas saya lagi ngantor dia nyuci baju, ngasuh anak, sama beberes rumah, sekalian jagain rumah. Tapi setelah saya pulang kantor, dia juga pulang ke rumahnya, jadi saya masih harus masak sama jagain anak setelah pulang kantor. Lumayan lah jadi nggak terlalu capek, rumah udah rapih...”

(16)

Pernyataan MRT menggambarkan walaupun sudah ada peran orang- orang yang membantu pekerjaan domestik yang menggantikan pekerjaan rumahtangga, namun masih terdapat esensi ideologi gender yang menuntut seorang wanita bahwa masih memiliki tugas utama yakni mengurus rumahtangga.

5.6 Ikhtisar

Ideologi gender sebagian besar (90%) wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor ialah rendah. Ideologi Gender yang telah melemah hanya setaraf wanita boleh bekerja publik di luar rumah, masih terdapat esensi penting dalam ideologi gender yang mengakibatkan beban wanita tidak berubah, yakni tetap memiliki tanggung jawab pada kerja domestik.

Dukungan dari luar yang terdapat pada sebagian besar (92%) wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor ialah tinggi, namun dukungan ini belum mengurangi beban ganda wanita. Hal ini karena ideologi gender yang telah melemah hanya setaraf pada wanita boleh bekerja publik di luar rumah, di sisi lain masih terdapat esensi penting dalam ideologi gender yang masih dianut wanita kerja yang mengakibatkan beban kerja wanita tidak berubah, yakni tetap memiliki tanggung jawab tinggi pada kerja domestik. Beban ganda yang dipikul oleh wanita masih ada, karena seusai pulang bekerja wanita masih harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumahtangga. Hal inilah yang menjadikan mengapa wanita yang sudah melemah ideologi gendernya masih memiliki peran ganda yang tinggi.

Gambar

Tabel  6  akan  menggambarkan  jumlah  dan  persentase  responden  berdasarkan  beban kerja dilihat dari pekerjaan domestik dan publik
Tabel 8. Jumlah  dan  Persentase  Responden  terhadap  Ideologi  Gender  di  Kelurahan Menteng Bogor, Tahun 2009
Tabel 9. Jumlah  dan  Persentase  Responden  Berdasarkan  Pandangan  Wanita  Bekerja Terhadap Ideologi Gender di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun  2009
Tabel 10. Jumlah  dan  Presentase  Berdasarkan  Hubungan  Ideologi  Gender  terhadap Beban Ganda Responden di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun  2009
+3

Referensi

Dokumen terkait

Negeri Negeri Principal (Penagih) di Surabaya Principal (Penagih) di Surabaya Bank NSC Surabaya (Remitting Bank) Bank NSC Surabaya (Remitting Bank) Bank NSC Kantor Pusat

Jika murid laki-laki yang hadir 1152 orang, jumlah murid disekolah tersebut

(2) Dalam hal orang tua tidak ada atau tidak diketahui keberadaannya atau karena suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya maka kewajiban dan

User Access Verification Password: – Lakukan “enable” dengan password “zebra” Router> en Password: –

jarannya kepada guru keterampilan agar dapat membelajarkan kepada siswa yang lebih efektif dan ino- vatif. Pembelajaran berbasis kom- petensi diharapkan mampu

Berdasarkan data pada ranah psikomotor diperoleh kesimpulan bahwa nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol, hasil tersebut sama dengan

Angkasa Pura II (Persero) pada tahun 2012 dan 2013 semester 1, (2) mengklasifikasikan skor masing-masing indikator pada aspek keuangan, aspek operasional, dan