• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, makan saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

• Perlu pengkajian terhadap variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi usia menarche, seperti sosioekonomi, kesehatan umum, geografi dan keadaan psikologis.

• Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan pemeriksaan lemak subkutan dan hormon estrogen untuk mengetahui hubungan status gizi terhadap usia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pubertas 2.1.1 Masa Pubertas

Pubertas adalah suatu proses peralihan untuk tercapainya maturitas reproduksi (Nakamoto, 2010). Pubertas dimulai dengan awal berfungsinya ovarium. Pubertas berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi dengan mantap dan teratur. (Sarwono, 2008)

Secara klinis pubertas mulai dengan timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan reproduksi. Pubertas pada wanita dimulai kira-kira pada umur 8-13 tahun (Pulungan, 2010). Awal pubertas dipengaruhi oleh bangsa, gizi, dan kebudayaan. Pada abad ini secara umum ada pergeseran permulaan pubertas ke arah umur yang lebih muda, yang diterangkan dengan meningkatnya kesehatan umum dan nutrisi. Kejadian penting dalam pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche, dan perubahan psikis. (Sarwono, 2008)

Perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada masa pubertas adalah akibat meningkatnya kadar hormon seks yang dihasilkan oleh gonad dan kelenjar adrenal. Sebelum pubertas, steroid gonad dalam jumlah kecil mampu menekan aktivasi hipotalamus dan hipofisis. Dengan onset pubertas,

gonadotropin-releasing hormone (GnRH) secara progresif menjadi kurang peka terhadap efek

supresi steroid seks, akibatnya kadar LH dan FSH meningkat, dan kemudian menstimulasi gonad. (Pulungan, 2010)

2.1.2 Tanda Pubertas

Perkembangan pubertas pada anak perempuan biasanya dimulai dengan

telarche, namun sekitar 15% dari perempuan normal mengalami perkembangan

rambut pubis yang mendahului perkembangan payudara. Tanner menyusun perkembangan payudara dan rambut pubis seperti terlihat pada gambar dan tabel dibawah ini. (Pulungan 2010)

Gambar 2.1. Pola Pertumbuhan Payudara dan rambut pubis pada perempuan

Tabel 2.1. Tahap perkembangan fisik pada anak perempuan pada masa pubertas

Tahap Payudara Rambut Pubis

1 Prapubertas Tidak ada rambut pubis

2 Breast budding, menonjol

seperti bukit kecil, areola melebar

Jarang, berpigmen sedikit, lurus, atas medial labia

3 Payudara dan areola membesar, tidak ada kontur pemisah

Lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah

4 Areola dan papilla membentuk bukit kedua

Kasar, keriting, belum sebanyak dewasa

5 Bentuk dewasa, papilla

menonjol, areola sebagai bagian dari kontur buah dada

Bentuk segitiga seperti pada perempuan dewasa, tersebar sampai medial paha

Sumber : Pulungan, 2010. Buku Ajar Endokrinologi Anak

2.1.3 Perubahan Hormonal Pada Pubertas

Pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan GnRH dari hipotalamus, diikuti oleh urutan perubahan sistem endokrin. Kemudian urutan ini diikuti dengan timbulnya tanda seks sekunder, pacu tumbuh, dan kesiapan untuk reproduksi. Pada saat lahir GnRH meningkat secara periodik setelah pengaruh estrogen dari plasenta hilang. Keadaan ini berlangsung sampai usia 4 tahun ketika susunan saraf pusat menghambat sekresi GnRH. Pubertas normal diawali oleh terjadinya aktivasi aksis hipotalamus-hipofisis-gonad dengan peningkatan GnRH secara menetap. (Batubara, 2010)

Pada anak perempuan, mula-mula akan terjadi peningkatan FSH pada usia sekitar 8 tahun kemudian diikuti oleh peningkatan LH. Pada periode selanjutnya, FSH akan merangsang sel granulosa untuk menghasilkan estrogen dan inhibin. Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-tanda seks sekunder sedangkan inhibin berperan dalam kontrol mekanisme umpan balik pada aksis

hipotalamus-hipofisis-gonad. Hormon LH berperan pada proses menarche dan merangsang timbulnya ovulasi. (Batubara, 2010)

2.1.4 Pubertas Prekoks

Pubertas dikatakan prekoks jika tanda-tanda seks sekunder timbul sebelum usia 8 tahun pada anak perempuan atau sebelum usia 9 tahun pada anak laki-laki. Pubertas prekoks diklasifikasikan menjadi pubertas prekoks sentral dan pubertas prekoks perifer. Pubertas prekoks sentral disebabkan oleh aktivasi dini aksis hipotalamus-hipofisis-gonad. Pubertas prekoks perifer disebabkan oleh stimulasi hormon steroid seks. (Pulungan, 2010)

2.1.5 Pubertas Terlambat

Pubertas terlambat didefinisikan sebagai tidak timbulnya tanda-tanda seks sekunder pada usia 13 tahun untuk anak perempuan dan pada usia 14 tahun untuk anak laki-laki. Penyebab patologis pubertas terlambat lebih jarang ditemukan. Pubertas terlambat diklassifikasikan menjadi constutional delay of growth and

puberty, hipogonadotropik hipogonad dan hipergonadotropik hipogonad.

(Pulungan, 2010)

2.2 Menarche

Menarche merupakan permulaan siklus menstruasi. Hal ini diakibatkan

kenaikan sekresi hormon gonadotropin oleh hipofisis yang terjadi secara perlahan, dimulai pada sekitar tahun kedelapan kehidupan dan puncaknya pada usia 13 tahun. Kelenjar hipofisis dan ovarium yang infantil akan mampu menjalankan fungsi penuh apabila dirangsang secara tepat. Hipofisis akan secara progresif mulai mensekresikan lebih banyak FSH dan LH, yang menyebabkan dimulainya siklus bulanan. Baik FSH maupun LH merangsang sel target ovarium dengan cara bergabung dengan reseptor FSH dan LH. Selanjutnya, reseptor yang diaktifkan akan meningkatkan laju kecepatan sekresi dari sel dan meningkatkan proliferasi sel. Hormon seksual (estrogen dan progesteron) akan menstimulus uterus dan

kelenjar payudara agar kompeten untuk memungkinkan terjadinya ovulasi. Ovulasi yang tidak dibuahi akan memicu terjadinya menstruasi. (Guyton, 2008)

2.3 Siklus Menstruasi

Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus menstruasi yang normal adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas. Lama menstruasi biasanya antara 3-5 hari dan bisa sampai 7-8 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc. (Sarwono, 2008)

Siklus haid normal dibagi kedalam dua fase, yaitu fase folikuler dan fase luteal. Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus menstruasi disebabkan oleh mekanisme umpan balik antara hormon steroid dan gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH sedangkan terhadap LH menyebabkan umpan balik negatif jika kadarnya rendah dan umpan balik positif bila kadarnya tinggi. (Sarwono, 2008)

Pada fase folikuler dini, beberapa folikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Dengan berkembang folikel, produksi estrogen meningkat dan ini menekan produksi FSH. Folikel yang akan berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia, sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. LH juga meningkat tetapi hanya membantu pembuatan estrogen dalam folikel. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma jelas meninggi, yang kemudian memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik dan dengan lonjakan LH ditengah siklus akan mengakibatkan ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal. Pecahnya folikel terjadi 16-24 jam setelah lonjakan LH. (Sarwono, 2008)

Fase luteal berlangsung sekitar 7-14 hari (setelah masa ovulasi) dan berakhir sesaat sebelum menstruasi terjadi dan sesudah folikel pecah. Terbentuklah korpus luteum yang menghasilkan peningkatan produksi progesteron. Progesteron menyebabkan penebalan endometrium. Pada serviks, mukus menebal agar sperma atau bakteri tidak masuk ke uterus. Selain itu terjadi

peningkatan suhu tubuh selama fase ini dan menetap sampai periode menstruasi dimulai. Kadar estrogen pada fase ini menjadi tinggi untuk menstimulasi endometrium agar menebal. (Sarwono, 2008)

Kunci dari siklus menstruasi tergantung dari perubahan-perubahan kadar estrogen. Hubungan antara folikel dan hipotalamus bergantung pada fungsi estrogen, yang menyampaikan pesan-pesan berupa umpan balik positif dan negatif. Segala keadaan yang menghambat produksi estrogen dengan sendirinya akan mempengaruhi siklus menstruasi yang normal. (Sarwono, 2008)

Gambar 2.2 Siklus Menstruasi Sumber : William's Obstetrics, 2010

2.4 Status Gizi

Kebutuhan gizi individu bervariasi sesuai dengan perbedaan genetik dan metabolik. Gizi yang baik membantu mencegah penyakit dan mengembangkan kemampuan fisik dan mental. (Nelson, 2000)

Penilaian status gizi dilakukan dengan 4 cara pengkajian yaitu pemeriksaan klinis, analisis diet, pemeriksaan antropometri dan pemeriksaan laboratorium. (Pulungan, 2010)

Pemeriksaan laboratorium dan analisis diet dilakukan sesuai indikasi klinis. Diagnosa klinis merupakan salah satu pertimbangan dalam memformulasikan rencana pemberian nutrisi. (UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, 2011)

Pemeriksaan antropometri sering digunakan untuk menentukan bagaimana status gizi di suatu daerah, khususnya untuk mengidentifikasi adanya gizi buruk dan selanjutnya digunakan untuk melakukan intervensi nutrisi. Pengukuran antropometri minimal pada anak umumnya meliputi pengukuran berat badan, panjang atau tinggi badan, dan lingkar kepala (dari lahir sampai umur 3 tahun). Pengukuran ini dilakukan berulang secara berkala untuk mengkaji pertumbuhan jangka pendek, jangka panjang dan status gizi. (Pulungan, 2010)

Berat badan merupakan penghitungan rata-rata dari status gizi secara umum yang memerlukan data lain seperti umur, jenis kelamin, dan panjang badan atau tinggi badan untuk menginterpretasikan data tersebut secara optimal. Tinggi badan mencerminkan status gizi jangka panjang seorang anak. (Pulungan, 2010)

Prinsip penentuan status gizi dengan pemeriksaan antopometri adalah menentukan proporsi berat badan menurut tinggi badan, bukan berat badan menurut umur atau tinggi badan menurut umur. Berat badan menurut tinggi badan memberikan berbagai informasi akan pertumbuhan dan status gizi pada seorang anak. Berat badan menurut tinggi badan lebih akurat dalam menetapkan dan mengklasifikasikan status gizi pada seorang anak. (Pulungan, 2010)

Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan ialah grafik World

Health Organization (WHO) 2006 untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik

usia di atas 5 tahun digunakan grafik CDC 2000 dengan pertimbangan grafik WHO 2006 tidak memiliki grafik Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB. (UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, 2011)

Berat badan menurut tinggi badan dihitung dengan membagi berat badan aktual dengan berat badan ideal kemudian dikalikan dengan 100%. Berat badan ideal didapat dengan menggunakan grafik CDC 2000. Menurut grafik CDC 2000, status gizi dibagi menjadi 5 kelompok. (UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, 2011)

Tabel 2.2. Penentuan status gizi menurut grafik CDC 2000

Status Gizi BB/TB (% median)

Obesitas >120

Overweight >110

Normal >90

Gizi Kurang 70-90

Gizi Buruk <70

Gambar 2.3 Grafik CDC 2000

2.5 Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche

Walaupun keturunan merupakan faktor utama dalam terjadinya menarche, namun banyak faktor yang mempengaruhi menarche, yaitu status gizi, kesehatan dan juga sosioekonomi. (Pejhan, 2011)

Banyak penelitian yang menyatakan obesitas pada anak merupakan faktor cepatnya terjadi menarche. Hal ini diakibatkan karena lemak dalam tubuh menyebabkan sekresi leptin, yang kemudian menstimulasi hipotalamus sehingga terjadi sekresi berlebihan dari GnRH. Selanjutnya GnRH akan menstimulasi hipofosis anterior untuk mengeluarkan FSH dan LH, diikuti pengeluaran dari estrogen dan androgen oleh ovarium dan menyebabkan terjadinya percepatan pubertas, terutama menarche. (Ayu, 2010)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pubertas merupakan masa transisi antara masa anak-anak dengan dewasa yang dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisik maupun psikologis yang timbul karena adanya perubahan-perubahan aktivitas endokrin secara terus menerus dan teratur. Perubahan fisik yang terjadi selama proses ini, diikuti oleh perkembangan ciri-ciri seksual sekunder, perubahan komposisi tubuh serta perubahan maturasi tulang yang cepat, dan diakhiri dengan penyatuan epifisis serta terbentuknya perawakan dewasa. Awitan pubertas pada anak perempuan ditandai oleh pertumbuhan payudara, pertumbuhan puncak kecepatan tinggi badan, dan menarche. (Pulungan, 2010)

Menarche adalah suatu permulaan masa menstruasi (Dorland, 2002). Menarche diakibatkan dari perubahan hormonal, yaitu peningkatan follicle-stimulating hormone (FSH) pada usia sekitar 8 tahun kemudian diikuti

peningkatan luteinizing hormone (LH), yang beperan dalam proses menarche. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi menarche, antara lain faktor genetik, status gizi, dan lingkungan. (Batubara, 2010)

Studi epidemiologis mengungkapkan fenomena yang menunjukan fakta bahwa usia menarche wanita di berbagai belahan dunia akhir-akhir ini semakin cepat. Penurunan usia menarche mungkin mencerminkan status gizi yang lebih baik dan membaiknya kesehatan umum. (Nelson, 2000)

Pada tahun 1965, remaja putri Indonesia mengalami menarche pada usia 13-14 tahun, sedangkan di tahun 2010 pada usia 11-12 tahun. (RISKESDAS, 2010)

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang diukur dengan antropometri. Antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh manusia dalam hal ini dimensi tulang, otot dan jaringan lemak. (Cogill, 2001)

Indikator status gizi sangat esensial dalam interpretasi klinik dari pengukuran pertumbuhan. Setiap pengkajian nutrisi memerlukan satu atau lebih

dari indikator untuk interpretasi. Berat badan menurut tinggi badan merupakan salah satu indikator yang memberikan berbagai informasi akan pertumbuhan dan lebih akurat dalam menetapkan dan mengklasifikasikan status gizi pada seorang anak. (Maqbool, 2008)

Menurut Freedman et al, di Amerika dijumpai anak perempuan obesitas lebih cepat mengalami menarche daripada anak perempuan yang gizi kurang. Anak perempuan dengan status gizi obesitas mengalami menarche kurang dari usia 12 tahun. Di Surabaya dijumpai anak perempuan obesitas lebih cepat mengalami menarche dengan usia rata-rata 11,6 tahun sedangkan pada anak yang tidak obesitas mengalami menarche pada usia rata-rata 12,2 tahun (Ayu, 2010) . Anak-anak dengan kelebihan berat badan dilaporkan mengalami menarche di usia yang lebih muda karena lemak pada tubuh dapat mengakibatkan sekresi berlebihan dari GnRH yang kemudian akan menyebabkan peningkatan kecepatan dari pubertas . (Akbar et al, 2011)

Dari data-data yang dilaporkan terdapat hubungan antara status gizi dengan usia menarche, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada anak di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah ada hubungan antara status gizi anak terhadap usia menarche ?

1.3 Tujuan Penilitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan usia menarche. 1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui rata-rata status gizi pada anak di sekolah Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah.

2. Untuk mengetahui rata-rata usia menarche pada anak di sekolah Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah

1. Menambah ilmu pengetahuan di bidang endokrinologi dan ginekologi, khususnya tentang hubungan status gizi terhadap usia menarche pada anak.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya pada anak dalam mengontrol status gizi untuk mencapai perkembangan seksual yang normal dan menghindari terjadinya keterlambatan menarche.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya peran penilaian status gizi dan usia menarche dalam menentukan derajat kesehatan remaja di Indonesia.

4. Memberikan data bagi peneliti lain di bidang endokrinologi anak tentang hubungan antara status gizi terhadap usia menarche pada anak.

ABSTRAK

Pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak ke dewasa dimana terjadi perubahan fisik maupun psikologis karena aktivitas endokrin. Awitan pubertas pada anak perempuan ditandai dengan menarche yang merupakan permulaan menstruasi. Saat ini, usia menarche anak perempuan semakin cepat. Hal ini mungkin mencerminkan membaiknya status gizi dan kesehatan umum.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan status gizi terhadap usia

menarche pada anak SD dan SMP YPSA.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain potong lintang (cross-sectional). Pemilihan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran berat dan tinggi badan serta wawancara untuk mengetahui usia menarche pada 35 sampel. Data selanjutnya dianalisa dengan menggunakan Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapart hubungan antara status gizi terhadap usia menarche (p=0.713) dan rata-rata anak mengalami menarche pada usia 12 tahun.

ABSTRACT

Puberty is a transition phase from children to adult where there are changes in physics and psychologies caused by endocrine activity. Onset of puberty in girls marked by menarche which is the start of menstruation. Now, onset of menarche becomes early. It might be caused by better nutritional status and general health.

The aim of this research is to find out association between nutritional status and onset of menarche in elementary and junior high school girls of YPSA.

This research is an analytical study with cross-sectional design. Data were collected by measuring weight and height and interview to find out onset of menarche of 35 samples. Data were analyzed with Chi-Square method.

Result of the study shows that there is no association between nutritional status with onset of menarche (p=0.713) and average age of menarche is 12 years old.

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP USIA MENARCHE PADA ANAK SD DAN SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL

AMALIYYAH

Oleh:

Annisa Putri Siregar 100100009

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Status Gizi Terhadap Usia Menarche Pada Anak SD dan SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah

Nama : Annisa Putri Siregar NIM : 100100009

Pembimbing Penguji I

(Prof. dr. Yasmeini Yazir)

NIP.

(dr. Anita Rosari Dalimunthe, Mked(PD). SpPD) Penguji II NIP. (dr. Harry A. Asroel, SpTHT) Medan, 24 Desember 2013 Dekan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP. 195 402 201 980 111 001

ABSTRAK

Pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak ke dewasa dimana terjadi perubahan fisik maupun psikologis karena aktivitas endokrin. Awitan pubertas pada anak perempuan ditandai dengan menarche yang merupakan permulaan menstruasi. Saat ini, usia menarche anak perempuan semakin cepat. Hal ini mungkin mencerminkan membaiknya status gizi dan kesehatan umum.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan status gizi terhadap usia

menarche pada anak SD dan SMP YPSA.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain potong lintang (cross-sectional). Pemilihan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran berat dan tinggi badan serta wawancara untuk mengetahui usia menarche pada 35 sampel. Data selanjutnya dianalisa dengan menggunakan Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapart hubungan antara status gizi terhadap usia menarche (p=0.713) dan rata-rata anak mengalami menarche pada usia 12 tahun.

ABSTRACT

Puberty is a transition phase from children to adult where there are changes in physics and psychologies caused by endocrine activity. Onset of puberty in girls marked by menarche which is the start of menstruation. Now, onset of menarche becomes early. It might be caused by better nutritional status and general health.

The aim of this research is to find out association between nutritional status and onset of menarche in elementary and junior high school girls of YPSA.

This research is an analytical study with cross-sectional design. Data were collected by measuring weight and height and interview to find out onset of menarche of 35 samples. Data were analyzed with Chi-Square method.

Result of the study shows that there is no association between nutritional status with onset of menarche (p=0.713) and average age of menarche is 12 years old.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat yang telah diberikan selama ini sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Status Gizi Terhadap Usia Menarche pada Anak SD dan SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah”.

Selama proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, saya menerima banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang tua saya, Henry Salim Siregar dan Melda Deliana Armys yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang tidak ada habisnya kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini bisa diselesaikan.

2. Adik saya, Ashila Pritta Siregar yang selalu memberikan semangat dalam pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakutlas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. dr. Yasmeini Yazir selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk dapat memberikan bimbingan, saran, motivasi serta semangat sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.

5. dr. Mutiara Indah Sari selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan perhatian, semangat dan motivasi kepada saya.

6. dr. Anita Rosari Dalimunthe, Mked(PD), Sp.PD dan dr. Harry A. Asroel, Sp.THT selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan nasehat dalam penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Pihak Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian ini.

8. Fenny dan Jane yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam menghadapi kemudahan dan kesulitan dalam proses pengerjaan hingga sidang hasil Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Sahabat terbaik saya, Hasfi Fauzan Raz, M. Haritsyah Warli, Octisa Almira, Elvita Nora, Asyifa Zulinanda, Eristantya, Annisa Febrina, Dhaifina, Cut

Keumala, Cut Putri, Aida Violiny, Aisha Citra Nissa, Faridz Syahrian dan Mufti Muhammad yang telah memberikan bantuan tanpa batas dan semangat serta motivasi dalam pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Teman-teman stambuk 2010 dan seluruh pihak yang telah membantu pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat saya sebut satu-persatu.

Saya menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat banyak kelemahan-kelemahan, baik dalam hal penulisan, isi, maupun metode penelitiannya. Oleh karena itu, saya mengharap kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, Desember 2013 Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

Dokumen terkait