• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pemeriksaan ektoparasit selain dari infeksi kecacingan dan perlu dilakukan pemeriksaan endoparasit pada ikan sapu-sapu. Hal ini berguna untuk mengetahui tingkat keamanan ikan sapu-sapu sebagasi ikan konsumsi saat ini. Selain itu dalam pemanfaatannya, ikan sapu-sapu perlu dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi agar meminimalisir tingkat kontaminasi logam berat dan parasit yang terdapat pada ikan tersebut.

38

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E., & Liviawaty, E. (1992). Pengendalian hama dan penyakit ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Armbruster, J. W. (2004). Phylogenetic relationships of the suckermouth armoured catfishes (Loricariidae) with emphasis on the Hypostominae and the Ancistrinae. Zoological Journal of the Linnean Society, 141(1), 1- 80. DOI: 10.1111/j.1096-3642.2004.00109.x.

Armbruster, J. W., & Page, L. M. (2006). Redescription of Pterygoplichthys punctatus and description of a new species of Pterygoplichthys (Siluriformes: Loricariidae). Neotropical Ichthyology, 4(4), 401-409.

DOI: 10.1590/s1679-62252006000400003.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2018). Perkembangan temuan parasit cacing pada produk ikan makerel kaleng. Diakses dari https://pom.go.id/new/more/, pada 4 November 2019.

Bailey, J. A. (1984). Principles of Wildlife Management. Colorado State University. USA.

Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi KKP. (2013). Database nilai gizi ikan. Diakses dari http://www.bbp4b.litbang.kkp.go.id/, pada 12 Maret 2018.

Balai Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta. (2011). Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta.

Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum Ciliwung. (2013). Laporan Rencana Pengelolaan DAS Ciliwung Terpadu Tahun 2013.

Boyd, C. E. (1990). Water quality in ponds for aquaculture. Birmingham Publishing Co. Birmingham, Alabama.

Buchmann, K., & Bresciani, J. (2001). An introduction to parasitic diseases of freshwater trout. DSR Publisher. Denmark.

Dawes, D. (1956). The trematoda. The Syndics of The Cambridge University Press. Cambridge.

Diansari, RR. V. R., Arini, E., & Elfitasari, T. (2013). Pengaruh kepadatan yang berbeda terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada sistem resirkulasi dengan filter zeolit. Jurnal Aquakultur Manajemen dan Teknologi, 2(3), 37-45.

39

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. (2017). Laporan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mengenai kualitas air Sungai Ciliwung. Diakses dari https://www.medcom.id/nasional/metro/VNnRYxXN-kualitas-air-ciliwung-mencemaskan, pada 9 Desember 2018.

Dogiel, V. A. G, Petrushevki, G. K., & Polyanski, I. (1961). Parasitology of fishes. T. F. H. Publisher. Hongkong.

Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Elfira, F. (2014). Penerapan analisis faktor untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam memilih jurusan matematika Fakultas Sains dan Teknologi Islam Negeri Alauddin Makasar. Skripsi. Makasar. Ende, O. V. D. (2014). Burrowing by sailfin catfish (Pterygoplichthys sp.): A

potential cause of erosion in disturbed environments. Aquatic Nuisance Species, 14 (1), 1-9.

Food and Agriculture Organization. (2005). Corporate document repository. Diakses dari http://www.fao.org/DOCREP/004, pada 18 Maret 2018.

Geerinckx, T., Brunain, M., Herrel, A., Aerts, P., & Adriaens, D. (2007). A head with a suckermouth: A fuctional-morphological study of the head of the suckermouth armoured catfish Ancistrus cf. triradiatus (Loricariidae, Siluriformes). Belgian Journal of Zoology, 137(1), 47-66.

Grabda, J. (1991). Marine fish parasitology: An Outline. Polish Scientific Publishers, Warsawa. New York.

Handajani, H. (2005). Parasit dan penyakit ikan. UMM Press. Malang.

Hardi. (2013). Analisis kandungan logam berat merkuri (Hg) pada daging ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) di Sungai Ciliwung. Diakses dari http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/64582, pada 31 Januari 2019. Hendrawan, D., Fachrul, M. F., Nugrahadi. A. A., & Sitawati, A. (2005).

Perubahan guna lahan terhadap kualitas air di DAS Ciliwung. Loporan Penelitian Unggulan Trisakti VII. Lemlit Usakti. Jakarta.

Hermanto, S. (2014). Karakteristik fisikokimia gelatin kulit ikan sapu-sapu (Hyposarcus pardalis) hasil ekstraksi asam. Jurnal Kimia Valensi, 4(2), 109-120. DOI: 10.15408/jkv.v0i0.3608.

Hossain, M. Y., Vadas, R. L., Ruiz-Carus, R., & Galib, S. M. (2018). Amazon sailfin catfish Pterygoplichthys pardalis (Loricariidae) in Bangladesh. A critical review of its invasive threat to native and endemic aquatic species. Fishes, 3 (14), 1-12. DOI: 10.3390/fishes3010014.

International River Foundation. (2011). Help Save The Ciliwung River Indonesia. Diakses dari http://www.riverfoundation.org.au/event.php?e=1289, pada 31 Januari 2019.

Ismi, L. N., Elfidasari, D., Puspitasari, R. L., & Sugoro, I. (2019). Kandungan 10 jenis logam berat pada daging ikan sapu-sapu (Pterygopplichthys pardalis) asal Sungai Ciliwung Wilayah Jakarta. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, 5(2), 56. DOI: 10.36722/sst.v5i2.350.

Jithendran, K. P., Vijayan, K. K., Alavandi, S. V., & Kailasam, M. (2005). Benedenia epinepheli (Yamaguti 1937), a monogenean parasite in captive broodstock of grouper, Epinephelus tauvina (Froskal). Asian Fisheries Science, 18, 121.

Kabata, Z. (1985). Parasites and disease of fish cultured in the tropics. Taylor and Francis. London.

Keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995. Tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/ Badan Air Serta Baku Limbah Cair di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. (2010). Jumlah spesies ikan air tawar asli Sungai Ciliwung menciut 92,5 persen. Diakses dari http://biologi.lipi.go.id/index.php/laboratorium-zoologi/ekologi-hewan/, pada 19 Maret 2019.

Lestari, W. (2014). Dampak introduksi ikan di perairan. Laboran Ekologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Mantra, I. B. (2001). Langkah-langkah penelitian survei, usulan penelitian dan laporan penelitian. Badan Penerbit Fakultas Geografi, UGM. Yogyakarta. Marimin. (2010). Komoditi ikan konsumsi, peluang, dan tantangan. IPB. Bogor. Martin, K. L. M., & Graham, J. B. (1998). Air-breathing fishes: evolution,

diversity, and adaptation. Copeia, 1998(1), 254. DOI: 10.2307/1447734. Moller, H., & Anders, K. (1986). Diseases and parasites of marine fishes. Verlag

Moller. Germany.

Murdy, E. O., Kottelat, M., Whitten, A. J., Kartikasari, N., & Wirjoatmodjo, S. (1994). Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Copeia, 1994(3), 830. DOI: 10.2307/1447208.

41

Notohadiprawiro, T. (1981). Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Program Penghijauan. Kajian Penataran Pembangunan, Pedesaan, dan Pertanian. Staf Departemen Pertanian di Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.

Nurhayati, R., & Eri, Y. (2018). Prevalensi ektoparasit pada benih ikan nila (Oreochromis nilotucus) pada kolam budidaya di Desa Baru Ladang Bambu

Kecamatan Medan Tuntungan. Diakses dari

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12236, pada tanggal 12 Oktober 2019.

Odum, E. P. (1993). Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Olsen, O. W. (1974). Animal parasites, their life cycle and ecology. University of Park Press. Baltimore, London and Tokyo.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 35 Tahun 1991. Tentang Sungai. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2011. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Puspitasari, A. F. (2013). Identifikasi dan prevalensi cacing ektoparasit pada ikan kembung (Rastrelliger sp.) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong,

Lamongan. Diakses dari http://

http://repository.unair.ac.id/26304/1/PUSPITASARI%2C%20AYUN%20F. pdf, pada 7 Februari 2018.

Putri, S. M., Haditomo, A. H. C., & Desrina. (2016). Infestasi monogenea pada ikan konsumsi air tawar di Kolam Budidaya Desa Ngrajek Magelang. Aquaculture Management and Technology, 5(1), 162-170. DOI: 10.1016/j.cmet.2009.10.009.

Qoyyimah, F. D., Elfidasari, D., & Fahmi, M. R. (2016). Identifikasi Ikan Sapu-sapu (Loricariidae) berdasarkan karakter pola abdomendi perairan Ciliwung. Jurnal Biologi Udayana, 20(1), 40-43. DOI: 10.24843/jbiounud.2016.v20.i01.p07.

Rahmaningsih, S. (2016). Hama dan penyakit ikan. Deepblisher. Yogyakarta. Samat, a., Shukor, M. N., Mazlan, a. G., Arshard, a., & Fatimah, M. Y. (2008).

Length-weight relationship and condition factor of Pterygopplichthys pardalis (Pisces: Loricariidae) in Malaysia Peninsula. Research Journal of Fisheries and Hydrobiology, 3(2), 48-53. DOI: 10.1111/j.1096-3642.1978.tb01045.x.

Scholz, T. (1999). Parasites in cultured and feral fish. Veterinary Parasitology, 84(3-4), 317-335. DOI: 10.1016/S0304-4017(99)00039-4.

Tunjungsari, R. M. (2007). Pemanfaatan ikan sapu-sapu (Hyposarcus pardalis)

dalam pembuatan keripik ikan. Diakses dari

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/48387, pada tanggal 3 Maret 2018.

Williams, E. H., & Williams, L. B. (1996). Parasites offshore big game fishes of Puerto Rico and The Western Atlantic. Puerto Rico. Dapartement of Natural Enviromental Risourses, Rio Piedras.

Wowor, D. (2010). Studi biota perairan dan herpetofauna di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dan Cisadane: Kajian hilangnya keanekaragaman hayati. Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor.

Yanong, R. P. E. (2002). Nematode (roundworm) infection in fish 1. University of Florida, (August), 1-9.

Yudo, S. (2010). Kondisi kualitas air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta ditinjuau dari parameter organik, amoniak, fosfat, deterjen, dan bakteri coli. Jai, 6(1), 8.

Yudo, S., & Said, N. I. (2018). Status kualitas air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta studi kasus: pemasangan stasiun online monitoring kualitas air di Segmen Kelapa Dua - Masjid Istiqlal. Jurnal Teknologi Lingkungan, 19(1), 13. DOI: 10.29122/jtl.v19i1.2243.

Lampiran 2. Perhitungan Nilai Prevalensi dan Intensitas Infeksi Cacing Ektoparasit pada Ikan Sapu-sapu

1. Nilai prevalensi infeksi Benedenia sp. a) Cawang

Jumlah ikan yang diperiksa = 20 ekor Jumlah ikan yang terinfeksi = 12 ekor

= 60%

b) Kalibata

Jumlah ikan yang diperiksa = 20 ekor Jumlah ikan yang terinfeksi = 13 ekor

= 65%

c) Bidara Cina

Jumlah ikan yang diperiksa = 20 ekor Jumlah ikan yang terinfeksi = 10 ekor

= 50%

2. Nilai prevalensi infeksi Dactylogyrus sp. a) Cawang

Jumlah ikan yang diperiksa = 20 ekor Jumlah ikan yang terinfeksi = 0 ekor

= 0%

b) Kalibata

Jumlah ikan yang diperiksa = 20 ekor Jumlah ikan yang terinfeksi = 1 ekor

= 5%

c) Bidara Cina

Jumlah ikan yang diperiksa = 20 ekor Jumlah ikan yang terinfeksi = 2 ekor

= 10%

3. Nilai intensitas infeksi Benedenia sp. a) Cawang

Jumlah parasit A = 288 individu

Jumlah ikan yang terinfeksi parasit A = 12 ekor

= 24 ind/ekor b) Kalibata

Jumlah parasit A = 164 individu

Jumlah ikan yang terinfeksi parasit A = 13 ekor

45

c) Bidara Cina

Jumlah parasit A = 146 individu

Jumlah ikan yang terinfeksi parasit A = 10 ekor

= 15 ind/ekor

4. Nilai intensitas infeksi Dactylogyrus sp. a) Cawang

Jumlah parasit B = 0 individu

Jumlah ikan yang terinfeksi parasit B = 0 ekor = 0 ind/ekor

b) Kalibata

Jumlah parasit B = 1 individu

Jumlah ikan yang terinfeksi parasit B = 1 ekor = 1 ind/ekor

c) Bidara Cina

Jumlah parasit B = 4 individu

Jumlah ikan yang terinfeksi parasit B = 2 ekor = 2 ind/ekor

5. Nilai prevalensi dari keseluruhan total ikan yang diperiksa Jumlah ikan yang diperiksa = 60 ekor

Jumlah ikan yang terinfeksi = 35 ekor

= 58,33%

6. Nilai prevalensi dari masing-masing organ yang diperiksa a) Insang

Jumlah ikan yang diperiksa = 60 ekor Jumlah ikan yang terinfeksi = 3 ekor

= 5%

b) Permukaan tubuh

Jumlah ikan yang diperiksa = 60 ekor Jumlah ikan yang terinfeksi = 35 ekor

= 58,3%

c) Sirip dorsal

Jumlah ikan yang diperiksa = 60 ekor Jumlah ikan yang terinfeksi = 12 ekor

= 20%

d) Sirip pektoral

Jumlah ikan yang diperiksa = 60 ekor Jumlah ikan yang terinfeksi = 5 ekor

e) Sirip kaudal

Jumlah ikan yang diperiksa = 60 ekor Jumlah ikan yang terinfeksi = 16 ekor

= 26,7%

f) Sirip anal

Jumlah ikan yang diperiksa = 60 ekor Jumlah cacing yang terinfeksi = 1 ekor

= 1,7%

7. Nilai prevalensi dari masing-masing titik sampling a) Cawang

Jumlah ikan yang diperiksa = 20 ekor Jumlah ikan yang terinfeksi = 12 ekor

= 60%

b) Kalibata

Jumlah ikan yang diperiksa = 20 ekor Jumlah ikan yang terinfeksi = 13 ekor

= 65%

c) Bidara Cina

Jumlah ikan yang diperiksa = 20 ekor Jumlah ikan yang terinfeksi = 10 ekor

Dokumen terkait