• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Helminthiasis

2.4 Kerangka Teori

Sayuran Kontaminasi - Telur - larva Faktor - Pupuk - Kotoran - Irigasi Konsumen Tinja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sayuran merupakan bagian penting dari diet manusia yang sehat karena nilai gizinya. Sayuran mentah adalah sumber vitamin, serat dan mineral dan konsumsi rutin sayuran dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular, stroke dan kanker tertentu. Beberapa sayuran dimakan mentah sebagai salad untuk mempertahankan rasa asal dan mendapatkan nutrisi.

Konsumsi sayuran mentah menjadi salah satu sebab dalam penularan beberapa penyakit menular karena permukaannya yang kompleks dan porositas, yang menyebabkan pembiakan patogen dan kelangsungan hidupnya. Konsumsi sayuran mentah tanpa mencucinya dengan tepat adalah sebab penting dalam penularan penyakit parasit.

Ada peningkatan jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan konsumsi sayuran segar. Beberapa faktor dapat berkontribusi terhadap kontaminasi tanaman sayuran. Sayuran terkontaminasi ketika masih di ladang, kebun atau selama panen, transportasi, pengolahan, distribusi dan pemasaran atau bahkan di rumah (Said, 2012). Parasit usus seperti Cryptosporidium spp, Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Ascaris lumbricoides, hookworm, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Toxocara spp, Hymenolepis spp, Taenia spp, Fasciola spp bisa menginfeksi manusia sebagai akibat dari konsumsi sayur yang tercemar, mentah atau tidak dicuci dengan benar. Kebanyakan infeksinya oleh

Soil Transmitted Helminths(STH) (Eraky, 2014).

Infeksi STH masih endemik di banyak daerah di dunia , terutama di negara yang sedang berkembang dengan sanitasi lingkungan dan kebersihan diri yang

sangat kurang. STH yang paling sering menginfeksi manusia adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan hookworm.

Diperkirakan sekitar 807 juta manusia di dunia terinfeksi Ascaris lumbricoides,

sekitar 604 juta menderita trikuriasis dan hookworm (A.duodenale dan N. americanus) menginfeksi sekitar 576 juta manusia di seluruh dunia ( WHO, 2002). Jumlah infeksi STH sangat banyak di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang beriklim tropis sesuai untuk perkembangan parasit. Geographical Information System (GIS) menyatakan distribusi STH di Indonesia mencakup seluruh pulau yang ada di Indonesia, dimana prevalensi tertinggi terdapat di Papua dan Sumatera Utara dengan prevalensi antara 50% hingga 80% (Brooker, 2006). Daerah yang panas, kelembaban tinggi dan sanitasi yang kurang, sangat menguntungkan bagi STH untuk dapat melangsungkan siklus hidupnya (Sutanto, 2008).

Penelitian telah dilakukan terhadap sayuran kubis yang dipasarkan di lima pasar terbesar di kota Medan yaitu Pasar Sambu, Pasar Aksara, Pasar Pringgan, Pasar Padang Bulan dan Pasar Karimata. Ditemukan 1% telur cacing tambang (Ancylostoma duodenale) pada Pasar Pringgan, 3% larva cacing tambang pada Pasar Aksara, 2% larva cacing tambang pada Pasar Padang Bulan dan 9% larva cacing tambang pada Pasar Karimata (Purba, 2012).

Maka ini menjadi alasan utama saya untuk melakukan penelitian ini. 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

Apakah jenis telur atau larva STH yang ditemukan pada sayuran kubis di pasar tradisional di Kota Medan ?

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan Umum :

Untuk mengidentifikasi jenis telur dan larva STH pada sayuran kubis di pasar tradisional di Kota Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus :

1. Mengetahui angka kejadian kontaminasi STH pada sayuran kubis di pasar tradisionaldi Kota Medan.

2. Mengidentifikasi jenis STH yang mengkontaminasi pada sayuran di pasar tradisional di Kota Medan.

3. Perbedaan kontaminasi STH pada kubis bagian luar dan dalam. 1.4. Manfaat penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah dan kontaminasi telur cacing pada sayuran

2. Bagi Ilmu Kedokteran Komunitas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan infeksi STH dalam suatu komunitas.

3. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan nfeksi STH, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya infeksi.

ABSTRAK

Infeksi cacing merupakan masalah kesehatan yang tinggi prevalensinya di negara tropis dan subtropis terutama di Indonesia. Salah satu faktor yang menyebabkan infeksi kecacingan adalah penularan STH melalui tanah ke sayuran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi STH pada sayuran kubis di Kota Medan pada tahun 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian diambil dari setiap kecamatan dengan menggunakan teknik cluster samping. Sampel penelitian berjumlah sebanyak 125 sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan memeriksa sayuran dengan teknik sedimentasi. Berdasarkan data-data yang diperoleh dilakukan penilaian frekuensi kontaminasi STH pada sayuran kubis dan frekuensi kontaminasi jenis STH.

Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi kontaminasi STH pada sayuran kubis sebesar 35.2 %. Sebanyak 34.4% adalah kontaminasi larva hookworm.

Penelitian menunjukkan bahwa masih ada sayuran yang terkontaminasi dengan STH. Dengan ini kita perlukan usaha-usaha dari pihak terlibat untuk mencegah kejadian ini. Informasi –informasi dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh setiap insan dalam pencegahan kontaminasi STH pada sayuran. Kata kunci : kontaminasi sayuran kubis, Soil Transmitted Helminths.

ABSTRACT

Worm infection is one of the health problems with high prevalence in tropic and subtropic countries especially Indonesia. One of the factor which causes this is the transmission of Soil Transmitted Helminths through the soil to fresh leafy vegetables.

The purpose of this descriptive study with cross sectional design is to learn to identify the contamination of STH in cabbage at markets in Medan City on 2015. Samples were collected from each districts through cluster sampling technique. Total samples was 125. The data was collected by carrying out sedimentation experiment in laboratory. Based on the data collected, the data has been tabulated as frequency of STH contamination in cabbage and frequency of type of STH contamination in cabbage.

Results shows that prevalence on STH contamination in cabbage are 35.2%. percentage of 34.4% was founded larvae from Hookworm nematode.

This research shows that there are still contaminated vegetables. So, we need efforts from the responsible party to prevent this incident. Hopefully, all the information in this research are benefited to each and everyone in preventing contamination of STH in vegetables.

Oleh :

UDEYAPRAVENA A/P UDEYASURIAN

Dokumen terkait