• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.6.1 Distribusi dan Frekuensi Gagal Ginjal Kronik a. Orang

Menurut USRDS bertambahnya usia menjadi fakor risiko (FR) pada penyakit GGK. FR meningkat setelah usia 50 tahun dan sangat umum sekali terjadi pada usia dewasa tua melebihi 70 tahun. Laki-laki memiliki kecenderungan menderita CKD sampai 50% dibanding wanita (WHO, 2014).

Menurut WHO, orang dewasa dengan riwayat DM atau hipertensi memiliki risiko yang tinggi terkena penyakit GGK. Dimana CDC memperkirakan 1 dari 3 penderita DM dan 1 dari 5 penderita hipertensi menderita GGK (WHO, 2014). Menurut Bargman, J, M dan Skorecki, K., kausa ataupun penyebab tersering PGK adalah nefropati diabetikum, terutama akibat diabetes tipe 2. Nefropati hipertensif adalah penyebab PGK yang sering dijumpai pada usia lanjut

karena iskemia kronik pada ginjal akibat penyakit renovaskular pembuluh kecil dan besar dapat berlangsung tanpa disadari (Bargman, 2013).

b. Tempat dan Waktu

USRDS tahun 2013 menunjukkan prevalen rate penderita ESRD di Taiwan 3.170/1.000.000 penduduk, di Jepang 2.620/1.000.000 penduduk dan di Amerika Serikat/ AS sebesar 1090/ 1.000.000 penduduk. tahun 2014, CDC memperkirakan jika lebih dari 10 % orang dewasa di AS (lebih dari 20 juta orang) menderita CKD dengan tingkat keseriusan yang berbeda-beda.

Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI 2014

Gambar 2.1 Peta Prevalensi Penyakit Gagal Ginjal Kronis Pada Umur ≥ 15 Tahun 2013 di Indonesia

Di Indonesia, menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit GGK pada umur ≥ 15 tahun menurut provinsi tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah dan terendah di Provinsi Kalimantan Timur, NTB, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Selatan, dan Riau. Sementara Sumatera Utara memiliki prevalensi 0,2%.

2.6.2 Faktor Risiko a. Glomerulonefritis

Glomerulonefritis menggambarkan sejumlah gangguan yang mengenai salah satu atau lebih komponen glomerulus di kedua ginjal (Boughman & Hackley, 2005). Berdasarkan sumber terjadinya kelainan, GN dibedakan primer dan sekunder. GN primer apabila penyakit dasarnya berasal dari ginjal sendiri, sedangkan GN sekunder apabila kelainan ginjal akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes mellitus, Lupus Eritematosus Sistemik (LES), mieloma multipel, atau namiloidosis (Prodjosudjadi, 2009).

Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak pada kedua ginjal. Peradangan akut glomerulus terjadi akibat pengendapan kompleks antigen antibodi di kapiler-kapiler glomerulus (Muttaqin & Sari, 2011). Glomerulonefritis akut yang paling lazim adalah yang akibat infeksi streptokokus (Baradero, 2009).

Glomerulonefritis kronik mungkin mempunyai awitan sebagai glomerulonefritis akut atau mungkin menunjukkan reaksi antigen-antibodi tipe yang lebih ringan yang tidak terdeteksi. Setelah reaksi ini terjadi berulang, ukuran ginjal berkurang sedikitnya seperlima dari ukuran normalnya dan mengandung mengandung jaringan fibrosa dalam jumlah yang banyak. Dengan berkembangnya glomerulonefritis kronik, gejala-gejala dan tanda-tanda serta insufisiensi ginjal dan GGK terjadi. Akibatnya adalah kerusakan hebat glomerulus yang menyebabkan Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA). Pada umumnya sekitar 20% glomerulonefritis berkembang menjadi gagal ginjal (Boughman & Hackley,2005).

b. Diabetes Mellitus (DM)

Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia). Hal ini terjadi akibat penurunan kemampuan tubuh untuk merespon insulin atau tidak terbentuknya insulin oleh pankreas (Boughman & Hackley, 2005).

Pada penderita DM, berbagai gangguan pada ginjal dapat terjadi, seperti batu saluran kemih, infeksi saluran kemih, pielonefritis akut maupun kronis, dan berbagai macam bentuk glomerulonefritis, yang disebut sebagai penyakit ginjal non diabet pada pasien diabetes (Lubis, 2009). Insiden meningkat seiring dengan lamanya menderita penyakit DM, dimana terdapat 30% pasien DM menderita nefropati dalam kurun waktu 20 tahun setelah diagnosis. Selain itu penyakit DM juga ditemukan pada 10% pasien yang membutuhkan transplantasi ginjal (Davey,2003). Tiga puluh persen pasien DM tipe I mengalami gagal ginjal stadium terakhir (Boughman & Hackley, 2005).

c. Hipertensi

Renin-Angietensinogen-Aldosteron (RAA) sistem berperan penting dalam memelihara hemodinamik dan homeostasis kardiovaskular. Sistem RAA dianggap sebagai suatu homeostatic feed back loop dimana ginjal dapat mengeluarkan renin sebagai respon terhadap rangsangan seperti tekanan darah rendah, stres simpatetik, berkurangnya volume darah dan bila keadaan ini normal kembali maka RAA sistem tidak teraktivasi (Tessy, 2009).

Penyakit ginjal dapat menyebabkan naiknya tekanan darah dan sebaliknya, hipertensi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan gangguan ginjal. Namun sulit menentukan apakah hipertensi yang menyebabkan gangguan ginjal atau

sebaliknya, gangguan ginjal yang menyebabkan hipertensi (Tessy, 2009). Beratnya pengaruh hipertensi pada ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah dan lamanya menderita hipertensi. Makin tinggi tekanan darah dalam waktu lama makin berat komplikasi yang dapat ditimbulkan. Hubungan antara hipertensi dan ginjal telah lama diketahui oleh Richard Bright pada tahun 1836 (Tessy, 2009).

d. Penyakit Batu ginjal

Obstruksi saluran kemih dapat terjadi di bagian mana saja pada sistem saluran kemih, mulai dari kaliks ginjal sampai meatus (Baradero, 2009). Obstruksi kandung kemih adalah faktor yang paling umum menyebabkan batu kandung kemih pada orang dewasa (Mutaqqin & Sari, 2011). Penyebab obstruksi salurah kemih bawah tumor kandung kemih, striktur uretra, batu, tumor, hipertrofi prostat benigna, penyebab obstruksi ureter (batu, trauma, nefroptosis, pembesaran kelenjar limfa, limfosarkoma, penyakit hodgkin, anomali kongenital), penyebab obstrusi ginjal (batu, ptosis, penyakit ginjal polikistik, kehamilan). Tanda dan gejala tergantung pada lokasi dan beratnya obstrusi. Obstrusi yang tidak ditangani akan berakhir dengan gagal ginjal (Baradero, 2009).

e. Penyakit Ginjal Polikistik

Penyakit ginjal polikistik adalah salah satu penyakit herediter. Penyakit ini sama prevalen nya diberbagai kelompok dan etnik. Ekspansi progresif kista-kista berisi cairan menyebabkan ginjal sangat membesar dan sering menyebabkan gagal ginjal (Salant & Patel, 2013).

f. Pielonefritis Kronik

Infeksi Saluran Kemih (ISK) terjadi akibat bakteri patogenik yang menyerang satu atau lebih struktur saluran kemih (Baradero,2009). Tempat yang sering mengalami ISK adalah kandung kemih (sistitis), uretra (uretritis), dan ginjal (pielonefritis) (Suharyanto & Masjid, 2009).

Pielonefritis adalah inflamasi infeksius yang mengenai parenkim dan pelvis ginjal. Infeksi ini bermula dari ISK bawah, kemudian sampai ke ginjal. Escheria Coli adalah organisme yang paling lazim menyebabkan pielonefritis. Pielonefritis kronik merusak jaringan ginjal secara permanen karena inflamasi yang berulang dan terbentuknya jaringan parut yang meluas. Proses berkembangnya GGK dari infeksi ginjal yang berlangsung berulang selama beberapa tahun. Pada pielonefritis kronik, tanda yang terus menerus muncul adalah bakteriuria sampai padda ketika jaringan ginjal sudah mengalami pemarutan (scar) yang berat dan atrofi sehingga pasien mengalami insufisiensi ginjal yang ditandai dengan hipertensi, BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat dan klirens kreatinin menurun (Baradero, 2008).

Dokumen terkait