• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

Saran dalam penelitian karakteristik penderita kista ovarium pada wanita sebelum menopause yang dirawat inap di Rs. Haji Medan adalah:

6.2.1 Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit Haji Medan agar dapat melengkapi data-data yang berkaitan dengan penyakit kista ovarium seperti data paritas.

6.2.2 Diharapkan kepada wanita usia subur (15 – 49 tahun) agar lebih memperhatikan gejala-gejala serta faktor risiko terjadinya kista ovarium. 6.2.3 Diharapkan kepada remaja wanita yang mengalami menstruasi dini dan

mengalami disminorea untuk mengurangi/memperkecil faktor resiko terjadinya kista ovarium, agar melakukan pola hidup sehat, seperti menerapkan pola makan gizi seimbang salah satunya banyak mengonsumsi protei nabati di bandingkan protein hewani, menggurangi

makanan yang yang tinggi lemak, mengkonsumsi makanan yang kaya serat dan tinggi antioksidan, serta melakukan olahraga secara teratur. 6.2.4 Diharapkan kepada penderita kista ovarium untuk memeriksakan diri

secara berkala seperti pemeriksaan klinis ginekologi untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran kista maupun terjadinya keganasan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Kista Ovarium

Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang beisi cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa berupa air, darah , nanah, atau cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi (Dewi, 2010). Kista ovarium juga merupakan rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah sel telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista fungsional akan mengerut dan menyusut setelah beberapa waktu (1-3 bulan), demikian pula yang terjadi bila seseorang perempuan sudah menopause, kista fungsional tidak terbentuk karena menurunnya aktivitas indung telur (Yatim, 2005).

2.2 Anatomi Ovarium

Ovarium merupakan organ yang kecil berbentuk seperti buah kenari berwarna putih dan konsistensinya agak padat. Ukuran ovarium 3 cm x 2 cm x 1cm dan beratnya 5-8 gram. Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, terletak di kiri dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Bagian ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium. Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon wanita, hormon merupakan bahan kimia yang mengontrol jalanya dari sel dan organ tertentu (Wiknjosastro,2008).

2.3 Patofisiologi Kista Ovarium

Setiap indung telur berisi ribuan telur yang masih mudah atau folikel yang setiap bulannya akan membesar dan satu diantaranya membesar sangat cepat sehingga menjadi telur matang. Pada peristiwa ovulasi telur yang matang ini keluar dari indung telur dan bergerak ke rahim melalui saluran telur. Apabila sel telur yang matang ini dibuahi, folikel akan mengecil dan menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada seorang wanita. Namun jika terjadi gangguan pada proses siklus ini bisa membentuk kista.

Kista juga dapat terbentuk jika fungsi ovarium yang abnormal menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tidak mengalami ovulasi karena kadar hormon FSH rendah dan hormon LH tinggi pada keadaan yang tetap ini menyebabkan pembentukan andorogen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal yang mengakibatkan folikel anovulasi, folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium (Corvin, 2008).

2.4 Klasifikasi Kista Ovarium

Menurut Wiknjosastro ( 2008) klasifikasi kista ovarium antara lain:

2.4.1 Kista Ovarium Non Neoplastik

Kista ovarium non neoplastik , antara lain: 1. Kista Folikel

Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel. Kista ini berdiameter 1-1 cm . Kista ini bisa menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista, terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista jernih dan sering kali mengandung estrogen, oleh sebab itu kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lama kelamaan mengecil dan dapat menghilang, atau bisa terjadi ruptur dan kista menghilang.

2. Kista Korpus Luteum

Korpus luteum disebut kista korpus luteum jika berukuran > 3 cm , kadang- kadang diameter kista ini dapat sebesar 10 cm, rata-rata 4 cm (Benson, 2008). Dalam keadaan normal korpus luteum lama kelamaan mengecil dan menjadi korpus albikans. Perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, kista ini berisi cairan yang berwarna merah coklat. Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel- sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amonorea diikuti oleh pendarahan yang tidak teratur. Adanya kista dapat

menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam diagnosis. Penanganan kista luteum ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. 3. Kista Teka Lutein

Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan jarang terjadi dibandingkan kista folikel atau kista korpus luteum. Kista teka lutein berisi cairan berwarna kekuning-kuningan. Berhubungan dengan penyakit trofofoblastik kehamilan (misalnya mola hidatidosa, koriokarsioma), penyakit ovarium polikistik dan pemberian zat perangsang ovulasi. Gejala yang timbul biasanya rasa penuh atau menekan pada pelpis (Benson, 2008). Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriogononadotropin yang berlebihan, dan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium yang mengecil secara spontan.

4. Kista Inkusi Germinal

Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita usia lanjut, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. kista ini terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel, berisi cairan jernih.

5. Kista Endometrium

Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium. Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavun uteri. Jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium atau pun di luar uterus. Endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita pada umur muda, dan

wanita yang tidak mempunyai banyak anak. Gambaran mikroskopik dari endometriosis yaitu pada ovarium tampak kista-kista biru kecil sampai kista besar berisi darah tua menyerupai coklat (kista coklat atau endometrioma) (Wiknjosastro, 2008).

Gejala klinis endometriosis terjadi karena pengaruh hormonal estrogen dan progesteron sehingga terjadi siklus menstruasi. Gejala klinis endometriosis dalam bentuk : dismenorea (nyeri abdomen/perut sesuai dengan waktu menstruasi), disparunia (nyeri saat hubungan seksual), nyeri saat defekasi (pada endometriosis dinding rektosigmoid), menoragia (perubahan menstruasi dalam bentuk polimenorea atau hipermenorea), infertilitas (gangguan saluran tuba falopii sehingga tidak berfungsi sebagai saluran ovum spermatozoa dan tempat konsepsi). Endometriosis dijumpai secara kebetulan pada pasangan yang memeriksakan diri karena kemandulan (Manuaba, 2009). Penaganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan, terapi hormonal, pembedahan, dan radiasi (Wiknjosastro, 2008).

6. Kista Stein Leventhhal

Pada tahun 1955 Stein dan Leventhal meminta perhatian dengan terhadap segolongan wanita muda dengan gejala-gejala infertilitas, amenorea. Kista ini disebabkan oleh gangguan hormonal.

2.4.2 Kista Ovarium Neoplastik

Kista ovarium neoplastik, antara lain: 1. Kistoma Ovarii Simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubungan adanya tangkai dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejal- gejala mendadak. Terapi yang dilakukan dengan pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.

2. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Tumor musinosum merupakan 15 %- 25% dari semua neeoplasma ovarium dan menyebabkan 6%-10% kanker ovarium. Sekitar 8%-10% adalah bilateral. Tumor ini bisa sangat besar (>70 kg) tetapi rata-rata berdiameter 16-17 cm saat didiagnosis dan terutama ditemukan pada dua kelompok umur (10-30 tahun dan >40 tahun). Biasanya tidak menimbulkan gejala selain rasa penuh akibat adanya massa dalam perut. Tumor musinosum berdinding licin halus dan berisi cairan kental, tebal , kecoklatan (Benson, 2008). Bila terjadi keganasan terapi yang dilakukan adalah melakukan pembedahan.

3. Kistadenoma Ovarii Serosum

Kista jenis ini tidak mencapai ukuran yang sangat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin dan berwarna keabu- abuan. Ciri khas kista ini ialah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista

sebesar 50 % dan keluar pada permukaan kista sebesar 5 %. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah.

4. Kista Endometrioid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini ditemukan oleh Sartesson tahun 1969, kista ini tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.

5. Kista Dermoid

Tidak ada ciri-ciri khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih dan keabu-abuan, dan agak tipis. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat. Kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai (komplikasi) dengan gejala nyeri mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan jarang terjadi, kira-kira 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya terjadi pada wanita sesudah menopause. Kista dermoid penaganannya dengan pengangkatan seluruh ovar Adapun tumor-tumor ovarium padat yang jinak antara lain:

1. Fibroma Ovarii

Tumor ini merupakan 5 % dari semua neoplasma ovarium dan paling sering ditemukan pada penderita dalam masa menopause dan sesudah menopause. Tumor ini dapat mencapai diameter 2-30 cm, dan beratnya dapat mencapai 20 kg. Potensi keganasan pada fibroma ovarii sangat rendah, kurang dari 1 %.

Tumor brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas. Jika kista ini membesar, beratnya sampai beberapa kilogram dan memberi gejala seperti fibroma (benjolan). Meskipun tumor brenner biasanya jinak, namun telah dilaporkan beberapa kasus tumor jenis ini yang histopatologik maupun klinis menunjukan keganasan.

3. Maskulinovoblastoma

Tumor ini sangat jarang terjadi, tumor ini biasanya unilateral dan besar diameternya antara 0,5-16 cm. Penanganan dengan pengangkatan tumor bersama ovarium.

Menurut Carlo livoti dan Elisabeth topp, (2006) Kista fungsional di bagi menjadi beberapa tipe sebagai berikut:

a. Kista Fungsional Persisten

Kadang-kadang sebuah folikel atau beberapa folikel akan menolak pecah, dan tetap berada di pinggiran ovarium menghasilkan hormon. Ini disebut kista fungsional persiste. Kista ini membuat kadar estrogen dalam tubuh di atas normal dan menghambat menstruasi karena hormon yang ada terus mencegah lapisan uterus untuk lepas. Sering wanita yang mengalami hal ini berpikir bahwa mereka mungkin hamil sebab menstruasinya terlambat dan mereka mengalami efek akibat peningkatan hormon. USG tidak cukup untuk mendiagnosis hal ini, karena selama masa trimester pertama kehamilan, folikel yang pecah tetap berada di permukaan ovarium untuk menghasilkan hormon yang mempertahankan kehamilan. Jadi, pertama-tama dokter akan melakukan tes kehamilan untuk menghilangkan kemungkinan itu dan kemudian melakukan USG untuk memeriksa kista.

b. Kista Fungsional Hemhorrahagic

Gejala dari kista ini yaitu nyeri perut dan perut terasa kembung. Bila pada lokasi terjadi arteri atau vena pecah akan terjadi pendarahan di dalam tubuh penderita. Pada saat mengalami pendarahan, penderita akan merasa melayang dan sering pingsan, gejala ini menyerupai kehamilan ektopik yang pecah. Hal ini sangat jarang terjadi dan ini merupakan satu dari beberapa kista fungsional yang membutuhkan operasi.

c. Kista Fungsional Besar

Sembilan puluh lima persen (95 %) kista yang berdiameter < 5 cm merupakan kista fungsional. Tetapi ketika kista lebih besar dari 5 cm menjadi 10- 20 %. Dokter menyarankan melakukan operasi, kista fungsional besar selalu ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan USG atau pemeriksaan panggul karena kista ini tidak bergejala.

d. Ovarium Polikistik

Ovarium polikistik adalah kelainan fungsional dari ovarium, yang tidak menyebabkan terlalu banyak kekhawatiran medis. Ovarium polikistik merupakan ovarium yang membuat banyak folikel yang tidak pernah terjadi ovulasi, sementara itu setiap folikel tetap bertahan di permukaan ovarium dan membuat hormon. Kelebihan hormon pria dan wanita menyebabkan kegemukan, timbul jerawat, dan pertumbuhan rambut yang belebihan dan mempengaruhi status haid pada wanita.

2.5 Gejala-gejala Kista Ovarium

2.5.1 Gejala Kista Secara Umum

Menurut Yatim Faisal, (2005) gejala kista secara umum, antara lain : a. Rasa nyeri di rongga panggul disertai rasa gatal.

b. Rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau tubuh bergerak.

c. Rasa nyeri saat siklus menstruasi selesai, pendarahan menstruasi tidak seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, lebih pendek atau tidak keluar darah menstruasi pada siklus biasa, atau siklus menstruasi tidak teratur.

d. Perut membesar .

2.5.2 Gejala Klinis Kista Ovarium

Ada pun gejala klinis kista ovarium:

1. Pembesaran, tumor yang kecil mungkin diketahui saat melakukan pemeriksaan rutin. Tumor dengan diameter sekitar 5 cm , dianggap belum berbahaya kecuali bila dijumpai pada ibu yang menopause atau setelah menopause. Besarnya tumor dapat menimbulkan gangguan berkemih dan buang air besar terasa berat di bagian bawah perut, dan teraba tumor di perut. 2. Gejala gangguan hormonal , indung telur merupakan sumber hormon wanita

yang paling utama sehingga bila terjadi pertumbuhan tumor dapat mengganggu pengeluaran hormon. Gangguan hormon selalu berhubungan dengan pola menstruasi yang menyebabkan gejala klinis berupa gangguan pola menstruasi dan gejala karena tumor mengeluarkan hormon.

3. Gejala klinis karena komplikasi tumor. Gejala komplikasi tumor dapat berbentuk infeksi kista ovarium dengan gejala demam, perut sakit, tegang dan nyeri, penderita tampak sakit. Mengalami torsi pada tangkai dengan gejala perut mendadak sakit hebat dan keadaan umum penderita cukup baik (Manuaba, 2009).

2.6 Epidemiologi Kista Ovarium

2.6.1 Distribusi Frekuensi Kista Ovarium Berdasarkan Orang

Angka kejadian kista sering terjadi pada wanita berusia produktif dan jarang sekali di bawah umur 20 maupun di atas 50 tahun (Winkjosastro, 2008). Berdasarkan data catatan medik di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto tahun 2008, wanita yang mengalami kista ovarium sekitar 58% terjadi pada wanita yang berumur di bawah 30 tahun. Kista ovarium di RSUD Banjarnegara tahun 2009- 2010, mayoritas berumur 22-28 tahun sebanyak 34,38%, multiparitas sebanyak 65,6% dan jenis kista ovarium berupa kistoma ovari simpleks sebanyak 96,87% (Khamidah, 2011).

2.6.2 Distribusi Frekuensi Kista Ovarium Berdasarkan Tempat dan Waktu

Kista Ovarium di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tahun 2008 - 2012 sebanyak 690 orang ( Pratama, 2012). Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang, pada tahun 2012 penderita kista ovarium terdapat 38 orang, pada tahun 2013 penderita kista ovarium terdapat 94 orang, pada tahun 2014 sampai bulan Juni penderita kista ovarium terdapat 116 orang (Fitriana, 2014). Berdasarkan penelitian Gidia (2013), penderita kista ovarium di RSUD Sekarwangi Sukabumi,

Jawa Barat tahun 2013 paling banyak ditemukan pada umur 20-35 tahun sebanyak 62 orang (82.7%).

2.6.3 Determinan Kista Ovarium

Penyebab pasti dari penyakit kista Ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi salah satu pemicunya adalah faktor hormonal. Penyebab terjadinya kista ovarium ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan. Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kista ovarium adalah sebagai berikut:

a. Faktor Umur

Kista sering tejadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi, keganasan kista ovarium bisa terjadi pada usia sebelum menarche dan usia di atas 45 tahun (Manuaba, 2009). Menurut penelitian Azhar (2014), kista ovarium di Peshawar, Pakistan, penderita kista ovarium paling banyak terjadi pada wanita umur 21- 30 tahun (46,0 %).

b. Faktor Genetik

Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan apakah seseorang wanita memiliki risiko terkena kista ovarium. Resiko wanita terkena kista ovarium adalah sebesar 1,6%. Apabila wanita tersebut memiliki seorang anggota keluarga yang mengindap kista, risikonya akan meningkat menjadi 4% sampai 5% (Rasjidi, 2009). Dalam tubuh kista ada terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker yaitu protoonkogen. Karena faktor pemicu seperti pola hidup yang kurang sehat, protoonkogen bisa berubah menjadi onkogen yaitu gen yang dapat memicu timbulnya sel kanker.

Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki dampak terbesar pada penyakit kista ovarium, paritas (ketidaksuburan) yang rendah dan infertilitas, serta menarche dini dan menopause terlambat meningkatkan resiko untuk berkembang menjadi kista ovarium (Rasjidi, 2009). Kista ovarium sering terjadi pada wanita dimasa reproduksi, menstruasi di usia dini (menarche dini) yaitu usia 11 tahun atau lebih muda (< 12 tahun) merupakan faktor risiko berkembangnya kista ovarium, karena faktor asupan gizi yang jauh lebih baik , rata-rata anak perempuan mulai memperoleh haid pada usia 10-11 tahun. Siklus haid yang tidak teratur juga merupakan faktor risiko terjadinya kista ovarium (Manuaba, 2010).

Pada wanita usia subur dan sudah menikah serta memiliki anak, biasanya mereka menggunakan alat kontrasepsi hormonal merupakan faktor resiko kista ovarium, yaitu pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal implant, akan tetapi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa pil cenderung mengurangi resiko untuk terkena kista ovarium (Henderson, 2005).

Berdasarkan penelitian Pratama (2012), Kista Ovarium di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tahun 2008 - 2012, penderita kista ovarium banyak terjadi pada wanita dengan paritas < 2 ada sebanyak 36 orang (50,1 %). Penderita kista ovarium berdasarkan riwayat menarche paling banyak terjadi pada wanita menarche dini sebesar 42 orang (58,3%).

d. Faktor Hormonal

Kista ovarium dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang bersifat diuretik. Kista fungsional dapat terbentuk karena stimulasi hormon gonadotropin atau sensitivitas terhadap hormon gonadotropin yang berlebihan. Hormon gonadotropin termasuk FSH (Folikel Stimulating) dan HCG (Human Chorionik Gonadotropin) (Wiknjosastro, 2008 ).

e. Faktor Lingkungan

Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberikan andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi. Perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola makan yaitu konsumsi tinggi lemak dan rendah serat, merokok, konsumsi alkohol, zat tambahan pada makanan, terpapar polusi asap rokok atau zat berbahaya lainya, stress dan kurang aktivitas atau olahraga bisa memicu terjadinya suatu penyakit ( Bustam, 2007).

2.7 Komplikasi Kista Ovarium

Komplikasi kista ovarium diantaranya: 2.7.1 Torsi kista ovarium

Torsi kista ovarium biasanya terjadi saat hamil/pascapartum. Keluhannya nyeri perut mendadak, mual dan muntah, torsi menahun tidak dirasakan karena perlahan-lahan sehingga tidak banyak menimbulkan rasa nyeri abdomen, timbulnya torsi karena ada tumor dalam perut. Terapi yang dilakukan adalah tindakan laparotomi.

2.7.2 Perdarahan

Perdarahan dapat terjadi trauma abdomen, langsung pada kistanya. Keluhan seperti trauma diikuti rasa nyeri mendadak. Perdarahan menimbulkan pembesaran kista dan memerlukan tindakan laparotomi. Tidak ada patokan mengenai ukuran besar kista yang berpotensi pecah. Ada kista yang berukuran 5 cm sudah pecah, namun ada pula yang sampai berukuran 20 cm belum pecah. Pecahnya kista menyebabkan pembuluh darah robek dan menimbulkan terjadinya perdarahan. 2.7.3 Infeksi kista ovarium

Infeksi pada kista terjadi akibat infeksi asenden dari serviks, tuba dan menuju lokus ovulasi, sampai abses. Keluhan infeksi kista ovarii yaitu badan panas, nyeri pada abdomen, perut terasa tegang, diperlukan pemeriksaan laparotomi dan laboratorium untuk mengetahui adanya infeksi pada kista.

2.7.4 Ruptura kapsul kista

Ruptur kapsul kista terjadi karena akibat dari perdarahan mendadak, infeksi kista dengan pembentukan abses membesar ruptura. Diperlukan tindakan laparotomi untuk mengetahui terjadinya ruptura kapsul kista.

2.7.5 Degenerasi ganas

Degenerasi ganas berlangsung pelan “ silent killer” . Terdiagnosa setelah stadium lanjut, diagnosa dini karsinoma ovarium menggunakan pemeriksaan tumor marker CA 125 untuk mengetahui terjadinya degenerasi ganas (Manuaba, 2010).

2.8 Pencegahan Kista Ovarium

2.8.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer yaitu tindakan pencegahan bila penyakit kista ovarium belum muncul. Upaya pencegahan primer dapat dilakukan dengan memberikan informasi mengenai kista ovarium. Gaya hidup yang tidak sehat dapat memicu terjadinya penyakit kista ovarium. Risiko kista ovarium fungsional meningkat dengan merokok. Risiko dari merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks massa tubuh menurun. Selain dikarenakan merokok pola makan yang tidak sehat seperti konsumsi tinggi lemak, rendah serat, konsumsi zat tambahan pada makanan, konsumsi alkohol dapat juga meningkatka risiko penderita kista ovarium (Bustam, 2007).

2.8.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit kista melalui upaya diagnosa dini serta pengobatan yang tepat (Asmadi, 2008). Kista nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala - gejala ke arah peradangan genital. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri. Jika kista ovarium itu bersifat neoplastik, maka perlu pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala - gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan diagnosis diferensial. Penegakan diagnosis dapat dibantu dengan pemeriksaan yang berupa: 1. Anamnesa lengkap merupakan bagian penting dari diagnosis tumor adneksa.

timbulnya rasa nyeri tersebut akan memudahkan penegakan diagnosis. Anamnesa seperti keluhan klinik kista ovarium ringan karena besarnya tumor dan keluhan mendadak akibat komplikasi kista ovarium.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik, antara lain:

a) Fisik umum sebagai tanda vitalnya.

b) Pemeriksaaan palpasi: teraba tumor di abdomen (bentuk kista padat), bergerak, terasa nyeri atau tidak nyeri.

Dokumen terkait