BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran
B. SARAN
Di bab akhir ini peneliti ingin memberikan saran praktis yang dapat diterapkan bagi individu maupun bagi kesempurnaan penelitian ini.
1. Bagi Subjek
Bagi subjek penelitian ini, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi refleksi dan introspeksi pribadi sehingga dapat meningkatkan kualitas kepribadian dan konsep diri menjadi lebih positif agar semakin memperoleh kepuasan, keberhasilan, dan kebahagiaan hidup.
2. Bagi Tuna Netra (khususnya yang bekerja sebagai tukang pijat) Tuna netra hendaknya mengembangkan konsep diri yang lebih positif dengan cara meningkatkan kepercayaan diri akan kemampuan, ketrampilan dan pekerjaan sebagai tukang pijat yang lebih positif sehingga dapat semakin mampu memantapkan standar
hidup yang relatif lebih mapan dalam rangka memperoleh kepuasan dan kebahagiaan dalam hidup.
3. Bagi Peneliti
Peneliti terbuka menerima kritik, saran maupun usulan penelitian baru berkaitan dengan topik penelitian tentang konsep diri pada tuna netra yang bekerja sebagai tukang pijat, yang dapat menyempurnakan penelitian ini. Peneliti menyadari banyak kekurangan akibat keterbatasan waktu, tenaga, dan kemampuan yang dimiliki peneliti.
73
Devi, P. 2003. Kehidupan Kaum Gay di Perkumpulan Gaya Nusantara. Skripsi
(Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Hendrato, Princella Cahya. 2005. Konsep Diri Remaja Tuna Rungu. Skripsi
(Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Hurlock, E. 1996. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
RentangKehidupan. Jakarta : Erlangga.
Kompilasi Dokumen NAKER. 2005.
http://www.mitranetra.or.id/arsip/index.asp?kat=naker&id=0611 0101. Diakses 18 Oktober 2007.
Moleong, Lexy J. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lapangan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.
Monks, dkk. 2004. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada Press.
Mulyani, Eri. 2004. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0504/26/0107.htm Nasution, S. Prof. Dr. M.A. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif.
Nugroho, Anto S. 2002. Rehabillitasi Tuna Netra di Jepang : Survei Penelitian
dan Kemungkinan Aplikasinya di Indonesia.
http://www.asnugroho.wordpress.com. Diakses 20 Januari 2007. Papalia, Diane E. & Olds, Sally W. 1986. Human Development. McGraw-Hill
Publisher.
PERTUNI. 2004. Musyawarah Nasional IV PERTUNI : GBPP (Garis Besar
Program Pertuni) 2004-2009.
http://pertuni.idp-europe.org/GBPP2004-2009.php. diakses 8 Februari 2007
Poerwandari, Kristi. 2001. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia (Edisi Revisi). Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana
Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI.
Pratiwi, Arini. 2005. Konsep Diri Mantan Jugun Ianfu. Skripsi (Tidak
diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Rakhmat, Drs. Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Rasuh, Jantje. 2005. Hubungan Antara Konsep Diri dan Otonomi Pada Remaja.
Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Rini, Jacinta F. 2002. Konsep Diri. www.e-psikologi.com diakses 20 Januari
2007.
Santrock, J. W. 2003. Adolescent : Perkembangan Remaja (Alih Bahasa). Jakarta
Santrock, J. W. 2002. Life-Span Development Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Sari, Cicilia A. N. 2003. Perbedaan Sikap Terhadap Keperawanan Antara Wanita
Dengan Kelas Sosial Ekonomi Atas, Menengah, dan Bawah.
Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Simon, Irene Maya.. 2006. Perbedaan Konsep Diri Siswa SLTP Immanuel Batu.
Jurnal Psiko-Edukasi Volume 4, Nomor 1. Situs Mitra Netra. www.mitranetra.or.id diakses 30 Januari 2007.
Syahmin, Give. 2006.
http://www.humanitarianinfo.org/sumatra/reliefrecovery/livehoo d/docs/doc/infosources/DefinidanKriter. Diakses 2 Februari 2007.
Tamin, R. K. dan Radjamin. 1976. Masalah Pencegahan Kebutaan dan
Rehabilitasi Orang Buta (Pidato Pengukuhan). Surabaya :
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Tarsidi, Drs. Didi. 2005. Menjadi Tuna Netra Bukan Halangan.
www.republika.co.id diakses 29 Januari 2007.
Wahid, Abdurrahman. 2006. www.kompas.com diakses 29 Januari 2007.
Wahyurini, C dan Mashum, Yahya. 2003. Mau Bagus Atau Jelek Tergantung
Kita.www.kompas.com diakses 20 Januari 2007.
Wellykin, R. D. 2003. Hubungan Laki-laki Homoseksual dan Laki-laki
Heteroseksual Dewasa Dini. Skripsi (Tidak diterbitkan).
Wulandari, Mathilda Sri R. C. 2004. Konsep Diri Pada Wanita Pasca Aborsi
Dalam Kasus Kehamilan Pranikah. Skripsi (Tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Yuqi (2004). Mitra Netra : Microsoft Mendukung Yayasan Mitra Netra dalam
Meningkatkan Kapabilitas Kaum Difabel.
http://www.mitranetra.or.id/news/index.asp?lg2&id=7720041113 8mrub=1. Diakses 29 Februari 2007.
---1983. Kumpulan Malakah Simposium Kebutaan. Yogyakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
---Definisi dan Kriteria PMKS (Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial) Dinas Sosial. www.humanitarianinfo.org
diakses 27 Januari 2007.
---1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
---http://balitbang.depkominfo.go.id. Diakses 26 Januari 2007. ---http://www.geocities.com. Diakses 26 Januari 2007.
---http://pkpcriau.blogspot.com. Diakses 12 Oktober 2007.
---http://library.gunadharma.ac.id/files/disk1/13/jbptgunadharma-gdl-s1. Diakses 12 Oktober 2007.
Tabel 3. Tabel Pedoman Wawancara (Interview Guide)
1. Latar Belakang Subjek ( Pertanyaan Pendahulu )
a. Data demografik : nama, umur, jenis kelamin, agama, dan suku.
b. Riwayat kehidupan keluarga subjek : urutan kelahiran, jumlah
anggota keluarga, sejarah orang tua, kehidupan rumah tangganya (istri), jumlah anak yang dimiliki, keluarga intinya.
c. Sejarah atau riwayat kebutaan subjek : penyebab kebutaan,
tingkat kebutaan, sejak kapan mengalami kebutaan.
d. Riwayat pendidikan subjek : sejarah pendidikan yang pernah
diikuti subjek.
e. Riwayat pekerjaan subjek : sejak kapan bekerja sebagai tukang
pijat, motivasi yang mendorongnya bekerja, hambatan pekerjaan yang dialami, pekerjaan sebelumnya (jika ada), penghasilan tiap bulan yang diperoleh.
f. Latar belakang sosialnya : bagaimana interaksinya atau
relasinya dengan orang lain (intesitas beriteraksi atau berhubungan dengan orang lain, kegiatan yang diikuti apa saja, bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggalnya, masyarakatnya)
2. Konsep Diri Tuna Netra yang Bekerja sebagai Tukang Pijat
No. Aspek Indikator
1 Fisik 1. Gambaran dan penilaian subjek terhadap penampilan
fisiknya.
a. Bagaimana penampilan Anda sehari-hari ?
b. Bagaimana penilaian Anda terhadap penampilan
Anda tersebut ?
c. Bagaimana perasaan Anda saat berpenampilan seperti itu ?
2. Gambaran dan penilaian subjek terhadap keterbatasan inderanya.
a. Bagaimana penilaian Anda terhadap keterbatasan alat indera Anda ?
b. Apakah yang Anda rasakan dengan keadaan Anda
tersebut ?
c. Bagaimana penilaian Anda terhadap alat indera Anda yang lain ?
2 Psikis 1. Gambaran dan penilaian subjek terhadap sifat-sifat yang
dimilikinya.
a. Menurut Anda apa saja sifat-sifat yang Anda miliki ? b. Bagaimana penilaian Anda terhadap sifat-sifat Anda
tersebut ?
c. Menurut Anda sifat manakah yang menjadi
kekurangan dan kelebihan Anda ?
d. Bagaimana sikap Anda terhadap kekurangan dan
kelebihan Anda tersebut ?
2. Gambaran dan penilaian subjek terhadap kemampuannya dalam bekerja.
a. Bagaimana penilaian Anda terhadap kemampuan
Anda dalam bekerja ?
b. Bagaimana penilaian Anda terhadap pekerjaan yang anda lakukan saat ini ?
c. Bagaimana perasaan Anda saat melakukan pekerjaan Anda tersebut?
3 Moral 1. Gambaran dan penilaian subjek terhadap kesesuaian perilakunya dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
a. Bagaimana perilaku Anda sehari-hari di masyarakat ?
b. Bagaimana penilaian Anda terhadap perilaku Anda
tersebut jika dilihat dari norma yang berlaku di masyarakat ?
2. Gambaran dan penilaian subjek terhadap kehidupan keagamaannya.
a. Bagaimana kehidupan keagamaan Anda selama ini
? (Berikan contoh !)
b. Bagaimana penilaian Anda terhadap kehidupan
keagamaan Anda selama ini ?
3. Gambaran dan penilaian subjek terhadap perilakunya berkaitan dengan mana yang benar dan mana yang salah.
a. Bagaimana penilaian Anda terhadap perilaku Anda
selama ini (berkaitan dengan nilai benar dan salah )?
b. Bagaimana cara Anda menilai atau membedakan
perilaku mana yang benar dan mana yang salah ? c. Apakah yang menjadi prinsip hidup Anda ?
d. Bagaimana pengaruhnya bagi hidup Anda dan
pekerjaan Anda ?
4 Sosial 1. Gambaran dan penilaian subjek terhadap perannya
dalam kehidupan masyarakat.
a. Kegiatan apa saja yang sering Anda lakukan
bersama mereka ?
b. Bagaimana perasaan Anda saat melakukan kegiatan
bersama mereka ?
2. Gambaran dan penilaian subjek terhadap hubungan atau relasinya dengan keluarga (orang tua, anggota keluarga, saudara , pasangan), klien, dan masyarakat sekitar.
a. Relasi dengan keluarga
i) Bagaimana hubungan Anda dengan keluarga
Anda ? Bagaimana penilaian Anda terhadap hubungan tersebut ?
ii) Bagaimana hubungan Anda dengan orang tua
iii) Bagaimana hubungan Anda dengan pasangan Anda ?
iv) Bagaimana hubungan Anda dengan anak
Anda?
v) Bagaimana hubungan Anda dengan saudara
Anda ?
b. Relasi dengan klien
i) Bagaimana hubungan Anda dengan klien
Anda ? Bagaimana penilaian Anda sendiri ?
ii) Apakah yang Anda rasakan saat menjalin
hubungan atau saat bertemu dengan klien Anda ?
c. Relasi dengan masyarakat sekitar
i) Bagaimana hubungan Anda dengan
masyarakat di sekitar Anda ?
ii) Apa saja yang Anda lakukan unutk menjalin
hubungan dengan mereka ?
iii) Menurut Anda apa yang Anda rasakan saat
berhubungan dengan masyarakat di sekitar Anda?
iv) Bagaimana Anda menilai hubungan Anda
tersebut ?
3. Gambaran dan penilaian subjek terhadap kemampuannya dalam berinteraksi atau bergaul dengan orang lain.
a. Bagaimana penilaian Anda terhadap kemampuan
Anda dalam bergaul atau berinteraksi dengan orang lain di sekitar Anda ?
b. Apakah yang Anda rasakan saat berinteraksi dengan mereka ?
c. Apa yang Anda rasakan sampai saat ini dalam hidup Anda?
Tabel 4.
Kode Wawancara Konsep Diri
NO ASPEK INDIKATOR KODE
1 FISIK 1. Gambaran dan penilaian subjek
tentang penampilan fisiknya.
2. Gambaran dan penilaian subjek
tentang keterbatasan inderanya.
Fp Fk
2 PSIKIS 1. Gambaran dan penilaian subjek
terhadap sifat-sifat yang dimilikinya.
2. Gambaran terhadap kemampuan
dalam bekerja.
Ps Pb
3 MORAL 1. Gambaran dan penilaian subjek
tentang kesesuaian perilakunya terhadap norma yang berlaku dalam masyarakat..
2. Gambaran dan penilaian subjek
terhadap kehidupan keagamaannya.
3. Gambaran dan penilaian subjek
terhadap perilakunya berkaitan dengan mana yang benar dan mana yang salah.
Mn
Mag Mbs
4 SOSIAL 1. Gambaran dan penilaian subjek
terhadap peran sosialnya dalam masyarakat.
2. Gambaran dan penilaian subjek
terhadap hubungan atau relasi sosialnya dengan: a. Keluarga : i. Orang tua ii. Saudara iii. Pasangan iv. Anak b. Klien
c. Lingkungan sekitar (masyarakat)
3. Gambaran dan penilaian subjek
tentang kemampuannya dalam beriteraksi atau bergaul dengan orang lain di sekitarnya.
Sps Srko Srks Srkp Srka Srk Srs Sb
81
TRANSKRIP VERBATIM
Sabtu, 18 Agustus 2007 di rumah subjek (ruang tamu) Pukul 11.15 WIB
T: “Maaf nama lengkap Bapak siapa ya ?“ J: “Tukidi“. T: “Umur ?“ J: “40 tahun“. T: “Jenis kelamin ?“ J: “Laki-laki“. T: “Agama ?” J: “Islam”. T: “Suku?” J: “Jawa”.
T: “Bapak anak ke berapa dari berapa saudara?” J: “5 dari 7 bersaudara.”
T: “Laki-laki ada berapa dan perempuan ada berapa Pak?” J: “Laki-laki 4, perempuan 3”.
T: “Oya...kalau orang tua Bapak tu pekerjaannya apa ya Pak kalau boleh tahu?” J: “Bapak ibu saya tu kerjaannya ya di sawah...petani gitu”.
J: “Ya...biasa aja, kayak orang biasa, namanya juga orang kampung Mbak. Ya kayak gitu lah. Sama kayak yang lainnya.”
T: “Hmm...berarti sederhana maksud Bapak?” J: “Iya”.
T: “Kalo Bapaknya Bapak tu orangnya kayak gimana ya? Maksudnya sifatnya?” J: “Kalo Bapak tu pendiam, kalem, ngga’ pernah...jarang marah.”
T: “Kalo Ibu?”
J: “Kalo Ibu ngga’ galak tapi banding Bapak ya lebih banyak bicaranya. Sama sih Mbak, semua baik.”
T: “Hubungan Bapak dengan orang tua Bapak gimana?” J: “Ya....baik kayak biasanya.”
T: “Biasanya gimana Pak?”
J: “Ya maksudnya...baik, biasa aja, ngga’ da masalah gitu.”
T: “Maksud Bapak hmm...ngga’ ada perbedaan perlakuan dengan saudara-saudara yang lainnya apa gimana?”
J: “Ya...baik.”
T: “Bapak kan sudah berkeluarga ni...udah berapa tahun Pak?”
J: “Berapa ya? Hmm...kira-kira 20 tahunan dah ada ya. Saya nikah dengan ibu tahun 1987 kalo ngga’ salah.”
T: “Kok bisa ketemu ibu di mana Pak?”
J : “Ya di tempat kursus, sekolah dulu. Kan sama-sama tuna netra, ngga’ bisa melihat, sekolah pijat itu biar bisa kerja (senyum).”
J : “2...yang nomer 1 laki-laki dah lulus STM, yang kecil perempuan masih sekolah kelas 3 SMP.”
T : “Sejauh ini gimana Pak kehidupan keluarga Bapak?” J : “Maksudnya ekonominya apa kesehariannya?” T: “Ya semuanya Pak.”
J: “Ya...biasa to Mbak namanya orang kekeluargaan ya ada senang ada susahnya to. Kalo pas ribut ya ribut biasa tapi pas baik ya rukun. Jadi ya baik-baik aja. Biasa aja. Kalo ekonomi ya gini pas-pasan namanya juga cuma tukang pijat tapi ya kudu disyukuri to...udah lumayan, saya, istri saya kan ngga’ bisa liat kaya orang normal. Bisa nyukupi, makan dah bersyukur.”
T: “Iya ya Pak. Maaf ni Pak, Bapak tidak dapat melihat tu sejak kecil atau gimana Pak? Bisa cerita sedikit ngga’ Pak?”
J: “Saya ngga’ bisa melihat tu ngga’ dari kecil tapi waktu umur berapa saya lupa...kalo ngga’ salah kena air buat nyemprot tanaman itu lho...apa obat hama. Kan panas itu, sakit lama-lama kabur ngga’ bisa liat gini.”
T: “Obat ya Pak ya hmm.”
“Itu tingkatnya buta total kan Pak? Atau apa?” J: “Iya buta total, ngga’ bisa liat ini.”
T: “Berarti harus pake Braille ya Pak?”
J: “Iya, ya saya ngga’ bisalah suruh baca kaya orang awas. Di sekolah diajari.” T: “Bapak dulu sekolah di mana Pak? Tahun berapa kira-kira?”
J: “Sekolahnya namanya lupa (sambil mengerinyitkan dahi) tapi ya itu sekolah mijat, ketrampilan buat kesed, macam-macam Mbak. Dulu di Temanggung di
panti sama istri saya juga, kursusnya 4 tahun. Tahun berapa ya...sebelum nikah pokoke.”
T: “Diajari pelajaran lain ngga’ Pak?”
J: “Ya ada, pelajaran agama, pengetahuan umum juga ada tapi yang banyak ya diajari mijat wong nantinya juga kerjanya mijat.”
T: “Ketrampilan yang diberikan memang kebanyakan buat tuna netra itu ya Pak...mijat ?”
J: “Iya. Lha meh napa lagi to Mbak.” (sambil senyum)
T: “Sekarang mo nanya ni Pak...sejak kapan Bapak bekerja sebagai tukang pijat?” J: “Sejak tahun 1985 setelah lulus dari panti, saya buka di sini, dulu jalan belum
aspal masih batu-batu. Dari panti bantu buat plakat, jadi orang pada tahu, ngasih bantuan kasur buat tempat pijat juga.”
T: “Jadi Bapak buka di rumah terus Pak?”
J: “Ya ngga’...dulu juga keliling Mbak, ke hotel di Magelang, keliling-keliling biar pada tahu...promosi gitu jadi kalo dah dapat langganan bisa dipanggil atau datang ke sini gitu...heee...(tertawa kecil). Kadang diambil sama panti dibawa ke mana, ke Semarang atau mana ya suruh mijat.”
T: “Wah berarti lumayan juga ya Pak...iya promosi. Kok pengin jadi tukang pijat kenapa Pak?”
J: “Ya kalo suruh milih ya ngga’ pengin hee....(tertawa) tapi bisanya ya cuma itu...gunanya sekolah juga buat kerja to. Bisanya diajari mijat ya mijat wong juga halal to. Dah bersyukur kok Mbak.”
T: “Selain mijat Bapak pernah kerja lainnya ngga’ Pak? Sebelum jadi tukang pijat?”
J: “Ya ngga’...kan lulus langsung mijat. Ngga’ bisa kerja lainnya bisanya punya ketrampilannya mijat.”
T: “Kira-kira selama jadi tukang pijat ada hambatan apa Pak?”
J: “Ya ada yang pasti ekonomi, kan kadang sepi kadang rame. Kalo rame ya lumayanlah dapatnya.”
T: “Ada hambatan lain ngga’ Pak selain ekonomi?”
J: “Ya ada, kadang pasiennya tapi.... ngga’ adalah, baik semua.”
T: “Bapak bilang pasiennya...kenapa Pak? Ada yang ngganggu atau gimana?” J: “Ya ngganggu sih ngga’ cuma kadang ada yang ngga’ bayar, alasannya selesai
pijat mo ke kamar mandi atau apa. Ya maklum orang buta.” T: “Kalo pasien gitu sikap Bapak gimana?”
J: “Ya mo gimana lagi ya udah ikhlas aja.”
T: “Pak kalo boleh tahu kira-kira penghasilan dari mijat tiap bulannya rata-rata berapa ya Pak?”
J: “Ya kalo dulu sehari mijat 5-6 orang kuat kalo sekarang ya paling 3 orang. Ya kira-kira Rp 25.000,00 per orang. Diitung aja Mbak!”
T: “Berarti rata-rata 2 juta-an ya Pak? Lumayan. Oya, kalo di lingkungan sini hubungan Bapak dengan masyarakat gimana Pak?”
J: “Ya baik, biasa aja kayak lainnya.”
T: “Orang-orang di lingkungan ini kayak gimana menurut Bapak?” J: “Baik kok, ramah, ya enak aja gitu.”
T: “Hmm Bapak ikut kegiatan apa saja di lingkungan?”
J: “Ya kalo diundang kumpulan RT ya saya berangkat, dulu acara 17an diundang ikut lomba, pesta tapi kalo sekarang ngga’ diundang ya ngga’ berangkat. Di rumah aja.”
T: “Jadi kalo ngga’ diundang ngga’ berangkat ya Pak? Kenapa?”
J: “Ya kalo ngga’ diundang ya ngga’ enak datang, ya kalo diundang saja.” T: “Hmm...tapi hubungan Bapak dengan lingkungan bagaimana sejauh ini?” J: “Ya baik, biasa aja.”
T: “Kegiatan di lingkungan kira-kira apa saja yang Bapak ikuti?”
J: “Acara 17an, kumpulan RT, kerja bhakti tapi ya cuma bantu-bantu. Kalo di lingkungan tuna netra saya malah sering ikut wong saya ikut gabung di ITMI se-kabupaten Magelang.”
T: “Apa itu Pak?”
J: “Ikatan Tuna netra Muslim Indonesia. Jadi dari situ saya tahu data-data tuna netra di Magelang dan di Indonesia. Ya sama-sama tukang pijat.”
T: “Kegiatan yang dilakukan apa Pak?”
J: “Rapat rutin, pengajian, penataran, arisan, lain-lain.”
T: “Hmm...bagaimana penampilan Bapak sehari-hari? Berpakaiannya?”
J: “Ya...gimana ya, ya gini biasa aja. Kan buta jadi ngga’ bisa liat, ya gimana nilai penampilan? Yang mesti ya sopan. Kalo di rumah ya cuma gini, pake kaos, celana pendek.”
T: “Hmm. Pas berpakaian seperti itu rasanya gimana Pak?” J: “Ya biasa aja to...(tertawa kecil).”
T: “Nyaman atau gimana Pak rasanya?” J: “Yah....biasa ajalah.”
T: “Bagaimana Pak penilaian Bapak terhadap keterbatasan Bapak maksud saya penglihatan Bapak?”
J: “Yah mo gimana Mbak ya dah bersyukur aja. Matur nuwun (terima kasih).
Sudah cukup. Memang ngga’ bisa kayak orang awas tapi ngga’ papa, biasa aja.”
T: “Kalo menurut Bapak, alat indera Bapak yang lain gimana?” J: “Maksudnya?”
T: “Selain penglihatan bagaimana Bapak merasakan, menilai alat indera, tubuh Bapak yang lain?”
J: “Gimana ya? Ya baik, sehat.”
T: “Menurut Bapak gimana sifat Bapak?”
J: “Wah gimana ya...(senyum) ya ngga’ bisa nilai, susah masak nilai sendiri?” T: “Ya ngga’ papa, menurut Bapak sendiri Bapak tu orangnya kayak gimana?” J: “Gimana ya? Hee...(tertawa) piye ya? (gimana ya?)...ya gini biasa aja, susah”
T: “Kalo kira-kira kelebihan yang Bapak miliki apa tu/” J: “Apa ya? Ya masak saya suruh nilai ya ga bisa.”
T: “Ya udah. Bagaimana penilaian Bapak dengan pekerjaan Bapak sebagai tukang pijat?”
J: “Ya senang, bangga...bersyukur lah diberi cukup.” T: “Bagaimana perilaku Bapak sehari-hari di masyarakat?” J: “Ya biasa kayak yang lain, dengan tetangga baik, rukun.”
T:”Kalo menurut bapak, bagaimana penilaian bapak di masyarakat jiak dikaitkan dengan norma yang berlaku?
J: “Ya...gimana ya, hmm...kalo saya ya...nyoba gimana caranya berperilaku yang baik, ya ngikut yang umum saja, yang wajar. Namanya aturan ya pasti tujuannya baik.”
T: “Sebagai orang muslim bagaimana hidup beragama Bapak?”
J: “Ya...kalo suruh nilai dah baik belum ngga’ bisa tapi ya saya usaha sholat 5 waktu, ngga’ nglanggar larangan.”
T: “Apa yang menjadi prinsip hidup Bapak selama ini?”
J: “Islam. Sebagai orang Islam ya itu pegangan saya, sebisa mungkin hidup sesuai ajaran.”
T: “Gimana Bapak membedakan mana yang benar dan mana yang salah?” J: “Ya asal ngga’ dilarang agama pasti itu benar, kalo dilarang ya salah.”
Minggu, 19 Agustus 2007 di rumah subjek Pukul 11.00 WIB
T: “Nglanjutin yang kemarin ya Pak? Hmm...kemarin kan Bapak cerita kalo Bapak juga mengikuti kegiatan-kegiatan di lingkungan seperti rapat, kumpulan RT, acara 17an, kerja bakti, dan lain-lain, apalagi jika mendapat undangan. Kira-kira bagaimana perasaan Bapak saat melakukan kegiatan-kegiatan tersebut dengan orang-orang di lingkungan Bapak?”
J: “Ya...senanglah Mbak, saya kan bukan orang normal tapi bisa melakukan kegiatan seperti orang normal. Bedanya dengan saya kan cuma saya ngga’ bisa melihat aja.”
T: “Jadi Bapak merasa biasa aja seperti orang normal lainnya ya Pak?” J: “Ya iyalah. Ini aja udah senang Mbak.”
T: “Kalo hubungan Bapak dengan orang tua Bapak gimana Pak”
J: “Ya baik...baiknya Bapak ibu saya tu ngga’ beda-bedain saya sama saudara lainnya, malah sayang sama saya.”
T: “Dimanja ngga’ Pak?”
J: “Ngga’, biasa aja. Malah saya awalnya minder wong beda dari saudara lainnya tapi Bapak ibu saya ngajarin saya masih bisa kayak orang normal. Saya disuruh sekolah di panti tuna netra biar punya ketrampilan biar bisa mandiri.” T: “Berarti orang tua Bapak mendukung Bapak ya?”
J: “Iya. Nrima (menerima).”
J: “Ya biasa aja, untungnya baik semua ngga’ ada yang suka ngejek pa gimana. Pada pengertian, baik kok.”
T: “Bagaimana dengan Ibu (istri) Bapak sendiri?”
J: “Ibu kan juga tuna netra...jadi ya sama-sama kerja jadi tukang pijat di rumah. Wong ketemunya juga di panti to.”
T: “Hubungan Bapak dengan Ibu gimana?”
J: “Ya baik-baik saja...biasa aja. Ya namanya orang keluarga biasa kadang ada ributnya. Ibu juga pengertian sama-sama ngerti namanya juga dah berumah tangga, dah punya anak.”
T: “Kan tadi dengan orang tua, saudara, ibu juga. Nah kalo sama pasiennya gimana Pak hubungannya?”
J: “Ya biasa aja to Mbak wong kan pasien ke sini juga cuma pijat, saya tukang pijat. Ya udah. Sebatas itu aja to. Umume ya baik-baik aja.”
T: “Kan kemarin Bapak pernah bilang ada juga pasien yang kadang nakal, ngga’ bayar abis pijat langsung pergi. Gimana tu Pak?”
J: “Ya meh gimana lagi Mbak...ngga’ bisa apa-apa, ya udah pasrah. Yo jadi lebih hati-hati aja abis itu.”
T: “Lebih waspada gitu ya Pak?”
J: “Iya ati-ati. Kan terasa Mbak, orang niatnya baik pa ngga’. Saya ngga’ liat tapi