• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

a. Penyerahan LPLPO oleh setiap puskesmas ke suku dinas kesehatan harus lebih tepat waktu lagi agar dapat dianalisis pemakaian obat yang digunakan pada setiap kecamatan.

b. Perlu diusulkan penambahan tenaga kesehatan, agar jumlah tenaga kesehatan dapat merata disetiap kecamatan yang ada di wilayah Jakarta Timur.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana

Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku

Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta..(2009). Pedoman Perizinan Sarana

Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Timur.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2011). Peraturan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta No. 4 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan No.246/Menkes/PER/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1991). Peraturan Menteri

Kesehatan RI No.142/MenKes/PER/III/1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Undang-undang No. 22

Tahun 1999 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Peraturan Pemerintah No.

25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah OtonomPresiden RI. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2001). Peraturan Menteri Kesehatan No.1363/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2001). Peraturan Menteri

Kesehatan No.1392/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2002) Peraturan Menteri Kesehatan

No.544/Menkes/VI/2002 tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Peraturan Menteri

Kesehatan No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2003). Keputusan Menteri

Kesehatan No.1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Menteri

Kesehatan No.867/Menkes/Per/VIII/2004 tentang Registrasi dan Praktik Terapis Wicara. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Peraturan Menteri

Kesehatan No.357/Menkes/Per/2006 tentang Registrasi dan Izin Radiografer. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri

Kesehatan No284/MenKes/PER/III/2007 tentang Apotek Rakyat. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Undang-undang No. 25

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Undang-undang No. 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Keputusan Menteri

Kesehatan No.889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri

Kesehatan No.2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Keputusan Menteri

Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011).Keputusan Menteri

Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/149/ I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri

Kesehatan No.006/Menkes/Per/X/2012 tentang Industri dan Usaha ObatTradisional. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4

Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Presiden RI. (2009a). PeraturanPresiden RI No 47 Tahun 2009 Nomor 144 TentangPembentukan Dan OrganisasiKementerian Negara. Jakarta.

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2009). Dokumen Sistem Manajemen Mutu

Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009;Deskripsi Kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

Lampiran 4. Formulir Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal)

Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman (Farmakmin) Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur

Lampiran 5. Persyaratan/Lembar Evaluasi Administrasi Izin Apotek yang

Lampiran 6. Persyaratam Izin Apotek yang Berasal dari Toko Obat/Apotek

Lampiran 10. Check List Penyalur Alat Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta

LAPORAN TUGAS KHUSUS

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA TIMUR

JL. MATRAMAN RAYA NO. 218

PERIODE 19-30 AGUSTUS 2013

ANALISIS DISTRIBUSI DAN PEMETAAN TENAGA

KESEHATAN PUSKESMAS DI KECAMATAN JATINEGARA,

MATRAMAN, CAKUNG, KRAMAT JATI DAN MAKASAR

WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

LINDA JULI ASTUTI, S. Farm.

1206329770

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR GAMBAR ... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tenaga Kesehatan... 4 2.2 Sarana/Fasilitas Kesehatan ... 8 2.3 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ... 9 2.4 Profil Wilayah Jakarta Timur ... 10

BAB 3 METODOLOGI TUGAS KHUSUS ... 13

3.1 Waktu dan Tempat... 13 3.2 Metode Pengumpulan Data ... 13 3.3 Cara Pengolahan Data ... 13

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

4.1 Puskesmas Kecamatan... 14 4.2 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Jatinegara... 22 4.3 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Matraman ... 23 4.4 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Cakung ... 24 4.5 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Kramat Jati ... 25 4.6 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Makasar ... 26

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

5.1 Kesimpulan... 28 5.2 Saran ... 28

Gambar 2.1 Peta wilayah Jakarta Timur ... 12 Gambar 4.1 Grafik dokter lima PKC di Jakarta Timur ... 16 Gambar 4.2 Grafik dokter gigi lima PKC di Jakarta Timur ... 16 Gambar 4.3 Grafik apoteker lima PKC di Jakarta Timur... 16 Gambar 4.4 Grafik AA lima PKC di Jakarta Timur... 17 Gambar 4.5 Grafik bidan lima PKC di Jakarta Timur ... 18 Gambar 4.6 Grafik perawat lima PKC di Jakarta Timur... 18 Gambar 4.7 Grafik perawat gigi lima PKC di Jakarta Timur ... 18 Gambar 4.8 Grafik sanitarian lima PKC di Jakarta Timur ... 19 Gambar 4.9 Grafik nutrisionis lima PKC di Jakarta Timur... 20 Gambar 4.10 Grafik analis laboratorium lima PKC di Jakarta Timur ... 20 Gambar 4.11 Grafik penyuluh kesmas lima PKC di Jakarta Timur... 21 Gambar 4.12 Grafik radiografer lima PKC di Jakarta Timur... 21

Tabel 4.1 Data rekap tenaga kesehatan lima PKC di Jakarta Timur ... 15 Tabel 4.2 Data rekap tenaga kesehatan PKL di Kecamatan Jatinegara ... 23 Tabel 4.3 Data rekap tenaga kesehatan PKL di Kecamatan Matraman ... 24 Tabel 4.4 Data rekap tenaga kesehatan PKL di Kecamatan Cakung ... 25 Tabel 4.5 Data rekap tenaga kesehatan PKL di Kecamatan Kramat Jati .... 26 Tabel 4.6 Data rekap tenaga kesehatan PKL di Kecamatan Makasar ... 27

Lampiran 1. Daftar PKC dan PKL di wilayah Jakarta Timur ... 30 Lampiran 2. Standar tenaga kesehatan PKC dan PKL ... 33 Lampiran 3. Data rekap tenaga kesehatan PKC dan PKL di Kecamatan

Jatinegara ... 34 Lampiran 4. Data rekap tenaga kesehatan PKC dan PKL di Kecamatan

Matraman ... 36 Lampiran 5. Data rekap tenaga kesehatan PKC dan PKL di Kecamatan

Cakung ... 37 Lampiran 6. Data rekap tenaga kesehatan PKC dan PKL di Kecamatan

Kramat Jati... 38 Lampiran 7. Data rekap tenaga kesehatan PKC dan PKL di Kecamatan

Makasar... 39 Lampiran 8. Data tenaga kesehatan di PKC Jatinegara... 40 Lampiran 9. Data tenaga kesehatan di PKC Matraman ... 42 Lampiran 10. Data tenaga kesehatan di PKC Cakung ... 47 Lampiran 11. Data tenaga kesehatan di PKC Kramat Jati ... 50 Lampiran 12. Data tenaga kesehatan di PKC Makasar ... 53

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia yang harus diwujudkan. Menurut UU No.36 tahun 2009 yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia dapat dilakukan upaya yaitu dengan membangun sarana kesehatan yang merata dan terjangkau oleh pemerintah dan masyarakat termasuk swasta secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan sehingga masyarakat dapat menikmati pelayanan kesehatan dengan baik dan optimal (Presiden RI, 2009).

Salah satu sarana kesehatan yang dibangun oleh pemerintah adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai tempat pelayanan kesehatan dasar

atau tingkat pertama. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

No.128/MENKES/SKII/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Dalam menjalankan fungsinya supaya terselenggara pelayanan kesehatan yang paripurna, maka puskesmas harus mempunyai sumber daya kesehatan yang bermutu, salah satunya tenaga kesehatan yang bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangan tiap tenaga kesehatan yang bersangkutan (Presiden RI, 1992).

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Presiden RI, 2009). Tenaga kesehatan melakukan upaya kesehatan pada sarana kesehatan antara lain puskesmas. Tenaga kesehatan yang dimaksud meliputi tenaga medis, tenaga

keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga penunjang medis. Tenaga kesehatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dipilih berdasarkan standar tenaga kesehatan yang ditetapkan pemerintah untuk Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun 2011.

Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya. Pemerintah mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk pemerataan pelayanan kesehatan (Presiden RI, 2009). Namun, pemerintah daerah juga mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk pemerataan pelayanan kesehatan dan dapat melakukan pengadaan serta pendayagunaan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerahnya (Kementerian Kesehatan RI, 2004). Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 salah satu tugas Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Seksi Sumber Daya Kesehatan adalah melaksanakan penyusunan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan serta melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.

Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan berperan serta dalam memonitoring pemerataan tenaga kesehatan di wilayah kerjanya. Pada tugas khusus ini akan dilakukan analisis dan pemetaan tenaga kesehatan di Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan dari lima kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur. Kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan Jatinegara, Kecamatan Matraman, Kecamatan Cakung, Kecamatan Kramat Jati dan Kecamatan Makasar. Analisis dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari tata usaha puskesmas kecamatan tersebut. Tugas khusus ini diharapkan dapat membantu Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur khususnya Subseksi Tenaga Kesehatan dalam memetakan dan merencanakan tenaga kesehatan di puskesmas lebih baik lagi untuk memenuhi pemerataan tenaga kesehatan di sarana kesehatan sesuai kebutuhannya agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan secara optimal.

1.2 Tujuan

Untuk menganalisis jumlah dan distribusi serta pemetaan tenaga kesehatan yang berada di puskesmas kecamatan dan kelurahan di kelima kecamatan yang terletak di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur.

2.1 Tenaga Kesehatan

Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah di Indonesia mengenai tenaga kesehatan beserta persyaratan yang berlaku, sistem pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan, standar profesi serta mekanisme pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 1996)

Tenaga kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sedangkan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Presiden RI, 2009). Jenis tenaga kesehatan terdiri dari (Kementerian Kesehatan RI, 1996):

a. Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi. b. Tenaga keperawatan, meliputi perawat dan bidan.

c. Tenaga kefarmasian, meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. d. Tenaga kesehatan masyarakat, meliputi epidemiolog kesehatan, entomologi

kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.

e. Tenaga gizi, meliputi nutrisionis dan dietisien.

f. Tenaga keterapian fisik, meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.

g. Tenaga keteknisian medis, meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis.

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 23 menyebutkan bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memilki izin dari pemerintah. Perizinan praktik tenaga kesehatan di Provinsi DKI Jakarta diberikan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi dengan keluarnya Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009. Dasar hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Permenkes No. 1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.

b. Kepmenkes No.889/MenKes/Per/V/2011 tentang Izin Praktik dan izin Kerja Tenaga Kefarmasian.

c. Kepmenkes No.2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Izin Praktik dan

Pelaksanaan Praktik Kedokteran.

d. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/148/I/2001 Tentang Registrasi dan Praktik Perawat.

e. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/149/I/2001 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan.

f. Kepmenkes No.357/Menkes/Per/2006 Tentang Registrasi dan Izin

Radiografer.

g. Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta No. 3026/1.777.12 tanggal 12 April 2012

Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan

kesehatan dan harus memiliki kualifikasi minimum dimana ketentuan mengenai kualifikasi minimum diatur dengan Peraturan Menteri. Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tersebut dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah dan selama memberikan pelayanan kesehatan dilarang mengutamakan kepentingan yang bernilai materi. Selain hal tersebut tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etik dan standar profesi yang diatur oleh organisasi profesi serta

hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan standar prosedur operasional yang diatur dalam Peraturan Menteri (Presiden RI, 2009).

Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki izin dari Menteri. Tenaga medis dan tenaga kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi. (Kementerian Kesehatan RI, 1996). Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya, berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki serta untuk kepentingan hukum wajib melakukan pemeriksaan kesehatan atas permintaan penegak hukum dengan biaya ditanggung oleh negara. Namun apabila diduga melakukan kesalahan maka kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi (Presiden RI, 2009).

Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan oleh

pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat. Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan nasional tenaga kesehatan. Pengadaan tenaga kesehatan dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan di lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat sedangkan pelatihan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan keterampilan atau penguasaan di bidang teknis kesehatan dan dilakukan secara berjenjang sesuai dengan jenis tenaga kesehatan yang bersangkutan. Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya. Umumnya pelatihan di bidang kesehatan dilaksanakan di balai pelatihan tenaga kesehatan atau tempat pelatihan lainnya dan dapat diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 1996).

Pemerintah mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk pemerataan pelayanan kesehatan dimana pemerintah daerah dapat mengadakan dan

mendayagunakan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerahnya (Presiden RI, 2009). Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan dilakukan dengan memperhatikan:

a. Jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat. b. Jumlah sarana pelayanan kesehatan.

c. Jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan beban kerja pelayanan kesehatan yang ada.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk:

a. Menghormati hak pasien

b. Menjaga kerahasian identitas dan data kesehatan pribadi pasien

c. Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan

d. Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan e. Membuat dan memelihara rekam medis

Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan. Pembinaan tehdap tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu pengabdian profesi tenaga kesehatan sedangkan pembinaan kariernya meliputi kenaikan pangkat, jabatan dan pemberian penghargaan. Adapun pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 1996) dilaksanakan melalui:

a. Bimbingan

b. Pelatihan di bidang kesehatan

c. Penetapan standar profesi tenaga kesehatan

Dalam kegiatan pengawasan terhadap tenaga kesehatan, dapat dilakukan tindakan pendisiplinan terhadap tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan tugas sesuai standar profesinya berupa tindakan teguran atau pencabutan izin untuk melakukan upaya kesehatan. Selain hal tersebut terhadap tenaga kesehatan yang dengan sengaja melakukan upaya kesehatan tanpa izin, melakukan upaya kesehatan tanpa melakukan adaptasi, melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan dan tidak melaksanakan kewajiban

sebagai tenaga kesehatan dapat dikenakan pidana denda (Kementerian Kesehatan RI, 1996).

Sebagai turunan dari Peraturan Pemerintah tersebut, telah diterbitkan

beberapa Keputusan Menteri Kesehatan, yaitu Kepmenkes

No.81/Menkes/SK/I/2004 tentang pedoman penyusunan perencanaan sumber daya kesehatan di tingkat provinsi, kabupaten/kota serta rumah sakit. Dalam keputusan Menteri Kesehatan disebutkan bahwa dalam perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan terdapat empat metoda penyusunan yang dapat digunakan, yaitu: a. Health Need Method (keperluan kesehatan), yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas epidemiologi penyakit utama yang ada pada masyarakat.

b. Health Service Demand (kebutuhan kesehatan), yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas permintaan akibat beban pelayanan kesehatan.

c. Health Service Target Method (sasaran upaya kesehatan yang ditetapkan), yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan, misalnya Puskesmas dan Rumah Sakit. d. Ratio Method (dibandingkan terhadap jumlah penduduk), yaitu perencanaan

kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas standar/rasio terhadap nilai tertentu.

2.2 Sarana/Fasilitas Kesehatan

Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 1996). Sedangkan yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan menurut jenisnya dibedakan menjadi fasilitas pelayanan perseorangan dan fasilitas pelayanan masyarakat, yang diselenggarakan baik oleh pihak pemerintah, pemerintah daerah maupun pihak swasta (Presiden Republik Indonesia, 2009).

Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit khusus, praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek dokter spesialis, praktek bidan, toko obat, apotek, pedagang besar farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium, sekolah dan akademi kesehatan, balai penelitian kesehatan dan sarana kesehatan lainnya.

2.3 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.128/MENKES/SKII/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas memiliki fungsi (Kementerian Kesehatan RI, 2004): 2.3.1 Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan

kesehatan, aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya,

mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.

2.3.2 Pusat Pemberdayaan Masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan, ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.

2.3.3 Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi :

a. Pelayanan Kesehatan Perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat

Dokumen terkait