• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.2. Saran

1. Dalam pengelolaan TNKL, pihak BTNKL perlu melakukan kemitraan bersama lembaga adat, kepala desa, Disbudpar dan Tananua Flores. Pihak BTNKL juga perlu melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat yaitu mengupayakan keterwakilan dan keterlibatannya dalam pengambilan keputusan dan penentuan tindakan dalam pengelolaan TNKL.

2. Dalam pengelolaan TNKL, perlu ditetapkan mekanisme koordinasi antar stakeholders, serta membangun kesepakatan mengenai tingkat partisipasi pada tahap identifikasi kegiatan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, sekaligus menentukan tanggung jawab masing-masing stakeholders.

104

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, R. 2005. Mekanisme Perencanaan Partisipasi Stakeholder Taman Nasional Gunung Rinjani [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Adiprasetyo, T. 2010. Rancang Bangun Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional secara Berkelanjutan di Era Otonomi Daerah [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Basuni, S. 2003. Inovasi Institusi untuk Meningkatkan Kinerja Daerah Penyangga Kawasan Konservasi (Studi Kasus di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat). [Disertasi]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Berkes, F. 2009. Evolution of Co-management: Role of Knowledge Generation, Bridging Organizations and Social Learning. Journal of Environmental Management 90 (2009): 1692 - 1702.

Borrini-Feyerabend, G., M.T. Farvar, J.C. Nguinguiri, and V.A. Ndangang. 2000. Co-management of Natural Resources: Organising, Negotiating and Learning-by-Doing. GTZ and IUCN. Heidelberg.

Borrini-Feyerabend, G., M. Pimbert, M.T. Farvar, A. Kothari and Y. Renard. 2004. Sharing Power: Learning-by-Doing in Co-Management of Natural Resources throughout the World. IIED and IUCN/CEESP. Teheran. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende. 2009a. Ende dalam Angka 2009.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende. Ende.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende. 2009b. Kecamatan Detusoko dalam Angka 2009. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende. Ende.

[BTNK] Balai Taman Nasional Kelimutu. 2007. Laporan Akhir Studi Komunitas Flora dan Fauna Taman Nasional Kelimutu. Balai Taman Nasional Kelimutu, DITJEN PHKA, Departemen Kehutanan Bekerjasama dengan Pusat Penelitian Biologi – LIPI. Bogor.

---. 2008a. Buku Informasi Taman Nasional Kelimutu. Balai Taman Nasional Kelimutu. Ende.

---. 2008b. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Kelimutu Periode 2009 – 2029 Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur. Balai Taman Nasional Kelimutu. Ende.

---. 2009a. Perjanjian Kerjasama antara Balai Taman Nasional Kelimutu Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan dengan Universitas Flores nomor : PKS. 306/BTNKL-1/2009 dan nomor : 369/115/F/V/2009 tentang Pengelolaan Arboretum dan Program Pengembangan Kampus Bidang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati di Taman Nasional Kelimutu.

---. 2009b. Laporan Kajian Perilaku Adat Kegiatan Bercocok Tanam Masyarakat Lio di Daerah Sekitar Kawasan Taman Nasional Kelimutu. Balai Taman Nasional Kelimutu. Ende.

---. 2010. Statistik Balai Taman Nasional Kelimutu Tahun 2009. Balai Taman Nasional Kelimutu. Ende.

Bryson, J.M. 2004. What to Do when Stakeholders Matter: Stakeholder Identification and Analysis Techniques. Public Management Review Vol 6 issue 1 2004: 21-53.

Carlsson, L., and F. Berkes. 2005. Co-management: Concept and Methodological Implications. Journal of Environmental Management 75 (2005): 65 - 76.

Colfer, C.J.P., R. Prabhu, M. Günter, C. McDougall, N.M. Porro, dan R. Porro. 1999a. Siapa yang Perlu Dipertimbangkan? Menilai Kesejahteraan Manusia dalam Pengelolaan Hutan Lestari. Volume 8, Perangkat Kriteria dan Indikator. Center for International Forestry Research. Bogor.

---, M.A. Brocklesby, C. Diaw, P. Etuge, M. Günter, E. Harwell, C. McDougall, N.M. Porro, R. Porro, R. Prabhu, A. Salim, M.A. Sardjono, B. Tchikangwa, A.M. Tiani, R. Wadley, J. Woelfel, dan E. Wollenberg. 1999b. Panduan Pendamping Penilaian Dasar Kesejahteraan Manusia. Volume 6, Perangkat Kriteria dan Indikator. Center for International Forestry Research. Bogor.

---, 1999c. Panduan Penilaian Dasar Kesejahteraan Manusia. Volume 5, Perangkat Kriteria dan Indikator. Center for International Forestry Research. Bogor.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2004. Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Departemen Kehutanan. Jakarta. ---. 2006. Pedoman Penyusunan Master Plan Pemberdayaan Masyarakat di

Sekitar Hutan Konservasi. Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

---. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Departemen Kehutanan. Jakarta.

---. 2008. Statistik Kehutanan Indonesia 2007. Badan Planologi Kehutanan. Jakarta.

[Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ende. 2009. Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ende Tahun 2009- 2014.

106

[Dishutbun] Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ende. 2009. Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ende Tahun 2009 – 2014.

Djajadiningrat, S.T. 2001. Untuk Generasi Masa Depan: Pemikiran, Tantangan dan Permasalahan Lingkungan. Studi Tekno Ekonomi, Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Eriyatno, dan F. Sofyar. 2007. Riset Kebijakan Metode Penelitian untuk Pascasarjana. IPB Press. Bogor.

Fisher, S., J. Ludin, S. Williams, D.I. Abdi, R. Smith, dan S. Williams. 2001. Mengelola Konflik: Ketrampilan dan Strategi untuk Bertindak (Edisi Bahasa Indonesia). The British Council Indonesia. Jakarta.

Fuad, H.F., dan S. Maskanah. 2000. Inovasi Penyelesaian Sengketa Pengelolaan Sumberdaya Hutan. Pustaka LATIN. Bogor.

Groenendijk, L. 2003. Planning and Management Tools. The International Institute for Geo-Information Science and Earth Observation (ITC). Enschede.

de Groot, R.S., M.A.Wilson, and R.M.J.Boumans. 2002. A Typology for The Classification, Description and Valuation of Ecosystem Functions, Goods and Services. Ecological Economics 41 (2002): 393 - 408.

de Groot, R. 2006. Function-analysis and Valuation as a Tool to Assess Land Use Conflicts in Planning for Sustainable, Multi-functional Landscapes. Landscape and Urban Planning 75 (2006): 175 - 186.

Hartrisari. 2007. Sistem Dinamik: Konsep Sistem dan Pemodelan untuk Industri dan Lingkungan. SEAMEO BIOTROP. Bogor.

Jumbe, C.B.L., and A. Angelson. 2007. Forest Dependence and Participation in CPR Management: Empirical Evidence from Forest Co-management in Malawi. Ecological Economics 62 (2007): 661 - 672.

Kartodihardjo, H., dan H. Jhamtani. 2006. Politik Lingkungan dan Kekuasaan di Indonesia. PT Equinox Publishing Indonesia. Jakarta.

Karyana, A. 2007. Analisis Posisi dan Peran Lembaga serta Pengembangan Kelembagaan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kassa, S. 2009. Konsep Pengembangan Co-Management untuk Melestarikan Taman Nasional Lore Lindu [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Keraf, A.S. 2002. Etika Lingkungan. PT Kompas Media Nusantara. Jakarta. Kusumanto, T., E.L. Yuliani, P. Macoun, Y. Indriatmoko, dan H. Adnan. 2006.

Belajar Beradaptasi: Bersama-sama Mengelola Hutan di Indonesia. Center for International Forestry Research. Bogor.

Liu, J., Z. Ouyang, and H. Miao. 2010. Environmental Attitudes of Stakeholders and Their Perceptions Regarding Protected Area-Community Conflicts: A Case Study in China. Journal of Environmental Management 91 (2010): 2254 – 2262.

Lockwood, M. 2010. Good Governance for Terrestrial Protected Areas: A Framework, Principles and Performance Outcomes. Journal of Environmental Management 91 (2010): 754 - 766.

Marimin. 2005. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo. Jakarta.

Mayers, J. 2005. Power Tools: The Four Rs. International Institute for Environment and Development.

Mbile, P., M. Vabi, M. Meboka, D. Okon, J. Arrey-Mbo, F. Nkongho, and E. Ebong. 2005. Linking Management and Livelihood in Environmental Conservation: Case of The Korup National Park Cameroon. Journal of Environmental Management 76 (2005): 1 – 13.

Nuggehalli, R.K., and L. S. Prokopy. 2009. Motivating Factors and Facilitating Conditions Explaining Women's Participation in Co-management of Sri Lankan Forests. Forest Policy and Economics 11 (2009): 288 – 293. Purwanti, F. 2008. Konsep Co-management Taman Nasional Karimunjawa

[Disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Reed, M.S., A. Graves, N. Dandy, H. Posthumus, K. Hubacek, J. Morris, C. Prell, C.H. Quinn, and L.C. Stringer. 2009. Who’s in and why? A Typology of Stakeholder Analysis Methods for Natural Resource Management. Journal of Environmental Management XXX (2009): 1 - 17.

Ribot, J.C., and N.L. Peluso. 2003. A Theory of Access. Rural Sociology 68 (2): 153 - 181.

Rishi, P., S. Moghe, and B.K. Upadhyay. 2008. Analysis of Hierarchy of Needs and Motivational Strategies for Eco-Development Planning in Two National Park of India. Resources, Conservation and Recycling 52 (2008): 707 – 718.

Sitorus, M.T.F. 1998. Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan. Kelompok Dokumentasi Ilmu-ilmu Sosial. Bogor.

Soemarwoto, O. 2008. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan. Jakarta.

Suparmoko. 1989. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Pusat Antar Universitas – Studi Ekonomi, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

108

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Suporahardjo. 2000. Membangun Konsensus untuk Penyelesaian Konflik atas Pengelolaan Sumberdaya Hutan di Indonesia [Pengantar].Di dalamInovasi Penyelesaian Sengketa Pengelolaan Sumberdaya Hutan. Pustaka LATIN. Bogor.

Widada, S. Mulyati, dan H. Kobayashi. 2006. Sekilas tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Ditjen PHKA - JICA. Jakarta.

Zachrisson, A. 2008. Who should Manage Protected Areas in The Swedish Mountain Region? A Survey Approach to Co-management. Journal of Environmental Management 87 (2008): 154 - 164.

110

PANDUAN KUISIONER UNTUK MENGETAHUI PENERAPAN PRINSIP

CO-MANAGEMENTSAAT INI

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Apakah Anda ikut terlibat dalam

pengelolaan TNKL (pada kegiatan ……….)? Jelaskan.

2 Apakah hak masyarakat adat/

lokal diakui oleh Pengelola/ BTNKL dan Pemda? Jelaskan.

3 Apakah terjalin komunikasi

dengan pengelola/ BTNKL? Komunikasi terkait negosiasi pengelolaan apa?

4 Apakah ada kejelasan hak dan

tanggung jawab masyarakat terhadap pengelolaan TNKL? Jelaskan?

5 Apakah ada konsensus yang

disepakati bersama BTNKL? Jelaskan?

PANDUAN KUISIONER UNTUK ANALISIS

NILAI PENTING (IMPORTANCE)STAKEHOLDERS

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Bagimana kepentinganAnda

terhadap fungsi regulasi ekosistem TNKL dalam mengatur proses-proses ekologis yang esensial serta sistem pendukung kehidupan; seperti pemeliharaan kualitas udara, penyediaan air bersih, drainase, perlindungan tanah dari erosi, serta jasa ekologi lainnya.

2 Bagaimana kepentinganAnda

terhadap fungsi habitat TNKL yang menjaga kelestarian fungsi ekosistem TNKL sebagai tempat berlindung dan berkembangbiaknya berbagai flora dan fauna. Pada kriteria ini, fungsi habitat lebih ditekankan pada kebutuhan kondisi ruang yang dapat memelihara keanekaragaman biotik dan genetik serta mendukung proses evolusi yang terjadi.

3 Bagaimana kepentinganAnda

terhadap fungsi produksi TNKL yang menyediakan berbagai sumberdaya, untuk memenuhi kebutuhan sumber pangan, bahan baku (misalnya kayu untuk rumah), sumber genetik (misalnya obat-obatan) dan sumberdaya energi (misalnya kayu bakar).

4 Bagaimana kepentinganAnda

terhadap fungsi informasi ekosistem TNKL yang memberikan kontribusi bagi pemeliharaan kesehatan manusia, dengan menyediakan tempat untuk berefleksi menikmati pemandangan (keindahan jalan, perkampungan dan lain-lain), perjalanan berekreasi/ ekowisata, perjalanan wisata budaya, dan pendidikan, serta pengembangan spiritual.

5 Bagaimana kepentingan Anda

terhadap carrier functionekosistem

TNKL seperti lahan/ tanah dalam kawasan TNKL, sarana jalan, dan areal untuk wisata, ………. (lainnya sebutkan)

112

PANDUAN KUISIONER UNTUK ANALISIS PENGARUHSTAKEHOLDERS

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Bagaimana pengaruh kelayakan

Anda dalam memberikan sanksi; melalui: sanksi finansial,

ancaman fisik, sanksi hukum, sanksi adat, atau sanksi lainnya (sebutkan)

2 Bagaimana pengaruh kekuatan

mengkompensasi Anda?

Pengaruh yang diperoleh melalui kekuatan uang, simbolik, dan penghargaan berupa materi, seperti pemberian gaji/ upah,

bribes, pemberian bantuan/ kegiatan, atau pemberian sebidang lahan, atau pemberian penghargaan lainnya

3 Bagaimana pengaruh kondisi

kekuatan Anda? Pengaruh yang diperoleh melalui opini, massa dan manipulasi kepercayaan, yaitu melalui kelompok yang sepadan, norma budaya, pendidikan, atau propaganda.

4 Bagaimana pengaruh kekuatan

Anda? Pengaruh yang diperoleh berdasarkan kepribadian/

kepemimpinan seseorang melalui karisma, atau pesona seseorang, kekuatan fisik dan kecerdasan mental, atau kekayaan?

5 Bagaimana pengaruh sumber

kekuatan Anda? Pengaruh yang diperoleh dari suatu organisasi (jumlah angggaran, kapasitas kelembagaan, kesesuaian tupoksi, jejaring kerja, dan SDM).

Lampiran 2. Hasil pengolahan ISM VAXO elemen lembaga dan pelaku yang terlibat dalam pengelolaan TNKL melalui pendekatan co- management

1. Matriksreachabilityawal (kiri) dan final (kanan) dengan mencakup perhitungandriver powerdandependence

114

Lampiran 3. Hasil pengolahan ISM VAXO elemen kebutuhan dari program pengelolaan TNKL

1. Matriksreachability awal (kiri) dan final (kanan) dengan mencakup perhitungandriver powerdandependence

Lampiran 4. Hasil pengolahan ISM VAXO elemen kendala utama dalam pengelolaan TNKL secaraco-management

1. Matriksreachabilityawal (kiri) dan final (kanan) dengan mencakup perhitungandriver powerdandependence

116

Lampiran 5. Hasil pengolahan ISM VAXO elemen elemen tujuan dari pengelolaan dengan pendekatanco-management

1. Matriksreachability awal (kiri) dan final (kanan) dengan mencakup perhitungandriver powerdandependence

Lampiran 6. Hasil pengolahan ISM VAXO elemen kegiatan yang diperlukan 1. Matriksreachabilityawal (kiri) dan final (kanan) dengan mencakup

perhitungandriver powerdandependence

ABSTRACT

LUKITA AWANG NISTYANTARA. The Management Strategies of Kelimutu National Park Through Co-management Approach. Supervised by SAMBAS BASUNI and RINEKSO SOEKMADI.

The management of Kelimutu National Park (KNP), that applies preservationist paradigm and centralized policy, had caused a conflict of interest among stakeholders. Therefore, the management strategies of the park by co- management approach are needed to conserve the park and became a conflict resolution. The aims of this research are to analyze the application of the principle of co-management at the time, to identify relevant stakeholders, and to determine the management strategies of the park through co-management approach. The results showed that application of the principle of co-management in the Wologai Tengah village in the category of high/ good, while in the Saga village in the category of middle. The results also showed that there were 15 (fifteen) stakeholders, who were affected by or can affect by the decisions and the actions of the management of the park. Based on the expert’s assessment, the core of the stakeholders are both of the park management and the local community. They can influence the succesfull management of the park. The management strategies of the park include: a) to integrate the management plans of KNP among stakeholders through coordination mechanisms; b) to synchronize the implementation of the management plans; c) to improve the good communication, partnerships and the community participation; and d) to do a continuous meeting among both of the park management and the local community in order to find the solutions.

LUKITA AWANG NISTYANTARA. Strategi Pengelolaan Taman Nasional Kelimutu Melalui Pendekatan Co-management. Dibimbing oleh SAMBAS BASUNI dan RINEKSO SOEKMADI

Pengelolaan TNKL (Taman Nasional Kelimutu) masih dikelola dengan berpegang pada paradigma preservationist serta kebijakan yang sentralistik, sehingga seringkali keputusan yang diambil oleh pengelola taman nasional tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hal tersebut memicu munculnya konflik kepentingan antar stakeholders, antara lain kebutuhan lahan untuk berkebun, klaim kepemilikan atas sebagian lahan dalam kawasan, serta pengambilan kayu untuk pembangunan rumah adat. Konflik tersebut juga memungkinkan terjadinya degradasi sumberdaya alam dalam kawasan TNKL. Oleh karena itu, strategi pengelolaan melalui pendekatan co-management diperlukan dalam rangka melindungi TNKL dan menjaga kelestariannya sekaligus berusaha menyelesaikan dan mengakhiri konflik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan prinsip co-management dalam pengelolaan TNKL pada saat ini; mengidentifikasi serta menganalisis kepentingan dan aspirasi stakeholders; mengklasifikasi stakeholders terkait pengelolaan TNKL; dan menentukan strategi pengelolaan TNKL melalui pendekatanco-management.

Penelitian dilakukan mulai bulan Juli sampai dengan Desember 2010. Observasi dan survey lapangan dilakukan di dua desa yaitu Desa Wologai Tengah dan Desa Saga. Dalam rangka analisis kondisi existing penerapan prinsip co-management, pengambilan contoh dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 60 responden. Data dikumpulkan dengan melakukan observasi dan pengisian kuisioner. Dalam rangka identifikasi stakeholders, analisis kepentingan dan aspirasistakeholders, serta analisis nilai penting dan pengaruh stakeholders, pengambilan contoh dilakukan dengan teknik snowball sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam menggunakan kuisioner sebagai panduan. Sementara itu, strategi pengelolaan disusun menggunakan teknik ISM, dengan cara melakukan penilaian elemen-elemen pengelolaan oleh 10 pakar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan prinsip co-management di Desa Wologai Tengah pada kategori tinggi/ baik, sedangkan di Desa Saga masuk kategori sedang. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat 15 stakeholders yang mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh kebijakan dan tindakan dalam pengelolaan TNKL. Secara umum, kepentingan (interest) dan aspirasi stakeholders tersebut telah sinergi dengan fungsi ekosistem TNKL. Namun, kepentingan dan aspirasi petani kopi, masyarakat Saga dan lembaga adat Saga yang tidak sinergis dengan fungsi ekosistem TNKL adalah pengambilan kayu untuk pembangunan rumah adat, kebutuhan lahan untuk berkebun, serta klaim kepemilikan atas sebagian lahan dalam kawasan.

Hasil klasifikasistakeholders menunjukkan bahwa kategorisubjectsadalah masyarakat Saga dan Wologai Tengah serta petani kopi dalam kawasan. Stakeholders ini memerlukan pemberdayaan agar terlibat dalam pengambilan keputusan dan tindakan pengelolaan TNKL. Stakeholders yang berada pada kategori key playersadalah BTNKL, Disbudpar, lembaga adat, kepala desa dan Tananua Flores. Stakeholders ini perlu dilibatkan sebagai mitra dan perlu untuk mempertahankan komitmennya dalam pengelolaan TNKL. Sementara itu stakeholders yang berada pada kategori context setters adalah BAPPEDA, Dishutbun, Swisscontact dan Unflor. Stakeholders ini perlu dikelola untuk

dimintai saran pendapat (konsultasi) ataupun hanya sekedar penyampaian ijin dan pemberitahuan akan dilaksanakannya suatu kegiatan.

Berdasarkan penilaian pakar, strategi yang dapat dikembangkan sebagai resolusi konflik sekaligus untuk mengakomodir kebutuhan dan kepentingan stakeholders dalam pengelolaan TNKL melalui pendekatan co-management yaitu: a) memprioritaskan masyarakat dan BTNKL sebagai lembaga/pelaku yang menentukan keberhasilan pengelolaan TNKL secara co-management; b) mengintegrasikan rencana-rencana pengelolaan TNKL antar lembaga/stakeholders melalui mekanisme koordinasi sebagai kebutuhan dari program pengelolaan; c) mensinkronisasikan pelaksanaan rencana pengelolaan antar lembaga/stakeholders; d) menciptakan mekanisme pembelajaran dialogis, serta meningkatkan komunikasi yang baik, potensi kemitraan, dan partisipasi masyarakat sebagai tujuan pengelolaan; serta e) melaksanakan kegiatan pertemuan antara BTNKL dan komunitas lokal sebagai kegiatan kunci dalam rangka mencari solusi bersama.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jumlah penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat, berarti penyediaan tenaga kerja yang cukup banyak. Namun sejalan dengan itu kebutuhan dasar atas sandang, papan dan pangan juga meningkat. Apabila kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka bagi masyarakat di sekitar hutan, akan mencukupi kebutuhannya dengan mengambil sumberdaya dari dalam hutan. Hal ini merupakan salah satu ancaman bagi kelestarian hutan. Berdasarkan perhitungan Badan Planologi Kehutanan, deforestasi Indonesia pada tahun 2000–2005 telah mencapai 1,1 juta hektar/tahun (Dephut 2008).

Desa yang berada di sekitar dan berinteraksi langsung dengan kawasan konservasi berjumlah kurang lebih 1.908 desa, dengan jumlah masyarakat sekitar 660.845 kepala keluarga (Dephut 2006). Fakta ini mengindikasikan bahwa pengelolaan kawasan hutan konservasi tidak dapat di

k

elola sendiri oleh aparat kehutanan. Pengalaman memberikan pelajaran bahwa dalam pengelolaan kawasan hutan konservasi diperlukan dukungan nyata dari para pemangku kepentingan, khususnya masyarakat di sekitar kawasan hutan konservasi.

Taman Nasional Kelimutu (TNKL) merupakan salah satu kawasan hutan konservasi yang terletak di Kabupaten Ende - Flores, yang ditunjuk sebagai Kawasan Taman Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 279/Kpts-II/92 dengan luas ± 5.000 hektar. Pada tahun 1997, TNKL ditetapkan sebagai taman nasional dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 675/Kpts-II/97 dengan luas 5.356,5 hektar. Taman nasional ini, selain memiliki keanekaragaman hayati yang bernilai tinggi, juga memiliki keunikan dan nilai estetika yang tinggi yaitu dengan adanya tiga buah danau yang selalu berubah warna yang berada di puncak Gunung Kelimutu (1.690 meter dari permukaan laut) (BTNK 2008a).

Berdasarkan Laporan Studi Komunitas Flora dan Fauna Taman Nasional Kelimutu yang dilaksanakan oleh Balai Taman Nasional Kelimutu (BTNKL) bersama LIPI (BTNK 2007) menyebutkan bahwa terdapat 2 (dua) jenis tumbuhan sebagai flora endemik Kelimutu yaitu Uta onga (Begonia kelimutuensis) dan Turuwara (Rhododendron renschianum) serta satu ekosistem spesifik Kelimutu yaitu Ekosistem Vaccinium dan Rhododendron (EkosVR) yang terdapat di

2

puncak Kelimutu. Selain itu, jenis burung endemik yang terdapat di TNKL yaitu Halcyon fulgida (Raja udang), Heleia crassirostris (Opior paruh tebal), Lophozosterops dohertyi (Opior jambul),Pachycephala nudigula (Kancilan), dan Phylloscopus presbytes (Cikrak). Fauna endemik lainnya antara lain sejenis kelelawar Otomops johnstonei (Otomop alor), Papagomys armandvillei (Tikus besar flores),Rattus hainaldi(Tikus), danSus heureni(Babi flores).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kawasan TNKL secara umum merupakan tipe ekosistem hutan pegunungan (1.000–1.700 meter dari permukaan laut). Ekosistem pegunungan TNKL terdiri dari berbagai tipe hutan dan tipe penutupan lahan yang terkait erat dengan fenomena geomorfologi yang unik. Kawasan TNKL juga merupakan daerah tangkapan air yang perlu dilindungi agar sumberdaya air terjaga secara berkesinambungan. Sungai yang berair sepanjang tahun yaitu Lowo Ae Merah dan Lowo Ae Bai (BTNK 2008b) merupakan sumber air utama bagi kepentingan budidaya pertanian, pemukiman dan lain-lain, baik bagi masyarakat di sekitar kawasan maupun yang berada di bagian hilir.

Karakteristik kawasan yang demikian penting menjadikan TNKL sebagai sumber biodiversitas dan penyedia berbagai jasa lingkungan bagi wilayah sekitarnya. Di sisi lain, karakteristik demografi di sekitar kawasan adalah terdapatnya 24 desa di 5 (lima) kecamatan, dengan jumlah penduduk sekitar 20.843 jiwa dan 5.648 KK (BTNK 2010), sehingga tidak dapat dihindari bahwa pengelolaan taman nasional turut dipengaruhi olehnya.

Taman Nasional Kelimutu mempunyai visi yaitu ''Sebagai Model Pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam Berbasis Ekosistem Daratan Flores-NTT melalui Pengembangan Ilmu Pengetahuan Bio-geologis dan Ekowisata Berbasis Budaya Setempat untuk Menunjang Kesejahteraan Masyarakat''. Visi tersebut dijabarkan menjadi beberapa misi (BTNK 2008b), yaitu 1) mengembangkan sistem keamanan berbasis masyarakat untuk menjamin keamanan dan keutuhan kawasan; 2) melakukan pengelolaan flag species secara optimal dan pemanfaatan secara lestari plasma nutfah untuk menunjang budidaya; 3) mengembangkan wisata alam berbasis budaya lokal dan pendekatan ekonomi kerakyatan; 4) menyelenggarakan pendidikan lingkungan sebagai wahana kesadaran lingkungan dan wahana interaksi masyarakat sekitar kawasan dan masyarakat luas berbasis pada keunikan dan ciri khas ekosistem; 5) mengembangkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan berbasis pada kondisi

biofisik dan sosial budaya yang ada di sekitar kawasan; 6) memberdayakan masyarakat sekitar kawasan; dan 7) memperkuat organisasi dan sinergi dengan stakeholders.

Misi pengelolaan TNKL tersebut di atas belum sepenuhnya terlaksana. Kondisi ini ditunjukkan dengan masih terjadinya konflik kepentingan dan hak penguasaan atas sebagian lahan dalam kawasan TNKL, antara pengelola

Dokumen terkait