• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

a. Pada saat melakukan pengujian putaran optik, sebaiknya tabung

polarimeter harus benar-benar dicuci dengan alkohol kemudian dikeringkan agar indeks bias sampel yang akan diuji dapat terbaca dengan jelas oleh alat polarimeter.

b. Pada saat melakukan pengujian bobot jenis, sebaiknya alat penangas

dihidupkan agar suhu yang diinginkan dapat diatur terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian bobot jenis.

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat Pengujian

Penentuan bobot jenis, indeks bias, kelarutan dalam etanol, dan putaran optik minyak kayu putih dilakukan di Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan yang bertempat di jalan STM No.17 Medan pada tanggal 2-28 februari 2015.

3.2 Sampel

Sampel yang digunakan adalah minyak kayu putih yang berasal dari Sumber Sarijaya jalan Bandung ujung.

3.3 Alat

Alat yang digunakan pada pengujian minyak kayu putih adalah gelas ukur 10 ml (pyrex), lampu uap natrium, neraca analitik (mattle toledo), penangas air yang dilengkapi dengan thermostat, piknometer 5 ml, pipet volume 10 ml, polarimeter, refraktometer, tabung reaksi 20 ml (pyrex), tabung polarimeter.

3.4 Bahan

Bahan yang digunakan pada pengujian minyak kayu putih adalah akuades, etanol absolut, etanol 70%.

3.5 Prosedur pengujian

3.5.1 Penentuan Bobot Jenis sesuai SNI 06-3954-2006 Minyak Kayu Putih

Prosedur penentuan bobot jenis pada minyak kayu putih adalah

a. Cuci dan bersihkan piknometer, kemudian basuh berturut-turut dengan etanol dan dietil eter

b. Keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara kering dan sisipkan tutupnya

c. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan

timbang (m)

d. Isi piknometer dengan air suling sambil menghindari adanya gelembung-gelembung udara

e. Celupkan piknometer ke dalam pengas air pada suhu 20oC ± 0,2oC selama 30 menit

f. Sisipkan penutupnya dan keringkan piknometernya

g. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit,

kemudian timbang dengan isinya (m1)

h. Kosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol dan dietil eter, kemudian keringkan dengan arus udara kering

i. Isilah piknometer dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung-gelembung udara

j. Celupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20oC ± 0,2oC selama 30 menit. Sisipkan tutupnya dan keringkan piknometer tersebut

k. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbangan (m2). Contoh perhitungan : Bobot jenis = �2020= 2−� �1−� Keterangan :

m = massa piknometer kosong (g)

m1 = massa piknometer berisi air pada 20oC (g)

m2 = massa piknometer berisi contoh pada 20oC (g)

3.5.2 Penentuan Indeks Bias sesuai SNI 06-3954-2006 Minyak Kayu Putih

Prosedur penentuan indeks bias pada minyak kayu putih adalah

a. Alirkan air melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu dimana pembacaan akan dilakukan.

b. Suhu kerja harus dipertahankan dengan toleransi ± 0,20C.

c. Sebelum minyak ditaruh di dalam alat, minyak tersebut harus berada pada suhu yang sama dengan suhu dimana pengukuran akan dilakukan.

d. Pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil.

3.5.3 Penentuan Kelarutan Dalam Etanol sesuai SNI 06-3954-2006 Minyak Kayu Putih

Prosedur penentuan kelarutan dalam etanol pada minyak kayu putih adalah a. Tempatkan 1 ml contoh minyak dan ukur dengan teliti di dalam gelas ukur

b. Tambahkan etanol 70% setetes demi setetes. Kocoklah setelah penambahan sampai diperoleh suatu larutan yang sebening mungkin

c. Bila larutan tersebut tidak sebening, bandingkan kekeruhan yang terjadi dengan kekeruhan larutan pembanding, melalui cairan yang sama tebalnya d. Setelah minyak tersebut larut tambahkan etanol berlebih karna beberapa

minyak tertentu mengendap pada pemambahan etanol lebih lanjut

3.5.4 Penentuan Putaran Optik sesuai SNI 06-3954-2006 Minyak Kayu Putih

Prosedur penentuan putaran optik minyak kayu putih adalah

a. Nyalakan sumber cahaya dan tunggu sampai diperoleh nyala yang penuh

b. Isi tabung polarimeter dengan contoh, usahakan agar

gelembung-gelembung udara tidak terdapat didalam tabung

c. Letakkan tabung di dalam polarimeter dan bacalah putaran optik dekstro (+) dan levo (-) dari minyak, pada skala yang terdapat pada alat.

d. Catat hasil rata-rata dari sedikitnya tiga kali pembacaan. Masing-masing pembacaan tidak berbeda dari 0,080.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Data Penentuan Bobot Jenis Minyak Kayu Putih

No. m m1 m2 Bobot Jenis

1. 29,5246 gr 53,3371 gr 51,5037 gr 0,923

2. 28,6211 gr 52,3324 gr 50,4118 gr 0,919

Bobot jenis rata-rata 0,921

a. Penentuan indeks bias

Indeks bias pada minyak kayu putih adalah 1,457. b. Penentuan kelarutan dalam etanol

Kelarutan dalam etanol pada minyak kayu putih adalah 1 : 2 jernih. c. Penentuan putaran optik

Putaran optik pada minyak kayu putih adalah (-) 40.

4.2 Pembahasan

Dari hasil yang didapat bahwa parameter yang dilakukan pada minyak kayu putih seperti bobot jenis rata-ratanya 0.921, indeks biasnya 1.457, kelarutan dalam etanol adalah 1 : 2 jernih dan putaran optiknya (-) 40. Parameter uji yang dilakukan sesuai dengan SNI 06-3954-2006 untuk pengujian minyak kayu putih.

Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Penentuan bobot jenis menggunakan alat

piknometer. Bobot jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800-1,180 (Sastrohamidjojo, 2004).

Syarat mutu penentuan bobot jenis minyak kayu putih sesuai SNI 06-3954-2006 adalah 0,900-0,930 (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen - komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana komponen penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indeks biasnya (Ditjen POM, 1984).

Syarat mutu penentuan indeks bias minyak kayu putih sesuai SNI 06-3954-2006 adalah 1,450-1,470 (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya minyak atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol. Setiap minyak atsiri mempunyai nilai kelarutan dalam alkohol yang spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk menentukan suatu kemurnian minyak atsiri. Minyak atsiri banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang yang larut dalam air, sehingga kelarutannya mudah diketahui dengan menggunakan etanol pada berbagai tingkat konsentrasi. Untuk menentukan kelarutan minyak atsiri juga tergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak atsiri tersebut. Kelarutan minyak juga dapat berubah karena lamanya penyimpanan. Hal ini disebabkan karena proses polimerisasi menurunkan daya kelarutan, sehingga untuk melarutkannya diperlukan konsentrasi etanol yang tinggi (Sastrohamidjojo, 2004).

Syarat mutu penentuan kelarutan dalam etanol 70% minyak kayu putih sesuai SNI 06-3954-2006 adalah 1:1 samapai 1:10 jernih (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

Sifat optik dari minyak atsiri ditentukan menggunakan alat polarimeter yang nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri jika ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan maka memiliki sifat memutar bidang polarisasi ke arah kanan (dextrorotary) atau ke arah kiri (laevorotary). Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria kemurnian suatu minyak atsiri (Ditjen POM, 1984).

Syarat mutu penentuan putaran optik minyak kayu putih sesuai SNI 06-3954-2006 adalah (-) 40 sampai dengan 00 (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian terhadap parameter yang dilakukan pada minyak kayu putih seperti bobot jenis rata-ratanya 0.921, indeks biasnya 1.457, kelarutan dalam etanol adalah 1 : 2 jernih dan putaran optiknya (-) 40. Parameter uji yang dilakukan keempatnya memenuhi syarat sesuai dengan SNI 06-3954-2006 untuk pengujian minyak kayu putih.

5.2 Saran

a. Pada saat melakukan pengujian putaran optik, sebaiknya tabung

polarimeter harus benar-benar dicuci dengan alkohol kemudian dikeringkan agar indeks bias sampel yang akan diuji dapat terbaca dengan jelas oleh alat polarimeter.

b. Pada saat melakukan pengujian bobot jenis, sebaiknya alat penangas

dihidupkan agar suhu yang diinginkan dapat diatur terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian bobot jenis.

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. (2000). Aromaterapi, Cara Sehat Dengan Wewangian Alami. Jakarta: penebar swadaya. Halaman: 12-14, 49-50.

Agusta, A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: Penerbit ITB. Halaman: 2-8, 80-82.

Badan Standar Nasional. (2006). SNI 06-3954-2006 Minyak Kayu Putih

(Melaleuca leucadendron). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Halaman: 1-8.

Ditjen POM. (1984). Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. Halaman: 771.

Dalimartha, S. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta: Pustaka Bunda. Halaman : 71-73.

Gunawan, D., dan Sri, M. (2010). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta: penebar Swadaya. Halaman 106-121.

Guenther, E. (1990). Minyak Atsiri Jilid IV B. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Halaman: 614-617.

Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia-Press. Halaman: 552 – 575.

Krisnaningrum, W. (2011). Pengambilan Minyak Atsiri Daun Kayu Putih

(melaleuca leucadenron) Dengan Metode Destilasi Air di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu. Surakarta : Penerbit Universitas Sebelas Maret.

Rusli, S. M. (2010). Sukses memproduksi minyak atsiri. Jakarta: Agro Media Pustaka. Halaman: 1

Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta:Penerbit Gadjah Mada University Press. Halaman:3-10, 65-69.

Lampiran 1 Penentuan Bobot Jenis Minyak Kayu Putih Bobot jenis 1 m = 29,5246 gr m1 = 53,3371 gr m2 = 51,5037 gr Bobot jenis =�2020= 2−� �1−� = 51,5037 gr 29,5246 gr 53,3371 gr − 29,5246 gr = 0,923 Bobot jenis 2 m = 28,6211 gr m1 = 52,3324 gr m2 = 50,4118 gr Bobot jenis =�2020= 2−� �1−� = 50,4118 gr 28,6211 gr 52,3324 gr −28,6211 gr = 0,919

Lampiran 2 Pengujian Minyak Kayu Putih

Gambar 1 Minyak Kayu Putih

Gambar 2 Gelas ukur berisi minyak kayu putih dan etanol 70%

Gambar 3 Piknometer berisi minyak kayu putih

Gambar 6 Penangas

Dokumen terkait