BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi pihak-pihak lain. Adapun saran yang diberikan, antara lain:
1. Melihat bahwa hasil produksi rokok memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja penerimaan bea cukai, maka Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dapat membuat trajectory capaian jumlah produksi yang dihasilkan oleh setiap industri rokok agar tetap stabil.
2. Dalam melakukan kebijakan kenaikan tarif cukai rokok juga harus mempertimbangkan kemampuan para industri rokok, karena tidak semua industri rokok mampu untuk membayar jika tarif cukai terlalu tinggi. Sehingga hal ini menimbulkan tidak optimalnya penerimaan negara dari sektor cukai rokok dikarenakan timbulnya cukai illegal dan rokok tanpa cukai.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian Sutedi, S. M., 2012. Aspek Hukum Kepabeanan. Edisi 1 penyunt. Jakarta: Sinar Grafika.
Curhat Petani Impor Tembakau Republik Indonesia Melebihi Produksi Lokal, 2015. Available at: http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/ [Diakses 20 Desember 2018]. Mahmudi, 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Erlangga.
Mardiasmo, 2016. Perpajakan. Yogyakarta: Andi.
Menakar Kebijakan Cukai Hasil Tembakau, 2017. Available at: http://finance.detik.com [Diakses 20 Desember 2018].
Pancapuri, A., 2014. Efektifitas Penerapan Kenaikan Tarif Cukai Hasil Tembakau Sebagai Penghimpun Penerimaan Keuangan Negara Menurut Pasal 5 Undang - Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Cukai. Skripsi Universitas Brawijaya.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, 2007. Undang - Undang Nomor 39 Tahun 2007 Perubahan Atas Undang - Undang Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, 2014. Undang - Undang Nomor 205/PMK.011/2014 Tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau Tahun 2015.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, 2015. Undang - Undang Nomor 198/PMK.010/2015 Tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau Tahun 2016.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, 2016. Undang - Undang Nomor 147/PMK.010/2016 Tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau Tahun 2017.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, 2016. Undang - Undang Nomor 188/PMK.01/2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Prof. Dr. H. Imam Ghozali, M. A., 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23. Edisi 8 penyunt. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Purwito, A., 2007. Reformasi Kepabeanan Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2006 Pengganti Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan. Edisi 1 penyunt. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Putri, M. E., 2016. Strategi Pemungutan Cukai Hasil Tembakau Untuk Meningkatkan Penerimaan Cukai. Skripsi Universitas Brawijaya.
Resmi, S., 2017. Perpajakan: Teori dan Kasus. 10 penyunt. Yogyakarta: Salemba Empat. Romadhon, M., 2015. Evaluasi Pemungutan Cukai Hasil Tembakau di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Malang. Skripsi Universitas Brawijaya. Sari, D., 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Surono, 2013. Kebijakan Tarif Cukai Hasil Tembakau. Issue Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Jakarta.
Triono, D., 2017. Analisis Dampak Tarif Cukai Hasil Tembakau Terhadap Penerimaan Negara dan Produksi Tembakau Domestik. Jurnal Pajak Indonesia.
No. PERIODE JUMLAH PRODUKSI BATANGAN (SKM)
TARIF
CUKAI TARGET PENERIMAAN
REALISASI PENERIMAAN 1 Jan-15 1.864.395.600 415 1.315.176.361.250,00 729.564.114.000 2 Feb-15 2.981.378.280 415 1.315.176.361.250,00 1.198.206.205.500 3 Mar-15 2.093.092.200 415 1.315.176.361.250,00 1.145.265.366.300 4 Apr-15 2.369.284.800 415 1.315.176.361.250,00 1.178.102.792.590 5 Mei-15 2.572.833.960 415 1.315.176.361.250,00 739.583.511.020 6 Jun-15 3.357.808.560 415 1.315.176.361.250,00 1.408.110.663.175 7 Jul-15 2.421.352.800 415 1.315.176.361.250,00 1.110.345.536.650 8 Agu-15 3.556.791.480 415 1.315.176.361.250,00 1.413.007.922.340 9 Sep-15 3.512.791.440 415 1.315.176.361.250,00 1.555.383.286.850 10 Okt-15 3.061.088.160 415 1.315.176.361.250,00 1.229.828.686.245 11 Nov-15 3.710.181.240 415 1.315.176.361.250,00 1.212.750.103.510 12 Des-15 3.058.452.360 415 1.315.176.361.250,00 3.337.902.756.520 13 Jan-16 2.446.819.920 480 1.402.271.011.833,33 172.149.074.825 14 Feb-16 3.663.766.920 480 1.402.271.011.833,33 207.563.610.175 15 Mar-16 2.593.361.160 480 1.402.271.011.833,33 1.562.608.549.020 16 Apr-16 2.635.167.480 480 1.402.271.011.833,33 1.520.769.115.200 17 Mei-16 3.544.978.440 480 1.402.271.011.833,33 856.033.597.300 18 Jun-16 3.229.527.480 480 1.402.271.011.833,33 1.481.700.659.100 19 Jul-16 2.232.765.000 480 1.402.271.011.833,33 1.385.382.382.695 20 Agu-16 4.615.697.040 480 1.402.271.011.833,33 1.508.866.330.250 21 Sep-16 2.678.299.920 480 1.402.271.011.833,33 1.339.623.764.925
22 Okt-16 3.107.919.960 480 1.402.271.011.833,33 1.778.220.332.685 23 Nov-16 3.391.281.840 480 1.402.271.011.833,33 2.069.808.991.215 24 Des-16 4.245.591.720 480 1.402.271.011.833,33 3.889.516.609.587 25 Jan-17 2.265.042.360 530 1.529.166.666.666,67 23.483.678.400 26 Feb-17 3.833.383.680 530 1.529.166.666.666,67 139.712.845.000 27 Mar-17 3.122.544.840 530 1.529.166.666.666,67 1.249.771.462.800 28 Apr-17 2.114.803.800 530 1.529.166.666.666,67 1.854.962.417.400 29 Mei-17 3.180.558.360 530 1.529.166.666.666,67 1.543.734.446.760 30 Jun-17 2.582.308.800 530 1.529.166.666.666,67 1.208.568.195.600 31 Jul-17 2.942.543.760 530 1.529.166.666.666,67 1.596.189.602.040 32 Agu-17 4.541.176.200 530 1.529.166.666.666,67 1.644.531.082.600 33 Sep-17 2.271.443.880 530 1.529.166.666.666,67 1.661.679.137.900 34 Okt-17 3.277.103.760 530 1.529.166.666.666,67 2.200.061.950.100 35 Nov-17 3.972.821.400 530 1.529.166.666.666,67 1.703.342.669.700 36 Des-17 3.091.368.120 530 1.529.166.666.666,67 3.541.880.777.300
TENTANG CUKAI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan bangsa yang aman, tertib, sejahtera, dan berkeadilan; b. bahwa cukai sebagai pungutan negara yang
dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik sesuai dengan undang-undang merupakan penerimaan negara guna mewujudkan kesejahteraan bangsa;
c. bahwa dalam upaya untuk lebih memberikan kepastian hukum dan keadilan serta menggali potensi penerimaan cukai, perlu dilakukan perubahan terhadap beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai;
tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3613);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3613) diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:
1. Cukai adalah pungutan negara yang
dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undang-undang ini.
2. Pabrik adalah tempat tertentu termasuk bangunan, halaman, dan lapangan yang merupakan bagian daripadanya, yang dipergunakan untuk menghasilkan barang kena cukai dan/atau untuk mengemas barang kena cukai dalam kemasan untuk penjualan eceran.
3. Orang adalah orang pribadi atau badan hukum.
4. Pengusaha pabrik adalah orang yang mengusahakan pabrik.
5. Tempat penyimpanan adalah tempat, bangunan, dan/atau lapangan yang bukan merupakan bagian dari pabrik, yang dipergunakan untuk menyimpan barang kena cukai berupa etil alkohol yang masih terutang cukai dengan tujuan untuk disalurkan, dijual, atau diekspor. 6. Pengusaha tempat penyimpanan adalah
orang yang mengusahakan tempat penyimpanan.
7. Tempat penjualan eceran adalah tempat untuk menjual secara eceran barang kena cukai kepada konsumen akhir.
atau menjual barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya yang semata-mata ditujukan bukan kepada konsumen akhir.
10. Dokumen cukai adalah dokumen yang digunakan dalam rangka pelaksanaan undang-undang ini dalam bentuk formulir atau melalui media elektronik. 11. Kantor adalah Kantor Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai.
12. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai.
13. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
14. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
15. Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan undang-undang ini.
16. Tempat penimbunan sementara adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu di kawasan pabean untuk menimbun barang sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya.
17. Tempat penimbunan berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang
18. Daerah pabean adalah wilayah Republik
Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku undang-undang di bidang kepabeanan.
19. Audit cukai adalah serangkaian kegiatan
pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk data elektronik, serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang cukai dan/atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan di bidang cukai.
20. Surat tagihan adalah surat berupa ketetapan yang digunakan untuk melakukan tagihan utang cukai, kekurangan cukai, sanksi administrasi berupa denda, dan/atau bunga.
2. Ketentuan Pasal 2 ayat (1) diubah sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 2
(1) Barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik:
a. konsumsinya perlu dikendalikan; b. peredarannya perlu diawasi;
pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan,
dikenai cukai berdasarkan undang-undang ini.
(2) Barang-barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sebagai barang kena cukai.
3. Di antara Pasal 3 dan Pasal 4 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 3A dan Pasal 3B sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 3A
(1) Dokumen cukai dan/atau dokumen pelengkap cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) disampaikan dalam bentuk tulisan di atas formulir atau dalam bentuk data elektronik.
(2) Dokumen cukai dan/atau dokumen pelengkap cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan alat bukti yang sah menurut undang-undang ini.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai dokumen cukai dan/atau dokumen pelengkap cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri.
undang ini.
4. Pasal 4 tetap dengan perubahan penjelasan Pasal 4 ayat (2) sehingga penjelasan Pasal 4 menjadi sebagaimana ditetapkan dalam penjelasan pasal demi pasal undang-undang ini.
5. Ketentuan Pasal 5 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) diubah dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (5) sehingga Pasal 5 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 5
(1) Barang kena cukai berupa hasil tembakau dikenai cukai berdasarkan tarif paling tinggi:
a. untuk yang dibuat di Indonesia: 1. 275% (dua ratus tujuh puluh lima
persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik; atau 2. 57% (lima puluh tujuh persen)
dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual eceran.
b. untuk yang diimpor:
1. 275% (dua ratus tujuh puluh lima persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan
dasar yang digunakan adalah harga jual eceran.
(2) Barang kena cukai lainnya dikenai cukai berdasarkan tarif paling tinggi:
a. untuk yang dibuat di Indonesia: 1. 1.150% (seribu seratus lima puluh
persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik; atau 2. 80% (delapan puluh persen) dari
harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual eceran.
b. untuk yang diimpor:
1. 1.150% (seribu seratus lima puluh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah nilai pabean ditambah bea masuk; atau
2. 80% (delapan puluh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual eceran.
(3) Tarif cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat diubah dari persentase harga dasar menjadi jumlah dalam rupiah untuk setiap satuan barang kena cukai atau sebaliknya atau penggabungan dari keduanya.
Menteri dalam mengoptimalkan upaya mencapai target penerimaan, dengan memperhatikan kondisi industri dan aspirasi pelaku usaha industri, disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Repubik Indonesia (DPR RI) untuk mendapat persetujuan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran tarif cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), serta perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan peraturan menteri.
6. Ketentuan Pasal 6 ayat (3) diubah sehingga Pasal 6 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 6
(1) Harga dasar yang digunakan untuk perhitungan cukai atas barang kena cukai yang dibuat di Indonesia adalah harga jual pabrik atau harga jual eceran.
(2) Harga dasar yang digunakan untuk perhitungan cukai atas barang kena cukai yang diimpor adalah nilai pabean ditambah bea masuk atau harga jual eceran.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan harga dasar diatur dengan peraturan menteri.
REPUBLIK INDONESIA
SALIN AN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 198/PMK.010/2015
TENT ANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAJ HASIL TEMBAKAU
Menimbang
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
a. bahwa ketentuan mengenai tarif cukai hasil tembakau
telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
179/PMK.011/2012 tentang Tarif Cukai Hasil
Tembakau sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.01 l/ 2014;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan pengendalian
konsumsi barang kena · cukai berupa hasil tembakau
dan memperhatikan potensi penerimaan di bidang cukai
hasil tembakau yang berkesinambungan, perlu
melakukan penyesuaian terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
·c. bahwa pada tanggal 21 Oktober 2015, Pemerintah
bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia telah menyepakati untuk menaikkan tarif cukai hasil tembakau tahun 2016 sebagai salah satu upaya pencapaian target penerimaan perpajakan;
Mengingat
Menetapkan
dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor l 79/PMK. 011/2012
tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179/PMK. 011/2012 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
205/PMK.011/2014;
MEMUTUSKAN:
PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR
179/PMK. 011/2012 TENTANG TARIF CUKAI HASIL
TEMBAKAU.
Pasall
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 179/PMK.011/2012 tentang Tarif Cukai Hasil
Tembakau sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.011/2014, diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 10 ayat (2) dihapus, ayat (3) dan ayat (4) diubah sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 10
( 1) Dalam hal Harga Transaksi Pasar telah melampaui
Batasan Harga Jual Eceran per Batang atau Gram di atasnya, Pengusaha Pabrik hasil tembakau atau Importir mengajukan penyesuaian tarif cukai.
clan Cukai pacla wilayah clan dalam periode pemantauan tertentu keclapatan Harga Transaksi Pasar telah melampaui Batasan Harga Jual Eceran per Batang atau Gram sebagaimana climaksucl pacla ayat (1), Direktur Cukai melalui kepala Kantor memberitahukan hal tersebut kepacla Pengusaha
Pabrik hasil tembakau atau lmportir yang
bersangkutan clengan surat pemberitahuan.
(4) Apabila clalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal penerimaan surat pemberitahuan
sebagaimana · climaksucl pacla ayat (3), Pengusaha
Pabrik hasil tembakau, lmportir, atau kuasanya
tidak memberikan · sanggahan atau mengajukan
permohonan, kepala Kantor melakukan penetapan penyesuaian tarif cukai ha;:>il tembakau.
2. Pasal 14 clihapus.
3. Lampiran II dan Lampiran III diubah, sehingga menjacli
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan bagian ticlak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal II
1. Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini:
a. Kepala Kantor menetapkan kembali tarif cukai
clengan ketentuan sebagai berikut:
i. tarif cukai yang clitetapkan kembali ticlak boleh
lebih rendah clari tarif cukai yang berlaku, clan/atau
1i. harga jual eceran ticlak boleh lebih renclah clari Batasan Harga Jual Eceran per Batang atau Gram yang berlaku,
sebagaimana tercantum clalam Lampiran I atau Lampiran II Peraturan Menteri ini.
L penetapan kembali sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat digunakan untuk kegiatan penyediaan pita cukai yang dilaksanakan setelah diundangkannya Peraturan Menteri ini
dengan tetap memperhatikan ketentuan
mengenai penyediaan dan pemesanan pita cukai yang berlaku; dan
11. batas pelekatan pita cukai yang telah
dipesankan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.011/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179/PMK.011/2012 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau adalah sampai dengan tanggal 1 Februari 2016.
2. Ketentuan mengenai:
a. Batasan Harga Jual Eceran per Batang atau Gram
dan Tarif Cukai per Batang atau Gram sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini; clan
b. Tarif cukai dan batasan harga jual eceran terendah
per batang atau gram untuk setiap jenis hasil tembakau yang diimpor sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini,
mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2016.
3. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
fr J
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 November 2015
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd.
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 6 November 2015
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 1674
A CH MAD
NIP 1956110519
f ,)
No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 198/EMK.010/ 2015
TENTANG PERUBAHAH KEDUA ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAJ HASIL TEMBAKAU
BATASAN HARGA JUAL ECERAN DAN TARIF CUKAJ PER BATANG ATAU GRAM HASIL TEMBAKAU BUATAN DALAM NEGERI Golongan pengusaha pabrik hasil tenibakau Jenis Golongan I SKM II I SPM II I SKT a tau II SPT IIIA IIIB SKTF I a tau SPTF II Tan pa TIS Golongan KLB Tan pa Golongan KLM Tan pa Golongan Tan pa CRT Golongan HPTL Tan pa Golongan
Batasan harga ju al eceran Tarif cukai per
per batang atau gram batang atau gram
Paling rendahRp 1.000,00 Rp 480,00
Lebih dari Rp 740,00 Rp . 340,00
Paling rendah Rp 590,00 sampai dengan Rp 740,00 Rp 300,00
Paling rendah dari Rp 930,00 Rp 495,00
Lebih dari Rp 800,00 Rp 305,00
Paling rendah Rp 505,00 sampai dengan Rp 800,00 Rp 255,00
Lebih dari Rp 1.i15,00 Rp 320,00
Paling rendah Rp 775,00 sampai dengan Rp 1.115,00 Rp 245,00
Lebih dari Rp 605,00 Rp 155,00
Paling rendah Rp 430,00 sampai dengan Rp 605,00 Rp 140,00
Paling rendah Rp 400,00 Rp 90,00
Paling rendah Rp 370,00 Rp 80,00
Paling rendah Rp 1.000,00 Rp 480,00
Lebih dari Rp 740,00 Rp 340,00
Paling rendah Rp 590,00 sampai dengan Rp.740,00 Rp 300,00
Lebih dari Rp 275,00 Rp 28,00
Lebih dari Rp 180,00 sampai dengan Rp 275,00 Rp 22,00
Paling rendah Rp 55,00 sampai dengan·Rp 180,00 Rp 6,00
Lebih dari Rp 290,00 Rp 28,00
Paling rendah Rp.200,00 sampai dengan Rp 290,00 Rp 22,00
Paling rendah Rp 200,00 Rp 22,00
Lebih dari Rp 198.000,00 Rp 110.000,00
Lebih dari Rp 55.000,00 sampai dengan Rp 198,000,00 Rp 22.000,00
Lebih dari Rp 22:000,00 sampai dengan Rp 55.000,00 Rp 11.000,00
Lebih dari Rp 5.500,00 sampai dengan Rp 22.000,00 Rp 1.320,00
Paling rendah Rp 495,00 sampai dengan Rp 5.500,00 Rp 275,00
Paling rendah Rp 305,00 Rp 110,00
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
TENTANG PERUBAHAH KEDUA ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAJ HASIL TEMBAKAU
TARIF CUKAI DAN HARGA JUAL ECERAN MINIMUM
HASIL TEMBAKAU YANG DIIMPOR
Jenis.HasilTembakau SKM SPM SKT atau SPT SKTF atau SPTF TIS KLB KLM CRT HPTL
Batasan HJE terendah Tarif Cukai per
per batang atau gram batang atau gram
Rp 1.000,00 Rp 480,00 Rp 930,00 Rp 495,00 Rp 1.116,00 Rp 320,00 Rp 1.000,00 Rp 480,00 Rp 276,00 Rp 28,00 Rp 291,00 Rp 28,00 Rp 200,00 Rp 22,00 Rp 198.001,00 Rp 110.000,00 Rp 305,00 Rp 110,00
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SALIN AN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 147/PMK.010/2016
TENT ANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 179 /PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU
Menimbang
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
a. bahwa ketentuan mengenai tarif cukai hasil tembakau
telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179/PMK.O11/2012 ten tang Tarif Cukai Hasil Tembakau sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.010/2015 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
179/PMK.011/2012 tentang Tarif Cukai Hasil
Tembakau;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan pengendalian
konsumsi barang kena cukai berupa hasil tembakau dan memperhatikan potensi penerimaan di bidang cukai hasil tembakau yang berkesinambungan, perlu melakukan penyesuaian terhadap Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179 /PMK.011/2012 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 198/PMK.010/2015 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan
Mengingat
Menetapkan
bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia telah menyepakati target
penerimaan cukai tahun 2017;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179/PMK.011/2012 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179/PMK.011/2012 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1121) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.010/2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179/PMK.011/2012 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1674);
MEMUTUSKAN:
PERATURAN MENTE RI KEUANGAN TENT ANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTER!
KEUANGAN NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU.
c
Peraturan Menteri Keuangan Nomor l 79/PMK.011/2012 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun
2012
Nomor1121)
yang telahbeberapa kali diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan:
a. Nomor 205/PMK.011/2014;
b. Nomor 198/PMK.010/2015,
sehingga menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal II
1. Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini:
a) Kepala Kantor menetapkan kembali tarif cukai
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) tarif cukai yang ditetapkan kembali tidak
boleh le bih rendah dari tarif cukai yang berlaku; dan/ atau
2) harga jual eceran tidak boleh lebih rendah
dari Batasan Harga Jual Eceran per Batang atau Gram yang berlaku,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II atau Lampiran III Peraturan Menteri ini.
b) Dalam rangka kegiatan pelayanan pita cukai
berlaku ketentuan sebagai berikut:
dilaksanakan setelah
Peraturan Menteri 1n1
diundangkannya
dengan tetap
memperhatikan ketentuan mengenai
penyediaan dan pemesanan pita cukai yang berlaku; dan
2) batas waktu pelekatan pita cukai yang telah
dipesankan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 198/PMK.010/2015
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor
179/PMK.011/2012 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau adalah sampai dengan tanggal 1 Februari 2017.
2. Ketentuan mengenai:
a. Batasan Jumlah Produksi Pabrik sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I;
b. Batasan Harga Jual Eceran per Batang atau
Gram dan Tarif Cukai per batang atau gram sebagaimana tercantum dalam Lampiran II; dan
c. Tarif cukai dan batasan harga jual eceran
terendah per batang atau gram untuk setiap jenis
hasil tembakau yang diimpor sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III,
yang merupakan. bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, mulai berlaku pada tanggal
1 Januari 2017.
3. Peraturan Menteri m1 mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
pengundangan Peraturan Menteri 1n1 dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 4 Oktober 2016
Ditetapkan di Jakarta
pad a tanggal 3 0 September 2 0 1 6
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,