• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dalam penelitian ini maka peneliti mencoba untuk memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Peneliti menyarankan untuk lebih banyak menambah karyawan tamatan diploma atau strata untu memperkuat manajemen perusahaan agar lebih berkualitas sehingga berdampak pada kemajuan perusahaan.

2. Untuk pimpinan toko batik Abi agar karyawan tidak segan untuk memberikan kritik kepada pimpinan, maka pimpinan hendaknya selalu menciptakan suasana harmonis dengan karyawan dengan cara berkomunikasi dengan karyawan mengenai pekerjaan.

3. Untuk karyawan sendiri diharapkan diharapkan untuk meningkatkan komunikasi dengan pimpinannya. Karyawan harus berani bertanya bila mengalami kesulitan kepada pimpinannya, sehingga terjadi komunikasi timbal-balik antara pimpinan dengan para karyawannya. Selain itu komunikasi antara karyawan yang sudah baik juga perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar terjadi pertukaran informasi yang baik berkaitan dengan pekerjaan diantara karyawan, sehingga apabila terjadi kesulitan kerja diatasi sama-sama.

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi

2.1.1 Definisi Komunikasi

Kehidupan manusia didunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia dan masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak dari bangun tidur sampai manusia beranjak tidur pada malam hari. Bisa dipastikan sebagian besar dari kegiatan kehidupan kita menggunakan komunikasi baik komunikasi verbal maupun nonverbal.

Menurut Mulyana (2002:4) kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin, communis yang berarti sama, communic, comminication atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama communis adalah istilah yang sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata lainnya yang mirip.

Komunikasi meyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definis-definis kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagai hal-hal tersebut.

Pawito dan C Sardjono (1994:12) mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan lewat suatu saluran dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah prilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau prilaku lainnya.

Menurut Joseph A Devito (2011:5 ) mengemukaan komunikasi sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan seseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkait an secara integral dengan elemen lain.

2.1.2 Proses Komunikasi

Menurut Effendy (2006:11) proses komunikasi adalah proses yang menggambarkan komunikasi antara manusia yang bersifat interaktif, ralasional dan transaksional, didalamnya melibatkan sumber komunikasi yang mengirimkan pesan-pesan melalui media tertentu kepada penerima dengan maksud dan tujuan dalam sebuah koteks tertentu.

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

a. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang/simbol sebagai media.

b. Proses komuikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

2.1.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi

Menurut Mangkunegara (2004:148) ada dua tinjauan faktor yang mempengaruhi komunikasi, yaitu faktor dari pihak disebut pula komunikator, dan faktor dari pihak komunikan.

1. Faktor dari pihak komunikator, yaitu keterampilan, sikap, pengetahuan komunikator, media saluran yang digunakan

a. Keterampilan komunikator

sebagai pengirim informasi, ide, berita, pesan perlu menguasai cara-cara penyampaian pikiran baik secara tertulis maupun lisan. b. Sikap komunikator

sikap komunikator sangat berpengaruh pada komunikan. Komunikator yang bersikap angkuh terhadap komunikan dapat mengakibatkan informasi atau pesan yang diberikan menjadi ditolak oleh komonikan.

c. Pengetahuan komunikator

komunikator yang mempunyai pengetahuan luas dan menguasai materi yang disampaikan akan dapat menginformasikan kepada komunikan sejelas munkin. Dengan demikian komunikan akan lebih mudah mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator. d. Media saluran yang digunakan oleh komunikator

Media saluran komunikasi sangat membantu dalam penyampaian ide, informasi atau pesan kepada komunikan. Komunikator perlu menggunakan saluran komunikasi yang sesuai dan menarik perhatian komunikan

2. Faktor dari pihak komunikan, yaitu keterampilan, sikap, pengetahuan dan media saluran komunikasi.

a. Keterampilan komunikan

Keterampilan komunikan dalam mendengar dan membaca pesan sangat penting pesan yang diberikan oleh komunikator akan dapat dimengerti dengan baik, jika komunikan mempunyai keterampilan mendengar dan membaca.

b. Sikap komunikan

Sikap komunikan terhadap komunikator sangat mempengaruhi efektif tidaknya komunikasi. Misalnya komunikan besikap meremehkan, berprasangka buruk terhadap komunikator makan komunikasi menjadi tidak efektif dan pesan menjadi tidak berarti bagi komunikator. Maka dari itu komunika haruslah bersikap positif terhadap komunikator.

c. Pengetahuan komunikan

Pengetahuan komunikan sangat berpengaruh pula dalam komunikasi. Komunikan yang mempunyai pengetahuan yang luas akan lebih mudah dalam menginterprestasikan ide atau pesan yang diterimanya dari komunikator.

d. Media saluran komunikasi

Media saluran komunikasi yang digunakan sangat berpengaruh dalam penerimaan ide atau pesan. Media saluran komunikasi berupa alat indera yang ada pada komunikan sangat menentukan apakah pesan dapat diterima atau tidak untuknya. Jika alat indera

komunikan terganggu maka pesan yang diberikan oleh komunikator dapat mejadi kurang jelas bagi komunikan.

2.2Komunikasi Organisasi

2.2.1 Definisi Komunikasi Organisasi

Menurut Pace & Faules (1998:31) komunikasi organisasi menurut definisi fungsional adalah pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan menurut pandangan interpretif (subyektif), komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi.

Menurut pandangan interpretif ini pula, komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi.

Menurut Mulyana (2005:25) komunikasi organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan bermanfaat. Jadi, komunikasi organisasi sebagai landasan kuat bagi karier dalam manajemen, pengembangan sumber daya manusia, dan komunikasi perusahaan, dan tugas-tugas lain yang berorientasikan manusia dalam organisasi.

Menurut Devito (1997:340) menyatakan komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan baik dalam organisasi didalam kelompok formal maupun kolompok informal organisasi.

Organisasi juga merupakan suatu kelompok yang mempunyai diferensiasi peranan atau kelompok yang sepakat untuk memenuhi seperangkat norma-norma. Komunikasi meripakan aktivitas dasar manusia dan dengan adanya komunikasi yang baik maka suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya apanila kurang atau tidak adanya komunikasi maka organisasi akan macet atau berantakan. Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hirarkis antara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi kapan pun juga setidak-tidaknya terdapat satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi yang menafsirkan suatu pertunjukan pesan.

Menurut Goldhaber (1986:14) komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah. Pengertian tersebut mengandung beberapa konsep sebagai berikut:

1) Proses

Suatu organisasi adalah suatu sistem yang terbuka dan dinamis yang secara tidak langsung menciptakan saling tukar menukar informasi satu sama lain. Karena kegiatan yang berulang-ulang dan tiada hentinya tersebut maka dikatakan sebagai suatu proses.

2) Pesan

Pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang objek, orang, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain. Pesan dalam

organisasi dapat dilihat menurut beberapa klasifikasi yang berhubungan dengan bahasa, penerima yang dimaksud, metode difusi, dan arus tujuan dari pesan. Klasifikasi pesan dalam bahasa dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu verbal dan non verbal, dimana pesan verbal dalam organisasi berupa: surat, memo, percakapan, dan pidato. Sedangkan pesan non verbal dalam organisasi bisa berupa: bahasa gerak tubuh, sentuhan, ekspresi wajah, dan lain-lain.

3) Jaringan

Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang ini terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin mencakup hanya dua orang, beberapa orang atau keseluruhan organisasi. Luas dari jaringan komunikasi ini depengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya arah dan arus pesan, isi pesan, hubungan peranan, dan lain-lain.

4) Keadaan saling tergantung

Hal ini menjadi sifat dalam organisasi yang merupakan suatu sistem yang terbuka. Bila suatu bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada bagian yang lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem organisasi.

5) Hubungan

Karena organisasi merupakan suatu sistem yang terbuka, sistem kehidupam sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada manusia yang ada dalam organisasi. Oleh karena itu hubungan manusia

dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat suatu hubungan perlu dipelajari. Sikap, skill, dan moral dari seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hubungan yang bersifat organisasi.

6) Lingkungan

Yang dimaksud lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Yang termasuk lingkungan internal adalah personal (karyawan), staf, golongan fungsional dari organisasi, dan juga komponen lainnya seperti tujuan, produk, dan lainnya. Organisasi sebagai sistem terbuka harus berinteraksi dengan lingkungan eksternal seperti: teknologi, ekonomi, dan faktor sosial. Karena faktor lingkungan berubah-ubah maka organisasi memerlukan informasi baru untuk mengatasi perubahan dalam lingkungan dengan menciptakan dan melakukan penukaran pesan baik secara internal maupun eksternal.

7) Ketidakpastian

Ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan. Ketidakpastian dalam organisasi juga disebabkan oleh terjadinya banyak informasi yang diterima dari pada informasi yang sesungguhnya diperlukan untuk menghadapi lingkungan mereka. Bisa dikatakan ketidakpastian dapat disebabkan oleh terlalu sedikit informasi yang didapatkan dan juga karena terlalu banyak informasi yang diterima.

2.2.2 Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi

Menurut Arni (2007:121) fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:

1) Fungsi informatif

Maksud dari informatif adalah seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih cepat. Informasi yang didapat dapat setiap anggotanya melaksanakan tugas secara pasti. Pada dasarnya, informasi dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tatanan manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan dalam organisasi ataupun untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam organisasi tersebut. Bawahan juga membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaannya, disamping itu, informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, prosedur perizinan cuti dan sebagainya.

2) Fungsi regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang ditaati dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh dalam fungsi regulatif ini :

a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan manajemen memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Mereka juga mempunyai wewenang untuk memberikan perintah atau intruksi, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditepatkan pada lapisan atas supaya

perintah-perintahnya dilaksanakan sesuai intruksi. Namun, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada :

1. Keabsahan pimpinan dalam menyampaikan perintah. 2. Kekuatan pemimpin dalam memberi sanksi.

3. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi .

4. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.

b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang diboleh atau tidak boleh untuk dilakukan.

3) Fungsi persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi tidak cukup dengan mengendalikan kewenangan dan kekuasaan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara suka rela akan lebih menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding dengan pemimpin yang sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangan. 4) Fungsi integratif

Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran memungkinkan karyawan dapat melaksankan tugas dua pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunitas formal yang terjadi dalam setiap organisasi yaitu seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut dan laporan kemajuan organisasi. Juga saluran komunikasi informasi seperti

perbincangan antar pribadi selama jam istirahat kerja, kegiatan pertandingan olahraga, atupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap org anisasi.

2.2.3 Ciri-Ciri Komunikasi Organisasi

Meurut Sugiyo (2005:4) bahwa ciri-ciri komunikasi organisasi yaitu: 1. Keterbukaan, yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi

yang diterima didalam menghadapi hubungan antar pribadi. 2. Empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.

3. Sikap mendukung, yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif

4. Rasa positif, seseorang harus memiliki rasa positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

5. Kesetaraan,yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

2.3Semangat Kerja

2.3.1 Definisi Semangat Kerja

Semangat kerja menggambarkan keseluruhan suasana yang dirasakan para karyawan. Apabila karyawan merasa bergairah, bahagia, optimis maka kondisi tersebut menggambarkan bahwa karyawan tersebut mempunyai semangat kerja yang tinggi tetapi apabila karyawan suka membantah, menyakiti hati, kelihatan tidak tenang maka karyawan tersebut mempunyai semangat kerja yang rendah.

Semangat kerja atau moral kerja merupakan sikap kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih banyak dan tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok sekerjanya, dan karyawan tidak mudah tekena pengaruh terutama dari orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas anggapan bahwa satu-satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberisedikit mungkin

Semangat kerja didefenisikan berbeda oleh beberapa ahli. Menurut Hasibuan (2005:94) semangat kerja adalah keingiinan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal.

Menurut Siswanto (2000:35), semangat kerja sebagai keadaan psikologis seseorang. Semangat kerja dianggap sebagai keadaan psikologis yang baik bila semngat kerja tersebut menimbulkan kesenaganb yang mendorong seseorang

untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut Alex (2002:56) semangat kerja adalah kondisi seseoarang yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik didalam sebuah perusahaan.

Sedangkan menurut Sastrohadiwiryo (2003:282) mengatakan semangat kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi mental, atau prilaku individu tenaga kerja dan kelompok-kelompok yang menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah ditapkan perusahaan.

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja

Bukhari Zainudin (2001:33) mengemukaan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja adalah sebagai berikut:

a. Hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan, terutama antara pimpinan kerja yang sehari-hari berhubungan dan berhadapan dengan para karyawan

b. Terdapat suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat dengan aggota lain organisai, apabali dengan merekan yang sehari-hari banyak berhubugn dengan pekerjaan.

c. Rasa bermanfaat bagi tercapainya tujuan organisasi yang merupakan tujuan bersama mereka yang harus diwujudkan bersama-sama.

d. Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan-kepuasan materi lainnya yang memadai, sehingga imbalan yang dirasakan akan adil terhadap jerih payah yang telah diberikan terhadap organisasi.

e. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan terhadap segala yang dapat membahayakan diri pribadi dan karir pekerjaan dalam perusahaan atau organisasi.

2.3.3 Unsur-Unsur Semangat Kerja

Menurut D.Hasley (1994:67) semangat kerja dapat diukur melalui presensi pegawai di tempat kerja, tanggungjawabnya terhadap pekerjaan, disiplin kerja, kerja sama dengan pimpinan atau teman sejawat dalam organisasi serta tingkat produktivitas kerja.

Untuk memahami unsur-unsur semangat kerja berikut diuraikan penjelasan masing-masing unsur:

1. Presensi

Presensi merupakan kehadiran pegawai yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya. Pada umumnya instansi / lembaga selalu mengharapkan pegawainya untuk datang dan pulang tepat waktu, sehingga pekerjaan tidak tertunda. Ketidakhadiran seorang pegawai akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja, sehingga instansi/ lembaga tidak bisa mancapai tujuan secara optimal.Presensi atau kehadiran karyawan dapat diukur melalui:

a. Kehadiran pegawai di tempat kerja b. Ketepatan pegawai datang/pulang kerja

c. Kehadiran pegawai apabila mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan atau acara dalam instansi

2. Disiplin Kerja

Menurut IG Wursanto (1985:67) disiplin kerja merupakan ketaatan seseorang terhadap suatu peraturan yang berlaku dalam organisasi yang menggabungkan diri dalam organisasi itu atas dasar adanya kesadaram dan keinsafan, bukan karena adanya paksaan.

Menurut Moekijat (1997:67) disiplin merupakan suatu kekuasaan yang berkembang dalam penyesuaian diri dengan sukarela kepada ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai dari pekerja.

Dan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan kemauan dan kepatuhan untuk bertingkah laku sesuai dengan peraturan yang ada di instansi yang bersangkutan.

Tingkat kedisiplinan kerja pegawai dapat diukur melalui :

a. Kepatuhan pegawai terhadap peraturan dan tata tertib di instansi. b. Kepatuhan pegawai terhadap intruksi yang datang dari atasan. c. Bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

d. Memakai pakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku. e. Menggunakan dan memelihara peralatan

3. Kerja Sama

Pariata Westra (1980:49) kerjasama juga diartikan sebagai suatu sikap dari individu maupun kelompok terhadap kesukarelaannya untuk bekerja sama agar dapat mencurahkan kemampuannya secara menyeluruh. Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi tergantung pada orang-orang yang terlibat di dalamnya. Untuk itu penting adanya kerjasama yang baik diantara semua pihak dalam organisasi, baik dengan atasan, teman sejawat, maupun bawahan.

Untuk mengukur tingkat kerjasama digunakan kriteria sebagai berikut:

a. Kesadaran pegawai untuk bekerjasama dengan atasan, teman sejawat, maupun bawahannya.

b. Adanya kemauan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan.

c. Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik serta saran dari orang lain.

d. Bagaimana tindakan seseorang apabila mengalami kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya.

4. Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan keharusan pada seseorang yang melaksanakan kegiatan selayaknya apa yang telah diwajibkan kepadanya. Pariata Westra (1975:91) Tanggung jawab juga merupakan kewajiban seseorang untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah diwajibkan

kepadanya, dan jika terjadi kesalahan yang disebabkan karena kelalaiannya, maka seseorang dapat dituntut atau dipersoalkan.

Tingkat tanggung jawab seseorang dapat melalui:

a. Dapat dituntut atau dipersoalkan. Kesanggupan dalam melaksanakan perintah dan kesanggupan dalam bekerja.

b. Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar.

c. Melaksanakan tugas atau perintah yang diberikan dengan sebaikbaiknya. d. Mempunyai kesadaran bahwa pekerjaan yang diberikan bukan hanya

untuk kepentingan instansi, tetapi juga untuk kepentingan dirinya sendiri.

5. Produktivitas Kerja

Menurut Slamet Saksosno (1988:133) produktivitas adalah rasio antara produksi yang dapat dihasilkan dengan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan untuk keperluan produk itu.

Ravianto (1985:21) produktivitas juga diartikan sebagai efisiensi modal dan waktu yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.

Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan barang atau jasa dengan menggunakan berbagai sumber produksi sesuai dengan mutu dan jangka waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan. Ravianto (1985:139) Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor lain Seperti ketrampilan, disiplin, sikap dan mental, etika

kerja, motivasi kerja, kesehatan, penghasilan, jaminan social, lingkungan kerja, manajemen dan berprestasi.

2.4kinerja

2.4.1 Pengertian Kinerja

Suantu organisasi atau perusahaan jika ingin maju atau berkembang maka dituntut untuk memiliki pegawai yang kinerjanya dapat memenuhi target atau sasaran yang ditetapkan oleh perusahaan. Utuk itu memperoleh pegawai yang memiliki kinerja baik maka diperlukan penerapan kinerjanya.

Ukuran kinerja dapat dilihat dari sisi jumlah dan mutu tertentu sesuai dengan standart yang telah ditetapkan oleh organisasi atau perusahaan, tergantung pada bentuk dan proses pelaksanaan pekerjaan itu. Kinerja yang dihasilkan oleh pegawai dalam suatu perusahaaan ditentukan oleh beberapa faktor dan kondisi yang baik itu yang berasal dari dalam diri pegawai ataupun yang brasal dari luar individu pegawai.

Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007:153) mengatakan bahwa kinerja adalah hasil dari proses pekerjaan tertentu secara terencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi bersangkutan.

Mangkuprawira dan Hubeis (2007:160) menyebutkan bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ektrinsik pegawai. Faktor-faktor intrinsik yang mempengaruhi kinerja pegawai terdiri dari pendidikan, pengalaman, motivasi, kesehatan, usia, keterampilan, emosi dan spiritual. Sedangkan faktor ekstrinsik yang memepengaruhi kinerja pegawai terdiri darai

lingkungan fisik dan non fisik, kepemimpinan, komunikasi vertikal dan horizontal, kompensasi, kontrol berupa penyeliaan, fasilitas, pelatihan, beban kerja, prosedur kerja, sistem hukum dan sebgainya.

Dokumen terkait