• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh yang ada dalam penelitian ini maka berikut adalah saran dari peneliti:

1. Mengingat faktor konsep diri mempunyai pengaruh yang lebih kuat terhadap minat berwirausaha, maka peneliti menyarankan agar Dosen atau staff pengajar agar lebih memperhatikan konsep-konsep diri untuk berwirausaha dalam pembelajaran mata kuliah yang berhubungan dengan kewirausahaan, baik secara lisan maupun teoritis sehingga minat berwirausaha pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis semakin positif.

2. Selain itu, minat berwirausaha yang sudah dimiliki oleh mahasiswa hendaknya dapat lebih ditingkatkan oleh semua pihak, terutama oleh pihak fakultas, orang tua, lingkungan sekitar maupun pemerintah.

3. Fakultas Ekonomi dan Bisnis harus mampu membantu dalam kelancaran pembelajaran kewirausahaan seperti mengusahakan laboratorium kewirausahaan, buku-buku pengantar kewirausahaan, meningkatkan kualitas tenaga pendidik, melaksanakan seminar kewirausahaan secara berkala, study

tour ke pusat-pusat UKM dan sebagainya. Penanaman minat berwirausaha ini

sangat penting agar kelak nantinya mahasiswa setelah menyelesaikan pendidikannya akan memilih wirausaha sebagai pilihan karir.

4. Bagi Peneliti selanjutnya diharapkan dapat terus mengembangkan penelitian ini agar dapat menciptakan temuan baru di bidang minat berwirausaha.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diri

2.1.1 Pengertiani Konsep Diri

Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus-menerus dan terdiferensiasi.Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari.

Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri.Menurut William D. Brooks (dalam Rahkmat, 2003: 99), konsep diri adalah persepsi psikologi, sosial, dan fisik terhadap diri sendiri yang didapat dari berbagai pengalaman dan interaksi dengan orang lain. Sedangkan Anita Taylor et al (dalam Rahkmat, 2003: 100) mengartikan konsep diri sebagai semua yang dipikirkan dan dirasakan oleh seseorang tentang dirinya sendiri, serta seluruh keyakinan dan sikap yang dimiliki seseorang tersebut.

Desmita (2008:10) juga mengatakan konsep diri didefinisikan secara umumsebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter maupun sikap yang dimiliki individu. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu

menuju kesuksesan. Sebaliknya, jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja sudah mempersiapkan pintu kegagalan bagi dirinya. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang diri seseorang yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik maupun lingkungan terdekatnya.

Pengertian konsep diri juga diungkapkan oleh Atkinsoet al (2008: 493), yaitu susunan berbagai gagasan, perasaan, dan sikap yang dipunyai orang mengenai diri mereka sendiri. Sedangkanmenurut Harjasuganda(2008 : 100) Konsep diri adalah penilaian tentang kepatutan diri pribadi yang dilayangkan dalam sikap, yang dimiliki seseorang mengenai dirinya. Maksudnya adalah tentang bagaimana perasaan kita terhadap diri sendiri, proses penilaian terhadap diri sendiri ini diperoleh melalui proses membandingkan dengan yang lain, mendapatkan perlakuan dari orang lain, baik berupa penghargaan atau bersifat cemohan.

Dari pendapat para ahli di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa konsep diri adalah pandangan, perasaan, dan keyakinan individu mengenai dirinya, meliputi gambaran mengenai diri dan kepribadian yang diinginkan yang diperoleh dari pengalaman dan interaksi dengan orang lain.

2.1.2 Komponen Konsep Diri

Konsep diri menurut Hurlock (2010: 237) terdiri dari 2 komponen yaitu sebagai berikut.

a. Konsep diri sebenarnya

Konsep diri sebenarnya merupakan konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu. Konsep ini sebagian besar ditentukan oleh peran dan hubungan dengan orang lain, serta reaksi orang lain terhadap orang tersebut.

b. Konsep diri ideal

Konsep diri ideal merupakan gambaran seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakannya.Diri ideal dapat dicapai seseorang dengan berperilaku sesuai dengan standar tertentu.Standar tersebut dapat berhubungan dengan tujuan, aspirasi, atau nilai yang ingin dicapai. Dengan kata lain, diri ideal adalah perwujudan harapan seseorang berdasarkan normasosial yang ada. Sedangkan harga diri berhubungan dengan pencapaian tujuan oleh seseorang. Jika seseorang selalu sukses maka cenderung akan mempunyai harga diri yang tinggi. Sebaliknya, jika seseorang sering mengalami kegagalan maka cenderung mempunyai harga diri yang rendah.

Dari pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa komponen konsep diri terdiri dari tiga hal, yaitu pengetahuan individu tentang dirinya, penilaian individu terhadap dirinya, serta pengharapan individu untuk dirinya.

2.1.3 Aspek Konsep Diri

Hurlock (2010: 237) mengemukakan bahwa konsep diri memiliki 2 aspek sebagai berikut.

a. Fisik

Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilan, kesesuaian dengan jenis kelamin, arti penting tubuh dalam hubungan dengan

perilaku, dan perasaan gengsi di hadapan orang lain yang disebabkan oleh keadaan fisiknya.

b. Psikologis

Aspek psikologis terdiri dari konsep individu tentang harga diri dan hubungannya dengan orang lain, serta kemampuan dan ketidakmampuannya.

2.1.4 Dimensi Konsep Diri

Konsep diri menurut Fitts (dalam Hendriati, 2006: 139-142) dibagi dalam 2 dimensi pokok, yaitu sebagai berikut:

a. Dimensi Internal

Dimensi Internal atau kerangka acuan internal (internal frame of reference) adalah penilain yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri 3 bentuk yaitu sebagai berikut: 1. Diri Identitas (Identity Self)

Diri identitas merupakan bagian yang mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan “Siapa saya?”. Dari pertanyaan itulah individu akan menggambarkan dirinya sendiri dan membangun identitas diri. Pengetahuan individu tentang dirinya akan bertambah dan semakin kompleks seiring dengan bertambahnya usia dan interaksi dengan lingkungannya.

2. Diri Pelaku (Behavioral Self)

Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh diri”.Bagian ini berkaitan erat dengan diri identitas.Keserasian antara diri

identitas dengan diri pelaku menjadikan individu dapat mengenali dan menerima baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku.

3. Diri Penerimaan atau Penilai (Judging Self)

Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator.Kedudukan diri penilai adalah sebagai perantara antara diri identitas dan diri pelaku. Penilaian ini nantinya akan berperan dalam menentukan tindakan yang akan ditampilkan individu tersebut. Diri penilai juga menentukan kepuasan individu akan diri sendiri.

b. Dimensi Eksternal

Individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosial, nilai yang dianut, serta hal-hal di luar dirinya pada dimensi eksternal. Dimensi eksternal yang dikemukakan oleh Fitts dibedakan atas 5 bentuk sebagai berikut:

1. Diri Fisik (Physical Self)

Aspek ini menggambarkan bagaimana individu memandang kondisi kesehatan, penampilan diri, dan keadaan tubuhnya.

2. Diri Etik-moral (Moral-ethical Self)

Aspek ini menggambarkan bagaimana individu memandang hubungan dengan Tuhan, kepuasan akan kehidupan keagamaan, dan nilai moral yang dipegangnya (meliputi batasan baik-buruk).

3. Diri Pribadi (Personal Self)

Aspek ini menggambarkan perasaan individu tentang kedaan pribadinya yang tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik maupun hubungan dengan orang lain. Persepsi individu pada aspek ini dipengaruhi oleh kepuasan individu

terhadap diri sendiri dan sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

4. Diri Keluarga (Family Self)

Aspek ini mencerminkan perasaan dan harga diri individu dalam kapasitasnya sebagai anggota keluarga.

5. Diri Sosial (Social Self)

Aspek ini mencerminkan penilain individu terhadap interaksi sosial dengan orang lain maupun dengan lingkungan sekitarnya.

Bagian-bagian internal dan eksternal tersebut saling berinteraksi satu sama lain, sehingga dari tiga dimensi internal dan lima dimensi eksternal akan didapati lima belas kombinasi yaitu identitas fisik, identitas moral-etik, identitas pribadi, identitas keluarga, identitas sosial, tingkah laku fisik, tingkah laku moral-etik, tingkah laku pribadi, tingkah laku keluarga, tingkah laku sosial, penerimaan fisik, penerimaan moral-etik, penerimaan pribadi, penerimaan keluarga, dan penerimaan sosial (Hendriati, 2006: 143).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dimensi dari konsep diri dibedakan menjadi dua yaitu internal dan eksternal.Dimensi internal terdiri dari tiga diri, di mana seseorang menilai dirinya melalui dunianya sendiri. Sedangkan dimensi eksternal terdiri dari lima diri, di mana seseorang menilai dirinya melalui hubungannya dengan orang lain dan hal-hal yang ada di luar dirinya.

2.2 Pembelajaran Kewirausahaan

2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kewirausahaan

Pembelajaran kewirausahaan terdiri dari kata pembelajaran dan kewirausahaan.Kata pembelajaran berasal dari kata dasar belajar. Menurut Usman (2008 : 5) belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku pada diri individu dan interaksi individu dengan lingkungannya. Pendapat tersebut sejalan dengan Sugihartono et al (2007: 74) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Proses tersebut disebut dengan pembelajaran yang berarti suatu perbuatan yang membuat orang untuk belajar. Pada tahap awal, pembelajaran bermanfaat sebagai pembuka pintu gerbang kemungkinan untuk menjadi manusia dewasa dan mandiri, berikutnya pembelajaran memungkinkan seseorang manusia akan berubah dari “tidak mampu” atau dari “tidak berdaya” menjadi “sumber daya.

Pembelajaran merupakan suatu upaya membelajarkan peserta didik dengan kegiatan belajar mengajar. Menurut Nasution (dalam Sugihartono et al, 2007: 80) bahwa pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreativitas pengajar. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat

diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan mahasiswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, fasilitas yang memadai, ditambah dengan kreativitas akan membuat mahasiswa lebih mudah mencapai target.

Sedangkan pengertian kewirausahaa (entrepreneurship) menurut Hendro (2011:5), kewirausahaan bukan merupakan ilmu ajaib yang mendatangkan uang dalam sekejap waktu, melainkan sebuah ilmu, seni, dan keterampilan untuk mengelola semua keterbatasan sumber daya, informasi, dan dana yang ada guna mempertahankan hidup, mencari nafkah, atau meraih posisi puncak dalam karir. Pendapat lain dikemukakan oleh Suryana (dalam Suryana dan Bayu, 2013:24), kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan tersebut adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang.

Ropke (dalam Suryana dan Bayu, 2013:25) menyatakan pula bahwa kewirausahaan merupakan proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang telah ada (inovasi), tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat. Penciptaan sesuatu yang baru tidak harus benar-benar murni dari hasil pemikiran yang baru pula, melainkan dapat diciptakan dari sesuatu yang sudah ada kemudian dibuat menjadi sesuatu yang berbeda dan bernilai.Sehingga hasil penciptaan tersebut dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat, yaitu menambah penghasilan, keterampilan, dan karya serta dapat mensejahterakan individu dari masyarakat tersebut.

Nilai tambah yang diperoleh dan kesejahteraan yang telah tercapai tersebut dapat terus mendorong masyarakat untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Seperti yang dijelaskan oleh Zimmerer (dalam Kasmir, 2011: 20) bahwa kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).

Berdasarkan pengertian pembelajaran dan kewirausahaan yang sudah dijelaskan, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran kewirausahaan merupakan proses belajar menumbuhkan jiwa kewirausahaan dengan meningkatkan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan perubahan perilaku yang diperlukan untuk menciptakan suatu peluang usaha.

2.2.2 Pola Pembelajaran Kewirausahaan

Menurut Eman Suherman (dalam Agustiyani, 2014:32) mengungkapkan bahwa pola pembelajaran kewirausahaan minimal mengandung empat unsur sebagai berikut :

1. Pemikiran yang diisi oleh pengetahuan kewirausahaan tentang nilai-nilai, semangat, jiwa, sikap dan perilaku, agar peserta didik memiliki pemikiran kewirausahaan.

2. Perasaan, yang diisi oleh penanaman empatisme sosial ekonomi, agar peserta didik dapat merasakan suka-duka berwirausaha dan memperoleh pengalaman empiris dari para wirausaha terdahulu.

4. Kesehatan fisik, mental dan sosial. Sehubungan dengan hal ini, peserta didik hendaknya dibekali oleh teknik-teknik antisipasi terhadap berbagai hal yang mungkin timbul dalam berwirausaha baik berupa persoalan, masalah maupun risiko lainnya sebagi wirausaha.

2.3 Lingkungan Eksternal

2.3.1 Pengertian Lingkungan Eksternal

Lingkungan berarti merupakan suatu kondisi baik fisik maupun nonfisik yang memiliki pearanan penting yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang dalam tingkah laku, perkembangan, dan pertumbuhan individu.Faktor lingkungan eksternal merupakan faktor-faktor dari luar individu yang mempengaruhi individu dan merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan (Mahanani 2014:38).

Minat seseorang terhadap suatu obyek diawali dari perhatian seseorang terhadap obyek tersebut.Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Minat dapat berubah-ubah tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya di antaranya adalah faktor lingkungan.

Menurut Lupiyoadi (2007:12) faktor lingkungan yang mempengaruhi minat meliputi lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.Sedangkan menurut penelitian Koranti (2013:2) bahwa tumbuhnya minat berwirausaha dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang melibatkan berbagai faktor internal, faktor eksternal dan faktor kontekstual. Faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku entrepreneur yang dapat berupa unsur dari lingkungan sekitar

seperti lingkungan keluarga, lingkungan dunia usaha, lingkungan fisik, lingkungan social ekonomi dan lain – lain.

Dewanti (2008 :11) menyatakan bahwa kewirausahaan dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan dan sosiologi. Faktor lingkungan yang berpengaruh menurut Dewanti adalah peluang yaitu situasi yang menguntungkan, model peranan, aktivitas, pesaing dengan industri yang sama, inkubator sebagai sumber ide, sumber daya alam dan manusia, teknologi dan kebijakan pemerintah.

Lingkungan eksternal pada umumnya, dipandang sebagai hal yang tidak dapat dikendalikan oleh wirasuahawan.Akan tetapi, dalam pembuatan rencana pemasaran wirasusahawan hendaknya menyadari perubahan pada bidang-bidang seperti, perekonomian, kebudayaan, teknologi, permintaan, persoalan hukum, persaingan, dan bahan mentah (Sutanto, 2002:79).

Dalam penelitian ini penulis ingin mengklasifikasikan faktor lingkungan eksternal yang terdiri dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.Keluarga merupakan lingkungan sosial terdekat dari wirausaha.Lebih luas lagi adalah dari lingkungan masyarakat wirausaha itu sendiri (Lupiyoadi,2007:12).

2.3.2 Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Masyarakat

2.3.2.1 Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha

Peran lingkungan sangat penting untuk menumbuhkan minat berwirausaha Menurut Alma (2010:8) lingkungan dalam bentuk “role models” juga berpengaruh terhadap minat berwirausaha biasanya melihat kepada orang tua, saudara keluarga yang lain, teman, pasangan atau pengusaha lainya. Hendro (2011:61-62)

berpendapat pengaruh minat berwirausaha di pengaruhi oleh dorongan orang tua dan lingkungan pergaulan. Dorongan orang tua dapat di lihat dari lingkungan keluarga dan lingkungan pergaulan dapat di lihat dari lingkungan masyarakat.

Menurut Tirtarahardja (2005:170) lingkungan keluarga sungguh-sungguh merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan, karena itu tugas pendidikan adalah mencari cara, membantu para ibu dalam tiap keluarga agar dapat mendidik anak-anaknya dengan optimal. Sedangkan menurut Menurut Alma (2010:8) pekerjaan orang tua sering terlihat bahwa ada pengaruh dari orang tua yang bekerja sendiri maka cenderung anaknya akan menjadi wirausaha. Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah.Kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan seseorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial.

2.3.2.2 Pengaruh Lingkungan Masyarakat Terhadap Minat Berwirausaha

Lingkungan masyarakat juga berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Lingkungan masyarakatmerupakan lingkungan di luar lingkungan keluarga baik dikawasan tempat tinggalnya maupun dikawasan lain.

Zimmerer (2004:12) menyatakan bahwa faktor lingkungan seperti faktor ekonomi dan kependudukan, pergeseran dari ekonomi industri ke ekonomi jasa, kemajuan teknologi, perkembangan e-Commerce dan the world wide web, terbukalebarnya peluang internasional dan perubahan gaya hidup masyarakat mempengaruhi minat kewirausahaan.

Keputusan pribadi untuk menjadi seorang pengusaha tidak hanya masalah faktor pribadi, tetapi juga isu-isu faktor lingkungan. Faktor lingkungan juga relevan karena lingkungan yang kondusif dapat langsung mempengaruhi keberhasilan bisnis baru Bird dan Jarill (dalam Ximenes,2014 : 4).

Pembentukan organisasi baru memerlukan sumber daya termasuk sumber daya keuangan.Ketika seorang pengusaha mengubah ide mereka menjadi sebuah perusahaan, sumber daya keuangan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan seperti lembaga keuangan, investor dan lain-lain. Ini penggunaan sumber daya keuangan untuk operasi pembiayaan seperti seperti uang jaminan, transaksi, dan lain-lain, atau untuk investasi sebagai pinjaman (Evans dan Jovanovic (dalam Ximenes,2014 : 5). Namun, Kim (dalam ximenes, 2014 :5) menyatakan bahwa karena berbagai alasan, mendapatkan uang dari pinjaman bank atau investor dapat menjadi sulit karena mereka hanya memulai dan mungkin menghadapi risiko tinggi, pemberi pinjaman biasanya tidak mau memberikan modal dan beberapa kompensasi melalui biaya pinjaman.

Berdasarkan teori pembangunan sosial, kebijakan dan program pemerintah memainkan peranan penting untuk memastikan perubahan kualitas dalam struktur dan kerangka masyarakat yang membantu masyarakat untuk mewujudkan tujuan dan tujuan hidup. Sebagai studi sebelumnya menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah, lembaga, dan program dapat mempengaruhi bisnis dengan berbagai caraReynolds (dalam Ximenes, 2014:6).

Ada juga muncul dalam masyarakat yang sering menghormati bagi mereka yang memiliki kerja keras dan keberhasilan memulai bisnis mereka

sendiri.Melalui lingkungan di mana orang-orang sukses, pengusaha potensial dan pengusaha, di mana keduanya bisa mendiskusikan ide-ide, tantangan dan solusi, bisnis baru yang akan diproduksi Gomezelj (dalam Ximenes, 2014:7).

2.4 Minat Berwirausaha

2.4.1 Pengertian Minat Berwirausaha

Minat dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang membangkitkan perhatian pada suatu hal. Minat mengindikasikan apa yang diinginkan atau dilakukan orang atau apa yang mereka senangi. Seseorang yang berminat pada suatu hal, maka segala tindakan atau apa yang dilakukan akan mengarahkannya pada minatnya tersebut (Aprilianty, 2012:312). Minat merupakan salah satu hal yang ikut menentukan keberhasilan seseorang dalam segala bidang, baik studi, kerja dan kegiatan-kegiatan lain. Minat pada suatu bidang tertentu akan memunculkan perhatian terhadap bidang tertentu.

Menurut Fuadi (2009 : 93) minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan. Winkel (2011 : 30) juga berpendapat bahwa minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu atau merasa senang berkecimbung dalam bidang tersebut.

Penelitian Subandono (2007:18) terhadap minat wirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subjek untuk tertarik menciptakan suatu usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur, menanggung risiko dan

mengembangkan usaha yang diciptakannya tersebut.Minat wirausaha berasal dari dalam diri seseorang untuk menciptakan sebuah bidang usaha.

Yuwono dan Partini (2008:78) menyebutkan ada tiga aspek minat pada diri seseorang, yaitu:

1. Dorongan dari dalam untuk memenuhi kebutuhan diri sebagai sumber penggerak untuk melakukan sesuatu.

2. Kebutuhan untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang akan menentukan posisi individu dalam lingkungannya.

3. Perasaan individu terhadap suatu pekerjaan yang dilakukannya.

Yuwono (2008:34) menyatakan bahwa minat kewirausahaan adalah rasa ketertarikan seseorang untuk melakukan kegiatan usaha yang mandiri dengan keberanian mengambil resiko.

Wirausaha yaitu orang yang mempunyai kemampuan melihat serta peluang-peluang bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mengambil sebuah tindakan yang tepat guna untuk meraih kesuksesan.Adapun menurut Kasmir (2011:16), wirausahawan adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha baru, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi yang tidak pasti.

Berdasarkan definisi di atas, maka yang dimaksud dengan minat wirausaha adalah keinginan, ketertarikan serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras dengan adanya pemusatan perhatian untuk berusaha memenuhi

kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut akan resiko yang akan dihadapi, senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami, serta mengembangkan usaha yang diciptakannya. Minat wirausaha tersebut tidak hanya keinginan dari dalam diri saja tetapi harus melihat ke depan dalam potensi mendirikan usaha.

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha

Faktor-faktor yang memengaruhi minat berwirausaha menurut Stewart et al(dalam Koranti, 2013:2) adalah:

1. Faktor Internal

Artinya minat berasal dari dalam diri wirausahawan, yaitu dapat berupa sifat-sifat personal, sikap, kemauan dan kemampuan individu tersebut untuk berwirausaha.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku wirausaha yang dapat berupa unsur dari lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan dunia usaha, lingkungan fisik, lingkungan sosial ekonomi dan lain-lain

Sementara itu, menurut Alma (2010 : 12) menyatakan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha, yaitu:

1. Personal (pribadi)

Berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian seseorang.Seorang wirausaha adalah seseorang yang yang memilki keinginan berprestasi yang sangat tinggi dibandingkan orang yang tidak berwirausaha.

2. Sociological (sosiologis)

Berkaitan dengan hubungan dengan keluarga dan hubungan sosial lainya.Hubungan keluarga dapat dilihat dari orang tua, pekerjaan, dan status sosial.Faktor sosial yang berpengaruh terhadap minat berwirausaha ialah

Dokumen terkait