• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.2. Saran

1. Bagi Remaja

Remaja dalam perkembangannnya wajib untuk mengemban tugas-tugas perkembangan remaja diantaranya remaja mampu menerima keadaan dirinya, memehami peran seks/ jenis kelamin, mengembangkan sifat kemandirian, tanggung jawab pribadi dan sosial, menjaga nilai-nilai moral dan merencanakan masa depan dengan hidup sehat terhindar dari narkoba yang bisa merusak moral bangsa.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Disarankan agar para mahasiswa/i ilmu keperawatan dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan narkoba serta melakukan peranannya sebagai seorang perawat yang mempunyai tugas sebagai edukator salah satunya dengan memberikan pendidikan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan.

3. Bagi Praktek Keperawatan

Diharapkan kepada perawat agar tetap memberikan pendidikan kesehatan pada remaja agar pengetahuan remaja tentang kesehatan baik tentang hal-hal yang berkaitan dengan narkoba ataupun tentang hal lain semakin meningkat dan bertambah.

4. Bagi Penelitian Keperawatan

Pada peneliti selanjutnya:

a. Diharapkan lebih memperhatikan faktor yang dapat mengganggu pelaksanaan pendidikan kesehatan.

b.Disarankan untuk melakukan observasi dengan cermat saat melakukan studi pendahuluan untuk mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi agar lebih tepat sasaran pada saat

75

memberikan materi yaitu sesuai dengan kebutuhan mereka yang belum pernah mereka dapatkan dalam pendidikan formal.

c. Perlu adanya penelitian yang mnghubungkan antara pengaruh pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi terhadap sikap siswa tentang masalah kesehatan reproduksi remaja serta bagaimana perilaku mereka dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka.

d. Perlu diperhatikan jenis kuesioner yang dipakai akan lebih baik jika pertanyaan yang diberikan bersifat terbuka sehingga dapat diketahui dengan jelas tingkat pengetahuan siswa yang sebenarnya.

5. Untuk Negara

Melalui Dinas Pendidikan dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten Deli Serdang agar mendukung kegiatan atau events yang kreatifke sekolah-sekolah dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa-siswi tentang narkoba serta mengarahkan remaja ke kegiatan yang positif pada hari-hari khusus seperti hari ulang tahun BNN, dan lain-lain dengan menyelenggarakan perlombaan bernyanyi, karya tulis, band musik, drama dan kegiatan lainnya yang bertemakan tentang narkoba guna lebih meningkatkan pengetahuan dan rasa waspada agar tidak terjerumus leh narkoba.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pendidikan Kesehatan

2.1.1. Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Konsep dasar pendidikan merupakan suatu proses belajar. Hal ini berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat, dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi mampu mengatasi masalah kesehatan. Konsep ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup di dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang lebih dewasa, lebih mampu, lebih tahu dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Taylor (1991) dalam Maulana (2009) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan usaha membantu individu mengontrol kesehatannya sendiri dengan mempengaruhi, menguatkan keputusan atau tindakan yang sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri. Nilai pendidikan turun–naik bersama tingkat pengetahuan yang diperoleh, dan daya upaya pendidikan penting pada orang yang pengetahuannya masih rendah.

11

Menurut Green(1972) dalam Mubarak (2007) menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan proses pemindahan materi dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Artinya perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam individu atau masyarakat itu sendiri. Pendidikan kesehatan merupakan istilah yang diterapkan pada penggunaan proses pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan kesehatan.

MenurutStuart (1968) dalam Ali (2010) menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan adalah komponen dari program kesehatan dan program kedokteran yang terencana guna menimbulkan perilaku, individu, kelompok dan masyarakat dengan melakukan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

2.1.2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

World Health Organisation/WHO (1945) dalam Maulana (2009) menyatakan bahwasecara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Akan tetapi, perilaku mencakup hal yang luas sehingga perilaku perlu dikategorikan secara mendasar sehingga menurut Maulana (2009) rumusan tujuan pendidikan kesehatan dapat dirinci sebagai berikut:

1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat oleh sebab itu, pendidikan kesehatan bertanggung jawab mengarahkan cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari–hari.

2. Mendorong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

12

3. Mendorong penggunaan dan pengembangan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

Mubarak (2007) menjelaskan bahwa tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu :

1. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.

2. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar. 3. Menurut Ida Bagus dan Tjitarsa (1992) dalam Mubarak (2007)

menjelaskan bahwa tujuan pendidikan kesehatan yakni untuk memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang – Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 dalam Mubarak (2007) yakni: meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan maupun program kesehatan lainnya.

2.1.3. Media Pendidikan Kesehatan

Menurut Mubarak(2007) media pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah alat bantu pendidikan yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran dan menurut Heinich (1982) dalam Setiawati (2008) mengemukakan bahwa media adalah perantara yang menghantarkan informasi antara sumber ke penerima. Pesan, ide, gagasan atau informasi yang disampaikan

13

pengajar atau pembicara akan mudah diterima apabila diberikan dengan metode dan media yang benar dan baik.

Adapun tujuan media dan jenis–jenis media untuk pendidikan kesehatan menurut pendapat para ahli dapat dilihat sebagai berikut :

1. Tujuan penggunaan media

Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa tujuan penggunaan media antara lain adalah untuk menimbulkan minat sasaran pendidikan, mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan dalam pemahaman, merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan, membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat, merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain, mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan, mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan, mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

Notoatmodjo (2003) dalam Sari (2013) menjelaskan, alat bantu (media) disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, media ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah pemahaman.

14

2. Jenis - jenis media untuk penyampaian pendidikan kesehatan

Menurut Kholid (2014) aplikasi media merupakan bagian penting dalam sebuah pendidikan kesehatan karena media dapat langsung berinteraksi dengan masyarakat. Keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar bergantung pada tiga faktor yaitu: faktor isi pesan, cara menjelaskan pesan, dan karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Bukan berarti semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajarnya. Apabila bahan pengajaran telah dikemas dengan tepat serta serta disajikan pada audience yang tepat maka media pembelajaran akan tepat.

Notoatmodjo (2007) membagi media sebagai alat bantu pendidikan menjadi 3 jenis yaitu alat bantu lihat (visual aids), alat bantu dengar (audio aids), alat bantu lihat-dengar (audio visual aids). Alat bantu lihat (visual aids) berguna dalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip dan alat-alat yang tidak diproyeksikan, misalnya 2 dimensi (gambar, peta, bagan), 3 dimensi (bola dunia, boneka). Sedangkan alat-alat bantu dengar (audio aids) berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengaran pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/ pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids), seperti televisi dan video. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan AVA. Dalam menerima sesuatu yang baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa. Untuk mengatasi hal tersebut, AVA (Audio Visual Aids) akan membantu menegakkan pengetahuan-pengetahuan yang

15

telah diterima oleh manusia sehingga apa yang diterima akan lebih lama disimpan didalam ingatan.

Notoatmodjo (2007) membagi media sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan menjadi 3 jenis yaitu:

a. Media Cetak

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain: booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar, leaflet

ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat, isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi, flyer (selebaran) ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan,

flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik, biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau infomasi berkaitan dengan gambar tersebut, rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

Media cetak memiliki beberapa kelebihan yaitu tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana dan mempermudah pemahaman. Walaupun demikian media cetak juga memiliki

16

kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak serta mudah terlipat (Notoadmodjo, 2007).

b. Media Elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan, jenisnya berbeda-beda antara lain televisi, radio, video, slide, dan film strip.

Media elektronik memiliki beberapa kelebihan yaitu sudah dikenal masyarakat, mengikut sertakan semua panca indera, lebih mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak, penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif besar, dan sebagai alat diskusi serta dapat diulang-ulang. Walaupun demikian media elektronik juga memiliki kelemahan yaitu biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik, perlu alat canggih untuk produksinya dan perlu terampil dalam pengoperasian.

c. Media Papan (Billboard)

Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum seperti bus dan taksi.

2.1.4.Metode dan Teknik Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2010) metode dan teknik promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara–cara atau metode dan alat–alat bantu atau media yang digunakan dalam setiap pelaksana promosi kesehatan. Dengan kata lain, metode dan teknik pendidikan kesehatan adalah dengan cara dan alat apa yang digunakaan oleh pelaku pendidik kesehatan untuk

17

menyampaikan pesan–pesan kesehatan atau mentranformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat. Berdasarkan sasarannya, metode dan tehnik promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Metode pendidikankesehatan individual

Metode ini digunakan apabila antara promotor dan sasaran dapat berkomunikasi tatap wajah (face to face) maupun melalui sarana komunikasi lainnya, misalnya telepon, cara ini paling efektif, karena antara petugas kesehatan dan klien dapat saling berdialog, saling merespon dalam waktu yang bersamaan. Dalam menjelaskan masalah kesehatan bagi klien petugas kesehatan dapat menggunakan alat bantu atau peraga yang relevan dengan masalahnya. Metode dan teknik promosi kesehatan individual ini yang sering digunakan adalah councelling.

2. Metode pendidikan kesehatan kelompok

Teknik dan metode pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan kelompok ini digunakan untuk sasaran kelompok. Sasaran kelompok dibedakan menjadi dua yakni kelompok kecil dan kelompok besar. Disebut kelompok kecil jika kelompok sasaran terdiri antara 6 – 15 orang, sedangkan kelompok besar bila sasaran diatas 15 sampai dengan 50 orang. Oleh sebab itu, metode promosi kesehatan kelompok juga dibedakan menjadi 2 yaitu:

a. Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok kecil, misalnya: diskusi kelompok, metode curah pendapat (brain storming), bola salju (snow ball), bermain peran (role play), metode permainan stimulasi (stimulation game), dan sebagainya. Untuk mengefektifkan metode ini

18

perlu dibantu dengan alat bantu atau media, misalnya: lembar balik (flip chart), alat peraga, slide dan sebagainya.

b. Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok besar, misalnya: metode ceramah yang diikuti atau tanpa diikuti dengan tanya jawab, seminar, loka karya, dan sebagainya. Untuk memperkuat metode ini perlu dibantu pula dengan alat bantu misalnya: overhead projector, slide projector, film, sound system, dan sebagainya.

3. Metode pendidikan kesehatan massa

Apabila sasaran pendidikan kesehatan adalah masal atau publik, metode penyampaiannya memang paling sulit, karena sasaran publik sangat

bervariasi, baik dilihat dari kelompok umur, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, sosial budaya, dan sebagainya. Masing–masing kelompok sasaran yang sangat bervariasi tersebut berpengaruh terhadap cara

merespons, cara mempersiapkan dan pemahaman terhadap pesan–pesan kesehatan. Kita harus merancang dan memberikan pesan–pesan kesehatan kepada massa tersebut dengan metode, teknik, dan isi yang sama. Notoatmodjo (2010) menyatakan metode dan teknik promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan untuk massa yang sering digunakan adalah:

a. Ceramah umum (Public speaking), misalnya dilapangan terbuka dan tempat–tempat umum.

b. Penggunaan media massa elektonik, seperti radio dan televisi. Penyampaian pesan melalui radio atau televisi ini dapat dirancang dengan berbagai bentuk, misalnya sandiwara (drama) dan sebagainya.

19

c. Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah, buku, leaflet, selebaran,

poster, dan sebagainya.

d. Penggunaan media diluar ruang, misalnya: billboard, spanduk, umbul – umbul, dan sebagainya.

2.1.5.Strategi Penyampaian Pendidikan Kesehatan

Strategi pendidikan kesehatan adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi, disesuaikan dengan kondisi lingkungan, sifat, ruang lingkup dan urutan kegiatan, termasuk juga didalamnya komponen-komponen materi pendidikan kesehatan (Purba, 2013).

Penyampaian pendidikan kesehatan pada remaja, dapat dilakukan dengan menggunakan metode penyampaian pesan yang sederhana dan menggunakan alat bantu sebagaimana dijelaskan menurut Nurhidayah (2010) metode penyampaian pesan sebaiknya sederhana, menarik dan mudah dipahami agar peserta benar-benar memahami pesan yang disampaikan, adapun metode penyampaian pesan tersebut adalah dengan menggunakan metode ceramah. Dalam melaksanakan proses pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah, penyampaian materi bersifat teoritis dan dilanjutkan dengan menggunakan alat bantu seperti gambar,

slide atau film.

2.2. Konsep Narkoba

2.2.1.DefinisiNarkoba

Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional/BNN No. SE/03/IV/2002 disebut narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (BNN, 2013). Sedangkan menurut Kurniawan (2008) narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Narkoba adalah bahan/zat alami

20

maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik secara oralatau diminum, dihirup, maupun disuntikkan dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan serta prilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (Adiksi) fisik dan psikologis.

2.2.2.Jenis–Jenis Narkoba

Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk kepentingan medis atau pengobatan, adapun kegunaannya adalah untuk menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengguna narkoba diluar dari hal-hal medis dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang popular pada masyarakat terdiri dari tiga golongan yaitu: Narkotika, psikotropika dan bahan-bahan adiktif lainnya (Fitri, 2014).

1. Narkotika

Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan bukan tumbuh-tumbuhan baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (BNN, 2009). Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan yaitu:

a. Narkotika Golongan I

Menurut Hawari (2012) narkotika golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak didunakan dalam terapi merupakan jenis narkotika yang paling berbahaya, daya

21

adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantunggan dan jenis narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :

1. Ganja

Nama lain dari ganja adalah mariyuana, cannabis, hashis, gelek dan sebagianya. Mariyuana adalah suatu bahan berbentuk bubuk (powder) kering berwarna putih kehijauan dan abu-abu yang dari ekstrak bunga dan daun tanaman cannabis sativa. Bahan kimia aktif dalam mariyuana adalah delta-9-tetrahydrocanabinol (THC) yang dapat memengaruhi suasana hati manusia dan memengaruhi cara orang tersebut melihat dan mendengar hal-hal disekitarnya dan akan merangsang reaksi sel saraf sehingga menyebabkan penderita berkeinginan untuk menggunakan obat tersebut secara terus menerus. Penggunaana dilakukan dengan cara menghisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat dihisap dengan menggunakan pipa rokok.

Penggunaan ganja dosis rendah hanya berpengaruh pada rasa nyaman,

euphoria (merasa santai), tetapi gejala ini sulit dideteksi. Pada dosis yang lebih besar selain menyebabkan euphoria, juga menghilangkan stress berat dan rasa sakit, nafsu makan bertambah, dan efeknya dapat menybabkan kerusakan pada kemampuan bergerak, kebingungan, hilangnya konsentrasi, meningkatnya denyut nadi, keseimbangan dan koordinasi tubuh yang buruk. Pengguna ganja akan mengalami gejala psikologik yaitu euphoria, halusinasi, merasa dirinya hebat, merasa waktu berlalu dengan lambat, bersikap acuh tak acuh, masa bodoh tidak peduli terhadap fungsi mahluk sosialnya (apatis) dan berperilaku maladaptif yaitu tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya secara wajar (Hawari, 2012).

22

2. Heroin/Putau

Heroin adalah salah satu diantara narkotika yang paling banyak disalahgunakan para penagih di Indonesia akhir-akhir ini dan sangat adiktif. Heroin bertindak memengaruhi otak sehingga menghasilkan efek menyenangkan dan menghilangkan rasa nyeri, nama popular heroin di Indonesia adalah putaw. Penggunaan heroin umumnya secara injeksi intravena (mainling), intra muskular dihisap dengan pipa, dicampur dengan ganja atau rokok, asapnya diinhalasi dengan pipet atau serbuknya langsung dihirup melalui hidung. Efek yang dialami setelah diinjeksi para penagih akan mengalami ephoria disertai panas pada kulit, mulut kering, anggota badan terasa berat, fungsi mental turun karena depresi SSP (sistem saraf pusat), bicara lambat dan kaku, pupil mata mengecil, kelopak mata menciut atau mata sayup, gangguan pengelihatan, muntah dan sembelit/perut terasa mulas (Hawari, 2012).

Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, namun dengan dosis tertentu heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker stadium lanjut karena efek analgesik (menghilangkan rasa nyeri) dan mempunyai sifat nyaman, merasa santai

(euphoria) yang baik (BNN, 2009)

Menurut Hawari (2012) Pengaruh jangka panjang dari penggunaan heroin adalah dapat mengalami halusinasi (penglihatan khayal), paranoid (gangguan jiwa seolah–olah dikejar–kejar atau ada kekuatan lain), rendahnya motivasi, dan perilaku yang tidak terduga. Adapun pengaruh terhadap sisitem tubuh manusia adalah :

23

a. Pada sisitem syaraf pusat dapat menyebabkan hilangnya memori dan ketidak mampuan membedakan yang penting dengan yang tidak, gangguan penghayatan akan waktu dan ruang, dan dapat menyebabkan kerusakan otak. b. Pada sistem pernafasan dapat meningkatkan resiko penyakit paru kronis

(bronkitis, kanker) lebih besar dari pada perokok.

c. Pada sisitem reproduksi dapat mengakibatkan berkurangnya kadar hormone testosteron dan jumlah spermatozoa sehinga dapat mengurangi kesuburan pada laki–laki. Sedangkan pada perempuan dapat terjadi gangguan haid, resiko ketidak suburan, dan menyebabkan gangguan syaraf pada bayi dari ibu pemakai ganja.

3. Kokain

Menurut Martono (2006) Kokain tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas otak dan fungsi organ tubuh lain). Menurut undang–undang kokain termasuk narkotika golongan I, berbentuk kristal putih, yang digunakan dengan cara disedot melalui hidung, pada saat merokok, dan disuntikkan. Cepat menyebabkan ketergantungan. Kokain ini banyak disalahgunakan (drug abuse)

sehingga menimbulkan ketagihan bagi penggunanya. Obat diekstrasikan dari tanaman spesies coca yaitu Erythroxylum coca. Yang paling sering kokain digunakan lewat inhalasi, dan kokain itu diabsorpsi lewat mukosa hidung dan masuk dalam darah, dan cepat didistribusikan ke otak. Penggunaan dosis rendah membuat tubuh lebih fit, segar, kuat, bersemangat, hilang rasa mengantuk dan tidak terasa lapar. Adapun pengaruh jangka panjang dari penggunaan kokain adalah :

24

a. Tubuh gemetar, sakit kepala, dan mual.

b. Kemampuan tubuh untuk menangkal infeksi menurun, dan berat badan menurun karena selera makan berkurang, ketergantungan.

c. Paranoid (perasaan seolah–olah dianiaya atau memliki kekuasaan)

Menurut Martono (2006) Pengaruh kokain pada sistem tubuh manusia adalah : a) Pada sistem syaraf dapat merangsang fungsi otak, dan dapat menyebabkan

amnesia, sakit jiwa, dan kerusakan tetap pada otak dan sistem syaraf.

b) Pada sistem pernafasan, dapat menyebabkan pernafasan terganggu, berhenti, dan dapat menyebabkan batuk.

c) Pada sistim jantung dan pembuluh darah, dapat mengakibatkan jantung berdebar–debar, kerja jantung meningkat dan lebih cepat, sehingga dapat

Dokumen terkait