• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.2.1 Latar Belakang Keluarga .1 Pengertian Keluarga

Pengertian keluarga berdasarkan asal-usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara (dalam Abu & Nur, 2001 : 176), bahwa keluarga berasal dari bahasa Jawa yang terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga. Di dalam bahasa Jawa kuno kawula berarti

hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa keluarga adalah anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari kawula merasakan sebagai suatu kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya juga merupakan bagian dari warga lainnya secara keseluruhan.

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarganya, yang interaksi sosial keluarganya berdasarkan simpati, seorang anak pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu-membantu, dengan kata lain, anak pertama-tama belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial yang mempunyai norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain (Sobur, 2003 : 248- 249).

Menurut Soerjono (2004 : 23) Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefenisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal di suatu rumah yang masih mempunyai hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi, dan lain sebagainya. Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum menikah disebut keluarga batih. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam masyarakat, keluarga batih memiliki peran-peran tertentu, yaitu:

a. Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi anggota, di mana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut.

b. Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi kebutuhan anggotanya.

c. Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup.

d. Keluarga batih merupakan wadah di mana manusia mengalami proses sosialisasi awal, yakni suatu proses di mana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

2.2.1.2 Ciri-ciri Keluarga

Iver dan Page (dalam Su’adah, 2005 : 22) memberikan ciri-ciri umum keluarga yang meliputi :

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawianan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.

3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan.

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga.

Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Tirtahardja dan Sulo, 2000 : 169), suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang per orang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan pemberi contoh.

Orang tua berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang dapat membentuk kepribadian anak tersebut. Salah satu unsur kepribadian adalah motivasi. Motivasi anak untuk berwirausaha tergantung pada pengaruh positif yang diberikan sesama anggota keluarga. Latar belakang orang tua yang merupakan wirausahawan juga dapat menimbulkan motivasi anak untuk berwirausaha. Dorongan dari anggota keluarga terhadap anak juga dapat memotivasinya untuk menjadi wirausahawan.

2.2.1.3 Lingkungan Keluarga

Slamet (dalam Suranto, 2011 : 12-14) merangkumkan bahwa lingkungan keluarga terdiri dari :

a. Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap cara belajar dan berpikir anak. Ada orang tua yang mendidik secara otoriter, ada yang demokratis, dan ada juga keluarga yang acuh tak acuh dengan pendapat setiap keluaraga.

b. Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluaraga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anak-anaknya. Demi kelancaran berwirausaha, perlu adanya relasi yang baik dalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan untuk mensukseskan wirausaha.

c. Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana seseorang berada dan belajar. Suasana rumah merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh/ramai sembrawut tidak akan memberikan ketenangan pada anak yang belajar. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak bosan di rumah, suka keluar rumah dan akibatnya belajar kacau sehingga untuk memikirkan masa depannya pun tidaklah terkonsentrasi dengan baik.

d. Keadaan ekonomi keluarga

Pada keluarga yang kondisi ekonominya relatif kurang, menyebabkan orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok anak. Tak jarang faktor kesulitan ekonomi justru menjadi motivator atau pendorong anak untuk lebih berhasil. Adapun keluarga yang ekonominya berlebihan, orang tua cenderung mampu memenuhi kebutuhan anak termasuk masalah pendidikan anak termasuk bisa melanjutkan ke jenjang yang tinggi. Kadangkala kondisi serba berkecukupan tersebut membuat orang tua kurang perhatian pada anak karena sudah merasa memenuhi semua kebutuhan anaknya, akibatnya anak malas untuk belajar dan prestasi yang diperoleh tidak akan baik.

e. Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Kadang-kadang anak yang mengalami lemah semangat, maka orang tua wajib member pengertian dan dorongan, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak baik di sekolah maupun di masyarakat. Hal ini penting untuk tetap menumbuhkan rasa percaya dirinya.

f. Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam kehidupannya. Kepada anak perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan dan diberi contoh figur yang baik, agar mendorong anak menjadi semangat dalam meniti masa depan dan karirnya ke depan. Hal ini juga dijelaskan oleh Soemanto (dalam Supartono, 2004 : 50) mengatakan bahwa cara orang tua dalam meraih suatu keberhasilan dalam pekerjaan merupakan modal yang baik untuk melatih minat, kecakapan, dan kemampuan nilai-nilai tertentu yang berhubungan dengan pekerjaan yang diingini anak.

2.2.1.4 Faktor Keluarga sebagai Penentu Keberhasilan

Sobur (2003 : 248-249) menyatakan bahwa faktor keluarga sebagai penentu keberhasilan terdiri dari :

1. Kondisi Ekonomi Keluarga

Faktor ekonomi sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan kehidupan keluarga. Faktor kekurangan ekonomi menyebabkan suasana rumah menjadi muram sehingga anak kekurangan gairah untuk belajar. Namun, faktor kesulitan ini bisa juga malah menjadi pendorong bagi anak untuk berhasil. Kadangkala keadaan ekonomi yang berlebihan menyebabkan orang tua menjadi kurang perhatian terhadap belajar anak, karena merasa telah memenuhi seluruh kebutuhan anak, sehingga anak malas belajar dan mandiri sehingga cenderung menganggap “santai” masa depannya termasuk masalah karir.

2. Hubungan emosional orang tua dan anak

Hubungan emosional antara orang tua dan anak juga berpengaruh dalam keberhasilan anak. Sebaiknya orang tua menciptakan hubungan yang harmonis dengan anak. Hubungan orang tua dan anak jangan acuh tak acuh karena akan menyebabkan anak menjadi frustasi. Orang tua terlalu keras akan menyebabkan hubungan orang tua akan menjadi “jauh” atau hubungan yang terlalu dekat antara anak dan orang tua akan mengakibatkan anak selaku “tergantung”.

3. Cara mendidik orang tua

Ada keluarga yang mendidik anaknya secara diktaktor militer, ada yang demokratis yang menerima pendapat semua anggota keluarga, tetapi ada juga keluarga yang acuh tak acuh dengan pendapat setiap anggota keluarga. Cara orang tua mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap cara belajar dan hasil belajar yang diperoleh seseorang. 2.2.1.5 Fungsi Keluarga

Dalam (Setiadi, 2008 : 7) fungsi keluarga ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan sebagai berikut :

a. Fungsi biologis

1. Untuk meneruskan keturunan 2. Memelihara dan membesarkan anak 3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

4. Memelihara dan merawat anggota keluarga b. Fungsi Psikologis

1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga 3. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga 4. Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi Sosialisasi

1. Membina sosial pada anak

2. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

3. Mematuhi nilai-nilai budaya keluarga d. Fungsi Ekonomi

1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

2. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

3. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.

2. Mempersiapkan anak untuk hidup dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

2.3.1 Motivasi Wirausaha

Dokumen terkait