• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Latar Belakang Keluarga Terhadap Motivasi Wirausaha Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Latar Belakang Keluarga Terhadap Motivasi Wirausaha Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Responden yang terhormat,

Bapak/Ibu yang saya hormati. Saya mahasiswa Universitas Sumatera Utara Medan

memohon kepada Bapak/Ibu untuk berkenan mengisi kuesioner di bawah sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya. Kuesioner ini disebarkan dalam rangka untuk menyelesaikan

skripsi yang berjudul “ Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan latar Belakang Keluarag

terhadap Motivasi Berwirausaha Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis USU”. Adapun hasil dari penelitian ini digunakan sebagai kepentingan penulisan

skripsi. Atas bantuan dan kesediaannya saya ucapkan terima kasih.

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Lingkarilah angka yang tersedia di kolom dengan memilih sesuai dengan keadaaan sebenarnya.

2. Alternetif jawaban untuk pernyataan yang diberikan kepada karyawan.

Sangat Tidak Setuju 1 2 3 4 Sangat Setuju Keterangan :

1 = Sangat Tidak Setuju

2 = Tidak Setuju

3 = Setuju

4 = Sangat Setuju

Mohon berikan tanda check (√) pada salah satu jawaban yang Anda pilih.

B. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama:

(2)

2. Umur:

3. Jenis Kelamin: Pria Wanita

4. Pekerjaan Orang tua:

Pertanyaan untuk Pendidikan Kewirausahaan

DAFTAR PERTANYAAN

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Pendidikan kewirausahaan dapat

menumbuhkan motivasi saya dalam berusaha 2. Pendidikan kewirausahaan membuat saya

terbuka terhadap kritik dan saran

3. Pendidikan kewirausahaan membuat saya mampu dalam menjalankan usaha 4. Pendidikan kewirausahaan membuat saya

percaya diri dalam melakukan usaha 5. Pendidikan kewirausahaan memberi nilai

tambahan di dalam menjalankan usaha 6. Pendidikan kewirausahaan membuat saya

mampu dalam melihat peluang yang ada 7. Pendidikan kewirausahaan dapat membuat

saya senang dalam membaca kisah-kisah sukses entrepreneur.

Pertanyaan untuk Latar Belakang Keluarga

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Keluarga mengajarkan saya untuk mengenal norma-norma dalam berinteraksi dengan orang lain

2. Keluarga mengajarkan saya untuk mengenal nilai-nilai dalam berinteraksi dengan orang lain

3. Dukungan dan dorongan keluarga menambah motivasi saya untuk berhasil

4. Keluarga memiliki andil yang besar dalam membentuk karakter saya

5. Saya memiliki ayah yang juga menjalankan usaha

6. Saya memiliki ibu yang juga menjalankan usaha

7. Saya memiliki kakak yang juga menjalankan usaha

(3)

No. Pernyataan STS TS S SS 1. Sukses dengan berwirausaha adalah jalan

hidup yang akan saya raih

2. Saya antusias menghadiri seminar – seminar tentang kewirausahaan

3. Saya tidak ingin menjadi pegawai

4. Saya berwirausaha untuk mendapatkan pendapatan utama

5. Menjadi seorang wirausaha bisa menjadikan saya contoh yang baik bagi orang lain

6. Dengan menjadi seorang wirausaha saya dapat membuka lapangan kerja

7. Saya senang bergaul dengan orang lain

(4)

Daftar Pustaka Buku

Ahmadi, Abu dan Nur Ubiyati, 2001. Ilmu Pendidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Daajali, 2011. Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Ginting, Abdorrakhman, 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Humaniora, Bandung.

Hendro, 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan Panduan bagi Mahasiswa untuk Mengenal, Memahami, dan Memasuki Dunia Bisnis, Erlangga, Jakarta.

Kasmir, 2007. Kewirausahaan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad, 2002. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Pertama, Erlangga, Jakarta.

Prawira, Purwa Atmaja, 2012. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, Ar Ruz Media, Yogjakarta.

Priyono, S & Soerata, M, 2005. Kiat Sukses Wirausaha, Palem, Yogjakarta.

Riani, Sri Laksmi dkk, 2005. Dasar-dasar Kewirausahaan, UNS Press, Surakarta.

Sardiman, A M, 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.

Sardiman, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Setiadi, 2008. Konsep dan Proses Keprawatan Keluarga, Graha Ilmu, Yogjakarta.

Situmorang, Safrizal Helmi, Muslich, Lutfi, 2014, Analisis Data untuk Riset Manajemen dan Bisnis, Edisi 3, USU Press, Medan.

Slameto,2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Soedomo, A. Hadi, 2008. Pendidikan suatu Pengantar, UNS Press, Surakarta.

Soekanto, Soejono, 2004. Sosiologi suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soetadi, Iskandarini, 2011. Kewirausahaan, USU Press, Medan.

(5)

Supartono, 2004. Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor.

Suryana, 2003. Kewirausahaan Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju Sukses, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Suryana, Yuyus & Kartib Bayu, 2010. Kewirausahaan Pendidikan Karakteristik Wirausaha Sukses, Kencana, Jakarta.

Sutanto, Adi, 2007. Kewirausahaan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Su’adah, 2005. Sosiologi Keluarga, Universitas Muhammadiyah, Malang.

Tirtahardja, Umar dan La Sulo, 2000. Pengantar Pendidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Wibowo, Agus, 2013. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi, Pustaka Belajar, Yogjakarta.

Skripsi

Tri Febri Hardianti, 2015, Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Kepribadian, dan Lingkungan terhadap Keinginan untuk Berwirausaha pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Eka Aprilianty, 2012, Pengaruh Kepribadian Wirausaha, Pengetahuan Kewirausahaan, dan Lingkungan terhadap Minat Berwirausaha Siswa SMK.

Fitriani Tobing, 2010, Pengaruh Konsep Diri, Prestasi Belajar Mata Kuliah Kewirausahaan, dan Lingkungan Keluarga terhadap Minat Berwirausaha (Studi Kasus: Mahasiswa Politeknik Negri Medan).

PUBLIKASI ELEKTRONIK

(6)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian assosiatif. Penelitian assosiatif

menurut Sugiyono (2004 : 11) merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan yang tertinggi

bila dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komparatif. Dengan penelitian ini maka

akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan

mengontrol suatu gejala. Oleh karena itu, penelitian ini akan menjelaskan pengaruh

pendidikan kewirausahaan dan latar belakang keluarga terhadap motivasi berwirausaha

mahasiswa manajemen ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara yang beralamat di jalan Prof. T. M. Hanafiah, Medan. Waktu penelitian dimulai dari

Januari sampai Februari 2016.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas

menganalisis permasalahan dalam penelitian yang dilakukan. Sesuai dengan latar belakang

dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka penelitian ini dibatasi pada variabel

sebagai berikut :

1. Variabel Independen (Variabel bebas) adalah variable yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel

bebas (X) dalam penelitian ini adalah pendidikan kewirausahaan (X1) dan latar

(7)

2. Variabel dependen (Variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) dalam penelitian

ini adalah motivasi wirausaha (Y).

3.4 Defenisi Operasional

Defenisi operasional menurut Erlina (2011 : 48) adalah menjelaskan karakteristik dari

objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat

diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian. Pengertian operasional variabel ini

kemudian diuraikan menjadi sebagai berikut :

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Defenisi Indikator Skala

Pendidikan Kewirausahaan

(X1)

Pedidikan

kewirausahaan adalah proses belajar untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang digunakan sebagai modal untuk memulai suatu usaha yang baru.

1. Menumbuhkan motivasi

2. Membangun sikap

percaya diri

3. Membangun sikap

kreatif

4. Membangun sikap

inovatif 5. Meningkatkan ketrampilan 6. Menumbuhkan wirausaha yang berpendidikan tinggi Likert Latar belakang keluarga (X2)

lingkungan di mana beberapa orang yang

masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefenisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal di suatu rumah yang masih mempunyai hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi, dan lain sebagainya.

1. Cara orang tua

mendidik

2. Relasi antara anggota keluarga

3. Keadaan ekonomi keluarga

4. Pekerjaan orangtua (keluarga)

Likert

Motivasi berwirausaha

keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya

1. Senang berwirausaha

2. Ingin penghasilan

yang tinggi

(8)

untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan tertentu.

3. Ingin bisa mengatur

waktu dan diri sendiri

4. Minat kewirausahaan

telah diwujudkan

5. Suka membuat sesuatu untuk dijual

Sumber : Suryana (2010), Hendro (2011)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala likert menurut

Erlina (2011 : 51) yaitu skala yang digunakan untuk mengukur respons subjek berupa sikap,

pendapat,dan persepsi seseorang atau sekelompok kejadian atau gejala sosial ke dalam 5 poin

skala dengan interval yang sama.

Tabel 3.2

Pengukuran Skala Likert

No Alternatif Jawaban Skor

1 2 3 4

Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)

4 3 2 1 Sumber : Erlina (2011)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi

Sugiyono (2012 : 115) mendefenisikan populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dikarenakan mata kuliah

kewirausahaan adalah mata kuliah wajib pada semester 1, maka yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara angkatan 2013.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 140 orang dengan rincian sebagai berikut

(9)

Tabel 3.3

Jumlah Mahasiswa Program Studi Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

Tahun Jumlah Mahasiswa

2013 140

Sumber :

3.6.2 Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2012 : 116) asalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan rumus Slovin (dalam Umar, 2008 : 78) sebagai berikut :

�= �

1 +��2

Dimana:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = taraf kesalahan

�= 140

1 + 140 (0,10)2

n = 59 mahasiswa

teknik pengambil sampel menggunakan teknik purposive random sampling.

3.7 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan interaksi langsung antara

pengumpul data dan sumber data (Erlina, 2011 : 31). Data primer ini diperoleh

dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuesioner.

(10)

Data sekunder dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, dimana data itu telah

dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya (Erlina, 2011 : 31). Data sekunder ini

diperoleh melalui studi dokumentasi dengan mempelajari berbagai tulisan melalui

buku, jurnal, dan internet untuk mendukung penelitian ini.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Angket (Kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya

(Sugiyono, 2012 : 199).

2. Studi Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan membaca dan mempelajari berbagai macam tulisan

di berbagai buku, jurnal, dan informasi dari internet yang berhubungan dengan

penelitian ini.

3.9 Uji Validitas dan Reabilitas 3.9.1 Uji Validitas

Validitas merupakan kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti (Sugiyono 2012: 182). Uji validitas

digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner

dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang

(11)

kepada 30 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara di luar

sampel.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows, nilai

validitas dapat dilihat pada kolom Pearson Correlation. Jika angka korelasi yang diperoleh

lebih besar dari pada angka kritik (r hitung > r tabel) maka instrumen tersebut dikatakan

valid. Jika nilai Corrected Item Total Corelation setiap pertanyaan lebih besar dari 0, 30

(12)

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas

Mean Std. Deviation N

Q1 3.2333 .56832 30

Q2 3.1333 .57135 30

Q3 2.6667 .84418 30

Q4 2.9333 .58329 30

Q5 3.2333 .62606 30

Q6 3.4667 .62881 30

Q7 3.0333 .71840 30

Q8 3.1333 .57135 30

Q9 3.4000 .72397 30

Q10 3.1667 .69893 30

Q11 3.1333 .68145 30

Q12 2.4667 .81931 30

Q13 2.7333 .90719 30

Q14 3.0333 .66868 30

Q15 2.8000 .71438 30

Q16 2.6667 .60648 30

Q17 2.8000 .96132 30

Q18 2.6667 .75810 30

Q19 3.1333 .57135 30

Q20 3.2333 .72793 30

Q21 3.3000 .53498 30

(13)

Sumber: Pengolahan SPSS (2016) 3.9.2 Uji Reabilitas

Uji reliabilitas akan dapat menunjukkan konsistensi dari jawaban-jawaban

responden yang terdapat pada kuesioner. Menurut Sugiyono (2012: 183). Pengujian

reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal

pengujian dapat dilakukan dengan test-retest, equivalent, dan gabungan keduanya. Secara

internal reliabilitas instrumen dapat di uji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang

ada pada instrumennya dengan teknik tertentu.

Uji ini dilakukan setelah uji validitas dan yang diuji merupakan pertanyaan yang

sudah valid. Kriteria dalam menentukan reliabilitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut

pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20.00 for windows terhadap 30

mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

di luar sampel.

Uji reliabilitas dilihat dari nilai alpha Cronbach, dengan kriteria bila Alpha

Cronbach > 0,60 maka variabel tersebut dinyatakan reliabel. Dari hasil pengolahan data

diperoleh bahwa nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,60 untuk semua item pengukuran.

Sehingga bisa dikatakan bahwa item variabel Pendidikan Kewirausahaan (X1), Latar

Belakang Keluarga (X2) item untuk mengukur Motivasi Berwirausaha (Y) terbukti reliabel

atau konsisten dalam pengukuran.

Tabel 3.5 Hail Uji Reabilitas

Reliability Statistics

(14)

.908 22

Sumber: Pengolahan SPSS (2016)

3.10 Teknik Analisis Data

Metode analisis merupakan cara atau teknik dalam mengkaji data yang terkumpul

dalam hubungannya dengan hipotesis. Sesuai dengan masalah dan rangkaian hipotesa.

Metode analisis yang digunakan untuk membuktikan kebenaran yang dimaksud adalah

3.10.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan dari

hasil pengumpulan data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh responden penelitian.

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui dan mendeskriptifkan variabel bebas

(independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebasnya adalah Pendidikan

Kewirausahaan (X1), Latar Belakang Keluarga (X2), dan variabel terikatnya adalah Motivasi

Berwirausaha (Y).

3.10.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi analisis regresi yang

tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik

atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada

analisis regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dapat dipergunakan pada analisis

regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.

Uji asumsi klasik digunakan untuk melihat atau menguji suatu model yang termasuk

layak atau tidak layak digunakan dalam penelitian. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

(15)

Uji normalitas penting dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variable terdistribusi secara normal. Salah satu cara mengecek kenormalitasan adalah dengan plot

probabilitas normal. Dengan plot ini, masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengan

nilai harapan pada distribusi normal, normalitas terpenuhi apabila titik-titik (data) terkumpul

di sekitar garis lurus dan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau mendekati

normal. Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal

maka dilakukan uji kolmogorv smirnov (1 sample KS), (Situmorang 2014 : 119).

3.10.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup

mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini

yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak

sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2005 : 56), bahwa model

regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. “Heteroskesdastisitas dapat diuji

dengan menggunakan uji metode grafik, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang

tergambar pada scatterplot antara sumbu Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah

residual yang telah di studentize. Dengan dasar analisis sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola teratur (bergelombang,

melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskesdastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik meyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol)

pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskesdastisitas.

3.10.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Regresi linear berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linear antar beberapa

variabel bebas yang biasa disebut X1, X2, X3 dan seterusnya dengan variabel terikat disebut

Y. Analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini menggunakan software SPSS

(16)

Y=a+b1X1+b2X2+e

Dimana :

Y = Motivasi Wirausaha

a = Konstanta

b1 = koefisien Regresi X1

X1 = Pendidikan Kewirausahaan

B2= koefisien Regresi X2

X2 = Latar Keluarga

e = Standart Error

3.10.4 Uji Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis menggunakan Uji Signifikansi Simultan ( Uji-f), Uji

Signifikansi Parsial (Uji-t), dan koefisien Determinasi (R2).

3.10.4.1 Uji Signifikansi Simultan ( Uji-f)

Tujuan Uji-F adalah untuk membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh Pendidikan

Kewirausahaan dan Latar Belakang Keluarga terhadap Motivasi Berwirausaha Mahasiswa.

Dengan rumus hipotesis sebagai berikut :

Ho : b1=b2= 0, artinya variabel bebas yaitu Pendidikan Kewirausahaan (X1), Latar Belakang Keluarga (X2), secara serentak tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel teikat

yaitu Motivasi Wirausaha (Y)

Ho : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya variabel bebas Pendidikan Kewirausahaan (X1), Latar Belakang Keluarga (X2), secara serentak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat

yaitu Motivasi Wirausaha (Y).

(17)

Ho diterima Jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%

Ha diterima Jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%

3.10.4.2 Uji Signifikansi Parsial ( Uji-t)

Tujuan Uji-t adalah untuk menguji apakah variabel bebas secara parsial mempunyai

pengaruh signifikan terhadap nilai variabel terikat dengan rumusan hipotesis sebagai berikut :

Ho : b1,b2 = 0, artinya variabel bebas Pendidikan Kewirausahaan (X1), Latar Belakang

Keluarga (X2), secara parsial tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

variabel teikat yaitu Motivasi Berwirausaha (Y)

Ho : b1 ≠ b2 ≠ 0, variabel bebas Pendidikan Kewirausahaan (X1), Latar Belakang Keluarga

(X2), secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat

yaitu Motivasi Berwirausaha (Y)

Kriteria Motivasi Berwirausaha:

Ho diterima Jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%

Ha diterima Jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%

3.10.4.3 Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinan (R2) pada intinya mengukur seberapa besar kemampuan model

dalam menerangkan variabel dependen. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai

dengan satu ( 0< R2<1). Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan

pengaruh variabel independen (X1,X2) adalah besar terhadap variabel dependen (Y). Hal ini

berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel

independen yang diteliti terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika R2 semakin mengecil

(mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa variabel independen (X1,X2) terhadap terhadap

variabel dependen (Y) semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat

(18)

BAB IV

GAMBAR UMUM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS USU

4.1 Sejarah Singkat Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU pertama kali didirikan oleh Yayasan USU

berlokasi di Kutaraja (sekarang Kota Banda Aceh) pada tahun 1959. Berhubung Fakultas

Ekonomi dan Bisnis USU yang berkedudukan di Banda Aceh menjadi bagian dari

Universitas Syah Kuala, pada tahun 1961, USU membuka kembali Fakultas Ekonomi dan

Bisnis di Medan. Penetapan dilakukan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi

RI No. 64/1961 tanggal 24 November 1961 yang berlaku surut terhitung mulai 1 Oktober

1961. Berdasarkan surat keputusan tersebut, tanggal 24 November diperingati sebagai Hari

Lahir atau Dies Natalis Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis mengelola Program S1 dan Program DIII, serta

Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAK) yang telah menghasilkan tenaga ahli dan Sarjana

Ekonomi yang baik dan bermutu. Setelah keluar peraturan pemerintah No. 56 tahun 2003

tanggal 1 November 2003 tentang Penetapan Universitas Sumatera Utara sebagai Badan

Hukum Milik Negara (BHMN) maka terjadi perubahan nama Jurusan yang ada di Fakultas

Ekonomi menjadi Departemen. Dalam perjalanan yang panjang, pada tahun 2003 USU

menjadi PT BHMN (Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara) berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 56 tahun 2003, tanggal 11 Nopember 2003, dimana Fakultas Ekonomi

dan Bisnis USU merupakan satu dari 10 Fakultas dan Program Pascasarjana yang ada pada

saat USU menjadi PT BHMN. Setelah menjadi PT BHMN, dengan dibentuknya Fakultas

Farmasi dan Fakultas Psikologi pada tahun 2007 USU telah memiliki 12 fakultas.

4.1.1 Visi dan Misi

(19)

Menjadi salah satu Fakultas Ekonomi dan Bisnis terkemuka yang dikenal unggul dan mampu

memenuhi kebutuhan pasar dalam persaingan global.

Misi

a. Menghasilkan lulusan yang mempunyai karakter dan kompetensi dalam bidang ilmu

ekonomi, manajemen dan akuntansi yang berorientasi pasar,

b. Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dengan pemberdayaan dan peningkatan

kualifikasi dan kualitas dosen,

c. Mengembangkan dan meningkatkan pelaksanaan dharma penelitian dan pengabdian

sebagai upaya meningkatkan mutu keilmuan dan sumber pendanaan fakultas dalam status PT.

BHMN,

d. Senantiasa berusaha meningkatkan pelayanan kepada mahasiswa selaku pelanggan

(customer) dan stakeholders lainnya,

e. Meningkatkan jaringan dan kerjasama dengan institusi swasta dan pemerintah serta

(20)

4.1.2 Jaringan Usaha / Kegiatan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis adalah salah satu bentuk dari organisasi. Fakultas Ekonomi dan

Bisnis USU merupakan unsur pelaksana akademik yang melaksanakan dan mengembangkan

pendidikan, penelitian, pengabdian/pelayanan masyarakat dan pembinaan civitas akademika.

Fakultas Ekonomi dan Bisnsi USU merupakan sebuah instansi yang meghasilkan jasa

pendidikan non-profit ( tidak berorientasi pada perolehan laba), seperti perusahaan penghasil

jasa pada umumnya yang bertujuan menghasilkan laba bagi perusahaan.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU lebih berorientasi pada pelayanan pendidikan yang

bermutu dan berkualitas, melakukan penelitian-penelitian yang bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan, serta melakukan kegiatan social berupa pengabdian kepada masyarakat sesuai

dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu penyelenggaraan pendidikan, pengadaan

penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Dengan demikian, diharapkan lulusan-lulusan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

adalah lulusan yang mempunyai kualitas yang baik dan mampu bersaing di lapangan

pekerjaan nantinya.

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Deskriptif

4.2.1.1 Karakteristik Responden

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Berdasarkan

kuesioner yang disebarkan tersebut diperoleh gambaran umum mengenai karakteristik

(21)

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah ( Orang ) Persentase (%)

Laki-laki 12 20

Perempuan 47 80

Jumlah 59 100

Sumber : Data Olahan Penulis (2016)

Responden berdasarkan jenis kelamin pada Tabel 4.1 terlihat bahwa responden

dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 12 orang ( 20%) sedangkan responden perempuan

berjumlah 47 orang ( 80%). Dengan demikian terlihat bahwa responden perempuan lebih

banyak dari pada responden laki-laki..

Tabel 4.2

Karateristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Orang Persentase

23 Tahun 38 65

24 Tahun 15 25

25 Tahun 6 10

Jumlah 59 100%

Sumber : Data Olahan Penulis (2016)

Karakteristik responden berdasarkan usia pada Tabel 4.2 terlihat bahwa responden

yang berusia 23 tahun berjumlah 38 orang (64,5%), berusia 24 tahun berjumlah 15 orang

(24,4%), dan berusia 25 tahun berjumlah 6 orang (10,1%). Dari hasil tersebut terlihat bahwa

(22)

Tabel 4.3

Karateristik Pekerjaan Orang Tua Kategori Jumlah Responden Persentase %

Pegawai Negri 19 32

Pegawai Swasta 14 24

Wiraswasta 26 44

Jumlah 59 100%

Sumber : Data Olahan Penulis (2016)

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan orang tua pada tabel 4.3 terlihat bahwa

responden dengan pekerjaan orang tua sebagai pegawai negeri berjumlah 19 orang (32%),

pegawai swasta berjumlah 14 orang (24%) dan responden dengan pekerjaan orang tua

sebagai wiraswasta berjumlah 26 orang (44%). Dari data tersebut terlihat bahwa responden

dengan pekerjaan orang tua yang paling dominan adalah wiraswasta.

4.2.1.2 Deskripsi Jawaban Responden

Deskripsi jawaban responden menggambarkan bagaimana frekuensi jawaban

responden atas pernyataan yang diajukan dalam kesioner. Berikut ini dapat dilihat frekuensi

jawaban responden tentang variabel Pendidikan Kewirausahaan (X1), Latar Belakang

Keluarga(X2), dan Motivasi Berwirausaha (Y). Pada tabel 4.4 berikut dapat dilihat frekuensi

jawaban responden tentang variabel Iklim organisasi.

4.2.1.2.1 Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Pendidikan Kewirausahaan

Tabel 4.4

Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pendidikan Kewirausahaan (X1)

Q STS TS S SS

F % F % F % F %

Pendidikan

kewirausahaan dapat

(23)

menumbuhkan motivasi saya dalam berusaha Pendidikan

kewirausahaan

membuat saya terbuka terhadap kritik dan saran

0 0 6 10,2 38 64,4 15 25,4

Pendidikan kewirausahaan

membuat saya mampu dalam menjalankan usaha

2 3,4 22 37,3 23 39,0 12 20,3

Pendidikan kewirausahaan

membuat saya percaya diri dalam melakukan usaha

0 0 10 16,9 37 62,7 12 20,3

Pendidikan

kewirausahaan memberi nilai tambahan di dalam menjalankan usaha

0 0 7 11,9 31 52,5 21 35,6

Pendidikan kewirausahaan

membuat saya mampu dalam melihat peluang yang ada

0 0 5 8,5 25 42,4 29 49,2

Pendidikan

kewirausahaan dapat membuat saya senang dalam membaca

kisah-kisah sukses entrepreneur.

1 1,7 2 3,4 33 55,9 23 39,0

Sumber : Pengolahan SPSS ( 2016 )

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, terlihat bahwa responden memberikan jawaban yang

bervariasi untuk setiap butir pernyataan yaitu :

1. Untuk pernyataan pertama(Pendidikan kewirausahaan dapat menumbuhkan motivasi

saya dalam berusaha). Mayoritas responden sebanyak 38 atau 64,4% responden

menyatakan setuju, 19 orang atau 32,2% responden menyatakan sangat setuju,dan 2

(24)

sebagian besar responden bisa memahami dan membuat usaha dengan melihat

peluang-peluang dan kemampuan diri yang ada.

2. Untuk pernyataan kedua (Pendidikan kewirausahaan membuat saya terbuka terhadap

kritik dan saran) dapat digambarkan bahwa ada 38 orang atau 64,4% responden

menyatakan setuju, 15 orang atau 25,4% responden menyatakan sangat setuju, 6 orang

atau 10,2% responden menyatakan tidak setuju, dan tidak ada responden menyatakan

sangat tidak setuju. Hal ini menyatakan bahwa masukan saran atau kritikan diperlukan

responden dalam berwirausaha agar responden mengetahui apa yang harus diperbaiki di

dalam menjalankan usaha tersebut.

3. Untuk pernyataan ketiga (Pendidikan kewirausahaan membuat saya mampu dalam

menjalankan usaha) dapat digambarkan bahwa ada 23 orang atau 39,0% responden

menyatakan sangat setuju, 12 orang atau 25,4% responden menyatakan sangat setuju, 22

orang atau 37,3% responden menyatakan sangat tidak setuju, dan 2 orang atau 3,4%

responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar

responden memang membutuhkan pedoman untuk menjalankan usahanya.

4. Untuk pernyataan keempat (Pendidikan kewirausahaan membuat saya percaya diri dalam

melakukan usaha) dapat digambarkan bahwa ada 37 orang atau 62,7% responden

menyatakan setuju, 12 orang atau 20,3% responden menyatakan sangat setuju, dan 10

orang atau 16,9% responden menyatakan tidak setuju. Hal ini menggambarkan

kepercayaan diri memang bisa membentuk diri kita untuk lebih maju di dalam

berwirausaha.

5. Untuk pernyataan kelima (Pendidikan kewirausahaan memberi nilai tambahan di dalam

menjalankan usaha) dapat digambarkan bahwa ada 36 orang atau 47,36% responden

menyatakan setuju, 17 orang atau 22,36% responden menyatakan sangat setuju, 12 orang

(25)

menyatakan tidak setuju, dan 3 orang atau 3,94% responden menyatakan sangat tidak

setuju. Hal ini menggambarkan bahwa di dalam mencapai tujuan usaha kita harus tau dan

mau untuk memulai dan mencari apa-apa saja yang dibutuhkan dalam berusaha.

6. Untuk pernyataan keenam (Pendidikan kewirausahaan membuat saya mampu dalam

melihat peluang yang ada) dapat digambarkan bahwa ada 25 orang atau 42,4%

responden menyatakan setuju, 29 orang atau 49,2% responden menyatakan sangat setuju,

5 orang atau 8,5% responden menyatakan tidak setuju, dan tidak ada responden

menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan dalam berwirausaha dibutuhkan

ketekunan dalam melihat suatu peluang yang ada di dalam berwirausaha.

7. Untuk pernyataan ketujuh (Pendidikan kewirausahaan dapat membuat saya senang

dalam membaca kisah-kisah sukses entrepreneur) dapat digambarkan bahwa ada 33

orang atau 55,9% responden menyatakan setuju, 23 orang atau 39,0% responden

menyatakan sangat setuju, 2 orang atau 3,4% responden menyatakan kurang setuju, dan

1 orang atau 3,4% responden menyatakan tidak setuju. Hal ini menggambarkan sebagian

besar responden tertarik dalam membaca apa-apa saja kiat sukses para entrepreneur.

4.2.1.2.2 Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Latar Belakang Keluarga

Pada Tabel 4.7 berikut ini dapat dilihat frekuensi jawaban responden tentang variabel

Stres Kerja (X2).

Tabel 4.5

Frekuensi Jawaban Responden Tentang Latar Belakang Keluarga (X2)

Q STS TS S SS

F % F % F % F %

Keluarga

mengajarkan saya untuk mengenal norma-norma dalam

(26)

berinteraksi dengan orang lain Keluarga mengajarkan saya untuk mengenal nilai-nilai dalam berinteraksi dengan orang lain

9 10,0 10 11,1 33 36,7 3 3,3

Dukungan dan dorongan keluarga menambah motivasi saya untuk berhasil

13 14,4 16 17,8 18 20,0 1 1,1

Keluarga memiliki andil yang besar dalam membentuk karakter saya

13 14,4 19 21,1 19 21,1 1 1,1

Saya memiliki ayah

yang juga menjalankan usaha

9 10,0 13 14,4 33 36,7 3 3,3

Saya memiliki ibu

yang juga

menjalankan usaha

11 12,2 29 32,2 17 18,9 1 1,1

Saya memiliki kakak yang juga menjalankan usaha

7 7,8 25 27,8 24 26,7 1 1,1

Sumber : pengolahan SPSS (2016)

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, terlihat bahwa responden memberikan jawaban yang

bervariasi untuk setiap butir pernyataan yaitu :

1. Untuk pernyataan pertama (Keluarga mengajarkan saya untuk mengenal norma-norma

dalam berinteraksi dengan orang lain) dapat digambarkan bahwa 31 orang atau 52,5%

responden menyatakan setuju, 26 orang atau 44,1% responden menyatakan sangat setuju,

dan 2 orang atau 3,4% responden menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukan bahwa

peran keluarga memang membantu sebagian besar responden dalam berinteraksi dengan

(27)

2. Untuk pernyataan kedua (Keluarga mengajarkan saya untuk mengenal nilai-nilai dalam

berinteraksi dengan orang lain) dapat digambarkan bahwa 31 orang atau 52,5% responden

menyatakan sangat setuju, 27 orang atau 45,8% responden menyatakan setuju, dan 1

orang atau 1,7% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwa

peran keluarga memang membantu sebagian besar responden dalam berinteraksi dengan

orang lain sehingga responden bisa mengetahui nilai-nilai apa saja yang diperlukan.

3. Untuk pernyataan ketiga (Dukungan dan dorongan keluarga menambah motivasi saya

untuk berhasil) dapat digambarkan bahwa 32 orang atau 54,2% responden menyatakan

sangat setuju, 26 orang atau 44,1% responden menyatakan setuju, dan 1 orang atau 1,7%

responden menyatakan tidak setuju. Hal ini menggambarkan bahwa di dalam berusaha

sebagian besar responden membutuhkan semangat dan rasa kepercayaan diri dari

keluarga dalam mengambil sesuatu hal yang berbeda untuk mencapai suatu usaha yang

baik.

4. Untuk pernyataan keempat (Keluarga memiliki andil yang besar dalam membentuk

karakter saya) dapat digambarkan bahwa 32 orang atau 54,2% responden menyatakan

sangat setuju, 24 orang atau 40,7% responden menyatakan setuju, dan 3 orang atau 5,1%

responden menyatakan kurang setuju. Hal ini menggambarkan sebagian besar responden

percaya diri dalam mencoba sesuatu hal yang baru dan berbeda dikarenakan karakter

yang telah dibentuk keluarga.

5. Untuk pernyataan kelima(Saya memiliki ayah yang juga menjalankan usaha) dapat

digambarkan bahwa 28 orang atau 47,5% responden menyatakan kurang setuju, 13 orang

atau 22,0% responden menyatakan setuju, 10 orang atau 16,9% responden menyatakan

sangat setuju, dan 8 orang atau 13,6% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini

menunjukkan sebagian besar responden tidak mempunyai seorang ayah yang

(28)

6. Untuk pernyataan keenam (Saya memiliki ibu yang juga menjalankan usaha) dapat

digambarkan bahwa 21 orang atau 35,6% responden menyatakan tidak setuju, 18 orang

atau 30,5% responden menyatakan setuju, 13 orang atau 22,0% responden menyatakan

sangat setuju, dan 7 orang atau 11,9% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini

menunjukkan sebagian besar responden tidak mempunyai ibu yang juga bekerja di bidang

berwirausaha.

7. Untuk Pernyataan ketujuh (Saya memiliki kakak yang juga menjalankan usaha) dapat

digambarkan bahwa 25 orang atau 42,4% responden menyatakan setuju, 17 orang atau

28,8% responden menyatakan tidak setuju, 10 orang atau 16,95% menyatakan sangat

setuju, dan 7 orang atau 11,9% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini

menyatakan bahwa sebagian besar responden mempunyai kakak yang juga menjalankan

usaha.

4.2.1.2.3 Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Budaya Organisasi

Pada Tabel 4.9 berikut ini dapat dilihat frekuensi jawaban responden tentang variabel

Budaya Organisasi (X3).

Tabel 4.9

Frekuensi Jawaban Responden Tentang Motivasi Berwirausaha (Y)

Q STS TS S SS

F % F % F % F %

Sukses dengan berwirausaha adalah jalan hidup yang akan saya raih

0 0 19 32,2 31 52,5 9 15,3

Saya antusias menghadiri seminar

– seminar tentang kewirausahaan

(29)

Saya tidak ingin menjadi pegawai

7 11,9 27 45,8 15 25,4 10 16,9

Saya berwirausaha untuk mendapatkan pendapatan utama

1 1,7 23 39,0 28 47,5 7 11,9

Menjadi seorang wirausaha bisa menjadikan saya contoh yang baik bagi orang lain

0 0 9 15,3 33 55,9 17 28,8

Dengan menjadi seorang wirausaha saya dapat membuka lapangan kerja

0 0 8 13,6 31 52,5 20 33,9

Saya senang bergaul dengan orang lain

0 0 3 5,1 39 66,1 7 28,8

Menjadi wirausaha meningkatkan status sosial saya

2 3,4 18 30,5 30 50,8 9 15,3

Sumber : pengolahan SPSS (2016)

1. Untuk pernyataan pertama (Sukses dengan berwirausaha adalah jalan hidup yang akan

saya raih) dapat digambarkan bahwa 31 orang atau 52,5% responden menyatakan setuju,

19 orang atau 32,2% responden menyatakan tidak setuju, dan 9 orang atau 15,3%

responden menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa seorang wirausaha

selalu melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh demi keberhasilan usaha yang

diinginkan.

2. Untuk pernyataan kedua (Saya antusias menghadiri seminar – seminar tentang

kewirausahaan) dapat digambarkan bahwa 35 orang atau 59,3% responden menyatakan

setuju, 20 orang atau 33,9% responden menyatakan tidak setuju, dan 4 orang atau 6,8%

(30)

yang tinggi dan yang dilakukan secara maksimal memiliki tujuan agar mencapai

keberhasilan dalam usaha.

3. Untuk pernyataan ketiga (Saya tidak ingin menjadi pegawai) dapat digambarkan bahwa

27 orang atau 45,8% responden menyatakan tidak setuju, 15 orang atau 25,4% responden

menyatakan setuju, 10 orang atau 16,9% responden menyatakan sangat setuju, dan 7

orang atau 11,9% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden tidak memiliki minat dan dorongan yang kuat dalam dirinya

untuk mencapai suatu tujuan usaha.

4. Untuk pernyataan keempat (Saya berwirausaha untuk mendapatkan pendapatan utama)

dapat digambarkan bahwa 28 orang atau 47,5% responden menyatakan setuju, 23 orang

atau 39,0% responden menyatakan tidak setuju, 7 orang atau 11,9% responden

menyatakan sangat setuju, dan 1 orang atau 1,7% responden menyatakan sangat tidak

setuju. Hal ini menunjukkan bahwa mempersiapkan segala usaha dalam berwirausaha

yang dijalani dapat mengarahkan kita pada tujuan usaha yang ingin dicapai.

5. Untuk pernyataan kelima (Menjadi seorang wirausaha bisa menjadikan saya contoh yang

baik bagi orang lain) dapat digambarkan bahwa 33 orang atau 55,9% responden

menyatakan setuju, 17 orang atau 28,8% responden menyatakan sangat setuju, dan 9

orang atau 15,3% responden menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa

diperlukan pemahaman dan perhatian dalam memahami apa-apa saja peraturan yang

diperlukan di dalam mencapai suatu tujuan usaha.

6. Untuk pernyataan keenam (Dengan menjadi seorang wirausaha saya dapat membuka

lapangan kerja) dapat digambarkan bahwa 31 orang atau 52,5% responden menyatakan

setuju, 20 orang atau 33,9% responden menyatakan sangat setuju, dan 8 orang atau 13,6%

(31)

harus dimiliki seorang wirausaha adalah dengan mampu berpikir kreatif dan cara-cara

baru yang berbeda.

7. Untuk pernyataan ketujuh (Saya senang bergaul dengan orang lain) dapat digambarkan

bahwa 39 orang atau 66,1% responden menyatakan setuju, 17 orang atau 28,8%

responden menyatakan sangat setuju, dan 3 orang atau 5,1% responden menyatakan

sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan di dalam berwirausaha dibutuhkan cita-cita yang

membuat kita lebih giat lagi di dalam berwirausaha sehingga tercapai tujuan usaha yang

baik.

8. Untuk pernyataan kedelapan (Menjadi wirausaha meningkatkan status sosial saya) dapat

digambarkan bahwa 30 orang atau 50,8% responden menyatakan setuju, 18 orang atau

30,5% responden menyatakan tidak setuju, 9 orang atau 15,3% responden menyatakan

sangat setuju, dan 2 orang atau 3,4% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini

menunjukkan di dalam berwirausaha dibutuhkan cita-cita yang membuat kita lebih giat

lagi di dalam berwirausaha sehingga tercapai tujuan usaha yang baik.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk memenuhi asumsi-asumsi regresi agar nilai

estimasi tidak bias. Uji asumsi klasik yang digunakan meliputi Uji Normalitas Data. Uji

Heteroskedastisitas, dan Uji Multikolinearitas.

4.2.2.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal

atau mendekati normal. Data dikatakan normal jika tidak menyalahi atau menyimpang dari

asumsi klasik. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan

(32)
[image:32.595.114.327.108.288.2]

a. Pendekatan Histogram

Gambar 4.2 Histogram Normalitas

Sumber : Pengolahan SPSS ( 2016)

Uji Normalitas Data dengan pendekatan histogram diatas menunjukkan bahwa model

regresi yang digunakan telah berdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari garis histogram

tidak menceng ke kiri atau ke kanan, sehingga penyebaran datanya telah berdistribusi secara

normal.

b. Pendekatan Grafik

Pendekatan lainnya yang digunakan dalam menguji normalitas data adalah pendekatan

grafik. Pendekatan grafik yang digunakan adalah Normality Probability Plot. Berikut adalah

(33)
[image:33.595.114.286.76.264.2]

Gambar 4.3 Pendekatan Grafik Normalitas

Sumber : Pengolahan SPSS ( 2016)

Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan pendekatan grafik diatas, dapat diketahui

bahwa data memiliki distribusi atau penyebaran yang normal, hal ini dapat dilihat dari

penyebaran titik berada disekitar sumbu diagonal dari grafik.

c. Pendekatan Statistik Kolmogrov-Smirnov Tabel 4.13

Uji Kolmogrov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz

ed Residual

N 59

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7

Std.

Deviation 2.37465948

Most Extreme Differences

Absolute .115

Positive .115

Negative -.074

Kolmogorov-Smirnov Z .886

Asymp. Sig. (2-tailed) .413

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

[image:33.595.72.336.508.711.2]
(34)

Dari Tabel 4.13 terlihat bahwa nilai Asymp.Sig.(2-tailed) adalah sebesar 0,413 > 0,05

dan nilai Kolmogrov-Smirnov Z sebesar 0,886 < 1,97. dengan demikian berdasarkan kriteria

pengujian data telah berdistribusi secara normal.

4.2.2.2.Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat seberapa besar peranan variabel bebas

terhadap variabel terikat. pendekatan dilakukan melalui pendekatan grafik dan pendekatan

statistik.

a. Pendekatan Grafik ( Scatter Plot )

Untuk melihat ada tidaknya Heteroskedastisitas pada model yang digunakan dengan

Uji Heteroskedastisitas ( Scatter Plot). berikut hasil Uji Heteroskedastisitas dengan

[image:34.595.78.328.388.574.2]

Scatter Plot. Pada Gambar 4.4 berikut dapat dilihat grafik Scatterplot.

Gambar 4.4 Pendekatan Grafik Heteroskedastisitas

Sumber : Pengolahan SPSS ( 2016)

Berdasarkan hasil Uji Heteroskedastisitas diatas, diketahui bahwa titik-titik

penyebaran Scatter Plot tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik

di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. sehingga model regresi yang digunakan

tidak mengalami Heteroskedastisitas.

(35)
[image:35.595.72.506.68.263.2]

Tabel 4.14 Hasil Uji Glejser Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .525 1.668 .315 .754

Pkewirausahaa

n .131 .071 .257 1.852 .069

LBKeluarga -.074 .062 -.166 -1.193 .238

a. Dependent Variable: absut

Sumber : Pengolahan SPSS ( 2016)

Berdasarkan Tabel 4.14 terlihat bahwa tidak satupun variabel independen yang

signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolut (absut). Hal ini terlihat

dari Probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%. dengan demikian

disimpulkan bahwa model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.

4.2.2.3.Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas pada penelitian ini digunakan untuk melihat ada tidaknya gejala

multikolinearitas antar variabel independen. pada Tabel 4.10 berikut dapat dilihat hasil Uji

Multikolinearitas dengan melihat nilai Tolerance dan nilai VIF.

Tabel 4.15

Hasil Uji Multikolinearital

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardiz ed Coefficient

s

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Toleran

ce

VIF

1

(Constant) 5.841 2.734 2.136 .037

Pkewirausah

aan .571 .116 .535 4.920 .000 .867 1.153

LBKeluarga .211 .102 .225 2.063 .044 .867 1.153

[image:35.595.71.521.562.753.2]
(36)

Sumber : Pengolahan SPSS (2016)

Pada Tabel 4.15 disimpulkan bahwa pada model regresi yang digunakan tidak

terlihatnya gejala multilkolinearitas antar variabel independen. Hal ini dapat dilihat dari nilai

tolerance dan VIF, hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai tolerance (0,867), (0.867) >

0,1 dan VIF (1,153), ( 1,153) < 5 maka variabel tersebut tidak terkena multikolinearitas.

4.2.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam penelitian ini Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengetahui

hubungan dan pengaruh variabel Pendidikan kewirausahaan ( X1), Latar belakang keluarga(

X2) terhadap variabel Motivasi berwirausaha (Y) Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis USU.

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda diperoleh persamaan sebagai berikut :

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+e

Y= 5,841 +0,571 +0,211 + e

Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa :

1. konstanta (a) = 5,841 menunjukkan nilai konstanta, jika nilai variabel bebas

(pendidikan kewirausahaan dan latar belakang keluarga) = 0 maka motivasi

berwirausaha (Y) akan sebesar 5,841.

2. Koefisien regresi variabel pendidikan kewirausahaan sebesar 0,571 menunjukkan

bahwa variabel pendidikan kewirausahaan memiliki hubungan positif terhadap

motivasi berwirausaha (Y). dengan kata lain jika variabel pendidikan kewirausahaan

ditingkatkan maka motivasi berwirausaha akan naik sebesar 0,571.

3. Koefisien regresi variabel latar belakang keluarga sebesar 0,211 menunjukkan bahwa

(37)

berwirausaha (Y). dengan kata lain jika variabel latar belakang keluarga ditingkatkan

maka motivasi berwirausaha akan naik sebesar 0,211.

3.2.4 Pengujian Hipotesis

3.2.4.1 Uji Signifikansi Simultan ( Uji F)

Hasil Uji Simultan ( Uji F) menunjukkan seberapa besar hubungan dan

pengaruh variabel Pendidikan kewirausahaan( X1), Latar Belakang Keluarga ( X2) secara

bersama – sama atau serempak terhadap Motivasi Berwirausaha (Y). Hasil Uji F dapat

[image:37.595.74.479.323.460.2]

dilihat pada Tabel 4.12 berikut

Tabel 4.16

Hasil Uji Simultan ( Uji F) ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 241.514 2 120.757 20.676 .000b

Residual 327.062 56 5.840

Total 568.576 58

a. Dependent Variable: MBerwirausaha

b. Predictors: (Constant), LBKeluarga, Pkewirausahaan Sumber : Pengolahan SPSS ( 2016)

Pada Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa Fhitung = 20,676 dengan tingkat probability 0,000

< 0,05. Setelah mengetahui besarnya Fhitung, maka akan dibandingkan dengan Ftabel. Adapun

hasil Ftabel yang diperoleh dengan dk = 2 derajat kebebasan = 59 – 2 – 1 = 56 dan taraf

kesalahan 5% adalah 3.16. Maka Fhitung (20,676) > Ftabel (3.16). Dengan demikian

menunjukkan bahwa pengaruh pendidikan kewirausahaan, latar belakang keluarga secara

serempak adalah signifikan terhadap motivasi berwirausaha mahasiswa manajemen ekstensi

fakultas Ekonomi dan Bisnis USU. Maka berdasarkan kriteria pengujian Hipotesis maka H1

(38)

3.2.4.2 Uji signifikansi Parsial ( Uji T)

Hasil Uji Parsial ( Uji T) menunjukkan seberapa besar hubungan dan pengaruh

masing-masing variabel Pendidikan kewirausahaan ( X1), Latar Belakang keluarga( X2)

secara parsial terhadap Variabel motivasi berwirausaha mahasiswa manajemen ekstensi

[image:38.595.101.472.255.418.2]

fakultas Ekonomi dan Bisnis USU (Y). Hasil Uji T dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut :

Tabel 4.17

Hasil Uji Parsial ( Uji T)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardiz ed Coefficient

s

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 5.841 2.734 2.136 .037

Pkewirausahaan .571 .116 .535 4.920 .000

LBKeluarga .211 .102 .225 2.063 .044

a. Dependent Variable: MBerwirausaha Sumber : Pengolahan SPSS ( 2016)

Berdasarkan Tabel 4.17 Hasil Uji T, dapat diketahui bahwa :

1. Variabel Pendidikan kewirausahaan ( X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Motivasi berwirausaha (Y) hal ini terlihat dari nilai thitung(4,920)> t tabel ( 1,671)

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000< 0,05.

2. Variabel Latar Belakang Keluarga ( X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Motivasi berwirausaha (Y) hal ini terlihat dari nilai thitung ( 2,063) > t tabel (1,671)

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,044< 0,05.

Dengan demikian, berdasarkan kriteria pengujian hipotesis, maka Ha diterima dan H0

(39)

4.2.4.3 Uji koefisien Determinasi ( Uji R2)

Dalam Penelitian ini dapat diketahui berapa besar variabel Pendidikan kewirausahaan

( X1), Latar Belakang keluarga( X2) terhadap Variabel motivasi berwirausaha mahasiswa

manajemen ekstensi fakultas Ekonomi dan Bisnis USU (Y). melalui koefisien deteminasi

[image:39.595.70.363.285.349.2]

(R2) dengan menggunakan Program SPSS dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut :

Tabel 4.18

Hasil Uji Koefisien Deteminasi (R2)

Model Summary Mode

l

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .652a .425 .404 2.41669

a. Predictors: (Constant), LBKeluarga, Pkewirausahaan

pada Tabel 4.18 dapat dilihat bahwa :

1. R=0,652 berarti hubungan antara Iklim organisasi, Stres Kerja dan Budaya Organisasi

sebesar 65,2 %, artinya hubungannya erat.

2. Nilai Adjusted R2dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan

ke dalam model maka AdjustedR Square sebagai koefisien determinasi. R Square

sebesar 0,404 berarti 40,4 motivasi berwirausaha dapat dijelaskan oleh Pendidikan

kewirausahaan, Latar belakang keluarga. Sedangkan sisanya 59,6% dijelaskan oleh

faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini seperti modal, kepercayaan

(40)

3.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha

Berdasarkan Tabel 4.19, koefisien nilai thitung adalah 4,920 dengan tingkat

signifikansi 0,00, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima karena thitung>tabel (4,920 > 1,671).

Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan (X1) secara

parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Motivasi Berwirausaha (Y) sebagai

variabel terikat.

Pada variabel pendidikan kewirausahaan pada butir pernyataan nomor tiga (3)

sebanyak 23 orang atau 39,0% responden menyatakan sangat setuju dan pada butir

pertanyaan nomor satu (1) sebanyak 12 orang atau 20,3% responden menyatakan sangat

setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kewirausahaan mampu dan dapat

menumbuhkan motivasi di dalam menjalankan suatu usaha.

Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk

hidup belajar. Pembelajaran kewirausahaan itu adalah proses belajar untuk menumbuhkan

jiwa kewirausahaan yang digunakan sebagai modal untuk memulai suatu usaha yang baru.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreativitas

pengajar. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu

memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar.

4.3.2 Pengaruh Latar Belakang Keluarga Terhadap Motivasi Berwirausaha Berdasarkan Tabel 4.19, koefisien nilai thitung adalah 2,063 dengan tingkat

signifikansi 0,44 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima karena thitung>ttabel (2,063 > 1,671 ).

(41)

parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Motivasi Berwirausaha (Y) sebagai

variabel terikat.

Pada variabel latar belakang keluarga pada butir pernyataan nomor satu (1) sebanyak

31 orang atau 52,5% responden menyatakan setuju dan pada butir pertanyaan nomor dua (2)

sebanyak 31 orang atau 52,5% responden menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan

bahwa norma-norma dan nilai-nilai dalam berinteraksi dengan orang lain yang diajarkan

keluarga sangat dibutuhkan dalam menjalankan suatu usaha.

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia tempat

ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan

kelompoknya. Dukungan keluarga sebagai pendorong anak dalam berwirausaha dan ajaran

keluarga tentang norma dan nilai dalam berinteraksi dengan orang lain sangat berperan

penting untuk membantu keberhasilan di dalam suatu usaha

4.3.3 Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Latar Belakang Keluarga terhadap Motivasi Berwirausaha

Berdasarkan Tabel 4.18 Uji Koefisien Determinasi, hasil penelitian menunjukkan

bahwa pengaruh pendidikan kewirausahaan dan latar belakang keluarga berpengaruh positif

dan signifikan terhadap motivasi berwirausaha. Hasil penelitian ini juga menunjukkan

kontribusi (R) antara pengaruh pendidikan kewirausahaan dan latar belakang keluarga

terhadap motivasi berwirausaha sebesar 0,652. Nilai kontribusi (R) antar variabel ini terhadap

motivasi berwirausaha terbilang besar. Dan untuk memaksimalkan motivasi berwirausaha,

pengaruh pendidikan kewirausahaan dan latar belakang keluarga perlu untuk dimiliki dan

diterapkan oleh wirausaha.

Motivasi adalah perasaan tertarik atau berkaitan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa

(42)

untuk membaca kiat-kiat sukses dari orang lain agar bisa mengembangkan apa-apa saja hal

yang baru dan berbeda dari dalam diri kita sehingga kita bisa membuat pedoman untuk

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, Penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan uji secara parsial (Uji-t) bahwa pendidikan kewirausahaan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Motivasi Berwirausaha Mahasiswa Manajemen

Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU. Artinya, apabila pendidikan

kewirausahaan yang dipelajari mahasiswa semakin tinggi maka motivasi untuk

berwirausaha akan meningkat.

2. Berdasarkan uji secara parsial (Uji-t) bahwa latar belakang keluarga berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Motivasi Berwirausaha Mahasiswa Manajemen

Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU. Artinya, apabila latar belakang keluarga

yang mendukung mahasiswa semakin tinggi maka motivasi untuk berwirausaha akan

meningkat.

3. Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pendidikan kewirausahaan dan latar belakang keluarga secara bersama-sama memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Motivasi Berwirausaha Mahasiswa Manajemen

Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU. Artinya apabila pendidikan

kewirausahaan dapat diterapkan dengan baik dan latar belakang keluarga yang juga

mendukung maka akan menimbulkan motivasi berwirausaha kepada mahasiswa

(44)

5.2 Saran

Berdasarkan Hasil Pembahasan, Penulis memberikan saran-saran sebagai

berikut:

1. Diharapkan Fakultas Ekonomi dan Bisnis menekankan Dosen atau staff pengajar agar

lebih memperhatikan pendididkan mata kuliah yang berhubungan dengan

kewirausahaan, baik secara lisan maupun teoritis sehingga motivasi berwirausaha

pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis semakin positif.

2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis hendaknya menambah pengetahuan tentang pendidikan

kewirausahaan sebagai bekal pengusaha untuk mencapai tujuan atau sasaran yang

baik.

3. Fakultas Ekonomi dan Bisnis diharapkan melaksanakan kegiatan yang berhubungan

dengan kegiatan berwirausaha, sehingga timbul lingkungan kewirausahaan yang

positif di lokasi perkuliahan, sebagai antisipasi ataupun partisipasi terhadap latar

belakang keluarga yang berwirausaha atau tidak bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi

dan Bisnis

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat meneruskan dan mengembangkan

penelitian ini pada masa yang akan datang dengan lebih komprehensif, melalui

penelitian yang lebih mendalam tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi

(45)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pendidikan Kewirausahaan

2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Kewirausahaan

Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Paedagogike”. Ini

adalah kata majemuk yang terdiri dari kata “Pais” yang berarti “Anak” dan kata “Ago” yang

berarti “Aku membimbing”. Jadi Paedagogike berarti aku membimbing anak (Hadi, 2008 :

17). Menurut UU No. 20 tahun 2003 pengertian pendidikan adalah sebuah usaha yang

dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan,

akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara

(sumber http://www.lebahmaster.com) .

Sejak awal abad ke-20, kewirausahaan sudah diperkenalkan dan dipelajari di berbagai

negara, misalnya Belanda dikenal sebagai “ondernemer” dan di Jerman dikenal dengan

“unternehmer”. Selain itu, di berbagai negara kewirausahaan memiliki banyak tanggung

jawab, antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang menyangkut

kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan komersial, penyediaan modal,

perekrutan dan penanganan tenaga kerja, pembelian, penjualan, pemasangan iklan, dan

lain-lain. Pada 1950-an, pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di berbagai negara seperti di

Eropa, Amerika, Kanada. Bahkan semenjak 1970-an, banyak universitas yang mengajarkan

kewirausahaan, manajemen usaha kecil (small business management) atau manajemen usaha

(46)

pendidikan kewirausahaan. Sekarang di Indonesia, pendidikan kewirausahaan sudah

dipelajari di berbagai sekolah dan perguruan tinggi.

Yuyun Wirasmita dalam Suryana (2010 : 13) menyatakan bahwa kewirausahaan dan

wirausaha merupakan faktor produksi aktif yang dapat menggerakkan dan memanfaatkan

sumber daya lainnya seperti sumber daya alam, modal, dan teknologi, sehingga dapat

menciptakan kekayaan dan kemakmuran melalui penciptaan lapangan kerja, penghasilan, dan

produk yang dibutuhkan masyarakat.

Menurut Dewanti (2008 : 3) kewirausahaan diambil dari kata wira dan usaha. Wira

adalah suatu bentuk kepahlawanan dalam memperjuangkan sesuatu penuh dengan

keberanian. Usaha adalah aktivitas yang dilakukan untuk mencapai kemenangan dalam

memperjuangkan sesuatu. Wirausaha berarti kemampuan memiliki ide kreatif dan berperilaku

dapat memperjuangkan usahadengan keputusan pengambilan resiko secara bijak untuk

meningkatkan kualitas hidup.

Sedangkan kewirausahaan sendiri menurut Soetadi (2010 : 4) adalah orang-orang

yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,

mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat,

mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan

inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan

pendapatan.

Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha harus mampu

melihat adanya peluang, menganalisa peluang, dan mengambil keputusan untuk mencapai

keuntungan yang berguna bagi dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya dan kelanjutan

usahanya sebelum peluang tersebut dimanfaatkan oleh orang lain. Wirausaha berhasil

biasanya memacu sebuah mimpi dan berusaha untuk merealisasikannya karena adanya

(47)

Suryana (2003 : 13) memberikan batasan bahwa ilmu kewirausahaan adalah suatu

disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam

menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluan dengan berbagai resiko yang

mungkin dihadapinya. Maka pendidikan kewirausahaan menurut Wibowo (2011 : 30)

merupakan upaya menginternalisasikan jiwa dan mental kewirausahaan baik melalui institusi

pendidikan maupun institusi lain seperti lembaga pelatihan, training dan sebagainya.

2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Kewirausahaan

Tujuan pendidikan kewirausahaan untuk mahasiswa/i dan dunia pendidikan menurut

Hendro ( 2011 :11) yaitu :

1. Pendidikan saja tidak cukup untuk bekal masa depan. Dahulu saya berpikir

pendidikan saja sudah cukup membuat Indonesia mandiri, tetapi sekarang mengapa

tetap saja kita terbelakang? Ternyata kita tidak hanya cukup menguasai ilmu yang

umum saja. Bangsa ini membutuhkan orang-orang yang sanggup mengubah

‘kesulitan’ menjadi ‘peluang’ dan memberikan kontribusi bagi perusahaan.

2. Kewirausahaan bisa diterapkan di semua bidang pekerjaan dan kehidupan. Dengan

demikian, kewirausahaan sangat berguna sebagai ‘bakal’ masa depan mahasiswa/i

bila ingin berkarir di bidang apa pun.

3. Ketika lulusan perguruan tinggi kesulitan mendapatkan pekerjaan atau terkena PHK

(Pemutusan Hubungan Kerja), kewirausahaan bisa menjadi langkah alternatif untuk

mencari nafkah dan bertahan hidup.

4. Agar sukses didunia kerja atau usaha, tidak cukup hanya pandai bicara. Yang

dibutuhkan adalah bukti nyata/realitas. Oleh karena itu, kewirausahaan adalah ilmu

nyata yang bisa mewujudkannya.

5. Memajukan perekonomian Indonesia dan menjadi lokomotif peningkatan

(48)

6. Meningkatkan pendapatan keluarga dan daerah yang akan berjuang pada kemajuan

ekonomi bangsa.

7. Membudayakan sikap unggul, perilaku positif, dan kreatif.

8. Menjadi bekal ilmu untuk mencari nafkah, bertahan hidup, dan berkembang.

2.1.1.3 Jenis Pengembangan Budaya Kewirausahaan di Perguruan Tinggi

Mengingat masih tingginya tingkat pengangguran di kalangan terdidik, khususnya

para alumni perguruan tinggi maupun tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, mulai

tahun 1977 Direktorat Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan (Dekdikbud) telah terpanggil

untuk aktif mengembangkan budaya kewirausahaan di perguruan tinggi, dengan

menyediakan sejumlah anggaran kompetitif untuk enam jenis pengembangan budaya

kewirausahaan. Enam kegiatan itu adalah :

a. Kuliah Kewirausahaan (KWU)

b. Kuliah Kerja Nyata Usaha (KKN-U)

c. Klinik Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (KBPK)

d. Magang Kewirausahaan (MKU)

e. Karya Alternatif Mahasiswa (KAM), mulai tahun 2001 berubah menjadi Program

Kreativitas Mahasiswa (PKM)

f. Inkubator Wirausaha Baru (INWUB)

2.2.1 Latar Belakang Keluarga 2.2.1.1 Pengertian Keluarga

Pengertian keluarga berdasarkan asal-usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar

Dewantara (dalam Abu & Nur, 2001 : 176), bahwa keluarga berasal dari bahasa Jawa yang

(49)

hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa keluarga adalah

anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari kawula merasakan sebagai suatu

kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya juga merupakan bagian dari warga lainnya

secara keseluruhan.

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia tempat

ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan

kelompoknya. Dalam keluarganya, yang interaksi sosial keluarganya berdasarkan simpati,

seorang anak pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar

bekerja sama, bantu-membantu, dengan kata lain, anak pertama-tama belajar memegang

peranan sebagai makhluk sosial yang mempunyai norma-norma dan kecakapan-kecakapan

tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain (Sobur, 2003 : 248- 249).

Menurut Soerjono (2004 : 23) Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang

yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefenisikan sebagai

sekumpulan orang yang tinggal di suatu rumah yang masih mempunyai hubungan darah

karena perkawinan, kelahiran, adopsi, dan lain sebagainya. Keluarga terdiri dari ayah, ibu,

dan anak-anak yang belum menikah disebut keluarga batih. Sebagai unit pergaulan terkecil

yang hidup dalam masyarakat, keluarga batih memiliki peran-peran tertentu, yaitu:

a. Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi

anggota, di mana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut.

b. Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi

kebutuhan anggotanya.

c. Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup.

d. Keluarga batih merupakan wadah di mana manusia mengalami proses sosialisasi

awal, yakni suatu proses di mana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah

(50)

2.2.1.2 Ciri-ciri Keluarga

Iver dan Page (dalam Su’adah, 2005 : 22) memberikan ciri-ciri umum keluarga yang

meliputi :

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan

perkawianan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.

3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan.

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang

mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan

kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau

bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga.

Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Tirtahardja dan Sulo, 2000 : 169), suasana

kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan

orang per orang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat

pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untu

Gambar

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Pengukuran Skala Likert
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3 Karateristik Pekerjaan Orang Tua
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat perbedaan motivasi menjadi wirausaha bagi mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti rangkaian mata kuliah kewirausahaan dan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Apakah efikasi diri dan pengetahuan kewirausahaan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Apakah efikasi diri dan pengetahuan kewirausahaan

Yang bertanda dibawah ini saya, Ausabelina Anugrahi, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS FAKTOR – FAKTOR MOTIVASI DAN LATAR BELAKANG KELUARGA YANG

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, pendidikan kewirausahaan dan latar belakang keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kewirausahaan dan pusat kendali terhadap niat wirausaha himpunan pengusaha mahasiswa

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah Pembelajaran Mata Kuliah Kewirausahaan dan Lingkungan Keluarga terhadap Minat Wirausaha Mahasiswa, survei penelitian ini dilakukan

Untuk mengetahui pengaruh dari pendidikan kewirausahaan dalam keluarga dan pendidikan kewirausahaan dalam kampus terhadap minat wirausaha mahasiswa STKIP PGRI