LAMPIRAN
Responden yang terhormat,
Bapak/Ibu yang saya hormati. Saya mahasiswa Universitas Sumatera Utara Medan
memohon kepada Bapak/Ibu untuk berkenan mengisi kuesioner di bawah sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Kuesioner ini disebarkan dalam rangka untuk menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan latar Belakang Keluarag
terhadap Motivasi Berwirausaha Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis USU”. Adapun hasil dari penelitian ini digunakan sebagai kepentingan penulisan
skripsi. Atas bantuan dan kesediaannya saya ucapkan terima kasih.
A. Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Lingkarilah angka yang tersedia di kolom dengan memilih sesuai dengan keadaaan sebenarnya.
2. Alternetif jawaban untuk pernyataan yang diberikan kepada karyawan.
Sangat Tidak Setuju 1 2 3 4 Sangat Setuju Keterangan :
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Setuju
4 = Sangat Setuju
Mohon berikan tanda check (√) pada salah satu jawaban yang Anda pilih.
B. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama:
2. Umur:
3. Jenis Kelamin: Pria Wanita
4. Pekerjaan Orang tua:
Pertanyaan untuk Pendidikan Kewirausahaan
DAFTAR PERTANYAAN
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Pendidikan kewirausahaan dapat
menumbuhkan motivasi saya dalam berusaha 2. Pendidikan kewirausahaan membuat saya
terbuka terhadap kritik dan saran
3. Pendidikan kewirausahaan membuat saya mampu dalam menjalankan usaha 4. Pendidikan kewirausahaan membuat saya
percaya diri dalam melakukan usaha 5. Pendidikan kewirausahaan memberi nilai
tambahan di dalam menjalankan usaha 6. Pendidikan kewirausahaan membuat saya
mampu dalam melihat peluang yang ada 7. Pendidikan kewirausahaan dapat membuat
saya senang dalam membaca kisah-kisah sukses entrepreneur.
Pertanyaan untuk Latar Belakang Keluarga
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Keluarga mengajarkan saya untuk mengenal norma-norma dalam berinteraksi dengan orang lain
2. Keluarga mengajarkan saya untuk mengenal nilai-nilai dalam berinteraksi dengan orang lain
3. Dukungan dan dorongan keluarga menambah motivasi saya untuk berhasil
4. Keluarga memiliki andil yang besar dalam membentuk karakter saya
5. Saya memiliki ayah yang juga menjalankan usaha
6. Saya memiliki ibu yang juga menjalankan usaha
7. Saya memiliki kakak yang juga menjalankan usaha
No. Pernyataan STS TS S SS 1. Sukses dengan berwirausaha adalah jalan
hidup yang akan saya raih
2. Saya antusias menghadiri seminar – seminar tentang kewirausahaan
3. Saya tidak ingin menjadi pegawai
4. Saya berwirausaha untuk mendapatkan pendapatan utama
5. Menjadi seorang wirausaha bisa menjadikan saya contoh yang baik bagi orang lain
6. Dengan menjadi seorang wirausaha saya dapat membuka lapangan kerja
7. Saya senang bergaul dengan orang lain
Daftar Pustaka Buku
Ahmadi, Abu dan Nur Ubiyati, 2001. Ilmu Pendidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Daajali, 2011. Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Ginting, Abdorrakhman, 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Humaniora, Bandung.
Hendro, 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan Panduan bagi Mahasiswa untuk Mengenal, Memahami, dan Memasuki Dunia Bisnis, Erlangga, Jakarta.
Kasmir, 2007. Kewirausahaan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad, 2002. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Pertama, Erlangga, Jakarta.
Prawira, Purwa Atmaja, 2012. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, Ar Ruz Media, Yogjakarta.
Priyono, S & Soerata, M, 2005. Kiat Sukses Wirausaha, Palem, Yogjakarta.
Riani, Sri Laksmi dkk, 2005. Dasar-dasar Kewirausahaan, UNS Press, Surakarta.
Sardiman, A M, 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.
Sardiman, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Setiadi, 2008. Konsep dan Proses Keprawatan Keluarga, Graha Ilmu, Yogjakarta.
Situmorang, Safrizal Helmi, Muslich, Lutfi, 2014, Analisis Data untuk Riset Manajemen dan Bisnis, Edisi 3, USU Press, Medan.
Slameto,2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Soedomo, A. Hadi, 2008. Pendidikan suatu Pengantar, UNS Press, Surakarta.
Soekanto, Soejono, 2004. Sosiologi suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Soetadi, Iskandarini, 2011. Kewirausahaan, USU Press, Medan.
Supartono, 2004. Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor.
Suryana, 2003. Kewirausahaan Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju Sukses, PT. Salemba Empat, Jakarta.
Suryana, Yuyus & Kartib Bayu, 2010. Kewirausahaan Pendidikan Karakteristik Wirausaha Sukses, Kencana, Jakarta.
Sutanto, Adi, 2007. Kewirausahaan, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Su’adah, 2005. Sosiologi Keluarga, Universitas Muhammadiyah, Malang.
Tirtahardja, Umar dan La Sulo, 2000. Pengantar Pendidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Wibowo, Agus, 2013. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi, Pustaka Belajar, Yogjakarta.
Skripsi
Tri Febri Hardianti, 2015, Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Kepribadian, dan Lingkungan terhadap Keinginan untuk Berwirausaha pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Eka Aprilianty, 2012, Pengaruh Kepribadian Wirausaha, Pengetahuan Kewirausahaan, dan Lingkungan terhadap Minat Berwirausaha Siswa SMK.
Fitriani Tobing, 2010, Pengaruh Konsep Diri, Prestasi Belajar Mata Kuliah Kewirausahaan, dan Lingkungan Keluarga terhadap Minat Berwirausaha (Studi Kasus: Mahasiswa Politeknik Negri Medan).
PUBLIKASI ELEKTRONIK
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian assosiatif. Penelitian assosiatif
menurut Sugiyono (2004 : 11) merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan yang tertinggi
bila dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komparatif. Dengan penelitian ini maka
akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan
mengontrol suatu gejala. Oleh karena itu, penelitian ini akan menjelaskan pengaruh
pendidikan kewirausahaan dan latar belakang keluarga terhadap motivasi berwirausaha
mahasiswa manajemen ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara yang beralamat di jalan Prof. T. M. Hanafiah, Medan. Waktu penelitian dimulai dari
Januari sampai Februari 2016.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas
menganalisis permasalahan dalam penelitian yang dilakukan. Sesuai dengan latar belakang
dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka penelitian ini dibatasi pada variabel
sebagai berikut :
1. Variabel Independen (Variabel bebas) adalah variable yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel
bebas (X) dalam penelitian ini adalah pendidikan kewirausahaan (X1) dan latar
2. Variabel dependen (Variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) dalam penelitian
ini adalah motivasi wirausaha (Y).
3.4 Defenisi Operasional
Defenisi operasional menurut Erlina (2011 : 48) adalah menjelaskan karakteristik dari
objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat
diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian. Pengertian operasional variabel ini
kemudian diuraikan menjadi sebagai berikut :
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Defenisi Indikator Skala
Pendidikan Kewirausahaan
(X1)
Pedidikan
kewirausahaan adalah proses belajar untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang digunakan sebagai modal untuk memulai suatu usaha yang baru.
1. Menumbuhkan motivasi
2. Membangun sikap
percaya diri
3. Membangun sikap
kreatif
4. Membangun sikap
inovatif 5. Meningkatkan ketrampilan 6. Menumbuhkan wirausaha yang berpendidikan tinggi Likert Latar belakang keluarga (X2)
lingkungan di mana beberapa orang yang
masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefenisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal di suatu rumah yang masih mempunyai hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi, dan lain sebagainya.
1. Cara orang tua
mendidik
2. Relasi antara anggota keluarga
3. Keadaan ekonomi keluarga
4. Pekerjaan orangtua (keluarga)
Likert
Motivasi berwirausaha
keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya
1. Senang berwirausaha
2. Ingin penghasilan
yang tinggi
untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan tertentu.
3. Ingin bisa mengatur
waktu dan diri sendiri
4. Minat kewirausahaan
telah diwujudkan
5. Suka membuat sesuatu untuk dijual
Sumber : Suryana (2010), Hendro (2011)
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala likert menurut
Erlina (2011 : 51) yaitu skala yang digunakan untuk mengukur respons subjek berupa sikap,
pendapat,dan persepsi seseorang atau sekelompok kejadian atau gejala sosial ke dalam 5 poin
skala dengan interval yang sama.
Tabel 3.2
Pengukuran Skala Likert
No Alternatif Jawaban Skor
1 2 3 4
Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)
4 3 2 1 Sumber : Erlina (2011)
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi
Sugiyono (2012 : 115) mendefenisikan populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dikarenakan mata kuliah
kewirausahaan adalah mata kuliah wajib pada semester 1, maka yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara angkatan 2013.
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 140 orang dengan rincian sebagai berikut
Tabel 3.3
Jumlah Mahasiswa Program Studi Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
Tahun Jumlah Mahasiswa
2013 140
Sumber :
3.6.2 Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2012 : 116) asalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rumus Slovin (dalam Umar, 2008 : 78) sebagai berikut :
�= �
1 +��2
Dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = taraf kesalahan
�= 140
1 + 140 (0,10)2
n = 59 mahasiswa
teknik pengambil sampel menggunakan teknik purposive random sampling.
3.7 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan interaksi langsung antara
pengumpul data dan sumber data (Erlina, 2011 : 31). Data primer ini diperoleh
dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuesioner.
Data sekunder dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, dimana data itu telah
dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya (Erlina, 2011 : 31). Data sekunder ini
diperoleh melalui studi dokumentasi dengan mempelajari berbagai tulisan melalui
buku, jurnal, dan internet untuk mendukung penelitian ini.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Angket (Kuesioner)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono, 2012 : 199).
2. Studi Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan membaca dan mempelajari berbagai macam tulisan
di berbagai buku, jurnal, dan informasi dari internet yang berhubungan dengan
penelitian ini.
3.9 Uji Validitas dan Reabilitas 3.9.1 Uji Validitas
Validitas merupakan kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti (Sugiyono 2012: 182). Uji validitas
digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang
kepada 30 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara di luar
sampel.
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows, nilai
validitas dapat dilihat pada kolom Pearson Correlation. Jika angka korelasi yang diperoleh
lebih besar dari pada angka kritik (r hitung > r tabel) maka instrumen tersebut dikatakan
valid. Jika nilai Corrected Item Total Corelation setiap pertanyaan lebih besar dari 0, 30
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas
Mean Std. Deviation N
Q1 3.2333 .56832 30
Q2 3.1333 .57135 30
Q3 2.6667 .84418 30
Q4 2.9333 .58329 30
Q5 3.2333 .62606 30
Q6 3.4667 .62881 30
Q7 3.0333 .71840 30
Q8 3.1333 .57135 30
Q9 3.4000 .72397 30
Q10 3.1667 .69893 30
Q11 3.1333 .68145 30
Q12 2.4667 .81931 30
Q13 2.7333 .90719 30
Q14 3.0333 .66868 30
Q15 2.8000 .71438 30
Q16 2.6667 .60648 30
Q17 2.8000 .96132 30
Q18 2.6667 .75810 30
Q19 3.1333 .57135 30
Q20 3.2333 .72793 30
Q21 3.3000 .53498 30
Sumber: Pengolahan SPSS (2016) 3.9.2 Uji Reabilitas
Uji reliabilitas akan dapat menunjukkan konsistensi dari jawaban-jawaban
responden yang terdapat pada kuesioner. Menurut Sugiyono (2012: 183). Pengujian
reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal
pengujian dapat dilakukan dengan test-retest, equivalent, dan gabungan keduanya. Secara
internal reliabilitas instrumen dapat di uji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang
ada pada instrumennya dengan teknik tertentu.
Uji ini dilakukan setelah uji validitas dan yang diuji merupakan pertanyaan yang
sudah valid. Kriteria dalam menentukan reliabilitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut
pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20.00 for windows terhadap 30
mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
di luar sampel.
Uji reliabilitas dilihat dari nilai alpha Cronbach, dengan kriteria bila Alpha
Cronbach > 0,60 maka variabel tersebut dinyatakan reliabel. Dari hasil pengolahan data
diperoleh bahwa nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,60 untuk semua item pengukuran.
Sehingga bisa dikatakan bahwa item variabel Pendidikan Kewirausahaan (X1), Latar
Belakang Keluarga (X2) item untuk mengukur Motivasi Berwirausaha (Y) terbukti reliabel
atau konsisten dalam pengukuran.
Tabel 3.5 Hail Uji Reabilitas
Reliability Statistics
.908 22
Sumber: Pengolahan SPSS (2016)
3.10 Teknik Analisis Data
Metode analisis merupakan cara atau teknik dalam mengkaji data yang terkumpul
dalam hubungannya dengan hipotesis. Sesuai dengan masalah dan rangkaian hipotesa.
Metode analisis yang digunakan untuk membuktikan kebenaran yang dimaksud adalah
3.10.1 Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan dari
hasil pengumpulan data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh responden penelitian.
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui dan mendeskriptifkan variabel bebas
(independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebasnya adalah Pendidikan
Kewirausahaan (X1), Latar Belakang Keluarga (X2), dan variabel terikatnya adalah Motivasi
Berwirausaha (Y).
3.10.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi analisis regresi yang
tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik
atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada
analisis regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dapat dipergunakan pada analisis
regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.
Uji asumsi klasik digunakan untuk melihat atau menguji suatu model yang termasuk
layak atau tidak layak digunakan dalam penelitian. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
Uji normalitas penting dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variable terdistribusi secara normal. Salah satu cara mengecek kenormalitasan adalah dengan plot
probabilitas normal. Dengan plot ini, masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengan
nilai harapan pada distribusi normal, normalitas terpenuhi apabila titik-titik (data) terkumpul
di sekitar garis lurus dan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau mendekati
normal. Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal
maka dilakukan uji kolmogorv smirnov (1 sample KS), (Situmorang 2014 : 119).
3.10.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup
mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini
yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak
sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2005 : 56), bahwa model
regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. “Heteroskesdastisitas dapat diuji
dengan menggunakan uji metode grafik, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang
tergambar pada scatterplot antara sumbu Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah
residual yang telah di studentize. Dengan dasar analisis sebagai berikut:
a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskesdastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik meyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol)
pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskesdastisitas.
3.10.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linear antar beberapa
variabel bebas yang biasa disebut X1, X2, X3 dan seterusnya dengan variabel terikat disebut
Y. Analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini menggunakan software SPSS
Y=a+b1X1+b2X2+e
Dimana :
Y = Motivasi Wirausaha
a = Konstanta
b1 = koefisien Regresi X1
X1 = Pendidikan Kewirausahaan
B2= koefisien Regresi X2
X2 = Latar Keluarga
e = Standart Error
3.10.4 Uji Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis menggunakan Uji Signifikansi Simultan ( Uji-f), Uji
Signifikansi Parsial (Uji-t), dan koefisien Determinasi (R2).
3.10.4.1 Uji Signifikansi Simultan ( Uji-f)
Tujuan Uji-F adalah untuk membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh Pendidikan
Kewirausahaan dan Latar Belakang Keluarga terhadap Motivasi Berwirausaha Mahasiswa.
Dengan rumus hipotesis sebagai berikut :
Ho : b1=b2= 0, artinya variabel bebas yaitu Pendidikan Kewirausahaan (X1), Latar Belakang Keluarga (X2), secara serentak tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel teikat
yaitu Motivasi Wirausaha (Y)
Ho : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya variabel bebas Pendidikan Kewirausahaan (X1), Latar Belakang Keluarga (X2), secara serentak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat
yaitu Motivasi Wirausaha (Y).
Ho diterima Jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%
Ha diterima Jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%
3.10.4.2 Uji Signifikansi Parsial ( Uji-t)
Tujuan Uji-t adalah untuk menguji apakah variabel bebas secara parsial mempunyai
pengaruh signifikan terhadap nilai variabel terikat dengan rumusan hipotesis sebagai berikut :
Ho : b1,b2 = 0, artinya variabel bebas Pendidikan Kewirausahaan (X1), Latar Belakang
Keluarga (X2), secara parsial tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
variabel teikat yaitu Motivasi Berwirausaha (Y)
Ho : b1 ≠ b2 ≠ 0, variabel bebas Pendidikan Kewirausahaan (X1), Latar Belakang Keluarga
(X2), secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat
yaitu Motivasi Berwirausaha (Y)
Kriteria Motivasi Berwirausaha:
Ho diterima Jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%
Ha diterima Jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%
3.10.4.3 Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinan (R2) pada intinya mengukur seberapa besar kemampuan model
dalam menerangkan variabel dependen. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai
dengan satu ( 0< R2<1). Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan
pengaruh variabel independen (X1,X2) adalah besar terhadap variabel dependen (Y). Hal ini
berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel
independen yang diteliti terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika R2 semakin mengecil
(mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa variabel independen (X1,X2) terhadap terhadap
variabel dependen (Y) semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat
BAB IV
GAMBAR UMUM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS USU
4.1 Sejarah Singkat Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU pertama kali didirikan oleh Yayasan USU
berlokasi di Kutaraja (sekarang Kota Banda Aceh) pada tahun 1959. Berhubung Fakultas
Ekonomi dan Bisnis USU yang berkedudukan di Banda Aceh menjadi bagian dari
Universitas Syah Kuala, pada tahun 1961, USU membuka kembali Fakultas Ekonomi dan
Bisnis di Medan. Penetapan dilakukan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi
RI No. 64/1961 tanggal 24 November 1961 yang berlaku surut terhitung mulai 1 Oktober
1961. Berdasarkan surat keputusan tersebut, tanggal 24 November diperingati sebagai Hari
Lahir atau Dies Natalis Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis mengelola Program S1 dan Program DIII, serta
Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAK) yang telah menghasilkan tenaga ahli dan Sarjana
Ekonomi yang baik dan bermutu. Setelah keluar peraturan pemerintah No. 56 tahun 2003
tanggal 1 November 2003 tentang Penetapan Universitas Sumatera Utara sebagai Badan
Hukum Milik Negara (BHMN) maka terjadi perubahan nama Jurusan yang ada di Fakultas
Ekonomi menjadi Departemen. Dalam perjalanan yang panjang, pada tahun 2003 USU
menjadi PT BHMN (Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara) berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 56 tahun 2003, tanggal 11 Nopember 2003, dimana Fakultas Ekonomi
dan Bisnis USU merupakan satu dari 10 Fakultas dan Program Pascasarjana yang ada pada
saat USU menjadi PT BHMN. Setelah menjadi PT BHMN, dengan dibentuknya Fakultas
Farmasi dan Fakultas Psikologi pada tahun 2007 USU telah memiliki 12 fakultas.
4.1.1 Visi dan Misi
Menjadi salah satu Fakultas Ekonomi dan Bisnis terkemuka yang dikenal unggul dan mampu
memenuhi kebutuhan pasar dalam persaingan global.
Misi
a. Menghasilkan lulusan yang mempunyai karakter dan kompetensi dalam bidang ilmu
ekonomi, manajemen dan akuntansi yang berorientasi pasar,
b. Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dengan pemberdayaan dan peningkatan
kualifikasi dan kualitas dosen,
c. Mengembangkan dan meningkatkan pelaksanaan dharma penelitian dan pengabdian
sebagai upaya meningkatkan mutu keilmuan dan sumber pendanaan fakultas dalam status PT.
BHMN,
d. Senantiasa berusaha meningkatkan pelayanan kepada mahasiswa selaku pelanggan
(customer) dan stakeholders lainnya,
e. Meningkatkan jaringan dan kerjasama dengan institusi swasta dan pemerintah serta
4.1.2 Jaringan Usaha / Kegiatan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis adalah salah satu bentuk dari organisasi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis USU merupakan unsur pelaksana akademik yang melaksanakan dan mengembangkan
pendidikan, penelitian, pengabdian/pelayanan masyarakat dan pembinaan civitas akademika.
Fakultas Ekonomi dan Bisnsi USU merupakan sebuah instansi yang meghasilkan jasa
pendidikan non-profit ( tidak berorientasi pada perolehan laba), seperti perusahaan penghasil
jasa pada umumnya yang bertujuan menghasilkan laba bagi perusahaan.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU lebih berorientasi pada pelayanan pendidikan yang
bermutu dan berkualitas, melakukan penelitian-penelitian yang bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan, serta melakukan kegiatan social berupa pengabdian kepada masyarakat sesuai
dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu penyelenggaraan pendidikan, pengadaan
penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Dengan demikian, diharapkan lulusan-lulusan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU
adalah lulusan yang mempunyai kualitas yang baik dan mampu bersaing di lapangan
pekerjaan nantinya.
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Deskriptif
4.2.1.1 Karakteristik Responden
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Berdasarkan
kuesioner yang disebarkan tersebut diperoleh gambaran umum mengenai karakteristik
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah ( Orang ) Persentase (%)
Laki-laki 12 20
Perempuan 47 80
Jumlah 59 100
Sumber : Data Olahan Penulis (2016)
Responden berdasarkan jenis kelamin pada Tabel 4.1 terlihat bahwa responden
dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 12 orang ( 20%) sedangkan responden perempuan
berjumlah 47 orang ( 80%). Dengan demikian terlihat bahwa responden perempuan lebih
banyak dari pada responden laki-laki..
Tabel 4.2
Karateristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Orang Persentase
23 Tahun 38 65
24 Tahun 15 25
25 Tahun 6 10
Jumlah 59 100%
Sumber : Data Olahan Penulis (2016)
Karakteristik responden berdasarkan usia pada Tabel 4.2 terlihat bahwa responden
yang berusia 23 tahun berjumlah 38 orang (64,5%), berusia 24 tahun berjumlah 15 orang
(24,4%), dan berusia 25 tahun berjumlah 6 orang (10,1%). Dari hasil tersebut terlihat bahwa
Tabel 4.3
Karateristik Pekerjaan Orang Tua Kategori Jumlah Responden Persentase %
Pegawai Negri 19 32
Pegawai Swasta 14 24
Wiraswasta 26 44
Jumlah 59 100%
Sumber : Data Olahan Penulis (2016)
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan orang tua pada tabel 4.3 terlihat bahwa
responden dengan pekerjaan orang tua sebagai pegawai negeri berjumlah 19 orang (32%),
pegawai swasta berjumlah 14 orang (24%) dan responden dengan pekerjaan orang tua
sebagai wiraswasta berjumlah 26 orang (44%). Dari data tersebut terlihat bahwa responden
dengan pekerjaan orang tua yang paling dominan adalah wiraswasta.
4.2.1.2 Deskripsi Jawaban Responden
Deskripsi jawaban responden menggambarkan bagaimana frekuensi jawaban
responden atas pernyataan yang diajukan dalam kesioner. Berikut ini dapat dilihat frekuensi
jawaban responden tentang variabel Pendidikan Kewirausahaan (X1), Latar Belakang
Keluarga(X2), dan Motivasi Berwirausaha (Y). Pada tabel 4.4 berikut dapat dilihat frekuensi
jawaban responden tentang variabel Iklim organisasi.
4.2.1.2.1 Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Pendidikan Kewirausahaan
Tabel 4.4
Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pendidikan Kewirausahaan (X1)
Q STS TS S SS
F % F % F % F %
Pendidikan
kewirausahaan dapat
menumbuhkan motivasi saya dalam berusaha Pendidikan
kewirausahaan
membuat saya terbuka terhadap kritik dan saran
0 0 6 10,2 38 64,4 15 25,4
Pendidikan kewirausahaan
membuat saya mampu dalam menjalankan usaha
2 3,4 22 37,3 23 39,0 12 20,3
Pendidikan kewirausahaan
membuat saya percaya diri dalam melakukan usaha
0 0 10 16,9 37 62,7 12 20,3
Pendidikan
kewirausahaan memberi nilai tambahan di dalam menjalankan usaha
0 0 7 11,9 31 52,5 21 35,6
Pendidikan kewirausahaan
membuat saya mampu dalam melihat peluang yang ada
0 0 5 8,5 25 42,4 29 49,2
Pendidikan
kewirausahaan dapat membuat saya senang dalam membaca
kisah-kisah sukses entrepreneur.
1 1,7 2 3,4 33 55,9 23 39,0
Sumber : Pengolahan SPSS ( 2016 )
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, terlihat bahwa responden memberikan jawaban yang
bervariasi untuk setiap butir pernyataan yaitu :
1. Untuk pernyataan pertama(Pendidikan kewirausahaan dapat menumbuhkan motivasi
saya dalam berusaha). Mayoritas responden sebanyak 38 atau 64,4% responden
menyatakan setuju, 19 orang atau 32,2% responden menyatakan sangat setuju,dan 2
sebagian besar responden bisa memahami dan membuat usaha dengan melihat
peluang-peluang dan kemampuan diri yang ada.
2. Untuk pernyataan kedua (Pendidikan kewirausahaan membuat saya terbuka terhadap
kritik dan saran) dapat digambarkan bahwa ada 38 orang atau 64,4% responden
menyatakan setuju, 15 orang atau 25,4% responden menyatakan sangat setuju, 6 orang
atau 10,2% responden menyatakan tidak setuju, dan tidak ada responden menyatakan
sangat tidak setuju. Hal ini menyatakan bahwa masukan saran atau kritikan diperlukan
responden dalam berwirausaha agar responden mengetahui apa yang harus diperbaiki di
dalam menjalankan usaha tersebut.
3. Untuk pernyataan ketiga (Pendidikan kewirausahaan membuat saya mampu dalam
menjalankan usaha) dapat digambarkan bahwa ada 23 orang atau 39,0% responden
menyatakan sangat setuju, 12 orang atau 25,4% responden menyatakan sangat setuju, 22
orang atau 37,3% responden menyatakan sangat tidak setuju, dan 2 orang atau 3,4%
responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
responden memang membutuhkan pedoman untuk menjalankan usahanya.
4. Untuk pernyataan keempat (Pendidikan kewirausahaan membuat saya percaya diri dalam
melakukan usaha) dapat digambarkan bahwa ada 37 orang atau 62,7% responden
menyatakan setuju, 12 orang atau 20,3% responden menyatakan sangat setuju, dan 10
orang atau 16,9% responden menyatakan tidak setuju. Hal ini menggambarkan
kepercayaan diri memang bisa membentuk diri kita untuk lebih maju di dalam
berwirausaha.
5. Untuk pernyataan kelima (Pendidikan kewirausahaan memberi nilai tambahan di dalam
menjalankan usaha) dapat digambarkan bahwa ada 36 orang atau 47,36% responden
menyatakan setuju, 17 orang atau 22,36% responden menyatakan sangat setuju, 12 orang
menyatakan tidak setuju, dan 3 orang atau 3,94% responden menyatakan sangat tidak
setuju. Hal ini menggambarkan bahwa di dalam mencapai tujuan usaha kita harus tau dan
mau untuk memulai dan mencari apa-apa saja yang dibutuhkan dalam berusaha.
6. Untuk pernyataan keenam (Pendidikan kewirausahaan membuat saya mampu dalam
melihat peluang yang ada) dapat digambarkan bahwa ada 25 orang atau 42,4%
responden menyatakan setuju, 29 orang atau 49,2% responden menyatakan sangat setuju,
5 orang atau 8,5% responden menyatakan tidak setuju, dan tidak ada responden
menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan dalam berwirausaha dibutuhkan
ketekunan dalam melihat suatu peluang yang ada di dalam berwirausaha.
7. Untuk pernyataan ketujuh (Pendidikan kewirausahaan dapat membuat saya senang
dalam membaca kisah-kisah sukses entrepreneur) dapat digambarkan bahwa ada 33
orang atau 55,9% responden menyatakan setuju, 23 orang atau 39,0% responden
menyatakan sangat setuju, 2 orang atau 3,4% responden menyatakan kurang setuju, dan
1 orang atau 3,4% responden menyatakan tidak setuju. Hal ini menggambarkan sebagian
besar responden tertarik dalam membaca apa-apa saja kiat sukses para entrepreneur.
4.2.1.2.2 Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Latar Belakang Keluarga
Pada Tabel 4.7 berikut ini dapat dilihat frekuensi jawaban responden tentang variabel
Stres Kerja (X2).
Tabel 4.5
Frekuensi Jawaban Responden Tentang Latar Belakang Keluarga (X2)
Q STS TS S SS
F % F % F % F %
Keluarga
mengajarkan saya untuk mengenal norma-norma dalam
berinteraksi dengan orang lain Keluarga mengajarkan saya untuk mengenal nilai-nilai dalam berinteraksi dengan orang lain
9 10,0 10 11,1 33 36,7 3 3,3
Dukungan dan dorongan keluarga menambah motivasi saya untuk berhasil
13 14,4 16 17,8 18 20,0 1 1,1
Keluarga memiliki andil yang besar dalam membentuk karakter saya
13 14,4 19 21,1 19 21,1 1 1,1
Saya memiliki ayah
yang juga menjalankan usaha
9 10,0 13 14,4 33 36,7 3 3,3
Saya memiliki ibu
yang juga
menjalankan usaha
11 12,2 29 32,2 17 18,9 1 1,1
Saya memiliki kakak yang juga menjalankan usaha
7 7,8 25 27,8 24 26,7 1 1,1
Sumber : pengolahan SPSS (2016)
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, terlihat bahwa responden memberikan jawaban yang
bervariasi untuk setiap butir pernyataan yaitu :
1. Untuk pernyataan pertama (Keluarga mengajarkan saya untuk mengenal norma-norma
dalam berinteraksi dengan orang lain) dapat digambarkan bahwa 31 orang atau 52,5%
responden menyatakan setuju, 26 orang atau 44,1% responden menyatakan sangat setuju,
dan 2 orang atau 3,4% responden menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukan bahwa
peran keluarga memang membantu sebagian besar responden dalam berinteraksi dengan
2. Untuk pernyataan kedua (Keluarga mengajarkan saya untuk mengenal nilai-nilai dalam
berinteraksi dengan orang lain) dapat digambarkan bahwa 31 orang atau 52,5% responden
menyatakan sangat setuju, 27 orang atau 45,8% responden menyatakan setuju, dan 1
orang atau 1,7% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwa
peran keluarga memang membantu sebagian besar responden dalam berinteraksi dengan
orang lain sehingga responden bisa mengetahui nilai-nilai apa saja yang diperlukan.
3. Untuk pernyataan ketiga (Dukungan dan dorongan keluarga menambah motivasi saya
untuk berhasil) dapat digambarkan bahwa 32 orang atau 54,2% responden menyatakan
sangat setuju, 26 orang atau 44,1% responden menyatakan setuju, dan 1 orang atau 1,7%
responden menyatakan tidak setuju. Hal ini menggambarkan bahwa di dalam berusaha
sebagian besar responden membutuhkan semangat dan rasa kepercayaan diri dari
keluarga dalam mengambil sesuatu hal yang berbeda untuk mencapai suatu usaha yang
baik.
4. Untuk pernyataan keempat (Keluarga memiliki andil yang besar dalam membentuk
karakter saya) dapat digambarkan bahwa 32 orang atau 54,2% responden menyatakan
sangat setuju, 24 orang atau 40,7% responden menyatakan setuju, dan 3 orang atau 5,1%
responden menyatakan kurang setuju. Hal ini menggambarkan sebagian besar responden
percaya diri dalam mencoba sesuatu hal yang baru dan berbeda dikarenakan karakter
yang telah dibentuk keluarga.
5. Untuk pernyataan kelima(Saya memiliki ayah yang juga menjalankan usaha) dapat
digambarkan bahwa 28 orang atau 47,5% responden menyatakan kurang setuju, 13 orang
atau 22,0% responden menyatakan setuju, 10 orang atau 16,9% responden menyatakan
sangat setuju, dan 8 orang atau 13,6% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini
menunjukkan sebagian besar responden tidak mempunyai seorang ayah yang
6. Untuk pernyataan keenam (Saya memiliki ibu yang juga menjalankan usaha) dapat
digambarkan bahwa 21 orang atau 35,6% responden menyatakan tidak setuju, 18 orang
atau 30,5% responden menyatakan setuju, 13 orang atau 22,0% responden menyatakan
sangat setuju, dan 7 orang atau 11,9% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini
menunjukkan sebagian besar responden tidak mempunyai ibu yang juga bekerja di bidang
berwirausaha.
7. Untuk Pernyataan ketujuh (Saya memiliki kakak yang juga menjalankan usaha) dapat
digambarkan bahwa 25 orang atau 42,4% responden menyatakan setuju, 17 orang atau
28,8% responden menyatakan tidak setuju, 10 orang atau 16,95% menyatakan sangat
setuju, dan 7 orang atau 11,9% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini
menyatakan bahwa sebagian besar responden mempunyai kakak yang juga menjalankan
usaha.
4.2.1.2.3 Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Budaya Organisasi
Pada Tabel 4.9 berikut ini dapat dilihat frekuensi jawaban responden tentang variabel
Budaya Organisasi (X3).
Tabel 4.9
Frekuensi Jawaban Responden Tentang Motivasi Berwirausaha (Y)
Q STS TS S SS
F % F % F % F %
Sukses dengan berwirausaha adalah jalan hidup yang akan saya raih
0 0 19 32,2 31 52,5 9 15,3
Saya antusias menghadiri seminar
– seminar tentang kewirausahaan
Saya tidak ingin menjadi pegawai
7 11,9 27 45,8 15 25,4 10 16,9
Saya berwirausaha untuk mendapatkan pendapatan utama
1 1,7 23 39,0 28 47,5 7 11,9
Menjadi seorang wirausaha bisa menjadikan saya contoh yang baik bagi orang lain
0 0 9 15,3 33 55,9 17 28,8
Dengan menjadi seorang wirausaha saya dapat membuka lapangan kerja
0 0 8 13,6 31 52,5 20 33,9
Saya senang bergaul dengan orang lain
0 0 3 5,1 39 66,1 7 28,8
Menjadi wirausaha meningkatkan status sosial saya
2 3,4 18 30,5 30 50,8 9 15,3
Sumber : pengolahan SPSS (2016)
1. Untuk pernyataan pertama (Sukses dengan berwirausaha adalah jalan hidup yang akan
saya raih) dapat digambarkan bahwa 31 orang atau 52,5% responden menyatakan setuju,
19 orang atau 32,2% responden menyatakan tidak setuju, dan 9 orang atau 15,3%
responden menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa seorang wirausaha
selalu melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh demi keberhasilan usaha yang
diinginkan.
2. Untuk pernyataan kedua (Saya antusias menghadiri seminar – seminar tentang
kewirausahaan) dapat digambarkan bahwa 35 orang atau 59,3% responden menyatakan
setuju, 20 orang atau 33,9% responden menyatakan tidak setuju, dan 4 orang atau 6,8%
yang tinggi dan yang dilakukan secara maksimal memiliki tujuan agar mencapai
keberhasilan dalam usaha.
3. Untuk pernyataan ketiga (Saya tidak ingin menjadi pegawai) dapat digambarkan bahwa
27 orang atau 45,8% responden menyatakan tidak setuju, 15 orang atau 25,4% responden
menyatakan setuju, 10 orang atau 16,9% responden menyatakan sangat setuju, dan 7
orang atau 11,9% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden tidak memiliki minat dan dorongan yang kuat dalam dirinya
untuk mencapai suatu tujuan usaha.
4. Untuk pernyataan keempat (Saya berwirausaha untuk mendapatkan pendapatan utama)
dapat digambarkan bahwa 28 orang atau 47,5% responden menyatakan setuju, 23 orang
atau 39,0% responden menyatakan tidak setuju, 7 orang atau 11,9% responden
menyatakan sangat setuju, dan 1 orang atau 1,7% responden menyatakan sangat tidak
setuju. Hal ini menunjukkan bahwa mempersiapkan segala usaha dalam berwirausaha
yang dijalani dapat mengarahkan kita pada tujuan usaha yang ingin dicapai.
5. Untuk pernyataan kelima (Menjadi seorang wirausaha bisa menjadikan saya contoh yang
baik bagi orang lain) dapat digambarkan bahwa 33 orang atau 55,9% responden
menyatakan setuju, 17 orang atau 28,8% responden menyatakan sangat setuju, dan 9
orang atau 15,3% responden menyatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
diperlukan pemahaman dan perhatian dalam memahami apa-apa saja peraturan yang
diperlukan di dalam mencapai suatu tujuan usaha.
6. Untuk pernyataan keenam (Dengan menjadi seorang wirausaha saya dapat membuka
lapangan kerja) dapat digambarkan bahwa 31 orang atau 52,5% responden menyatakan
setuju, 20 orang atau 33,9% responden menyatakan sangat setuju, dan 8 orang atau 13,6%
harus dimiliki seorang wirausaha adalah dengan mampu berpikir kreatif dan cara-cara
baru yang berbeda.
7. Untuk pernyataan ketujuh (Saya senang bergaul dengan orang lain) dapat digambarkan
bahwa 39 orang atau 66,1% responden menyatakan setuju, 17 orang atau 28,8%
responden menyatakan sangat setuju, dan 3 orang atau 5,1% responden menyatakan
sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan di dalam berwirausaha dibutuhkan cita-cita yang
membuat kita lebih giat lagi di dalam berwirausaha sehingga tercapai tujuan usaha yang
baik.
8. Untuk pernyataan kedelapan (Menjadi wirausaha meningkatkan status sosial saya) dapat
digambarkan bahwa 30 orang atau 50,8% responden menyatakan setuju, 18 orang atau
30,5% responden menyatakan tidak setuju, 9 orang atau 15,3% responden menyatakan
sangat setuju, dan 2 orang atau 3,4% responden menyatakan sangat tidak setuju. Hal ini
menunjukkan di dalam berwirausaha dibutuhkan cita-cita yang membuat kita lebih giat
lagi di dalam berwirausaha sehingga tercapai tujuan usaha yang baik.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk memenuhi asumsi-asumsi regresi agar nilai
estimasi tidak bias. Uji asumsi klasik yang digunakan meliputi Uji Normalitas Data. Uji
Heteroskedastisitas, dan Uji Multikolinearitas.
4.2.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau mendekati normal. Data dikatakan normal jika tidak menyalahi atau menyimpang dari
asumsi klasik. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
a. Pendekatan Histogram
Gambar 4.2 Histogram Normalitas
Sumber : Pengolahan SPSS ( 2016)
Uji Normalitas Data dengan pendekatan histogram diatas menunjukkan bahwa model
regresi yang digunakan telah berdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari garis histogram
tidak menceng ke kiri atau ke kanan, sehingga penyebaran datanya telah berdistribusi secara
normal.
b. Pendekatan Grafik
Pendekatan lainnya yang digunakan dalam menguji normalitas data adalah pendekatan
grafik. Pendekatan grafik yang digunakan adalah Normality Probability Plot. Berikut adalah
Gambar 4.3 Pendekatan Grafik Normalitas
Sumber : Pengolahan SPSS ( 2016)
Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan pendekatan grafik diatas, dapat diketahui
bahwa data memiliki distribusi atau penyebaran yang normal, hal ini dapat dilihat dari
penyebaran titik berada disekitar sumbu diagonal dari grafik.
c. Pendekatan Statistik Kolmogrov-Smirnov Tabel 4.13
Uji Kolmogrov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz
ed Residual
N 59
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std.
Deviation 2.37465948
Most Extreme Differences
Absolute .115
Positive .115
Negative -.074
Kolmogorov-Smirnov Z .886
Asymp. Sig. (2-tailed) .413
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
[image:33.595.72.336.508.711.2]Dari Tabel 4.13 terlihat bahwa nilai Asymp.Sig.(2-tailed) adalah sebesar 0,413 > 0,05
dan nilai Kolmogrov-Smirnov Z sebesar 0,886 < 1,97. dengan demikian berdasarkan kriteria
pengujian data telah berdistribusi secara normal.
4.2.2.2.Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat seberapa besar peranan variabel bebas
terhadap variabel terikat. pendekatan dilakukan melalui pendekatan grafik dan pendekatan
statistik.
a. Pendekatan Grafik ( Scatter Plot )
Untuk melihat ada tidaknya Heteroskedastisitas pada model yang digunakan dengan
Uji Heteroskedastisitas ( Scatter Plot). berikut hasil Uji Heteroskedastisitas dengan
[image:34.595.78.328.388.574.2]Scatter Plot. Pada Gambar 4.4 berikut dapat dilihat grafik Scatterplot.
Gambar 4.4 Pendekatan Grafik Heteroskedastisitas
Sumber : Pengolahan SPSS ( 2016)
Berdasarkan hasil Uji Heteroskedastisitas diatas, diketahui bahwa titik-titik
penyebaran Scatter Plot tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik
di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. sehingga model regresi yang digunakan
tidak mengalami Heteroskedastisitas.
Tabel 4.14 Hasil Uji Glejser Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .525 1.668 .315 .754
Pkewirausahaa
n .131 .071 .257 1.852 .069
LBKeluarga -.074 .062 -.166 -1.193 .238
a. Dependent Variable: absut
Sumber : Pengolahan SPSS ( 2016)
Berdasarkan Tabel 4.14 terlihat bahwa tidak satupun variabel independen yang
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolut (absut). Hal ini terlihat
dari Probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%. dengan demikian
disimpulkan bahwa model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.
4.2.2.3.Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas pada penelitian ini digunakan untuk melihat ada tidaknya gejala
multikolinearitas antar variabel independen. pada Tabel 4.10 berikut dapat dilihat hasil Uji
Multikolinearitas dengan melihat nilai Tolerance dan nilai VIF.
Tabel 4.15
Hasil Uji Multikolinearital
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz ed Coefficient
s
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Toleran
ce
VIF
1
(Constant) 5.841 2.734 2.136 .037
Pkewirausah
aan .571 .116 .535 4.920 .000 .867 1.153
LBKeluarga .211 .102 .225 2.063 .044 .867 1.153
[image:35.595.71.521.562.753.2]Sumber : Pengolahan SPSS (2016)
Pada Tabel 4.15 disimpulkan bahwa pada model regresi yang digunakan tidak
terlihatnya gejala multilkolinearitas antar variabel independen. Hal ini dapat dilihat dari nilai
tolerance dan VIF, hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai tolerance (0,867), (0.867) >
0,1 dan VIF (1,153), ( 1,153) < 5 maka variabel tersebut tidak terkena multikolinearitas.
4.2.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam penelitian ini Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengetahui
hubungan dan pengaruh variabel Pendidikan kewirausahaan ( X1), Latar belakang keluarga(
X2) terhadap variabel Motivasi berwirausaha (Y) Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis USU.
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda diperoleh persamaan sebagai berikut :
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+e
Y= 5,841 +0,571 +0,211 + e
Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa :
1. konstanta (a) = 5,841 menunjukkan nilai konstanta, jika nilai variabel bebas
(pendidikan kewirausahaan dan latar belakang keluarga) = 0 maka motivasi
berwirausaha (Y) akan sebesar 5,841.
2. Koefisien regresi variabel pendidikan kewirausahaan sebesar 0,571 menunjukkan
bahwa variabel pendidikan kewirausahaan memiliki hubungan positif terhadap
motivasi berwirausaha (Y). dengan kata lain jika variabel pendidikan kewirausahaan
ditingkatkan maka motivasi berwirausaha akan naik sebesar 0,571.
3. Koefisien regresi variabel latar belakang keluarga sebesar 0,211 menunjukkan bahwa
berwirausaha (Y). dengan kata lain jika variabel latar belakang keluarga ditingkatkan
maka motivasi berwirausaha akan naik sebesar 0,211.
3.2.4 Pengujian Hipotesis
3.2.4.1 Uji Signifikansi Simultan ( Uji F)
Hasil Uji Simultan ( Uji F) menunjukkan seberapa besar hubungan dan
pengaruh variabel Pendidikan kewirausahaan( X1), Latar Belakang Keluarga ( X2) secara
bersama – sama atau serempak terhadap Motivasi Berwirausaha (Y). Hasil Uji F dapat
[image:37.595.74.479.323.460.2]dilihat pada Tabel 4.12 berikut
Tabel 4.16
Hasil Uji Simultan ( Uji F) ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 241.514 2 120.757 20.676 .000b
Residual 327.062 56 5.840
Total 568.576 58
a. Dependent Variable: MBerwirausaha
b. Predictors: (Constant), LBKeluarga, Pkewirausahaan Sumber : Pengolahan SPSS ( 2016)
Pada Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa Fhitung = 20,676 dengan tingkat probability 0,000
< 0,05. Setelah mengetahui besarnya Fhitung, maka akan dibandingkan dengan Ftabel. Adapun
hasil Ftabel yang diperoleh dengan dk = 2 derajat kebebasan = 59 – 2 – 1 = 56 dan taraf
kesalahan 5% adalah 3.16. Maka Fhitung (20,676) > Ftabel (3.16). Dengan demikian
menunjukkan bahwa pengaruh pendidikan kewirausahaan, latar belakang keluarga secara
serempak adalah signifikan terhadap motivasi berwirausaha mahasiswa manajemen ekstensi
fakultas Ekonomi dan Bisnis USU. Maka berdasarkan kriteria pengujian Hipotesis maka H1
3.2.4.2 Uji signifikansi Parsial ( Uji T)
Hasil Uji Parsial ( Uji T) menunjukkan seberapa besar hubungan dan pengaruh
masing-masing variabel Pendidikan kewirausahaan ( X1), Latar Belakang keluarga( X2)
secara parsial terhadap Variabel motivasi berwirausaha mahasiswa manajemen ekstensi
[image:38.595.101.472.255.418.2]fakultas Ekonomi dan Bisnis USU (Y). Hasil Uji T dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut :
Tabel 4.17
Hasil Uji Parsial ( Uji T)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz ed Coefficient
s
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 5.841 2.734 2.136 .037
Pkewirausahaan .571 .116 .535 4.920 .000
LBKeluarga .211 .102 .225 2.063 .044
a. Dependent Variable: MBerwirausaha Sumber : Pengolahan SPSS ( 2016)
Berdasarkan Tabel 4.17 Hasil Uji T, dapat diketahui bahwa :
1. Variabel Pendidikan kewirausahaan ( X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Motivasi berwirausaha (Y) hal ini terlihat dari nilai thitung(4,920)> t tabel ( 1,671)
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000< 0,05.
2. Variabel Latar Belakang Keluarga ( X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Motivasi berwirausaha (Y) hal ini terlihat dari nilai thitung ( 2,063) > t tabel (1,671)
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,044< 0,05.
Dengan demikian, berdasarkan kriteria pengujian hipotesis, maka Ha diterima dan H0
4.2.4.3 Uji koefisien Determinasi ( Uji R2)
Dalam Penelitian ini dapat diketahui berapa besar variabel Pendidikan kewirausahaan
( X1), Latar Belakang keluarga( X2) terhadap Variabel motivasi berwirausaha mahasiswa
manajemen ekstensi fakultas Ekonomi dan Bisnis USU (Y). melalui koefisien deteminasi
[image:39.595.70.363.285.349.2](R2) dengan menggunakan Program SPSS dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut :
Tabel 4.18
Hasil Uji Koefisien Deteminasi (R2)
Model Summary Mode
l
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .652a .425 .404 2.41669
a. Predictors: (Constant), LBKeluarga, Pkewirausahaan
pada Tabel 4.18 dapat dilihat bahwa :
1. R=0,652 berarti hubungan antara Iklim organisasi, Stres Kerja dan Budaya Organisasi
sebesar 65,2 %, artinya hubungannya erat.
2. Nilai Adjusted R2dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan
ke dalam model maka AdjustedR Square sebagai koefisien determinasi. R Square
sebesar 0,404 berarti 40,4 motivasi berwirausaha dapat dijelaskan oleh Pendidikan
kewirausahaan, Latar belakang keluarga. Sedangkan sisanya 59,6% dijelaskan oleh
faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini seperti modal, kepercayaan
3.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Berwirausaha
Berdasarkan Tabel 4.19, koefisien nilai thitung adalah 4,920 dengan tingkat
signifikansi 0,00, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima karena thitung>tabel (4,920 > 1,671).
Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan (X1) secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Motivasi Berwirausaha (Y) sebagai
variabel terikat.
Pada variabel pendidikan kewirausahaan pada butir pernyataan nomor tiga (3)
sebanyak 23 orang atau 39,0% responden menyatakan sangat setuju dan pada butir
pertanyaan nomor satu (1) sebanyak 12 orang atau 20,3% responden menyatakan sangat
setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kewirausahaan mampu dan dapat
menumbuhkan motivasi di dalam menjalankan suatu usaha.
Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar. Pembelajaran kewirausahaan itu adalah proses belajar untuk menumbuhkan
jiwa kewirausahaan yang digunakan sebagai modal untuk memulai suatu usaha yang baru.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreativitas
pengajar. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu
memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar.
4.3.2 Pengaruh Latar Belakang Keluarga Terhadap Motivasi Berwirausaha Berdasarkan Tabel 4.19, koefisien nilai thitung adalah 2,063 dengan tingkat
signifikansi 0,44 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima karena thitung>ttabel (2,063 > 1,671 ).
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Motivasi Berwirausaha (Y) sebagai
variabel terikat.
Pada variabel latar belakang keluarga pada butir pernyataan nomor satu (1) sebanyak
31 orang atau 52,5% responden menyatakan setuju dan pada butir pertanyaan nomor dua (2)
sebanyak 31 orang atau 52,5% responden menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan
bahwa norma-norma dan nilai-nilai dalam berinteraksi dengan orang lain yang diajarkan
keluarga sangat dibutuhkan dalam menjalankan suatu usaha.
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia tempat
ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan
kelompoknya. Dukungan keluarga sebagai pendorong anak dalam berwirausaha dan ajaran
keluarga tentang norma dan nilai dalam berinteraksi dengan orang lain sangat berperan
penting untuk membantu keberhasilan di dalam suatu usaha
4.3.3 Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Latar Belakang Keluarga terhadap Motivasi Berwirausaha
Berdasarkan Tabel 4.18 Uji Koefisien Determinasi, hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengaruh pendidikan kewirausahaan dan latar belakang keluarga berpengaruh positif
dan signifikan terhadap motivasi berwirausaha. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
kontribusi (R) antara pengaruh pendidikan kewirausahaan dan latar belakang keluarga
terhadap motivasi berwirausaha sebesar 0,652. Nilai kontribusi (R) antar variabel ini terhadap
motivasi berwirausaha terbilang besar. Dan untuk memaksimalkan motivasi berwirausaha,
pengaruh pendidikan kewirausahaan dan latar belakang keluarga perlu untuk dimiliki dan
diterapkan oleh wirausaha.
Motivasi adalah perasaan tertarik atau berkaitan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa
untuk membaca kiat-kiat sukses dari orang lain agar bisa mengembangkan apa-apa saja hal
yang baru dan berbeda dari dalam diri kita sehingga kita bisa membuat pedoman untuk
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, Penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji secara parsial (Uji-t) bahwa pendidikan kewirausahaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Motivasi Berwirausaha Mahasiswa Manajemen
Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU. Artinya, apabila pendidikan
kewirausahaan yang dipelajari mahasiswa semakin tinggi maka motivasi untuk
berwirausaha akan meningkat.
2. Berdasarkan uji secara parsial (Uji-t) bahwa latar belakang keluarga berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Motivasi Berwirausaha Mahasiswa Manajemen
Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU. Artinya, apabila latar belakang keluarga
yang mendukung mahasiswa semakin tinggi maka motivasi untuk berwirausaha akan
meningkat.
3. Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan kewirausahaan dan latar belakang keluarga secara bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Motivasi Berwirausaha Mahasiswa Manajemen
Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU. Artinya apabila pendidikan
kewirausahaan dapat diterapkan dengan baik dan latar belakang keluarga yang juga
mendukung maka akan menimbulkan motivasi berwirausaha kepada mahasiswa
5.2 Saran
Berdasarkan Hasil Pembahasan, Penulis memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Diharapkan Fakultas Ekonomi dan Bisnis menekankan Dosen atau staff pengajar agar
lebih memperhatikan pendididkan mata kuliah yang berhubungan dengan
kewirausahaan, baik secara lisan maupun teoritis sehingga motivasi berwirausaha
pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis semakin positif.
2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis hendaknya menambah pengetahuan tentang pendidikan
kewirausahaan sebagai bekal pengusaha untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
baik.
3. Fakultas Ekonomi dan Bisnis diharapkan melaksanakan kegiatan yang berhubungan
dengan kegiatan berwirausaha, sehingga timbul lingkungan kewirausahaan yang
positif di lokasi perkuliahan, sebagai antisipasi ataupun partisipasi terhadap latar
belakang keluarga yang berwirausaha atau tidak bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat meneruskan dan mengembangkan
penelitian ini pada masa yang akan datang dengan lebih komprehensif, melalui
penelitian yang lebih mendalam tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pendidikan Kewirausahaan
2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Paedagogike”. Ini
adalah kata majemuk yang terdiri dari kata “Pais” yang berarti “Anak” dan kata “Ago” yang
berarti “Aku membimbing”. Jadi Paedagogike berarti aku membimbing anak (Hadi, 2008 :
17). Menurut UU No. 20 tahun 2003 pengertian pendidikan adalah sebuah usaha yang
dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara
(sumber http://www.lebahmaster.com) .
Sejak awal abad ke-20, kewirausahaan sudah diperkenalkan dan dipelajari di berbagai
negara, misalnya Belanda dikenal sebagai “ondernemer” dan di Jerman dikenal dengan
“unternehmer”. Selain itu, di berbagai negara kewirausahaan memiliki banyak tanggung
jawab, antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang menyangkut
kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan komersial, penyediaan modal,
perekrutan dan penanganan tenaga kerja, pembelian, penjualan, pemasangan iklan, dan
lain-lain. Pada 1950-an, pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di berbagai negara seperti di
Eropa, Amerika, Kanada. Bahkan semenjak 1970-an, banyak universitas yang mengajarkan
kewirausahaan, manajemen usaha kecil (small business management) atau manajemen usaha
pendidikan kewirausahaan. Sekarang di Indonesia, pendidikan kewirausahaan sudah
dipelajari di berbagai sekolah dan perguruan tinggi.
Yuyun Wirasmita dalam Suryana (2010 : 13) menyatakan bahwa kewirausahaan dan
wirausaha merupakan faktor produksi aktif yang dapat menggerakkan dan memanfaatkan
sumber daya lainnya seperti sumber daya alam, modal, dan teknologi, sehingga dapat
menciptakan kekayaan dan kemakmuran melalui penciptaan lapangan kerja, penghasilan, dan
produk yang dibutuhkan masyarakat.
Menurut Dewanti (2008 : 3) kewirausahaan diambil dari kata wira dan usaha. Wira
adalah suatu bentuk kepahlawanan dalam memperjuangkan sesuatu penuh dengan
keberanian. Usaha adalah aktivitas yang dilakukan untuk mencapai kemenangan dalam
memperjuangkan sesuatu. Wirausaha berarti kemampuan memiliki ide kreatif dan berperilaku
dapat memperjuangkan usahadengan keputusan pengambilan resiko secara bijak untuk
meningkatkan kualitas hidup.
Sedangkan kewirausahaan sendiri menurut Soetadi (2010 : 4) adalah orang-orang
yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat,
mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan
inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan
pendapatan.
Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha harus mampu
melihat adanya peluang, menganalisa peluang, dan mengambil keputusan untuk mencapai
keuntungan yang berguna bagi dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya dan kelanjutan
usahanya sebelum peluang tersebut dimanfaatkan oleh orang lain. Wirausaha berhasil
biasanya memacu sebuah mimpi dan berusaha untuk merealisasikannya karena adanya
Suryana (2003 : 13) memberikan batasan bahwa ilmu kewirausahaan adalah suatu
disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam
menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluan dengan berbagai resiko yang
mungkin dihadapinya. Maka pendidikan kewirausahaan menurut Wibowo (2011 : 30)
merupakan upaya menginternalisasikan jiwa dan mental kewirausahaan baik melalui institusi
pendidikan maupun institusi lain seperti lembaga pelatihan, training dan sebagainya.
2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Kewirausahaan
Tujuan pendidikan kewirausahaan untuk mahasiswa/i dan dunia pendidikan menurut
Hendro ( 2011 :11) yaitu :
1. Pendidikan saja tidak cukup untuk bekal masa depan. Dahulu saya berpikir
pendidikan saja sudah cukup membuat Indonesia mandiri, tetapi sekarang mengapa
tetap saja kita terbelakang? Ternyata kita tidak hanya cukup menguasai ilmu yang
umum saja. Bangsa ini membutuhkan orang-orang yang sanggup mengubah
‘kesulitan’ menjadi ‘peluang’ dan memberikan kontribusi bagi perusahaan.
2. Kewirausahaan bisa diterapkan di semua bidang pekerjaan dan kehidupan. Dengan
demikian, kewirausahaan sangat berguna sebagai ‘bakal’ masa depan mahasiswa/i
bila ingin berkarir di bidang apa pun.
3. Ketika lulusan perguruan tinggi kesulitan mendapatkan pekerjaan atau terkena PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja), kewirausahaan bisa menjadi langkah alternatif untuk
mencari nafkah dan bertahan hidup.
4. Agar sukses didunia kerja atau usaha, tidak cukup hanya pandai bicara. Yang
dibutuhkan adalah bukti nyata/realitas. Oleh karena itu, kewirausahaan adalah ilmu
nyata yang bisa mewujudkannya.
5. Memajukan perekonomian Indonesia dan menjadi lokomotif peningkatan
6. Meningkatkan pendapatan keluarga dan daerah yang akan berjuang pada kemajuan
ekonomi bangsa.
7. Membudayakan sikap unggul, perilaku positif, dan kreatif.
8. Menjadi bekal ilmu untuk mencari nafkah, bertahan hidup, dan berkembang.
2.1.1.3 Jenis Pengembangan Budaya Kewirausahaan di Perguruan Tinggi
Mengingat masih tingginya tingkat pengangguran di kalangan terdidik, khususnya
para alumni perguruan tinggi maupun tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, mulai
tahun 1977 Direktorat Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan (Dekdikbud) telah terpanggil
untuk aktif mengembangkan budaya kewirausahaan di perguruan tinggi, dengan
menyediakan sejumlah anggaran kompetitif untuk enam jenis pengembangan budaya
kewirausahaan. Enam kegiatan itu adalah :
a. Kuliah Kewirausahaan (KWU)
b. Kuliah Kerja Nyata Usaha (KKN-U)
c. Klinik Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (KBPK)
d. Magang Kewirausahaan (MKU)
e. Karya Alternatif Mahasiswa (KAM), mulai tahun 2001 berubah menjadi Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM)
f. Inkubator Wirausaha Baru (INWUB)
2.2.1 Latar Belakang Keluarga 2.2.1.1 Pengertian Keluarga
Pengertian keluarga berdasarkan asal-usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara (dalam Abu & Nur, 2001 : 176), bahwa keluarga berasal dari bahasa Jawa yang
hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa keluarga adalah
anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari kawula merasakan sebagai suatu
kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya juga merupakan bagian dari warga lainnya
secara keseluruhan.
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia tempat
ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan
kelompoknya. Dalam keluarganya, yang interaksi sosial keluarganya berdasarkan simpati,
seorang anak pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar
bekerja sama, bantu-membantu, dengan kata lain, anak pertama-tama belajar memegang
peranan sebagai makhluk sosial yang mempunyai norma-norma dan kecakapan-kecakapan
tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain (Sobur, 2003 : 248- 249).
Menurut Soerjono (2004 : 23) Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang
yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefenisikan sebagai
sekumpulan orang yang tinggal di suatu rumah yang masih mempunyai hubungan darah
karena perkawinan, kelahiran, adopsi, dan lain sebagainya. Keluarga terdiri dari ayah, ibu,
dan anak-anak yang belum menikah disebut keluarga batih. Sebagai unit pergaulan terkecil
yang hidup dalam masyarakat, keluarga batih memiliki peran-peran tertentu, yaitu:
a. Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi
anggota, di mana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut.
b. Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi
kebutuhan anggotanya.
c. Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup.
d. Keluarga batih merupakan wadah di mana manusia mengalami proses sosialisasi
awal, yakni suatu proses di mana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah
2.2.1.2 Ciri-ciri Keluarga
Iver dan Page (dalam Su’adah, 2005 : 22) memberikan ciri-ciri umum keluarga yang
meliputi :
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan
perkawianan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan.
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang
mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan
kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga.
Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Tirtahardja dan Sulo, 2000 : 169), suasana
kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan
orang per orang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat
pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untu