• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Latar Belakang Keluarga Terhadap Motivasi Wirausaha Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Latar Belakang Keluarga Terhadap Motivasi Wirausaha Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pendidikan Kewirausahaan

2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Kewirausahaan

Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Paedagogike”. Ini

adalah kata majemuk yang terdiri dari kata “Pais” yang berarti “Anak” dan kata “Ago” yang

berarti “Aku membimbing”. Jadi Paedagogike berarti aku membimbing anak (Hadi, 2008 :

17). Menurut UU No. 20 tahun 2003 pengertian pendidikan adalah sebuah usaha yang

dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan,

akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara

(sumber http://www.lebahmaster.com) .

Sejak awal abad ke-20, kewirausahaan sudah diperkenalkan dan dipelajari di berbagai

negara, misalnya Belanda dikenal sebagai “ondernemer” dan di Jerman dikenal dengan

“unternehmer”. Selain itu, di berbagai negara kewirausahaan memiliki banyak tanggung

jawab, antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang menyangkut

kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan komersial, penyediaan modal,

perekrutan dan penanganan tenaga kerja, pembelian, penjualan, pemasangan iklan, dan

lain-lain. Pada 1950-an, pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di berbagai negara seperti di

Eropa, Amerika, Kanada. Bahkan semenjak 1970-an, banyak universitas yang mengajarkan

kewirausahaan, manajemen usaha kecil (small business management) atau manajemen usaha

(2)

pendidikan kewirausahaan. Sekarang di Indonesia, pendidikan kewirausahaan sudah

dipelajari di berbagai sekolah dan perguruan tinggi.

Yuyun Wirasmita dalam Suryana (2010 : 13) menyatakan bahwa kewirausahaan dan

wirausaha merupakan faktor produksi aktif yang dapat menggerakkan dan memanfaatkan

sumber daya lainnya seperti sumber daya alam, modal, dan teknologi, sehingga dapat

menciptakan kekayaan dan kemakmuran melalui penciptaan lapangan kerja, penghasilan, dan

produk yang dibutuhkan masyarakat.

Menurut Dewanti (2008 : 3) kewirausahaan diambil dari kata wira dan usaha. Wira

adalah suatu bentuk kepahlawanan dalam memperjuangkan sesuatu penuh dengan

keberanian. Usaha adalah aktivitas yang dilakukan untuk mencapai kemenangan dalam

memperjuangkan sesuatu. Wirausaha berarti kemampuan memiliki ide kreatif dan berperilaku

dapat memperjuangkan usahadengan keputusan pengambilan resiko secara bijak untuk

meningkatkan kualitas hidup.

Sedangkan kewirausahaan sendiri menurut Soetadi (2010 : 4) adalah orang-orang

yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,

mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat,

mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan

inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan

pendapatan.

Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha harus mampu

melihat adanya peluang, menganalisa peluang, dan mengambil keputusan untuk mencapai

keuntungan yang berguna bagi dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya dan kelanjutan

usahanya sebelum peluang tersebut dimanfaatkan oleh orang lain. Wirausaha berhasil

biasanya memacu sebuah mimpi dan berusaha untuk merealisasikannya karena adanya

(3)

Suryana (2003 : 13) memberikan batasan bahwa ilmu kewirausahaan adalah suatu

disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam

menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluan dengan berbagai resiko yang

mungkin dihadapinya. Maka pendidikan kewirausahaan menurut Wibowo (2011 : 30)

merupakan upaya menginternalisasikan jiwa dan mental kewirausahaan baik melalui institusi

pendidikan maupun institusi lain seperti lembaga pelatihan, training dan sebagainya.

2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Kewirausahaan

Tujuan pendidikan kewirausahaan untuk mahasiswa/i dan dunia pendidikan menurut

Hendro ( 2011 :11) yaitu :

1. Pendidikan saja tidak cukup untuk bekal masa depan. Dahulu saya berpikir

pendidikan saja sudah cukup membuat Indonesia mandiri, tetapi sekarang mengapa

tetap saja kita terbelakang? Ternyata kita tidak hanya cukup menguasai ilmu yang

umum saja. Bangsa ini membutuhkan orang-orang yang sanggup mengubah

‘kesulitan’ menjadi ‘peluang’ dan memberikan kontribusi bagi perusahaan.

2. Kewirausahaan bisa diterapkan di semua bidang pekerjaan dan kehidupan. Dengan

demikian, kewirausahaan sangat berguna sebagai ‘bakal’ masa depan mahasiswa/i

bila ingin berkarir di bidang apa pun.

3. Ketika lulusan perguruan tinggi kesulitan mendapatkan pekerjaan atau terkena PHK

(Pemutusan Hubungan Kerja), kewirausahaan bisa menjadi langkah alternatif untuk

mencari nafkah dan bertahan hidup.

4. Agar sukses didunia kerja atau usaha, tidak cukup hanya pandai bicara. Yang

dibutuhkan adalah bukti nyata/realitas. Oleh karena itu, kewirausahaan adalah ilmu

nyata yang bisa mewujudkannya.

5. Memajukan perekonomian Indonesia dan menjadi lokomotif peningkatan

(4)

6. Meningkatkan pendapatan keluarga dan daerah yang akan berjuang pada kemajuan

ekonomi bangsa.

7. Membudayakan sikap unggul, perilaku positif, dan kreatif.

8. Menjadi bekal ilmu untuk mencari nafkah, bertahan hidup, dan berkembang.

2.1.1.3 Jenis Pengembangan Budaya Kewirausahaan di Perguruan Tinggi

Mengingat masih tingginya tingkat pengangguran di kalangan terdidik, khususnya

para alumni perguruan tinggi maupun tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, mulai

tahun 1977 Direktorat Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan (Dekdikbud) telah terpanggil

untuk aktif mengembangkan budaya kewirausahaan di perguruan tinggi, dengan

menyediakan sejumlah anggaran kompetitif untuk enam jenis pengembangan budaya

kewirausahaan. Enam kegiatan itu adalah :

a. Kuliah Kewirausahaan (KWU)

b. Kuliah Kerja Nyata Usaha (KKN-U)

c. Klinik Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (KBPK)

d. Magang Kewirausahaan (MKU)

e. Karya Alternatif Mahasiswa (KAM), mulai tahun 2001 berubah menjadi Program

Kreativitas Mahasiswa (PKM)

f. Inkubator Wirausaha Baru (INWUB)

2.2.1 Latar Belakang Keluarga 2.2.1.1 Pengertian Keluarga

Pengertian keluarga berdasarkan asal-usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar

Dewantara (dalam Abu & Nur, 2001 : 176), bahwa keluarga berasal dari bahasa Jawa yang

(5)

hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa keluarga adalah

anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari kawula merasakan sebagai suatu

kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya juga merupakan bagian dari warga lainnya

secara keseluruhan.

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia tempat

ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan

kelompoknya. Dalam keluarganya, yang interaksi sosial keluarganya berdasarkan simpati,

seorang anak pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar

bekerja sama, bantu-membantu, dengan kata lain, anak pertama-tama belajar memegang

peranan sebagai makhluk sosial yang mempunyai norma-norma dan kecakapan-kecakapan

tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain (Sobur, 2003 : 248- 249).

Menurut Soerjono (2004 : 23) Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang

yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefenisikan sebagai

sekumpulan orang yang tinggal di suatu rumah yang masih mempunyai hubungan darah

karena perkawinan, kelahiran, adopsi, dan lain sebagainya. Keluarga terdiri dari ayah, ibu,

dan anak-anak yang belum menikah disebut keluarga batih. Sebagai unit pergaulan terkecil

yang hidup dalam masyarakat, keluarga batih memiliki peran-peran tertentu, yaitu:

a. Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi

anggota, di mana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut.

b. Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi

kebutuhan anggotanya.

c. Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup.

d. Keluarga batih merupakan wadah di mana manusia mengalami proses sosialisasi

awal, yakni suatu proses di mana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah

(6)

2.2.1.2 Ciri-ciri Keluarga

Iver dan Page (dalam Su’adah, 2005 : 22) memberikan ciri-ciri umum keluarga yang

meliputi :

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan

perkawianan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.

3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan.

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang

mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan

kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau

bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga.

Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Tirtahardja dan Sulo, 2000 : 169), suasana

kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan

orang per orang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat

pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arah

pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja.

Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan pemberi contoh.

Orang tua berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang dapat

membentuk kepribadian anak tersebut. Salah satu unsur kepribadian adalah motivasi.

Motivasi anak untuk berwirausaha tergantung pada pengaruh positif yang diberikan sesama

anggota keluarga. Latar belakang orang tua yang merupakan wirausahawan juga dapat

menimbulkan motivasi anak untuk berwirausaha. Dorongan dari anggota keluarga terhadap

(7)

2.2.1.3 Lingkungan Keluarga

Slamet (dalam Suranto, 2011 : 12-14) merangkumkan bahwa lingkungan keluarga

terdiri dari :

a. Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap cara belajar dan

berpikir anak. Ada orang tua yang mendidik secara otoriter, ada yang demokratis, dan

ada juga keluarga yang acuh tak acuh dengan pendapat setiap keluaraga.

b. Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluaraga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan

anak-anaknya. Demi kelancaran berwirausaha, perlu adanya relasi yang baik dalam

keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih

sayang, disertai dengan bimbingan untuk mensukseskan wirausaha.

c. Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering

terjadi di dalam keluarga di mana seseorang berada dan belajar. Suasana rumah

merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana

rumah yang gaduh/ramai sembrawut tidak akan memberikan ketenangan pada anak

yang belajar. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok

pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak

bosan di rumah, suka keluar rumah dan akibatnya belajar kacau sehingga untuk

(8)

d. Keadaan ekonomi keluarga

Pada keluarga yang kondisi ekonominya relatif kurang, menyebabkan orang tua tidak

mampu memenuhi kebutuhan pokok anak. Tak jarang faktor kesulitan ekonomi justru

menjadi motivator atau pendorong anak untuk lebih berhasil. Adapun keluarga yang

ekonominya berlebihan, orang tua cenderung mampu memenuhi kebutuhan anak

termasuk masalah pendidikan anak termasuk bisa melanjutkan ke jenjang yang tinggi.

Kadangkala kondisi serba berkecukupan tersebut membuat orang tua kurang perhatian

pada anak karena sudah merasa memenuhi semua kebutuhan anaknya, akibatnya anak

malas untuk belajar dan prestasi yang diperoleh tidak akan baik.

e. Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Kadang-kadang anak yang

mengalami lemah semangat, maka orang tua wajib member pengertian dan dorongan,

membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak baik di sekolah maupun di

masyarakat. Hal ini penting untuk tetap menumbuhkan rasa percaya dirinya.

f. Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam

kehidupannya. Kepada anak perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan dan diberi contoh

figur yang baik, agar mendorong anak menjadi semangat dalam meniti masa depan

dan karirnya ke depan. Hal ini juga dijelaskan oleh Soemanto (dalam Supartono, 2004

: 50) mengatakan bahwa cara orang tua dalam meraih suatu keberhasilan dalam

pekerjaan merupakan modal yang baik untuk melatih minat, kecakapan, dan

kemampuan nilai-nilai tertentu yang berhubungan dengan pekerjaan yang diingini

(9)

2.2.1.4 Faktor Keluarga sebagai Penentu Keberhasilan

Sobur (2003 : 248-249) menyatakan bahwa faktor keluarga sebagai penentu

keberhasilan terdiri dari :

1. Kondisi Ekonomi Keluarga

Faktor ekonomi sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan kehidupan

keluarga. Faktor kekurangan ekonomi menyebabkan suasana rumah menjadi muram

sehingga anak kekurangan gairah untuk belajar. Namun, faktor kesulitan ini bisa juga

malah menjadi pendorong bagi anak untuk berhasil. Kadangkala keadaan ekonomi

yang berlebihan menyebabkan orang tua menjadi kurang perhatian terhadap belajar

anak, karena merasa telah memenuhi seluruh kebutuhan anak, sehingga anak malas

belajar dan mandiri sehingga cenderung menganggap “santai” masa depannya

termasuk masalah karir.

2. Hubungan emosional orang tua dan anak

Hubungan emosional antara orang tua dan anak juga berpengaruh dalam keberhasilan

anak. Sebaiknya orang tua menciptakan hubungan yang harmonis dengan anak.

Hubungan orang tua dan anak jangan acuh tak acuh karena akan menyebabkan anak

menjadi frustasi. Orang tua terlalu keras akan menyebabkan hubungan orang tua akan

menjadi “jauh” atau hubungan yang terlalu dekat antara anak dan orang tua akan

mengakibatkan anak selaku “tergantung”.

3. Cara mendidik orang tua

Ada keluarga yang mendidik anaknya secara diktaktor militer, ada yang demokratis

yang menerima pendapat semua anggota keluarga, tetapi ada juga keluarga yang acuh

tak acuh dengan pendapat setiap anggota keluarga. Cara orang tua mendidik anaknya

akan berpengaruh terhadap cara belajar dan hasil belajar yang diperoleh seseorang.

(10)

Dalam (Setiadi, 2008 : 7) fungsi keluarga ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan

sebagai berikut :

a. Fungsi biologis

1. Untuk meneruskan keturunan

2. Memelihara dan membesarkan anak

3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

4. Memelihara dan merawat anggota keluarga

b. Fungsi Psikologis

1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

3. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

4. Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi Sosialisasi

1. Membina sosial pada anak

2. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan

anak.

3. Mematuhi nilai-nilai budaya keluarga

d. Fungsi Ekonomi

1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

2. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

3. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan

datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

(11)

1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.

2. Mempersiapkan anak untuk hidup dewasa yang akan datang dalam memenuhi

perannya sebagai orang dewasa.

3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

2.3.1 Motivasi Wirausaha 2.3.1.1 Pengertian Motivasi

Istilah motivasi memiliki akar kata dari bahasa latin movere, yang berarti gerak atau

dorongan untuk bergerak. Atau bisa disebut dengan motif yang diartikan sebagai kekuatan

yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau

berbuat guna mencapai suatu tujuan. Berbagai ahli memberikan definisi tentang motivasi,

motivasi menurut Sumadi Suryabrata (dalam Djali, 2011 : 101) motivasi merupakan keadaan

yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu

guna pencapaian suatu tujuan tertentu. Dan menurut Greenberg juga mengemukakan

motivasi merupakan proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku

kearah suatu tujuan.

A. W. Bernard memberikan pengertian motivasi (dalam Purwa, 2012 : 319) sebagai

fenomena yang dilibatkan dalam perangsangan tindakan kearah tujuan-tujuan tertentu yang

sebelumnya kecil atau tidak ada gerakan sama sekali kearah tujuan-tujuan tertentu. Motivasi

menurut Gray dkk. (dalam Ginting, 2008 : 88) adalah hasil sejumlah proses, yang bersifat

internal dan eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusisme

dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.

(12)

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan

belajar, sehingga tujuan dari subjek belajar itu dapat dicapai. Dikatakan keseluruhan karena

pada umumnya ada beberapa motif yang sama-sama menggerakan siswa untuk belajar.

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Perannya yang khas

adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.

Dari pendapat para tokoh diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi

merupakan kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu,

termasuk didalamnya adalah kegiatan belajar.

Persoalan motivasi ini, dapat juga dikatakan dengan persoalan minat. Minat

diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang memilih ciri- ciri atau arti

sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau

kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan

membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan

kepentingan sendiri. Hal ini menunjukan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa

seseorang kepada seseorang. Menurut Sardiman (2004 : 76) minat timbul tidak secara

tiba-tiba atau spontan melainkan akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan, pada waktu

belajar. Oleh karena itu yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu untuk ingin

terus belajar.

2.3.2 Pengertian Wirausaha

Wirausaha atau wiraswasta menurut Priyono dan Soerata (2005 : 111) berasal dari

kata “wira” yang berarti utama, gagah, luhur berani atau pejuang; “swa” berarti sendiri; dan

kata ”sta” berarti berdiri. Dari asal katanya “swasta” berarti berdiri di atas kaki sendiri atau

(13)

atau wiraswastawan berarti orang yang berjuang dengan gagah, berani, juga luhur dan pantas

diteladani dalam bidang usaha, atau dengan kata lain wirausahawan adalah orang-orang yang

mempunyai sifat-sifat kewirausahaan atau kewiraswastaan seperti keberanian mengambil

resiko, keutamaan dan keteladanan dalam menangani usaha dengan berpijak pada kemauan

dan kemampuan sendiri.Wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan menemukan

dan mengevaluasi peluang-peluang menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan

yang sudah ada sebelumnya, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan dan bertindak

untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu (Kasmir, 2006: 15).

Menurut Meredith (2000: 5) para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai

kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan

sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang

tepat guna memastikan sukses. Seorang wirausaha tidak akan berhasil apabila tidak

memiliki pengetahuan, kemampuan, dan kemauan. Ada kemauan tetapi tidak memiliki

kemampuan dan pengetahuan tidak akan membuat seseorang menjadi wirausaha yang

sukses. Sebaliknya, memiliki kemampuan dan pengetahuan tetapi tidak disertai kemauan

tidak akan membuat wirausaha mencapai kesuksesan.

2.2.1.3 Ciri-ciri Motivasi

Ciri-ciri motivasi menurut Sardiman (2007 : 83) adalah sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak

pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (Tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari

luar untuk berprestasi setinggi mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang

dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah

(14)

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,

berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

2.2.1.4 Faktor-faktor Pendorong Wirausahawan untuk Berwirausaha

Faktor-faktor yang mendorong wirausahawan untuk berwirausaha antara lain :

1. Faktor modal

Untuk memulai usaha terlebih dahulu diperlukan sejumlah uang. Modal dapat

diartikan sebagai keahlian seseorang. Dengan keahlian tertentu seseorang dapat

bergabung dengan mereka yang memiliki modal uang untuk menjalankan usaha.

2. Faktor Pengalaman

Pengalaman dalam hal ini yakni pengalaman pribadi pengusaha tersebut atau

pengalaman orang lain yang telah berhasil melakukan usaha. Pengalaman ini

merupakan pedoman atau guru agar tidak melakukan kesalahan dalam menjalankan

usaha.

3. Faktor Pendidikan

Latar belakang pendidikan seseorang terutama yang terkait dengan bidang usaha,

seperti bisnis dan manajemen atau ekonomi dipercaya akan mempengaruhi

kesuksesan seseorang dalam mengembangkan usahanya. Tanpa adanya pendidikan

seseorang wirausaha tidak mempunyai pengetahuan tentang bagaimana menyusun

laporan keuangan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal,

seperti dari SMA atau Perguruan Tinggi, dan pendidikan non formal seperti pelatihan

tentang UKM atau kursus.

(15)

Minat atau bakat sudah ada dan dapat timbul dari dalam diri seseorang. Artinya

ketertarikan pada suatu bidang usaha tertanam dalam dirinya. Namun, seseorang yang

memiliki minat dari dalam atau bakat dari keturunan akan lebih mudah dan lebih cepat

beradaptasi dalam mengembangkan usahanya.

5. Faktor Keluarga

Karena terlahir dan dibesarkan dari keluarga yang memiliki tradisi kuat dalam

berwirausaha, sehingga secara sengaja atau tidak sengaja seseorang dapat menjiwai

pekerjaan dalam berwirausaha. Biasanya usahanya tersebut akan diwariskan dari satu

generasi ke generasi berikutnya. Berkiprah dalam dunia usaha bukan suatu hal yang

baru dirasakan karena semuanya telah terbiasa sedari kecil. Hal ini akan menimbulkan

rasa percaya diri yang kuat dalam mengelola usaha.

2.2 Penelitian Terdahulu

Analisis Hasil Penelitian

(16)

Sembiring

Setiap lulusan perguruan tinggi pasti berharap untuk bisa mengaplikasikan ilmu yang

didapat di bangku perkuliahan melalui suatu profesi yang sesuai dengan pengetahuan dan

skill yang dimiliki. Namun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, yang

(17)

5,81 persen dari tenaga kerja yang masuk kategori sebagai pengangguran terbuka BPS

(Badan Pusat Statistik) (Sumber:.

Masyarakat di Indonesia banyak yang berpandangan bahwa menjadi PNS (Pegawai

Negeri Sipil) itu dapat menjamin kesejahteraan dan keberlangsungan hidup sampai di hari

tua. Minat masyarakat untuk menjadi abdi Negara kian memuncak, terbukti sebanyak 2,6 jt

orang mendaftar menjadi calon PNS di tahun 2014 sementara pemerintah hanya membuka

lowongan untuk 100 ribu formasi Aparatur Negara (Sumber:

diakses pada 29 Januari 2016).

Pendidikan kewirausahaan merupakan upaya menginternalisasikan jiwa dan mental

kewirausahaan baik melalui institusi pendidikan maupun institusi lain seperti lembaga

pelatihan, training dan sebagainya yang dapat meningkatkan motivasi berwirausaha.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tri Febri Hardianti (2015) yang berjudul

“Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Kepribadian, dan Lingkungan terhadap Keinginan

untuk Berwirausaha pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara” Pengaruh pengetahuan kewirausahaan tidak signifikan,

kepribadian berpegaruh positif tapi tidak signifikan, dan lingkunan berpengaruh positif dan

signifikan.

Faktor lain yang mempengaruhi minat berwirausaha pada mahasiswa adalah latar

belakang keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan

manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan

interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga akan terjadi interaksi sosial ketika seorang

anak pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja

sama, saling membantu. Semakin mendukung atau kondusifnya lingkungan keluarga maka

(18)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Defani Sembiring (2015) yang berjudul

“Pengaruh konsep diri, pembelajaran kewirausahaan dan lingkungan keluarga terhadap minat

berwirausaha pada mahasiswa prodi manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU tahun

2011”. Hasil menunjukkan bahwa Variabel konsep diri berpengaruh positif dan signifikan

terhadap minat berwirausaha. Variabel Pembelajaran Kewirausahaan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap minat berwirausaha. Variabel Lingkungan Keluarga berpengaruh positif

dan signifikan terhadap minat berwirausaha.

Tantangan yang lain yang dihadapi oleh para lulusan universitas di Indonesia adalah

dengan diberlakukannya MEA (Masyarakat Ekionomi Asean). MEA bisa menjadi ancaman

untuk mereka yang belum siap menghadapi perubahan. Karena MEA mencakup pasar bebas

seluruh masyarakat di ASEAN. Jadi generasi muda Indonesia harus bisa berkecimpung di

dunia internasional, bukan hanya di tanah air.

Dilihat dari tantangan yang ada akan lebih sulit untuk para lulusan menjadi pegawai

swasta maupun negeri karena lapangan pekerjaan yang sedikit dibandingkan dengan pencari

pekerjaan. Maka untuk itu perlunya pemberian motivasi berwirausaha bagi mahasiswa sejak

di bangku kuliah melalui pembekalan pendidikan kewirausahaan dan bisnis keluarga. Pada

akhirnya pilihan yang diambil para lulusan pun yaitu dengan membuka usaha sendiri atau

biasa disebut wirausahawan.

Pendidikan

Kewirausahaan (X1)

Latar Belakang Keluarga (X2)

Motivasi

(19)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Supranto (2003 : 327) adalah pernyataan tentang sesuatu yang

untuk sementara waktu dianggap benar, bisa juga diartikan akan diteliti sebagai jawaban

sementara dari suatu masalah.

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dipaparkan,

maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Pendidikan kewirausahaan berpengaruh positif terhadap motivasi wirausaha.

2. Latar belakang keluarga berpengaruh positif terhadap motivasi untuk wirausaha.

3. Pendidikan kewirausahaan dan latar belakang keluarga berpengaruh

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Panitia Pengadaan Langsung

dibidang administrasi pembangunan, pengendalian dan Eavaluasi Pembangunan yang dilaksanakan serta pembinaan usaha jasa pembangunan dalam wilayah Provinsi

M eningkatkan sikap responsif Aparat pengawasan terhadap lingkungan yang berpengaruh termasuk peran serta masyarakat terhadap pengaw asan pelayanan publik dan

Karakteristik pasir besi di pantai selatan Kulonprogo untuk material pesawat terbang sangat cocok hal ini dikarenakan pasir besi di Kulonprogo mengandung titanium sebagai bahan

 Pengambilan/pengupasan pola mata entres dari atas ke bawah, karena yang dilekatkan/yang menjadi faktor penentu tingkat keberhasilan adalah lekatan pola entres bagian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk karakteristik arus dan tegangan yang dihasilkan dari persamaan diferensial pada rangkaian seri RLC orde satu dan