• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Dalam pembelajaran di kelas:

Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan lokal masyarakat terhadap alam ternyata juga berpengaruh pada siswa dalam pembelajaran sains, maka dalam pembelajaran sains perlu untuk memperhatikan dan bila perlu dimasukkkan pengetahuan lokal masyarakat terhadap alam dalam kurikulum pembelajaran sains berdasarkan kekhasan dan kebutuhan masyarakat dalam suatu daerah, sehingga perlu kerjasama dari guru, sekolah dan masayarakat dalam menyusun kurikulum pembelajaran sains yang berbasis pada pengetahuan lokal agar sains yang diajarkan dapat menjadi lebih kontekstual dan humanis.

2. Bagi penelitian selanjutnya:

Penelitian ini terbatas hanya sampai pada tahap perancangan/desain pembelajaran, dan agar desain pembelajaran ini dapat menjadi lebih kontekstual dengan lingkungan masyarakat sekitar, maka diperlukan peran, saran dan pembahasan dari sekolah dan masyarakat sekitar untuk menyempurnakannya. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengimplementasikannya dalam pembelajaran di kelas, dan dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya bila diterapkan dalam pembelajaran supaya model pembelajaran ini dapat berkembang dan dapat sesuai dengan latar belakang kondisi masyarakat yang ada.

3. Bagi perguruan tinggi pencetak calon guru:

Untuk membantu guru dalam melakukan analisis sosial budaya masyarakat yang menjadi dasar untuk penelitian dan pengembangan pembelajaran sains yang mengikutsertakan pengetahuan lokal, maka perguruan tinggi perlu untuk memberikan dasar ilmu bagi para calon guru, sehingga kuliah seperti sosologi pendidikan dan antropologi budaya perlu untuk diajarkan.

4. Beberapa hal yang diperhatikan, yaitu bahwa guru mempunyai peran yang sangat penting, dikenakan guru merupakan mediator budaya antara budaya lokal dan budaya sains, sedangkan guru juga mempunyai latar belakang budaya sendiri. Sehingga perlu usaha keras guru dalam melakukan “dialog” dalam proses pembelajaran sains di kelas, dimana guru harus lebih dahulu mempelajari kebudayaan/pengetahuan lokal masyarakat dalam konteks sains, dan kemudian memilah dan memilih pengetahuan lokal yang kontekstual dan sesuai untuk siswa dalam belajar sains, selain itu juga harus melihat latar belakang budaya siswa serta tuntutan masyarakat terhadap pembelajaran sains yang sesuai dengan lingkungan siswa. Karena begitu banyaknya tugas guru sebagai mediator

budaya dalam pembelajaran di kelas maka guru perlu mendapat dukungan

dan bekerjasama dengan berbagai elemen, yaitu: pemerintah, sekolah dan masyarakat lingkungan sekitar untuk menyususn pembelajaran sains berbasis pengetahuan lokal masyarakat terhadap alam yang integral dan, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat (kontekstual).

Aikehhead, G.S. & Cobern, W.W.. 1998. Cultural Aspects Of Learning Science in B.j. Frayer and K.G Tobn (eds.) International Handbook of Science education (39-52): Kluwr Academic Publisher.

Aikenhead, G.S.& Jegede, O.J. 1999. Cross Cultural Science Education : A

Cognitive Explanation Of A Cultural Phenomenon. Jurnal of Research

in Science Teaching, 36(3), 269-287.

Ahimsa, Heddy Shri. 2003. Etnosains dan Etnoteknologi Wawasan Budaya untuk

Pemberdayaan Pengetahuan dan Teknologi Etnik/Lokal.

www.kongresbud.budpar.go.id/heddy_shri_ahimsa. 21/09/07

Ember, Carol R. & Ember, Melvin. 1980. Teori dan Metoda Antropologi Budaya dalam T.O. Ihromi (ed.). 1999. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta:Yayasan Obor

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Daljoeni, N. 1983. Penanggalan Pertakian Jawa Pranatamangsa: Peranan

Bioklimatologis dan Fungsi Sosiokulturalnya. Yogyakarta: Proyek

Javanologi

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Jakarta : Erlangga

Gunakarya,Widiada.1987. Sosiologi dan Antropologi. Bandung: Ganeca Exact Joesoef, Daoed. 1991. Krisis Metafisis dalam Ilmu Pengetahuan, dalam Saswinadi

Sasmojo (ed). Menerawang Masa Depan Ilmu Pengetahuan, Tenologi

dan Seni, dalam Perkembangan Budaya Masyarakat Bangsa Indonesia. Bandung: ITB

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Mulder, Niels. 1984. Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press

Rohandi, R. 1998. Memberdayakan Anak Melalui Pendidikan Sains, dalam Sumaji (ed.). Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius

www.puskur.go.id. 21/09/07

Sarkim, T. 1998. Humaniora Dalam Pendidikan Sains dalam Sumaji (ed.).

Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius

Slavin, Robert E.. 2003. Educational Psycology: Theory and Practice 7th. Boston: Pearson Education, Inc.

Sasmojo, Saswinadi (ed). 1991. Dalam kata pengantar, Menerawang Masa Depan

Ilmu Pengetahuan, Tenologi dan Seni, dalam Perkembangan Budaya Masyarakat Bangsa Indonesia. Bandung: ITB

Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika (Konstruktivistik &

Menyenangkan). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Suseno, Frans Magnis. 1985. Etika Jawa. Yogyakarta: Gramedia

Tilaar, H.A.R.. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta

Wahyudi. 2003. Tinjauan Aspek Budaya Pada Pembelajaran IPA Berbasis

Kebudayaan Lokal. www.pdk.go.id. 07/03/03

Wibowo, H.J., 2005. Mitologi Masyarakat Sepanjang pantai Selatan. Dalam

Patra Widya. Vol. VI no. 1. Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan

Pariwisata

Woolfolk, Anita. 2005. Educational Psycology 9th. Boston: Pearson Education, Inc.

Hasil Wawancara Dengan Masyarakat

Hasil Wawancara Pertanyaan

Pak A (S1) Pak B (S2) Pak C (S3) 1. Apakah Pekerjaan

Anda?

Petani Nelayan Nelayan dan Petani 2. Bagaimana menurut Anda pandangan masyarakat daerah disini mengenai alam? Alam sebagai patner/teman Memandang alam sebagai teman, alam sudah mempunyai pola sendiri dan kita yang menyesuaikan dengan alam

Memandang alam sebagai teman

3. Apa sajakah contoh pemahaman (pengetahuan lokal) tentang alam?

Yang menjadi patokan adalah Perhitungan Musim (Pranata

Mangsa) menurut

orang Jawa. Ada 12 musim, di setiap musimnya bisa ditandai dengan peristiwa alam sendiri. Misalnya:

¾ musim ke-1 ditandai dengan siang yang panas dan malam yang dingin, ini juga menandakan sebagai musim kemarau. ¾ Musim ke-4 ditandai dengan banyak angin, dingin pada malam hari, siang panas, membuat benih padi

¾ Musim ke-8 ditandai dengan dimulainya musim hujan

¾ Selain Pranata mangsa, yang bapak ini tidak terlalu memahami, untuk nelayan sendiri ada 2 musim, yaitu: musim sering ombak besar dan musim sering ombak kecil. Karna nelayan di pantai depok tidak melaut setiap hari, paling sering pada musim ombak kecil, biasanya sering mendapat banyak ikan, atau disebut juga dengan musim panen. Dan pada musim ombak besar nelayan jarang melaut atau disebut dengan musim paceklik. Musim jarang ikan (paceklik), pada bulan maret-septeber, musim panen ikan bulan oktober seterusnya, tapi mulai 2005 sudah tidak stabil.

¾ Pasang surut air laut dilihat dari bulan, pasang pada saat bulan mati dan bulan purnama, surut pada

pertengahan. Pasang surut tidak

mempengaruhi dalam menlaut, hal

Pranata Mangsa juga menjadi patokan dalam melihat alam, misalnya: ¾ Musim ke-2 : bunga-bunga rontok (misal bunga pohon kapas) ¾ Musim ke-4 kemarau, air tanah turun paling dalam, panasnya paling terik. Pergantian musim biasanya turun hujan atau angin yang besar

¾ Musim ke-5&6 akan hujan (Bulan yang biasanya berakhiran –ber, mis: september, oktober) ¾ Musim ke-7 hujan ¾ Pasir di pantai saat musim ke-8 lurus dan landai, musim ke-9 berkelok dan agak curam ¾ Untuk melaut, yang terpenting ombak mempunyai jeda. Ada hitungannya untuk menjatuhkan kapal ke laut.. Bila ombak

itu tergantung pada ombak. Bila ombak kecil tetap melaut, bila besar tidak.

¾ Melaut di pantai depok pada pagi hari, siang baru pulang, bila saat musim panen bisa sampai dua kali turun, sehingga bisa sampai sore. Untuk melaut di daerah pantai selatan harus bisa melihat ombak sehingga melaut pada pagi hari, berbeda dengan nelayan di pantai utara yang bisa melaut pada malam hari, kecuali juga untuk daerah pantai wonosari, mis: baron, ngrenean karena pantai disana mempunyai teluk.

bercampur pasir & pesisir pantai banyak

lobangnya, itu tidak baik untuk melaut.

4. Apa sajakah yang ada di alam yang dapat menjadi pertanda? ¾ Binatang, misalnya: gareng pong (tonggereng) yang menandai akan terjadinya musim kemarau (keluar pada peralihan musim penghujan ke kemarau), penyu bertelur menandakan musim ke-4, Suara katak bangkong, menandakan akan turun hujan, Mangsa ke- 9ditandai dengan musim anjing kawin, bunyi suara gangsir

¾ Rasi bintang di langit juga dapat menjadi pertanda, misalnya: Bintang Wuluh dapat mempengaruhi tumbuh yang tidak baik bagi tumbuhan dan buah-buahan,

¾ Bulan, yaitu pasang surut air laut dilihat dari bulan, pasang pada saat bulan mati dan bulan purnama, surut pada

pertengahan selain itu bulan digunakan dalam mencari ikan, saat bulan muda ikan agak susah didapat, untuk mendekati bulan tua ikan lebih banyak.

¾ Binatang, misalnya: burung diatas laut, memberitahukan bahwa disitu banyak ikan

¾ Warna air laut: Panen

impun/gangsing yang keluar pada musim tertentu dapat dilihat dari air yang berwarna agak kekuningan (karena disebabkan kotoran ¾ Binatang, misalnya: kupu kuning pada musim ke-5&6 akan migrasi ke timur, tetapi bila musim ke-7 kembali ke barat, gangsing keluar pada musim ke-9

¾ Angin: Angin dari arah barat daya pada musim ke-7,8

menunjukan musim penghujan . Angin dari arah tenggara pada musim ini (musim ke-4) menunjukan musim penghujan, ¾ Bulan: Saat bulan purnama dan bulan mati pasti air pasang

bintang gubung penceng menunjukkan arah selatan, bintang beruang merah: menunjuk arah utara, bintang Luku: menunjukkan musim kemarau, bintang kemukus (komet): membawa penyakit/pagebluk ¾ Bulan menjadi pertanda pasang surut air laut. Tanggal 15 jawa, saat bulan purnama juga tanggal 1 jawa, saat bulan mati , terjadi pasang air laut ¾ Cuaca sehari-hari juga dapat memberikan pertanda. Misalnya, saat musim kemarau: malam sangat dingin, berkabut sedangkan saat tusim penghujan: mendung/berawan, kondisi panas, gerah

impun/gangsing)

¾ Angin: Musim kemarau angin dari arah tenggara, musim penghujan dari barat daya dan perputaran angin tersebut dapat dirasakan langsung

¾ Awan: Bila terlihat awan mendung dari arah barat daya terlihat kemerahan pada musim penghujan, harus segera pulang dari melaut, akan terjadi hujan disertai angin besar ¾ Bintang, misalnya: bintang wuku digunakan dalam bertanam, kecerahan salah satu bintang pada rasi bintang wuku digunakan untuk menentukan tingkat intensitas hujan. Kecerahan, bila pada ujung belakang (buntut) hujan akan deras pada akhir musim, bila pada ujung depan (ratuk) hujan akan deras pada awal musim, tengah juga. 5. Bagaimana Cara Berfikir Masyarakat dalam memandang alam? Menggunakan ilmu

titen. Menurut pak A, Ilmu Titen adalah

Pemahaman

(mengamati kebiasaan) masyarakat Jawa terhadap suatu

fenomena alam dengan melihat tanda-tanda yang diperlihatkan untukdigunakan dalam kehidupan manusia. Lebih condong ke prediksi pasti, karena alam menampakkan tanda-tanda yang jelas

¾ Musim (pranata mangsa) digunakan untuk patokan menanam agar hasil yang diperoleh baik, tidak salah menanam, waktunya pas, menggunakan perkiraan waktu yang pas. Agar

akur

(penyesuaian yang tepat, harmoni)

¾ Ilmu titen yang

diperoleh dari pengalaman dan pengamatan langsung dari

alam dan orang-orang tua zaman dahulu, tidak dari sekolah

6. Bagaimanakah adat/budaya masyrakat daerah sini terhadap alam

Dengan mengadakan upacara menghormati alam sebagai ungkapan syukur dan

permohonan kepada TYME. Mis: Bersih dusun (majemuk), Doa bersama, Nanggap wayang, Perayaan: dangdutan. Pak A sendiri tidak terlalu percaya pada mahluk ghaib (Nyi Roro Kidul) karena tidak sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

Pandangan terhadap nyi roro

kidul/penghuni gaib, percaya walau belum pernah bertemu secara langsung. Nelayan di pantai Depok, sebagian besar masih menganut kepercayaan tentang kepercayaan gaib, tetapi tidak menyembahnya, lebih tepatnya menghormati keberadaannya. Pandangan masyarakat terhadap mahluk ghaib (Nyi Roro Kidul) penunggu pantai selatan, yaitu menghormati dengan upacara, mis: labuhan tiap tahun dibulan suro. Tujuannya untuk meminta keselamatan & lancar rejeki

7. lain-lain ¾ Pengetahuan untuk perbintangan tidak tahu, itu pada orang-orang tua. Tahu beberapa bentuk rasi bintang tapi

makna/manfaatnya tidak tahu

¾ Tahu bahwa bulan dapat menyebabkan pasang naik dan pasang surut, tapi tidak dapat menjelasakan mengapa? ¾ Belum pernah dimintai tolong untuk menjelaskan tentang pengetahuan melaut pada anak-anak di sekolah ¾ Penjelasan tentang pranata mangsa

tidak terlalu jelas, disuruh tanya pada orang-orang tua.

¾ Ada keprihatinan dari para nelayan untuk generasinya, karena anak muda lebih senang menjaga parkir

¾ Nelayan didaerah parangtritis melaut tidak pada malam hari tetapi pada pagi hari, tidak terlalu memperhatikan angin darat atau angin laut. “Kalau malam

hari angin dari laut ke darat, kalau siang dari darat ke laut.”

¾ Buntu Suwangan, tertutupnya muara sungai oleh pasir yang dibawa oleh ombak dan angin, terjadi pada musim ke-4, karena anginnya besar dan ombaknya juga besar dari arah tenggara. Hal ini bisa juga untuk

menunjukkan musim kemarau, karena hanya terjadi pada

daripada menjadi nelayan

¾ Peristiwa alam yang khas di daerah pantai Depok, terutama di muara sungai yaitu buntu

suwangan, pada

musim kemarau, yaitu tertutupnya muara sungai oleh pasir, aliran air kecil

¾ Hari pantangan melaut yaitu pada hari jumat kiwon dan selasa kliwon

musim kemarau

¾ Nelayan di pantai Depok tidak akan melaut pada hari selasa kliwon dan jumat kliwon, hal itu dikarenakan mereka percaya bahwa hari itu merupakan hari pantangan untuk melaut, karena biasanya ombaknya besar

Analisis Data Hasil Wawancara Dengan Masyarakat 1. Data pengetahuan lokal masyarakat terhadap alam

Kode Data Label Kategori

S1, F1 Penghormatan terhadap alam dengan mengadakan upacara menghormati alam sebagai ungkapan syukur dan permohonan kepada TYME. Mis: Bersih dusun

(majemuk), Doa bersama, Nanggap wayang, Perayaan: dangdutan

S3, F1 upacara labuhan tiap tahun dibulan suro. Tujuannya untuk meminta keselamatan & lancar rejeki

Upacara

S1, D1 Tidak terlalu percaya pada mahluk ghaib (Nyi Roro Kidul) karena tidak sesuai dengan ajaran agama. S2, D1 Pandangan terhadap nyi roro kidul/penghuni gaib,

percaya walau belum pernah bertemu secara langsung. Nelayan di pantai Depok, sebagian besar masih

menganut kepercayaan tentang kepercayaan gaib, tetapi tidak menyembahnya, lebih tepatnya menghormati keberadaannya.

S3, D1 Pandangan masyarakat terhadap mahluk ghaib (Nyi Roro Kidul) penunggu pantai selatan, yaitu menghormati dengan upacara.

Metafisik

S2&S3, D2

Nelayan di pantai Depok tidak akan melaut pada hari selasa kliwon dan jumat kliwon, hal itu dikarenakan mereka percaya bahwa hari itu merupakan hari pantangan untuk melaut, karena biasanya ombaknya besar

Mitos

Kepercayaan

S1, A1 Alam sebagai patner/teman, dimana tindakan manusia akan mempengaruhi alam sehingga alam harus melestarikan

S2, A1 Memandang alam sebagai teman, alam sudah mempunyai pola sendiri dan kita yang menyesuaikan dengan alam

S3, A1 Memandang alam sebagai teman

Pandangan

S1, C1 Menggunakan ilmu titen. Menurut pak A, Ilmu Titen adalah Pemahaman (mengamati kebiasaan) masyarakat Jawa terhadap suatu fenomena alam dengan melihat tanda-tanda yang diperlihatkan guna digunakan dalam kehidupan manusia. Lebih condong ke prediksi pasti, karena alam menampakkan tanda-tanda yang jelas. S3, C1 Ilmu titen yang diperoleh dari pengalaman dan

pengamatan langsung dari alam dan orang-orang tua zaman dahulu, tidak dari sekolah

S3, C2 Pranata Mangsa digunakan untuk patokan menanam

agar hasil yang diperoleh baik, tidak salah menanam, waktunya pas, menggunakan perkiraan waktu yang pas. Agar akur (penyesuaian yang tepat, harmoni)

Pemahaman

Cara Berfikir

S2, E1 untuk nelayan sendiri ada 2 musim, yaitu: musim sering ombak besar dan musim sering ombak kecil. Karna nelayan di pantai depok tidak melaut setiap hari, paling sering pada musim ombak kecil, biasanya sering mendapat banyak ikan, atau disebut juga dengan musim panen. Dan pada musim ombak besar nelayan jarang melaut atau disebut dengan musim paceklik. Musim jarang ikan (paceklik), pada bulan maret-septeber, musim

Musim Ikan Melaut (Kegiatan)

panen ikan bulan oktober seterusnya, tapi mulai 2005 sudah tidak stabil.

S2, E2 Melaut di pantai depok pada pagi hari, siang baru pulang, bila saat musim panen bisa sampai dua kali turun, sehingga bisa sampai sore. Untuk melaut di daerah pantai selatan harus bisa melihat ombak sehingga melaut pada pagi hari, berbeda dengan nelayan di pantai utara yang bisa melaut pada malam hari, kecuali juga untuk daerah pantai wonosari, mis: baron, ngrenean karena pantai disana mempunyai teluk

Waktu

S2, E3 Pasang surut air laut dilihat dari bulan, pasang pada saat bulan mati dan bulan purnama, surut pada pertengahan. Pasang surut tidak mempengaruhi dalam menlaut, hal itu tergantung pada ombak. Bila ombak kecil tetap melaut, bila besar tidak.

Pasang air laut

S3, E4 Untuk melaut, yang terpenting ombak mempunyai jeda. Ada hitungannya untuk menjatuhkan kapal ke laut.. Bila ombak bercampur pasir & pesisir pantai banyak

lobangnya, itu tidak baik untuk melaut.

Ombak

2. Data tentang pemahaman masyarakat terhadap alam

Kode Data Label Kategori

S1, B#1 gareng pong (tonggereng) menandai akan terjadinya musim kemarau (keluar pada peralihan musim penghujan ke kemarau), penyu bertelur menandakan musim ke-4, Suara katak bangkong menandakan akan turun hujan, Mangsa ke-9 ditandai dengan musim anjing kawin, bunyi suara gangsir

S2, B#1 Binatang, misalnya: burung diatas laut, memberitahukan bahwa disitu banyak ikan

S3, B#1 Binatang, misalnya: kupu kuning pada musim ke-5&6 akan migrasi ke timur, tetapi bila musim ke-7 kembali ke barat, gangsing keluar pada musim ke-9

Binatang

S1, B#2 Rasi bintang di langit juga dapat menjadi pertanda, misalnya: Bintang Wuluh dapat mempengaruhi tumbuh yang tidak baik bagi tumbuhan dan buah-buahan, bintang gubung penceng menunjukkan arah selatan, bintang beruang merah: menunjuk arah utara, bintang Luku: menunjukkan musim kemarau, bintang kemukus (komet): membawa penyakit/pagebluk

S3, B#2 Bintang, misalnya: bintang wuku digunakan dalam bertanam, kecerahan salah satu bintang pada rasi bintang wuku digunakan untuk menentukan tingkat intensitas hujan. Kecerahan, bila pada ujung belakang (buntut) hujan akan deras pada akhir musim, bila pada ujung depan (ratuk) hujan akan deras pada awal musim, tengah juga.

Rasi Bintang

S1, B#3 Bulan menjadi pertanda pasang surut air laut. Tanggal 15 jawa, saat bulan purnama juga tanggal 1 jawa, saat bulan mati , terjadi pasang air laut

S2,B#3 Bulan, yaitu pasang surut air laut dilihat dari bulan, pasang pada saat bulan mati dan bulan purnama, surut pada pertengahan selain itu bulan digunakan dalam

Bulan

Pengamatan/T ITEN (tanda)

mencari ikan, saat bulan muda ikan agak susah didapat, untuk mendekati bulan tua ikan lebih banyak.

S3, B#3 Bulan: Saat bulan purnama dan bulan mati pasti air pasang

S1, B#4 Cuaca sehari-hari juga dapat memberikan pertanda. Misalnya, saat musim kemarau: malam sangat dingin, berkabut sedangkan saat tusim penghujan:

mendung/berawan, kondisi panas, gerah

Cuaca

S2, B#5 Warna air laut: Panen impun/gangsing yang keluar pada musim tertentu dapat dilihat dari air yang berwarna agak kekuningan (karena disebabkan kotoran

impun/gangsing)

Air laut

S2, B#6 Bila terlihat awan mendung dari arah barat daya terlihat kemerahan pada musim penghujan, harus segera pulang dari melaut, akan terjadi hujan disertai angin besar

Awan

S3, B#7 Angin: Angin dari arah barat daya pada musim ke-7,8 menunjukan musim penghujan . Angin dari arah tenggara pada musim ini (musim ke-4) menunjukan musim penghujan

Angin

S1, B*1 ¾ musim ke-1 ditandai dengan siang yang panas dan malam yang dingin, ini juga menandakan sebagai musim kemarau.

¾ musim ke-4 ditandai dengan banyak angin, dingin pada malam hari, siang panas, membuat benih padi

¾ musim ke-8 ditandai dengan dimulainya musim hujan S1, B*1 ¾ Musim ke-2 : bunga-bunga rontok (misal bunga

pohon kapas)

¾ Musim ke-4 kemarau, air tanah turun paling dalam, panasnya paling terik. Pergantian musim biasanya turun hujan atau angin yang besar

¾ Musim ke-5&6 akan hujan (Bulan yang biasanya berakhiran –ber, mis: september, oktober)

¾ Musim ke-7 hujan

¾ Pasir di pantai saat musim ke-8 lurus dan landai, musim ke-9 berkelok dan agak curam

Musim

S2, I1 Peristiwa alam yang khas di daerah pantai Depok, terutama di muara sungai yaitu buntu suwangan, pada musim kemarau, yaitu tertutupnya muara sungai oleh pasir, aliran air kecil

S3, I1 Buntu Suwangan, tertutupnya muara sungai oleh pasir yang dibawa oleh ombak dan angin, terjadi pada musim ke-4, karena anginnya besar dan ombaknya juga besar dari arah tenggara. Hal ini bisa juga untuk menunjukkan musim kemarau, karena hanya terjadi pada musim kemarau. Fenomena alam khas Patokan (pranata mangsa)

Hasil Uraian Jawaban Siswa Soal No. 1

Nama Kelas Musim menurut siswa Dion 6 Musim penghujan & musim kemarau

Doni 6 Musim penghujan & musim kemarau Dita 6 Musim penghujan & musim kemarau Afif 6 Musim penghujan & musim kemarau Siti 6 Musim penghujan & musim kemarau Esti 6 Musim penghujan & musim kemarau Herdiaw

ati 6 Musim penghujan & musim kemarau bayu 6 Musim penghujan & musim kemarau Adit 6 Musim penghujan & musim kemarau Iksan 6 Musim penghujan & musim kemarau windah 6 Musim penghujan & musim kemarau badi 6 Musim penghujan & musim kemarau zaka 6 Musim penghujan & musim kemarau

ibnu 6 Musim penghujan, musim kemarau, musim tandur (tanam), musim panen, musim ikan

dhani 6 Musim penghujan & musim kemarau musim panen dan musim tandur eka 6 Musim penghujan & musim kemarau

yeri 6 Musim penghujan, musim kemarau, musim panen dan musim paceklik

riski 6 Musim penghujan & musim kemarau upik 6 Musim penghujan & musim kemarau tedi 6 Musim penghujan & musim kemarau

angget 6 musim kemarau, musim hujan, musim panen, musim tetak andi 6 musim kemarau, penghujan, panen, tetak

dwi 5 musim hujan, musim kemarau, musim panen

wafda 5 musim, kemarau, musim penghujan, musim tani, musim panen tri 5 musim kemarau, musim tani

dudin 5 musim kemarau, musim kemarau, musim padi

Dokumen terkait